OLEH :
AS „IDAH
NIM : P07120017228
OLEH :
AS „IDAH
NIM : P07120017228
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
MENGETAHUI :
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
iii
LEMBAR PENGESAHAN
USULAN PENELITIAN
TIM PENGUJI :
1. I Ketut Suardana, S.Kp.M.Kes ( Pembimbing I ) …………….
2. I Made Mertha, S.Kp.M.Kep ( Pembimbing II ) …………….
3. I Wayan Surasta, S.Kp.M.Fis ( Pembahas ) …………….
MENGETAHUI :
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Nama : As „idah
NIM : P07120017228
Alamat :
As „idah
NIM. P07120017228
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas
Dengan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif di Ruang Anggrek RSUD Bangli
Usulan Penlitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Keperawatan.
sendiri melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu
Politeknik Kesehatan Denpasar serta atas dukungan moral dan perhatian yang
vi
3. Bapak I Ketut Suardana S.Kp.,M.Kes. selaku pembimbing utama yang telah
5. Bapak dan Ibu pendamping Mata Ajar Riset Keperawatan yang telah
6. Suami dan Anak-anak saya yang telah memberikan motivasi yang baik dari
segi doa dan emosional sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat
kelas 1.1 yang telah memberikan semangat dan masukan pada peneliti.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan penelitian ini yang
yang lebih baik, karenanya sumbang saran untuk perbaikan sangat peneliti
harapkan.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
3. Patofisiologi ………………………………………………….. 8
PPOK......................................................................................................... 11
viii
Nafas tidak efektif …………………………………………… 12
1. Pengkajian ……………………………………………………. 12
4. Implementasi …………………………………………….…… 18
5. Evaluasi …………………………………….………………… 18
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Polusi yang disebabkan oleh asap kendaraan bermotor, polusi dari Pabrik dan juga
asap rokok. Terpapar oleh polusi udara yang tidak sehat bisa menyebabkan
ditimbulkan seperti penyakit asma, bronckitis, emfisema, dan juga penyakit PPOK
yang dimana penyakit tersebut dapat menghambat jalan udara ke paru-paru (Tana
et al., 2016).
kronik pada saluran nafas dan paru-paru yang menyebabkan hambatan aliran
udara yang bersifat presisten dan progresif yang merupakan respon terhadap gas
pernafasan seperti bronkhitis kronis dan juga emfisema. Pada bronchitis kronis
terjadi penumpukan mucus atau lender dan terjadi sekresi yang sangat banyak
sehingga bisa menyumbat jalan nafas sedangkan pada emfisema terjadi obstruksi
menjadi tiga yaitu, PPOK ringan dimana penderita dapat mengalami batuk
maupun tidak dan juga penderita bisa menghasilkan sputum atau tidak dan disertai
sesak nafas, PPOK sedang adalah dimana penderita mengalami batuk dan juga
menghasilkan sputum serta sesak nafas, PPOK berat adalah penderita mengalami
1
gagal nafas kronik dan disertai gagal jantung menurut Persatuan Dokter Paru
penyakit PPOK ini termasuk penyakit kronis yang berkembang lambat dan
penyakit yang mematikan nomor lima. PPOK sendiri akan terus meningkat
sebanyak 30% jika faktor penyebab tidak bisa dimanajemen dengan baik. Pada
dengan prevelansi 5,1% yang dimana jumlahnya sekitar 210 juta orang mengidap
penyakit ini dan 3 juta diantaranya meninggal dunia. Di Amerika Serikat sekitar
11,4 juta penduduknya mengidap penyakit PPOK ini menurut World Health
sebanyak 56,7 juta orang menurut Global Intiative for Chronic Obstruktive Lung
PPOK di Bali sebanyak 3,5% (Riskesdas, 2013). Dilihat dari jumlah penderita
penyakit paru yang ada di Bali itu sebanyak 1.448 jiwa yang dirawat inap pada
tahun 2014. Jumlahnya semakin meningkat menjadi 1.972 jiwa yang dirawat inap
pada tahun 2016. Di RSUD Bangli terutama di Poliklinik Paru, jumlah pasien
yang menderita PPOK adalah 2.071 kasus yang di rawat jalan (Dinkes Bangli
2015). Pada tahun 2015 jumlah pasien yang dirawat inap di RSUD Bangli adalah
sebanyak 420 jiwa dan jumlahnya meningkat menjadi 570 jiwa pada tahun 2016
kemudian meningkat menjadi 892 jiwa pada tahun 2017 menurut data dari RSUD
Bangli, jumlah rata-rata perbulan mencapai 5 sampai 7 pasien pada tahun 2018.
