Anda di halaman 1dari 57

USULAN PENELITIAN

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


PPOK DENGAN BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF
DI RSUD BANGLI
TAHUN 2018

OLEH :
AS „IDAH
NIM : P07120017228

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI RPL DENPASAR
2018
i
USULAN PENELITIAN
GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
PPOK DENGAN BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF
DI RSUD BANGLI
TAHUN 2018

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan


Pendidikan D-III Keperawatan Di Politeknik Kesehatan Denpasar

OLEH :
AS „IDAH
NIM : P07120017228

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI RPL DENPASAR
2018

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


PPOK DENGAN BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF
DI RSUD BANGLI
TAHUN 2018

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN

Pembimbing Utama : Pembimbing Pendamping :

I Ketut Suardana, S.Kp.M.Kes I Made Mertha, S.Kp.M.Kep


NIP. 19659131 989031 002 NIP. 19691015 199303 1 015

MENGETAHUI :
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN

V. M. Endang S.P. Rahayu, S.Kp.M.Kep


NIP. 19581219 198503 2 005

iii
LEMBAR PENGESAHAN
USULAN PENELITIAN

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


PPOK DENGAN BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF
DI RSUD BANGLI
TAHUN 2018

TELAH DISEMINARKAN DIHADAPAN TIM PENGUJI


PADA HARI : RABU
PADA TANGGAL : 4 APRIL 2018

TIM PENGUJI :
1. I Ketut Suardana, S.Kp.M.Kes ( Pembimbing I ) …………….
2. I Made Mertha, S.Kp.M.Kep ( Pembimbing II ) …………….
3. I Wayan Surasta, S.Kp.M.Fis ( Pembahas ) …………….

MENGETAHUI :
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN

V. M. Endang S.P. Rahayu, S.Kp.M.Kep


NIP. 19581219 198503 2 005

iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : As „idah

NIM : P07120017228

Jurusan : DIII KEPERAWATAN

Tahun Akademik : 2018

Alamat :

Dengan ini menyatakan bahwa :


1. Tugas Akhir dengan judul Gambaran Asuhan Keperawatan pada Pasien
PPOK Dengan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif di RSUD Bangli Tahun
2018 adalah benar karya sendiri atau bukan plagiat hasil karya orang
lain.
2. Apabila dikemudian hari terbukti Tugas Akhir ini bukan karya saya sendiri
atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya sendiri bersedia menerima
sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010 dan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Denpasar, Maret 2018


Yang membuat pernyataan

As „idah
NIM. P07120017228

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas

berkat asung kerta wara nugraha-Nya, penulis dapat menyelesaikan Usulan

Penelitian yang berjudul “Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien PPOK

Dengan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif di Ruang Anggrek RSUD Bangli

Tahun 2018” tepat pada waktunya dan sesuai dengan harapan.

Usulan Penlitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Pendidikan D-III di Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar Jurusan

Keperawatan.

Usulan Penelitian ini dapat terselesaikan bukanlah semata-mata atas usaha

sendiri melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu

melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP.,MPH. selaku Direktur

Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar yang telah memberikan bimbingan

secara tidak langsung dalam pendidikan D-III di Politeknik Kesehatan

Denpasar Jurusan Keperawatan.

2. Ibu V.M. Endang S.P. Rahayu, S.Kp.,M.Pd. selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar yang telah memberikan

bimbingan secara tidak langsung selama pendidikan di Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Denpasar serta atas dukungan moral dan perhatian yang

diberikan kepada penulis.

vi
3. Bapak I Ketut Suardana S.Kp.,M.Kes. selaku pembimbing utama yang telah

banyak memberikan masukan, pengetahuan, dan bimbingan serta

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

4. Bapak I Made Mertha, S.Kp.,M.Kep. selaku pembimbing dan pendamping

yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, dan masukan dalam

menyelesaikan penelitian ini.

5. Bapak dan Ibu pendamping Mata Ajar Riset Keperawatan yang telah

memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini dapat terselesaikan sesuai dengan harapan

6. Suami dan Anak-anak saya yang telah memberikan motivasi yang baik dari

segi doa dan emosional sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat

diselesaikan sesuai dengan harapan.

7. Mahasiswa angkatan I D-III RPL Keperawatan Poltekes Denpasar khususnya

kelas 1.1 yang telah memberikan semangat dan masukan pada peneliti.

8. Teman-teman sejawat di Puskesmas Bangli yang telah memberikan support

terhadap diri saya.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan penelitian ini yang

tidak bisa disebutkan satu persatu.

Kemajuan senantiasa menyertai segala sisi kehidupan menuju kea rah

yang lebih baik, karenanya sumbang saran untuk perbaikan sangat peneliti

harapkan.

Denpasar, Maret 2018

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL …………………………………………………… ii

LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………………. iii

LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………….. iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT …………………………. v

KATA PENGANTAR ………………………………………………….. vi

DAFTAR ISI ……………………………………………………………. viii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………. 1

A. Latar Belakang …………………………………………………... 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………….. 5

C. Tujuan Penelitian ………………………………………………… 5

D. Manfaat Penelitian ……………………………………………….. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………. 7

A. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Pada Pasien PPOK …………. 7

1. Pengertian bersihan jalan nafas tidak efektif pada PPOK …… 7

2. Faktor yang mempengaruhi bersihan jalan nafas pada PPOK .. 8

3. Patofisiologi ………………………………………………….. 8

4. Manifestasi klinik ……………………………………………. 9

5. Tanda dan Gejala …………………………………………….. 10

6. Pemeriksaan Diagnostik ……………………………………... 10

7. Penatalaksanaan dari bersihan jalan nafas tidak efektif pada

PPOK......................................................................................................... 11

8. Edukasi untuk pasien PPOK yang mengalami bersihan jalan

viii
Nafas tidak efektif …………………………………………… 12

B. Asuhan Keperawatan pada pasien PPOK ………………………... 12

1. Pengkajian ……………………………………………………. 12

2. Diagnosa Keperawatan ……………………………………..... 15

3. Rencana Keperawatan ……………………………………….. 15

4. Implementasi …………………………………………….…… 18

5. Evaluasi …………………………………….………………… 18

BAB III KERANGKA KONSEP ……………………………………….. 19

A. Kerangka Konsep ………………………………………………… 19

B. Definisi Operasional ……………………………………………… 20

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ……………………………….. 23

A. Jenis Penelitian …………………………………………………… 23

B. Tempat dan Waktu ……………………………………………….. 23

C. Subjek Studi Kasus ………………………………………………. 23

D. Fokus Studi Kasus ……………………………………………….. 24

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ……………………………. 24

F. Metode Analisis Data ……………………………………………. 27

G. Etika Studi Kasus ………………………………………………... 28

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 29

ix
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Definisi Operasional Asuhan Keperawatan Pada Pasien PPOK

Dengan Bersihan Jalan Nafas Tidak Rfektif Tahun 2018 ……. 20

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Konsep Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien

PPOK Dengan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif ………… 19

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian ……………………… 31

Lampiran 2. Rencana Anggaran Biaya Penelitian …………………….... 32

Lampiran 3. Lembar Permohonan Menjadi Responden ………………… 33

Lampiran 4. Informed Consent ………………………………………….. 34

Lampiran 5. Lembar Pengumpulan Data ………………………………… 35

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi seperti sekarang ini, polusi udara sudah mengkhawatirkan.

Polusi yang disebabkan oleh asap kendaraan bermotor, polusi dari Pabrik dan juga

asap rokok. Terpapar oleh polusi udara yang tidak sehat bisa menyebabkan

masalah kesehatan terutama masalah pernafasan. Banyak penyakit yang bisa

ditimbulkan seperti penyakit asma, bronckitis, emfisema, dan juga penyakit PPOK

yang dimana penyakit tersebut dapat menghambat jalan udara ke paru-paru (Tana

et al., 2016).

Penyakit PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) adalah penyakit inflamasi

kronik pada saluran nafas dan paru-paru yang menyebabkan hambatan aliran

udara yang bersifat presisten dan progresif yang merupakan respon terhadap gas

berbahaya (Fallis, 2013). Penyakit PPOK merupakan prevelansi dari penyakit

pernafasan seperti bronkhitis kronis dan juga emfisema. Pada bronchitis kronis

terjadi penumpukan mucus atau lender dan terjadi sekresi yang sangat banyak

sehingga bisa menyumbat jalan nafas sedangkan pada emfisema terjadi obstruksi

pada pertukaran antara oksigen dengan karbandioksida yang disebabkan oleh

kerusakan dinding alveoli (Khotimah, 2017). PPOK dapat dikelompokkan

menjadi tiga yaitu, PPOK ringan dimana penderita dapat mengalami batuk

maupun tidak dan juga penderita bisa menghasilkan sputum atau tidak dan disertai

sesak nafas, PPOK sedang adalah dimana penderita mengalami batuk dan juga

menghasilkan sputum serta sesak nafas, PPOK berat adalah penderita mengalami

1
gagal nafas kronik dan disertai gagal jantung menurut Persatuan Dokter Paru

Indonesia 2005 dalam (Oemiati, 2013).

PPOK termasuk kedalam golongan penyakit yang tidak menular karena

penyakit PPOK ini termasuk penyakit kronis yang berkembang lambat dan

memerlukan waktu yang panjang (Riskesdas, 2013). Di dunia, PPOK merupakan

penyakit yang mematikan nomor lima. PPOK sendiri akan terus meningkat

sebanyak 30% jika faktor penyebab tidak bisa dimanajemen dengan baik. Pada

tahun 2004 PPOK termasuk peringkat keempat penyebab kematian di dunia

dengan prevelansi 5,1% yang dimana jumlahnya sekitar 210 juta orang mengidap

penyakit ini dan 3 juta diantaranya meninggal dunia. Di Amerika Serikat sekitar

11,4 juta penduduknya mengidap penyakit PPOK ini menurut World Health

Organization (WHO) dalam (Fallis, 2013). Di Asia pasifik jumlah penderita

sebanyak 56,7 juta orang menurut Global Intiative for Chronic Obstruktive Lung

Disease (GOLD) (2010, dalam Ridha, 2013).

Di Indonesia jumalh penderita PPOK itu sebanyak 3,7%. Jumlah penderita

PPOK di Bali sebanyak 3,5% (Riskesdas, 2013). Dilihat dari jumlah penderita

penyakit paru yang ada di Bali itu sebanyak 1.448 jiwa yang dirawat inap pada

tahun 2014. Jumlahnya semakin meningkat menjadi 1.972 jiwa yang dirawat inap

pada tahun 2016. Di RSUD Bangli terutama di Poliklinik Paru, jumlah pasien

yang menderita PPOK adalah 2.071 kasus yang di rawat jalan (Dinkes Bangli

2015). Pada tahun 2015 jumlah pasien yang dirawat inap di RSUD Bangli adalah

sebanyak 420 jiwa dan jumlahnya meningkat menjadi 570 jiwa pada tahun 2016

kemudian meningkat menjadi 892 jiwa pada tahun 2017 menurut data dari RSUD

Bangli, jumlah rata-rata perbulan mencapai 5 sampai 7 pasien pada tahun 2018.

2
Jumlahnya terus meningkat setiap tahun. Penyakit paru seperti Bronkitis,

Emfisema dan PPOK termasuk 5 besar penyakit yang ada di RSUD Bangli

(Kementerian Kesehatan Bali,, 2015).

Terjadinya PPOK diawali dengan asap rokok. Data yang dikumpulkan pada

tahun 2013, sebanyak 17.246 responden yang ada di Indonesia menurut kebiasaan

merokok didapatkan sebanyak 3,7 % mengalami PPOK. Banyaknya penderita

PPOK yang disebabkan karena sebelumnya pernah merokok setiap hari adalah

sebanyak 10,7%, kemudian untuk yang sebelumnya pernah merokok jarang-

jarang yang mengalami PPOK adalah sebanyak 5,3%. Pasien yang mempunyai

kebiasaan merokok setiap haris yang mengalami PPOK adalah sebanyak 4,1%,

dan yang mengalami PPOK dengan kebiasaan merokok kadang-kadang adalah

3,4%. Pasien yang tidak merokok sama sekali mengalami PPOK sebanyak 3,1%.

Dari data tersebut penderita tertinggi adalah perokok yang mempunyai kebiasaan

merokok setiap hari (Kusumawardani, & Mubasyiroh, 2017).

Asap rokok dapat menyebabkan terhambatnya pembersihan mukosiliar dan

berkurangnya epitel bersilia yang membersihkan mukus, sehingga bisa terjadi

penumpukan mukus di saluran nafas mengakibatkan bersihan jalan nafas tidak

efektif (Ikawati, 2016). Keluhan utama dan gejala awal yang timbul pada

penderita PPOK yaitu berupa pengeluaran sputum yang berlangsung lama

(Sidabutar, 2012). Banyak penderita PPOK tidak menyadari tanda awal dari

penyakit ini, karena biasanya penyakit PPOK ini timbul didahului oleh batuk yang

dimana penderita menganggap batuk yang dialami merupakan manifestasi dari

rokok, sehingga penderita membiarkan saja dan tidak melakukan tindak lanjut

untuk mengatasi gejala awal yang timbul. Awalnya batuk yang dialami penderita

3
itu hilang timbul kemudian akan bertambah parah dan menetap sehingga bisa

sepanjang hari (Fallis, 2013).

Penderita PPOK yang mengalami keluhan bersihan jalan nafas tidak efektif

yaitu berupa mengeluarkan dahak hampir setiap hari adalah sebanyak 5,4%.