2
Jumlahnya terus meningkat setiap tahun. Penyakit paru seperti Bronkitis,
Emfisema dan PPOK termasuk 5 besar penyakit yang ada di RSUD Bangli
Terjadinya PPOK diawali dengan asap rokok. Data yang dikumpulkan pada
tahun 2013, sebanyak 17.246 responden yang ada di Indonesia menurut kebiasaan
PPOK yang disebabkan karena sebelumnya pernah merokok setiap hari adalah
jarang yang mengalami PPOK adalah sebanyak 5,3%. Pasien yang mempunyai
kebiasaan merokok setiap haris yang mengalami PPOK adalah sebanyak 4,1%,
3,4%. Pasien yang tidak merokok sama sekali mengalami PPOK sebanyak 3,1%.
Dari data tersebut penderita tertinggi adalah perokok yang mempunyai kebiasaan
efektif (Ikawati, 2016). Keluhan utama dan gejala awal yang timbul pada
(Sidabutar, 2012). Banyak penderita PPOK tidak menyadari tanda awal dari
penyakit ini, karena biasanya penyakit PPOK ini timbul didahului oleh batuk yang
rokok, sehingga penderita membiarkan saja dan tidak melakukan tindak lanjut
untuk mengatasi gejala awal yang timbul. Awalnya batuk yang dialami penderita
3
itu hilang timbul kemudian akan bertambah parah dan menetap sehingga bisa
Penderita PPOK yang mengalami keluhan bersihan jalan nafas tidak efektif
yaitu berupa mengeluarkan dahak hampir setiap hari adalah sebanyak 5,4%.
Untuk yang mengalami keluhan berdahak yang lebih dari satu bulan itu sebanyak
3,5% dan yang mengalami batuk kronik serta pengeluaran dahak selama tiga
bulan sampai satu tahun itu sebanyak 1,3% (Tana et al., 2016). Menurut hasil
penelitian di RSUD Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012 yang mengalami
keluhan bersihan jalan nafas tidak efektif adalah sebanyak 79,1% dari semua
Dampak yang dapat terjadi dari bersihan jalan nafas tidak efektif adalah
pasien dapat mengalami kesulitan bernafas dan gangguan pertukaran gas yang
Rumah Sakit Baptis Kediri berdasar dari 15 responden yang mengalami bersihan
jalan nafas tidak efektif 8 diantaranya mengalami kelelahan, sesak nafas dan juga
merasa lemas (Nugroho & Kristiani, 2011). Sekitar 30% penderita PPOK akan
meninggal dalam kurun waktu satu tahun dengan sumbatan pernafasan yang berat
(Irianto, 2014). Dilihat dampak yang ditimbulkan serta jumlah pasien yang
dirawat inap di Rumah Sakit Daerah Bangli pemberian asuhan keperawatan yang
tepat akan sangat membantu, dimulai dari pengkajian yang tepat, diagnosa,
perencanaan dan juga implementasi yang tepat. Tujuannya yang utama adalah
terutama yang mengalami keluhan bersihan jalan nafas tidak efektif (Ridha,
4
2013). Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan studi kasus yang berjudul
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
dengan bersihan jalan napas tidak efektif di RSUD Bangli tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
efektif.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Penyakit paru obstruktif kronik adalah suatu penyakit yang bisa dicegah dan
diatasi, yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang menetap, yang
biasanya bersifat progresif dan terkait dengan adanya respon inflamasi kronis
saluran nafas dan paru-paru terhadap gas atau partikel berbahaya seperti asap
rokok, debu industri, polusi udara baik dari dalam maupun luar ruangan (Ikawati,
2016). Penyakit paru obstruktif kronis merupakan nama yang diberikan untuk
gangguan ketika dua penyakit paru terjadi pada waktu yang bersamaan, yaitu
bronchitis kronis dan emfisema. PPOK adalah satu kondisi yang ditandai dengan
elastisitasnya, menjadi kaku dan tidak lentur dengan terperangkapya udara dan
sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan seperti, batuk tidak efektif, sputum
berlebih, suara napas mengi atau wheezing dan ronkhi (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2017).