Untuk yang mengalami keluhan berdahak yang lebih dari satu bulan itu sebanyak

3,5% dan yang mengalami batuk kronik serta pengeluaran dahak selama tiga

bulan sampai satu tahun itu sebanyak 1,3% (Tana et al., 2016). Menurut hasil

penelitian di RSUD Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012 yang mengalami

keluhan bersihan jalan nafas tidak efektif adalah sebanyak 79,1% dari semua

pasien PPOK yang dirawat (Sidabutar, 2012).

Dampak yang dapat terjadi dari bersihan jalan nafas tidak efektif adalah

pasien dapat mengalami kesulitan bernafas dan gangguan pertukaran gas yang

terjadi di paru-paru dan akan mengakibatkan sianosis, kelelahan, apatis dan

merasa lemah. Menurut penelitian yang dilakukan di Instalasi Rehabilitasi Medik

Rumah Sakit Baptis Kediri berdasar dari 15 responden yang mengalami bersihan

jalan nafas tidak efektif 8 diantaranya mengalami kelelahan, sesak nafas dan juga

merasa lemas (Nugroho & Kristiani, 2011). Sekitar 30% penderita PPOK akan

meninggal dalam kurun waktu satu tahun dengan sumbatan pernafasan yang berat

(Irianto, 2014). Dilihat dampak yang ditimbulkan serta jumlah pasien yang

dirawat inap di Rumah Sakit Daerah Bangli pemberian asuhan keperawatan yang

tepat akan sangat membantu, dimulai dari pengkajian yang tepat, diagnosa,

perencanaan dan juga implementasi yang tepat. Tujuannya yang utama adalah

untuk meredakan gejala, dan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita

terutama yang mengalami keluhan bersihan jalan nafas tidak efektif (Ridha,

4
2013). Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan studi kasus yang berjudul

“Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien PPOK dengan Gangguan Bersihan

Jalan Nafas Tidak Efektif”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian

Bagaimanakah Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien PPOK Dengan

Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien PPOK

dengan bersihan jalan napas tidak efektif di RSUD Bangli tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengkajian pada pasien PPOK dengan bersihan jalan

napas tidak efektif di RSUD Bangli tahun 2018;

b. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan pada

pasien PPOK dengan bersihan jalan napas tidak efektif di RSUD

Bangli tahun 2018;

c. Menggambarkan intervensi keperawatan pasien PPOK dengan

bersihan jalan napas tidak efektif di RSUD Bangli tahun 2018;

d. Menggambarkan tindakan keperawatan pada pasien PPOK dengan

bersihan jalan napas tidak efektif di RSUD Bangli tahun 2018;

e. Mendeskripsikan evaluasi pada pasien PPOK dengan bersihan jalan

napas tidak efektif di RSUD Bangli tahun 2018.

5
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini, sebagai berikut :

a. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan untuk

mengembangkan ilmu keperawatan khususnya asuhan keperawatan

pada pasien PPOK dengan bersihan jalan napas tidak efektif.

b. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber data untuk penelitian

selanjutnya khususnya tentang asuhan keperawatan pada pasien

PPOK dengan bersihan jalan nafas tidak efektif.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah, sebagai berikut :

a. Bagi perawat diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi reverensi

untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien PPOK dengan

bersihan jalan napas tidak efektif.

b. Bagi manajemen diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan oleh

kepala ruangan sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan asuhan

keperawatan pada pasien PPOK dengan bersihan jalan napas tidak

efektif.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Pada Pasien PPOK

1. Pengertian bersihan jalan nafas tidak efektif pada PPOK

Penyakit paru obstruktif kronik adalah suatu penyakit yang bisa dicegah dan

diatasi, yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang menetap, yang

biasanya bersifat progresif dan terkait dengan adanya respon inflamasi kronis

saluran nafas dan paru-paru terhadap gas atau partikel berbahaya seperti asap

rokok, debu industri, polusi udara baik dari dalam maupun luar ruangan (Ikawati,

2016). Penyakit paru obstruktif kronis merupakan nama yang diberikan untuk

gangguan ketika dua penyakit paru terjadi pada waktu yang bersamaan, yaitu

bronchitis kronis dan emfisema. PPOK adalah satu kondisi yang ditandai dengan

obstruksi napas yang membatasi aliran udara dan menghambat ventilasi.

Bronchitis kronis terjadi ketika bronkus mengalami inflamasi dan iritasi.

Pembengkakan dan produksi lender yang kental menghasilkan obstruksi jalan

napas besar dan kecil. Emfisema menyebabkan paru-paru kehilangan

elastisitasnya, menjadi kaku dan tidak lentur dengan terperangkapya udara dan

menyebabkan distensi kronis pada alveoli (Hurst, 2016).

Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan

sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.

Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan seperti, batuk tidak efektif, sputum

berlebih, suara napas mengi atau wheezing dan ronkhi (Tim Pokja SDKI DPP

PPNI, 2017).

7
2. Faktor yang mempengaruhi bersihan jalan nafas pada PPOK

Faktor yang mempunyai peran besar dalam menunjang terjadinya bersihan

jalan napas tidak efektif pada pasien PPOK adalah merokok. Asap rokok dapat

menyebabkan terhambatnya pembersihan mukosiliar dan juga dapat menyebabkan

inflamasi pada bronkiolus dan alveoli. Bertambahnya ukuran dan jumlah kelenjar

penghasil mukus menyebabkan hipersekresi mukus dan abnormalitas dari sel

goblet di saluran nafas sehingga dapat menyumbat jalan napas. Keparahan dari

penyakit PPOK terkait dengan banyak rokok yang dihisap, umur mulai merokok,

dan status merokok terakhir saat PPOK sudah berkembang. Tidak semua pasien

PPOK adalah perokok atau mantan perokok, perokok pasif juga bisa menderita

PPOK karena seringnya terpapar oleh asap rokok. Selain faktor asap rokok ada

juga faktor lain yang mempengaruhi yaitu, infeksi. Kolonisasi bakteri pada saluran

pernapasan secara kronis merupakan suatu pemicu inflamasi pada saluran

pernapasan. Adanya kolonisasi bakteri menyebabkan peningkatan kejadian

inflamasi yang dapat dilihat dari peningkatan jumlah sputum dan percepatan

penurunan fungsi paru (Ikawati, 2016).