7
2. Faktor yang mempengaruhi bersihan jalan nafas pada PPOK
jalan napas tidak efektif pada pasien PPOK adalah merokok. Asap rokok dapat
inflamasi pada bronkiolus dan alveoli. Bertambahnya ukuran dan jumlah kelenjar
goblet di saluran nafas sehingga dapat menyumbat jalan napas. Keparahan dari
penyakit PPOK terkait dengan banyak rokok yang dihisap, umur mulai merokok,
dan status merokok terakhir saat PPOK sudah berkembang. Tidak semua pasien
PPOK adalah perokok atau mantan perokok, perokok pasif juga bisa menderita
PPOK karena seringnya terpapar oleh asap rokok. Selain faktor asap rokok ada
juga faktor lain yang mempengaruhi yaitu, infeksi. Kolonisasi bakteri pada saluran
inflamasi yang dapat dilihat dari peningkatan jumlah sputum dan percepatan
3. Patofisiologi
Pada pasien PPOK akan mengalami batuk yang produktif dan juga
penghasilan sputum. Penghasilan sputum ini dikarenakan dari asap rokok dan juga
polusi udara baik di dalam maupun di luar ruangan. Asap rokok dan polusi udara
menangkap dan mengeluarkan partikel yang belum tersaring oleh hidung dan juga
karena adanya poliferasi sel goblet dan pergantian epitel yang bersilia dengan
8
yang tidak bersilia. Poliferasi adalah pertumbuhan atau perkembangbiakan pesat
sel baru. Hyperplasia dan hipertrofi atau kelenjar penghasil mukus menyebabkan
sementara hipertrofi adalah bertambahnya ukuran sel. Iritasi dari asap rokok juga
bisa menyebabkan inflamasi bronkiolus dan alveoli. Karena adanya mukus dan
kurangnya jumlah silia dan gerakan silia untuk membersihkan mukus, maka
pasien dapat mengalami bersihan jalan nafas tidak efektif. Hal yang bisa terjadi
jika tidak ditangani maka akan terjadi infeksi berulang, dimana tanda-tanda dari
4. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik yang biasanya muncul pada pasien PPOK menurut (Padila,
a. Batuk yang sangat produktif dan mudah memburuk oleh udara dingin atau
infeksi.
c. Takipnea adalah pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih
dari dua puluh empat kali permenit (Tarwoto & Wartonah, 2015)
9
Menifestasi klinik yang muncul dari bersihan jalan napas tidak efektif menurut
a. Sindrom gagal napas akut, adalah keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh
secara adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas karbon dioksida dan
oksigen.