3. Patofisiologi

Pada pasien PPOK akan mengalami batuk yang produktif dan juga

penghasilan sputum. Penghasilan sputum ini dikarenakan dari asap rokok dan juga

polusi udara baik di dalam maupun di luar ruangan. Asap rokok dan polusi udara

dapat menghambat pembersihan mukosiliar. Mukosiliar berfungsi untuk

menangkap dan mengeluarkan partikel yang belum tersaring oleh hidung dan juga

saluran napas besar. Faktor yang menghambat pembersihan mukosiliar adalah

karena adanya poliferasi sel goblet dan pergantian epitel yang bersilia dengan

8
yang tidak bersilia. Poliferasi adalah pertumbuhan atau perkembangbiakan pesat

sel baru. Hyperplasia dan hipertrofi atau kelenjar penghasil mukus menyebabkan

hipersekresi mukus di saluran napas. Hyperplasia adalah meningkatnya jumlah sel

sementara hipertrofi adalah bertambahnya ukuran sel. Iritasi dari asap rokok juga

bisa menyebabkan inflamasi bronkiolus dan alveoli. Karena adanya mukus dan

kurangnya jumlah silia dan gerakan silia untuk membersihkan mukus, maka

pasien dapat mengalami bersihan jalan nafas tidak efektif. Hal yang bisa terjadi

jika tidak ditangani maka akan terjadi infeksi berulang, dimana tanda-tanda dari

infeksi tersebut adalah perubahan sputum seperti meningkatnya volume mukus,

mengental dan perubahan warna (Ikawati, 2016).

4. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik yang biasanya muncul pada pasien PPOK menurut (Padila,

2012) adalah sebagai berikut :

a. Batuk yang sangat produktif dan mudah memburuk oleh udara dingin atau

infeksi.

b. Hipoksia, hipoksia merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau

tidak adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defesiensi

oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat

seluler (Tarwoto & Wartonah, 2015).

c. Takipnea adalah pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih

dari dua puluh empat kali permenit (Tarwoto & Wartonah, 2015)

d. Sesak napas atau dipsnea.

9
Menifestasi klinik yang muncul dari bersihan jalan napas tidak efektif menurut

(Tarwoto & Wartonah, 2015) sebagai berikut :

a. Sindrom gagal napas akut, adalah keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh

memenuhi keutuhan oksigen karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi

secara adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas karbon dioksida dan

oksigen.

b. Pneumoni, pada penderita PPOK telah mengalami masalah di paru-paru

sehingga sangat mudah terinfeksi.

5. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang biasa dialami pasien PPOK yang mengalami bersihan

jalan napas tidak efektif menurut (Ikawati, 2016) sebagai berikut :

a. Batuk kronis, terjadi berselang atau setiap hari, dan sering terjadi sepanjang

hari.

b. Produksi sputum secara kronis

c. Bronchitis akut

d. Riwayat paparan terhadap faktor resiko seperti merokok dan paparan polusi

6. Pemeriksaan Diagnosti

Pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan pada pasien PPOK menurut

(Muttaqin, 2008) sebagai berikut :

a. Pemeriksaan fungsi paru

1) Kapasitas inspirasi menurun

2) Volume residu meningkat

10
3) FEV1 (Force Expiratory Volume) adalah volume udara yang dapat

dikeluarkan melalui ekspirasi selama satu detik, nilai FEV 1 selalu menurun

sama dengan derajat obastruksi progresif PPOK.

4) FVC (Force Vital Capacity) adalah kapasitas vital dari usaha untuk ekspirasi

maksimal, nilai FVC awalnya normal kemudian menurun nilainya.

b. Pemeriksaan Sputum

Pemeriksaan sputum yang dilakukan adalah pemeriksaan gram kuman/ kultur

adanya infeksi campuran. Kuman pathogen yang ditemukan adalah

Steptococcus pneumonia dan Hemophylus influenza.

c. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan radiologi menunjukkan adanya hiperinflasi paru, pembersaran

jantung, dan bendungan di area paru.

d. Pemberiksaan bronkogram

Menunjukkan dilatasi bronkus, kolap bronkhiale pada eksprirasi akut.

7. Penatalaksanaan dari Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Pada PPOK

Penatalaksanaan non- farmakologis yang dapat dilakukan adalah dengan

menghentikan merokok. Penghentian merokok merupakan tahan penting yang

dapat memperlambat memburuknya tes fungsi paru-paru, menurunkan gejala dan

meningkatkan kualitas hidup pasien (Ikawati, 2016). Penatalaksanaan medis yang

diberikan pada pasien yang mengalami bersihan jalan nafas tidak efektif pada

PPOK menurut Muttaqin (2014, dalam Lestari, 2016) :

a. Obat anti inflamasi

b. Bronkodilator golongan adrenalin dan golongan xatin

c. Pemberian antibiotik

11
d. Vaksinasi yang dapat diberikan pada pasien PPOK adalah vaksin Influenza

Dna Pneumococcus regular menurut Brasehers, 2017. Vaksinasi Influenza

dapat mengurangi angka kesakitan yang serius dan vaksin Pneumococcus

direkomendasikan bagi pasien yang sudah berumur diatas 65 tahun

menurut Ikawati, 2011 dalam (Lestari, 2016).

e. Indikasi oksigen

Terapi oksigen yang jangka panjang akan memperpanjang hidup penderita

PPOK yang berat dan penderita dengan kadar oksigen darah yang rendah

menurut Rigel tahun 2012.

8. Edukasi untuk pasien PPOK yang mengalami bersihan jalan nafas tidak

efektif

Edukasi yang dapat diberikan untuk pasien PPOK yang mengalami bersihan

jalan nafas tidak efektif adalah yang paling efektif untuk menguranginya adalah

dengan berhenti merokok. Karena dapat memperlambat kemajuan tingkat

penyakit. Dengan mengedukasi perokok dapat mendorong untuk berhenti

merokok sebanyak 5% sampai 10% menurut Morton, 2012 dalam (Lestari, 2016).

B. Asuhan Keperawatan pada pasien PPOK

1. Pengkajian

Pengkajian mencakup pengumpulan informasi tentang gejala-gejala terakhir

juga menifestasi dari penyakit sebelumnya. Pengkajian adalah proses

mengumpulkan informasi atau dasar tentang klien, agar dapat mengidentifikasi,

mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik

fisik, mental, sosial, dan lingkungan. Tujuan dari pengkajian adalah untuk

memperoleh informasi tentang kesehatan klien, menentukan masalah keperawatan

12
klien, menilai keadaan kesehatan klien, membuat keputusan yang tempat dalam

menentukan langkah-langkah berikutnya menurut (Dermawan, 2012).

Pengkajian yang dilakukan pada pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis

(PPOK) antara lain :

a. Biodata Pasien

Biodata pasien berisikan nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan dan

pendidikan. Umur pasien dapat menunjukkan tahap perkembangan baik secara

fisik maupun psikologis. Jenis kelamin dan pekerjaan dikaji untuk mengetahui

hubungan dan pengaruhnya terhadap masalah atau penyakit.

b. Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan yang dikaji adalah data saat ini dan masalah yang lalu.

Berfokus pada manifestasi klinik dari keluhan utama yang dialami dan yang

membuat kondisi sekarang ini. Masalah keperawatan yang pernah dialami

adalah pernah mengalami perubahan pola pernafasan dan pernah mengalami

batuk dengan sputum (Tatwoto & Wartonah, 2015).

c. Keluhan Utama

Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji

pengetahuan pasien tentang kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa

muncul adalah berupa batuk dan pengeluaran sputum, badan lemah. Menurut

(Tarwoto & Wartonah, 2015) keluhan yang bisa dirasakan adalah berupa

adanya batuk, adanya sputum, sesak napas dan kesulitan berapas, intoleransi

aktivitas dan perubahan pada nafas.

13
d. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien dengan PPOK yang mengalami bersihan jalan nafas tidak efektif datang

mencari pertolongan biasanya dengan keluhan batuk, penumpukan lendir yang

sangat banyak sehingga menyumbat jalan napas.

e. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Pada pasien PPOK dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan

interaksi lingkungan, seperti merokok dan polusi udara.

f. Riwayat kesehatan keluarga

Tujuan riwayat kesehatan keluarga dan sosial penyakit paru-paru antara lain :

1) Penyakit infeksi tertentu, manfaat menanyakan riwayat kontak dengan

orang yang terinfeksi akan dapat diketahui penularannya.

2) Kelainan alergi

3) Tempat tinggal pasien, kondisi lingkungan misalnya polusi udara

g. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang difokuskan menurut (Muttaqin, 2008) adalah sebagai

berikut :

1) Inspeksi

Pada klien dengan PPOK, terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi

pernapasan, serta penggunaan otot bantu napas. Pada saat inspeksi,

biasanya dapat terlihat klien mempunyai bentuk dada barel akibat udara

yang terperangkap, bernapas dengan bibir yang dirapatkan dan pernapasan

abnormal yang tidak efektif. Pengkajian batuk produktif dengan sputum

disertai dengan demam, mengindikasikan adanya tanda pertama infeksi

pernapasan.

14
2) Palpasi

Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus menurun.

3) Perkusi

Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor, sedangkan

diagfragma mendatar atau menurun.

4) Auskultasi

Pada auskultasi, sering didapatkan bunyi suara napas ronki dan wheezing.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan mengenai PPOK diantaranya adalah bersihan jalan

napas tidak efektif. Penyebab dari bersihan jalan napas tidak efektif secara

fisiologis yaitu, hiperseksi jalan napas dan sekresi yang tertahan. Untuk penyebab

situasional yaitu, merokok aktif, merokok pasif dan terpajan polutan.

Gejala dan tanda mayor objektif yaitu, batuk tidak efektif, tidak mampu batuk,

sputum berlebih, suara napas mengi dan ronkhi. Gejala dan tanda minor sukjektif

yaitu, dispnea dan ortopnea. Gejala dan tanda minor subjektif yaitu, sianosis,

bunyi napas turun, frekuensi napas berubah, pola napas berubah (Tim Pokja SDKI

DPP PPNI, 2017).

3. Rencana Keperawatan

Tujuan dari perencanaan keperawatan yang diharapkan adalah pasien dapat

mendemontrasikan pola pernapasan yang efektif, data objektif menunjukkan pola

pernapasan yang efektif, pasien lebih nyaman dalam bernapas (Tarwoto &

Wartonah, 2015). Batasan karakteristik dari bersihan jalan napas tidak efektif

adalah sputum dalam jumlah yang berlebihan, batuk yang tidak efektif, suara

napas tambahan, perubahan irama napas, perubahan frekuensi napas, dispnea,

15
gelisah. Faktor yang berhubungan untuk bersihan jalan napas tidak efektif

menurut (Kusuma & Nurarif, 2015) antara lain :

a. Dari faktor lingkungan ada perokok pasif dan aktif

b. Dari faktor obstruksi jalan napas ada mukus dalam jumlah berlebih, sekresi

napas buatan, sekresi bertahan atau sisa sekresi, sekresi dan bronki.

c. Dari faktor fisiologi ada PPOK, jalan napas alergik, asma dan infeksi.

Dari batasan karakteristik dan faktor yang berhubungan maka tujuan

keperawatan NOC adalah status pernapasan : Kepatenan jalan napas (Moorhead,

Johnson, L. Maas, & Swanson, 2013). Indikator kebersihan tindakan terkait NOC

kepatenan jalan napas antara lain :

a. Frekuensi pernapasan normal

b. Irama pernapasan teratur

c. Kedalaman inspirasi normal

d. Suara auskultasi napas normal (vesikuler)

e. Tidak ada suara napas tambahan

f. Tidak ada penggunaaan otot bantu pernapasan

g. Tidak ada pernapasan cuping hidung

h. Tidak ada batuk

i. Tidak terdapat akumulasi sputum

j. Tidak ada sianosis

Pada masalah bersihan jalan napas tidak efektif, intervensi keperawatan

yang dianjurkan menurut NIC antara lain (M. Bulechek a tal, 2013) diantara lain :

16
a. Manajemen jalan napas

Manajemen jalan napas merupakan segala macam tindakan keperawatan

yang dilakukan untuk memfasilitasi kepatenan jalan napas. Tindakan –

tindakan keperawatan yang dilakukan antara lain:

1) Buka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw thrust

2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi (postural darinasi)

3) Ajarkan pasien atau keluarga untuk menggunakan inhaler sesuai resep

4) Lakukan fisioterapi dada

5) Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau

menyedot lender.

6) Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif

7) Kelola pemberian bronkodilator

b. Monitor pernapasan

Monitor pernapasan merupakan tindakan yang dilakukan untuk

mendapatkan data dan analisis keadaan pasien untuk memastikan kepatenan

jalan napas dan kecukupan pertukaran gas. Tindakan yang dilakukan antara

lain :

1) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernapas

2) Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan otot-otot

bantu napas, dan retraksi pada otot supraclaviculas dan interkosta

3) Monitor suara napas tambahan seperti ngorok dan mengi

4) Monitor pola napas

5) Monitor keluhan sesak napas pasien

17
6) Auskultasi suara napas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak

adanya ventilasi dan keberadaan suara napas tambahan.

4. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana

perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri dan tindakan

kolaboratif. Tindakan mandiri adalah aktivitas yang disasarkan pada kesimpulan

atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas

kesehatan lainnya. Tindakan kolaboratif adalah tindakan yang didasarkan atas

hasil keputusan bersama (Tarwoto & Wartonah, 2015).

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dalam proses keperataan untuk

dapat menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan. Evaluasi pada

dasarnya membandingkan status keadaan kesehatan pasien dengan tujuan atau

kreteria hasil yang telah ditetapkan. Adapun tujuan dari evaluasi adalah

mengevaluasi status kesehatan pasien, menentukan tujuan perkembangan

keperawatan, menentukan efektivitas dari rencana keperawatan yang telah

ditetapkan, sebagai dasar menentukan diagnoasis yang sudah tercapai atau tidak

atau adanya perubahan diagnosis (Tarwoto & Wartonah, 2015).