Tanda dan gejala yang biasa dialami pasien PPOK yang mengalami bersihan
a. Batuk kronis, terjadi berselang atau setiap hari, dan sering terjadi sepanjang
hari.
c. Bronchitis akut
d. Riwayat paparan terhadap faktor resiko seperti merokok dan paparan polusi
6. Pemeriksaan Diagnosti
10
3) FEV1 (Force Expiratory Volume) adalah volume udara yang dapat
dikeluarkan melalui ekspirasi selama satu detik, nilai FEV 1 selalu menurun
4) FVC (Force Vital Capacity) adalah kapasitas vital dari usaha untuk ekspirasi
b. Pemeriksaan Sputum
c. Pemeriksaan radiologi
d. Pemberiksaan bronkogram
diberikan pada pasien yang mengalami bersihan jalan nafas tidak efektif pada
c. Pemberian antibiotik
11
d. Vaksinasi yang dapat diberikan pada pasien PPOK adalah vaksin Influenza
e. Indikasi oksigen
PPOK yang berat dan penderita dengan kadar oksigen darah yang rendah
8. Edukasi untuk pasien PPOK yang mengalami bersihan jalan nafas tidak
efektif
Edukasi yang dapat diberikan untuk pasien PPOK yang mengalami bersihan
jalan nafas tidak efektif adalah yang paling efektif untuk menguranginya adalah
merokok sebanyak 5% sampai 10% menurut Morton, 2012 dalam (Lestari, 2016).
1. Pengkajian
fisik, mental, sosial, dan lingkungan. Tujuan dari pengkajian adalah untuk
12
klien, menilai keadaan kesehatan klien, membuat keputusan yang tempat dalam
a. Biodata Pasien
fisik maupun psikologis. Jenis kelamin dan pekerjaan dikaji untuk mengetahui
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji adalah data saat ini dan masalah yang lalu.
Berfokus pada manifestasi klinik dari keluhan utama yang dialami dan yang
c. Keluhan Utama
pengetahuan pasien tentang kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa
muncul adalah berupa batuk dan pengeluaran sputum, badan lemah. Menurut
(Tarwoto & Wartonah, 2015) keluhan yang bisa dirasakan adalah berupa
adanya batuk, adanya sputum, sesak napas dan kesulitan berapas, intoleransi
13
d. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien dengan PPOK yang mengalami bersihan jalan nafas tidak efektif datang
Tujuan riwayat kesehatan keluarga dan sosial penyakit paru-paru antara lain :
2) Kelainan alergi
g. Pemeriksaan fisik
berikut :
1) Inspeksi
Pada klien dengan PPOK, terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi
biasanya dapat terlihat klien mempunyai bentuk dada barel akibat udara
pernapasan.
14
2) Palpasi
3) Perkusi
4) Auskultasi
Pada auskultasi, sering didapatkan bunyi suara napas ronki dan wheezing.
2. Diagnosa keperawatan
napas tidak efektif. Penyebab dari bersihan jalan napas tidak efektif secara
fisiologis yaitu, hiperseksi jalan napas dan sekresi yang tertahan. Untuk penyebab
Gejala dan tanda mayor objektif yaitu, batuk tidak efektif, tidak mampu batuk,
sputum berlebih, suara napas mengi dan ronkhi. Gejala dan tanda minor sukjektif
yaitu, dispnea dan ortopnea. Gejala dan tanda minor subjektif yaitu, sianosis,
bunyi napas turun, frekuensi napas berubah, pola napas berubah (Tim Pokja SDKI
3. Rencana Keperawatan
pernapasan yang efektif, pasien lebih nyaman dalam bernapas (Tarwoto &
Wartonah, 2015). Batasan karakteristik dari bersihan jalan napas tidak efektif
adalah sputum dalam jumlah yang berlebihan, batuk yang tidak efektif, suara
15
gelisah. Faktor yang berhubungan untuk bersihan jalan napas tidak efektif
b. Dari faktor obstruksi jalan napas ada mukus dalam jumlah berlebih, sekresi
napas buatan, sekresi bertahan atau sisa sekresi, sekresi dan bronki.
c. Dari faktor fisiologi ada PPOK, jalan napas alergik, asma dan infeksi.