18
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu

dengan konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti yang berguna untuk

menjelaskan serta menghubungkan topic yang akan di bahas (Setiadi, 2007).

- Bentuk produktif PPOK


- Terhambatnya pembersihan mukosiliar

- Hipersekresi mukus di saluran napas

- Inflamasi pada bronkiolus dan alveoli


Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa

Bersihan jalan napas tidak efektif 3. Intervensi


4. Implementasi
5. Evaluasi

Keterangan :

: Tidak diteliti : ada hubungan


: Diteliti

Gambar 1. Kerangka Konsep Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien


PPOK Dengan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

19
B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian yang akan memperjelas makna dari

variable dan istilah yang ada dalam penelitian ini untuk mempermudah

pemahaman pembaca. Berikut definisi operasional yang digunakan :

Tabel 1
Definisi Oprasional Asuhan Keperawatan Pada Pasien PPOK dengan bersihan
Jalan Nafas Tidak Efektif Tahun 2018

1 2 3 4 5 6
Definisi Cara
N
Variabel Sub Variabel Oprasional Alat Ukur Pengumpu
o
Variabel lan Data
1. Gambaran Proses Lembar Observasi
Asuhan keperawatan yang Observasi
Keperawatan dilakukan pada
pada pasien pasien PPOK
dengan selama tiga hari
bersihan meliputi :
jalan nafas a. Pengkajian
tidak efektif b. Diagnosa
pada pasien c. Intervensi
PPOK d. Implementasi
e. Evaluasi
Berdasarkan
dokumen pada
catatan
keperawatan
2. Pengkajian Suatu tindakan Lembar Observasi
yang dilakukan Observasi
untuk
mengumpulkan

20
1 2 3 4 5 6
data oleh perawat
pada pasien
PPOK dengan
bersihan jalan
napas tidak
efektif pada awal
pasien masuk
rumah sakit
3. Diagnosa Masalah Lembar Observasi
keperawatan yang Observasi
muncul setelah
dilakukan
pengkajian
4. Intervensi Suatu tindakan Lembar Observasi
yang dilakukan Observasi
untuk meencakan
tindakan yang
akan dilakukan
oleh perawat
dalam mengatasi
masalah
keperawatan yang
dialami pasien
PPOK dengan
bersihan jalan
napas tidak
efektif demi
mencapai tujuan
yang diharapkan
5. Implementasi Suatu tindakan Lembar Observasi
yang dilakukan Observasi

21
1 2 3 4 5 6
pada pasien
PPOK dengan
bersihan jalan
napas tidak
efektif sesuai
dengan intervensi
yang telah dibuat,
untuk mencapai
tujuan yang
diinginkan
6. Evaluasi Suatu tindakan Lembar Observasi
yang dilakukan Observasi
pada pasien
PPOK dengan
bersihan jalan
napas tidak
efektif untuk
membandingkan
tujuan yang akan
dicapai dengan
respon dari pasien

22
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif,

rancangan studi kasus, yaitu salah satu rancangan penelitian yang mencakup satu

unit penelitian secara insentif. Penelitian ini menggunakan desai obsevasional

yaitu peneliti hanya melakukan pengamatan dan non eksperimental. Studi kasus

dibatasi oleh tempat dan waktu, serta kasus yang dipelajari berupa individu,

peristiwa dan aktivitas. Penelitian ini menggunakan rancangan studi kasus yaitu

menggambarkan atau mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien PPOK

dengan bersihan jalan nafas tidak efektif.

B. Tempat dan Waktu

Studi kasus akan dilaksanakan di Ruang Cempaka Rumah Sakit Umum

Daerah Bangli pada bulan April 2018. Waktu penelitian studi kasus direncanakan

selama 5 bulan terhitung sejak pembuatan proposal sampai pembuatan laporan

yaitu bulan Pebruari sampai Juni 2018.

C. Subjek Studi Kasus

Penelitian pada studi kasus ini tidak mengenal populasi dan sampel, namun

lebih mengarah kepada istilah subyek studi kasus oleh karena yang menjadi

subjek studi kasus sejumlah dua pasien (individu) yang diamati secara mendalam.

Subjek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah 2 orang pasien (2 kasus)

dengan masalah keperawatan yang sama yaitu pasien PPOK yang mengalami

bersihan jalan nafas tidak efektif selama 3 x 24 jam, perawat yang memberikan

23
asuhan keperawatan, serta keluarga yang dominan mendampingi pasien di ruang

perawatan, serta semua kolaborasi perawat dengan tenaga kesehatan lainnya.

Dalam penentuan subjek studi kasus, pada penelitian ini menggunakan

kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi merupakan persyaratan umum

yang harus dipenuhi oleh subjek penelitian agar diikutsertakan dalam penelitian.

Sedangkan, kriteria eksklusi adalah suatu keadaan yang menyebabkan subjek

penelitian memenuhi kriteria inklusi namun tidak dapat diikutsertakan dalam

penelitian. Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu :

1. Pasien yang mengalami PPOK dengan bersihan napas tidak efektif

2. Pasien yang mengalami PPOK dengan bersihan jalan napas tidak efektif yang

bersedia menjadi responden.

3. Pasien PPOK yang mengalami bersihan jalan nafas tidak efektif yang

berumur >40 tahun

1. Pasien PPOK yang mengalami bersihan jalan nafas tidak efektif yan

mengalami komplikasi jantung.

D. Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus adalah kajian utama yang akan dijadikan titik acuan studi

kasus. Fokus studi kasus pada penelitian ini adalah asuhan keperawatan pada

pasien PPOK yang mengalami bersihan jalan nafas tidak efektif.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi,

wawancara tak terstruktur dan dokumentasi. Observasi adalah pengamatan yang

dilakukan pada aktivitas yang diselidiki. Wawancara tak terstruktur adalah

24
wawancara yang tidak menggunakan pedoman secara sistematis, pedoman

wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar dari permasalahan

yang akan ditanyakan. Serta mendokumentasikan adalah suatu tindakan yang

dilakukan untuk mengumpulkan data sesuai dengan catatan dokumentasi pasien.

Hasil di tulis dalam bentuk catatan lapangan dan disalin dalam bentuk catatan

terstruktur. Format pengumpulan data seperti pada lampiran 5. Langkah-langkah

pengumpulan data, yaitu :

1. Mengurus surat permohonan izin penelitian di kampus Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Denpasar.

2. Mengurus surat permohonan izin penelitian di Direktorat Poltekkes Kemenkes

Denpasar.

3. Mengurus surat permohonan izin penelitian ke Badan Perizinan dan

Penanaman Modal Provinsi Bali.

4. Mengurus surat permohonan izin penelitian di RSUD Bangli

5. Pendekatan secara formal kepada Kepala Ruang Cempaka RSUD Bangli

6. Pendekatan secara formal kepada perawat yang bertugas di Ruang Cempaka

RSUD Bangli.

7. Melakukan pemilihan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan

eksklusi untuk dijadikan responden.

8. Menjelaskan tujuan peneliti memilih pasien menjadi responden dan

menandatangani informed consent dan melakukan pengumpulan data yang

diperoleh dari hasil wawacara dan catatan medik pasien kemudian dicatat pada

lebar pengumpulan data.

25
Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan lembar

observasi. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data dari

pengkajian diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan

pada pasien PPOK dengan bersihan jalan napas tidak efektif. Lembar observasi

yang disajikan meliputi :

a. Pengkajian

Lembar observasi ini terdiri dari 8 pernyataan, yang dilihat dari dokumen

pasien yang akan dijadikan responden apabila masing-masing pernyataan yang

sudah tercantum di dalam lembar observasi ditemukan di dalam dokumen

responden maka diberi tanda “√” pada kolom “Ya”, dan bila tidak ditemukan

diberi tanda “√” pada kolom “Tidak”.

b. Perumusan diagnosa

Lembar observasi ini terdiri dari 10 pernyataan, yang menggunakan lembar

observasi berupa check list yang harus diisi oleh peneliti. Bila komponen diagnosa

keperawatan sudah sesuai dengan kaidah PPNI yaitu problem, etimology, sign and

symptom (PES) maka diberi tanda “√” pada kolom “Ya”, dan bila tidak sesuai

dengan kaidah PPNI diberi tanda “√” pada kolom “Tidak”.

c. Perencanaan keperawatan

Lembar observasi ini terdiri dari 13 pernyataan, yang dikumpulkan

menggunakan lembar observasi berupa check list yang harus diisi oleh

peneliti. Bila intervensi keperawatan sesuai dengan NIC diberi tanda “√” pada

kolom “Ya”, dan bila tidak sesuai diberi tanda “√” pada kolom “Tidak”.

26
d. Implementasi keperawatan

Lembar observasi ini terdiri dari 13 pernyataan, yang dikumpulkan

menggunakan lembar observasi berupa check list yang harus diisi oleh peneliti.

Bila rencana tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya dilakukan diberi

tanda “√” pada kolom “Ya”, dan bila tidak dilakukan diberi tanda “√”pada kolom

“Tidak”.

e. Evaluasi keperawatan

Lembar observasi ini terdiri dari 7 pernyataan, dikumpulkan menggunakan

lembar observasi berupa check list yang harus diisi oleh peneliti. Bila ditemukan

diberi tanda “√” pada kolom “Ya”, dan bila tidak tercapai diberi tanda “√” pada

kolom ”Tidak”.

F. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data

sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara

mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan

selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan

dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil interprestasi

observasi dan wawancara tak terstruktur yang dilakukan untuk menjawab rumusan

masalah, Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi

dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diimplemntasikan dan

dibandingkan dengan teori yang sudah ada sebagai bahan untuk memberikan

rekomendasi dalam menjalankan asuhan keperawatan.

27
G. Etika Studi Kasus

Pada bagian ini dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus,

yang terdiri dari :

a. Inform Consent (persetujuan menjadi klien)

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden peneliti

dengan memberikan lembar persetujuan. Inform consent tersebut diberikan

sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan dengan

menjadi responden. Tujuan inform consent adalah agar subyek mengerti

maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika subyek

bersedia maka mereka harus menandatangani hak responden.

b. Anonymity (tanpa nama)

Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam subyek penelitian

dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

c. Confidentially ( Kerahasiaan )

Merupakan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-

masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil penelitian.

28
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka


Kerja (1st ed.). Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Dinkes Bangli. (2015). Profil Kesehatan Bangli tahun 2015.

Fallis, A. . (20130. Profil Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Ppok) Yang
Dirawat Inap Di Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2013. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53 (9), 1689 – 1699.
http://doi.org/10.1017/CBo9781107415324.004

Hurst, M. (2016). Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah, Vol.1 . Jakarta;


EGC.

Ikawati, Z. (2016). Penatalaksanaan Terapi Penyakit Sistem Pernapasan


(pertama). Yogyakarta: Bursa ilmu.

Irianto, K. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular & Tidak Menular Panduan


Klinis. (F. Zulhendri, Ed.). Bandung: Alfabeta.

Kementerian Kesehatan Bali. (2015). RL4a 2015 ( pemerintah ).

Khotimah. K. (2017). Studi Deskriptif Tentang Tindakan Keperawatan Pada


Pasien PPOK Di Rumah Sakit Paru dr. Ariyo Wirawan Salatiga, 0-10.

Kusuma, h., & Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. (Yudha, Budi, & Oskar, Eds.) (3rd ed.).
Jogjakarta; Medication Jogja.

Kusumawardani, N., rahajeng, E., & Mubasyiroh, R. (2017). Hubungan antara


keterpanjangan asap rokok dan riwayat penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK) di Indonesia Cigarrete Smoke Expossure and Cronic Obstructive
pulmonary Disease ( COPD ) in Indonesia, 160-166.

Lestari, D. (2016). Pemberian pursed Lip Breathing Exercise Terhadap


Penurunan Tingkat Sesak Napas Pada Asuhan Keperawatan Tn. A Dengan
penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) di Ruang Anggrek 1 Di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.

M. bulechek, G., K Butcher, H., M. Dochterman, J., & M. Wagner, C. (2013).


Nursing Interventions Classification (NIC) (6th ed.) Singapore: CV.
Mocomedia.

Moorhead, S., Johnson, M., L. Maas, M., & Swanson, E. (2013). Nursing
Outcomes Classification (NOC) (5th ed.). Singapore; CV. Mocomedia.

29
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Selemba Medika.

Nugroho, A. Y., & Kristiani, E. E. (2011). Batuk Efektif Dalam Pengeluaran


Dahak Pada Pasien Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di
Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Baptis Kediri Yosef Agung
Nugroho, 4 (2).

Oemiati, R. (2013). Kajian Epidemiologis Penyakit Paru Obstruktif Kronik


(PPOK). Media Litbangkes, 23 (2), 82-88.

Padila, s. K. N. (2012). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Ridha. (2013). Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 1(2), 79-88.

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar.

Setiadi. (2007). Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Sidabutar, P. dan R. dan H. (2012). Karakteristik Penderita Penyakit Paru


Obstruksi Kronik (Ppok) Yang Dirawat Inap Di Rsup H. Ad, 2012, 1-10.

Tana, L., Sihombing, M., Muljati, S., Ghani, L., Penelitian, P., & Daya, S. (2016).
Sensitifitas dan Spesifisitas Pernyataan Gejala Saluran Pernapasan dan Faktor
resiko untuk Kejadian Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ). 287-296.

Tarwoto, & Wartonah, (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan (5th ed.). Jakarta: Salemba Media.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
( tim pokja S. D. PPNI, Ed.) ( 1 st ed.). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

30
Lampiran 1

RENCANA JADWAL KEGIATAN PENELITIAN


GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PPOK DENGAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK
EFEKTIF DI RUANG CEMPAKA RSUD BANGLI TAHUN 2018

No Kegiatan Pebruari 2017 Maret 2017 Apr-17 Mei 2017 Juni 2017

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal
2 Seminar Proposal
3 Revisi Proposal
4 Pengurusan Izin Penelitian
5 Pengumpulan Data
6 Pengolahan Data
7 Analisis Data
8 Penyusunan Laporan
9 Sidang hasil Penelitian
10 Revisi Laporan
11 Pengumpulan KTI

31
Lampiran 2

RENCANA ANGGARAN BIAYA PENELITIAN GAMBARAN


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PPOK DENGAN
BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF DI RUANG
CEMPAKA RSUD BANGLI TAHUN 2018

Alokasi dana yang diperlukan dalam penelitian ini direalisasikan sebagai

berikut :

No Keterangan Biaya
A Tahapan Persiapan
Penyusunan Proposal Rp. 200.000
Pengadaan Proposal Rp. 100.000
Presentasi Proposal Rp. 100.000
Revisi Proposal Rp. 50.000
B Tahap Pelaksanaan
Pengurusan Izin Penelitian Rp. 100.000
Transportasi dan Akomodasi Rp . 100.000
Pengolahan dan Analisis data Rp. 100.000
C Tahap Akhir
Penyusunan KTI Rp. 200.000
Pengadaan KTI Rp. 200.000
Presentasi KTI Rp. 100.000
Revisi KTI Rp. 100.000
Biaya Tak Terduga Rp. 150.000
Total Biaya Rp. 1.500.000

32
Lampiran 3

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth : Calon Responden

di Tempat

Dengan hormat,

Saya mahasiswa D-III RPL Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar

bermaksud akan melakukan penelitian tentang “Gambaran Asuhan

Keperawatan Pada Pasien PPOK Dengan Bersihan Jalan Napas Tidak

Efektif di RSUD Bangli Tahun 2018”, sebagai persyaratan untuk

menyelesaikan program studi D-III RPL Keperawatan. Berkaitan dengan hal

tersebut diatas, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk menjadi

responden yang merupakan sumber informasi bagi penelitian ini.

Demikian permohonan ini saya sampaikan dan atas partisipasinya saya

ucapkan terima kasih.

Denpasar, April 2018

Peneliti

As „idah

NIM : P07120017228

33
Lampiran 4

INFORMED CONSENT

SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini telah diberi penjelasan tentang

penelitian ini :

Judul Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien PPOK

Dengan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Di Ruang

Cempaka RSUD Bangli Tahun 2018

Peneliti As „idah

Institusi Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar

Sayan telah mengerti tujuan, proses dan resiko yang akan terjadi saya

berhak mengundurkan diri dan semua data akan dirahasiakan. Bila ada pernyataan

yang perlu disampaikan kepada peneliti, bisa menghubungi peneliti.

Tanda tangan saya dibawah ini menunjukkan saya telah membaca, telah

memahami dan telah mendapat kesempatan untuk bertanya kepada peneliti

tentang penelitian ini dan menyetujui untuk menjadi responden penelitian.

Responden/Subjek

Penelitian,

________________________

Tanda Tangan

34
Lampiran 4

FORMAT PENGUMPULAN DATA

Judul Penelitian : Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien PPOK

dengan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif di Ruang

Cempaka RSUD Bangli Tahun 2018.

Tanggal Penelitian :

Petunjuk Pengisian :

1. Bacalah setiap pertanyaan lembar pengumpulan data dengan teliti dan benar

2. Amati catatan keperawatan pasien dan isi tanda √ pada kolom yang sesuai

dengan data yang ada pada dokumen

A. PENGKAJIAN

Sesuai
No Data Subjektif dan Data Objektif
Ya Tidak

1 Batuk Produktif

2 Tempat produksi sputum berlebih

3 Pernapasan cuping hidung

4 Penggunaan otot bantu pernapasan

5 Frekuensi napas berubah

6 Pola napas abnormal

7 Dipsneu

8 Bunyi napas ronki dan wheezing

35
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Sesuai
No Data Subjektif dan Data Objektif
Ya Tidak

1. Problem

a. Bersihan jalan napas tidak efektif

2. Etiologi

a. Hipersekresi jalan napas

b. Sekresi yang tertahan

3. Symptom

a. Batuk tidak efektif

b. Tidak mampu batuk

c. Suara tambahan ronkhi dan wheezing

d. Sianosis

e. Gelisah

f. Frekuensi napas berubah

g. Pola napas berubah

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Direncanakan
No Aspek yang dinilai
Ya Tidak
1 Manajemen jalan napas
a. Buka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw
thrust
b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
(semifowler)
c. Lakukan fisioterapi
d. Ajarkan pasien atau keluarga untuk menggunakan
inhaler sesuai resep
36
e. Intruksikan melakukan batuk efektif
f. Kelola pemberiann bronkodilator
2 Monitor pernapasan
a. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan
bernapas
b. Auskultasi suara napas
c. Catat pergerakan dada, ketidaksimetrisan,
penggunaann otot-otot bantu pernapasan, retraksi
dada
d. Monitor suara napas tambahan seperti ngorok atau
mengi
e. Monitor pola napas
f. Monitor sesak napas pasien
g. Auskultasi suara napas

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Dilakukan
No Aspek yang dinilai
Ya Tidak
1 Membuka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw
thrust
2 Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
(semiflower)
3 Melakukan fisioterapi dada
4 Mengajarkan pasien atau keluarga untuk menggunakan
inhaler sesuai resep
5 Mengintruksikan melakukan batuk efektif
6 Mengelola pemberian bronkodilator
7 Memonitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan
bernapas
8 Mengauskultasi suara napas
9 Catat pergerakan dada, ketidaksimetrisan, penggunaan
otot-otot bantu pernapasan, retraksi dada
10 Monitor suara napas tambahan seperti ngorok atau
mengi
11 Monitor pola napas
12 Monitor sesak napas pasien
13 Auskultasi suara napas

37
E. HASIL ASUHAN KEPERAWATAN

Sesuai
No Evaluasi
Ya Tidak

1 Frekuensi pernapasan normal

2 Irama pernapasan teratur

3 Kedalaman inspirasi normal

4 Suara auskultasi napas normal (vesikuler)

5 Tidak ada suara napas tambahan

6 Tidak ada penggunaaan otot bantu pernapasan

7 Tidak ada pernapasan cuping hidung

8 Tidak ada batuk

9 Tidak terdapat akumulasi sputum

10 Tidak ada sianosis

38

Anda mungkin juga menyukai