Johnson, L. Maas, & Swanson, 2013). Indikator kebersihan tindakan terkait NOC
yang dianjurkan menurut NIC antara lain (M. Bulechek a tal, 2013) diantara lain :
16
a. Manajemen jalan napas
1) Buka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw thrust
menyedot lender.
b. Monitor pernapasan
jalan napas dan kecukupan pertukaran gas. Tindakan yang dilakukan antara
lain :
17
6) Auskultasi suara napas, catat area dimana terjadi penurunan atau tidak
4. Implementasi
atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas
5. Evaluasi
kreteria hasil yang telah ditetapkan. Adapun tujuan dari evaluasi adalah
ditetapkan, sebagai dasar menentukan diagnoasis yang sudah tercapai atau tidak
18
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu
dengan konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti yang berguna untuk
Keterangan :
19
B. Definisi Operasional
variable dan istilah yang ada dalam penelitian ini untuk mempermudah
Tabel 1
Definisi Oprasional Asuhan Keperawatan Pada Pasien PPOK dengan bersihan
Jalan Nafas Tidak Efektif Tahun 2018
1 2 3 4 5 6
Definisi Cara
N
Variabel Sub Variabel Oprasional Alat Ukur Pengumpu
o
Variabel lan Data
1. Gambaran Proses Lembar Observasi
Asuhan keperawatan yang Observasi
Keperawatan dilakukan pada
pada pasien pasien PPOK
dengan selama tiga hari
bersihan meliputi :
jalan nafas a. Pengkajian
tidak efektif b. Diagnosa
pada pasien c. Intervensi
PPOK d. Implementasi
e. Evaluasi
Berdasarkan
dokumen pada
catatan
keperawatan
2. Pengkajian Suatu tindakan Lembar Observasi
yang dilakukan Observasi
untuk
mengumpulkan
20
1 2 3 4 5 6
data oleh perawat
pada pasien
PPOK dengan
bersihan jalan
napas tidak
efektif pada awal
pasien masuk
rumah sakit
3. Diagnosa Masalah Lembar Observasi
keperawatan yang Observasi
muncul setelah
dilakukan
pengkajian
4. Intervensi Suatu tindakan Lembar Observasi
yang dilakukan Observasi
untuk meencakan
tindakan yang
akan dilakukan
oleh perawat
dalam mengatasi
masalah
keperawatan yang
dialami pasien
PPOK dengan
bersihan jalan
napas tidak
efektif demi
mencapai tujuan
yang diharapkan
5. Implementasi Suatu tindakan Lembar Observasi
yang dilakukan Observasi
21
1 2 3 4 5 6
pada pasien
PPOK dengan
bersihan jalan
napas tidak
efektif sesuai
dengan intervensi
yang telah dibuat,
untuk mencapai
tujuan yang
diinginkan
6. Evaluasi Suatu tindakan Lembar Observasi
yang dilakukan Observasi
pada pasien
PPOK dengan
bersihan jalan
napas tidak
efektif untuk
membandingkan
tujuan yang akan
dicapai dengan
respon dari pasien
22
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
rancangan studi kasus, yaitu salah satu rancangan penelitian yang mencakup satu
yaitu peneliti hanya melakukan pengamatan dan non eksperimental. Studi kasus
dibatasi oleh tempat dan waktu, serta kasus yang dipelajari berupa individu,
peristiwa dan aktivitas. Penelitian ini menggunakan rancangan studi kasus yaitu
Daerah Bangli pada bulan April 2018. Waktu penelitian studi kasus direncanakan
Penelitian pada studi kasus ini tidak mengenal populasi dan sampel, namun
lebih mengarah kepada istilah subyek studi kasus oleh karena yang menjadi
subjek studi kasus sejumlah dua pasien (individu) yang diamati secara mendalam.
Subjek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah 2 orang pasien (2 kasus)
dengan masalah keperawatan yang sama yaitu pasien PPOK yang mengalami
bersihan jalan nafas tidak efektif selama 3 x 24 jam, perawat yang memberikan
23
asuhan keperawatan, serta keluarga yang dominan mendampingi pasien di ruang
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi merupakan persyaratan umum
yang harus dipenuhi oleh subjek penelitian agar diikutsertakan dalam penelitian.
2. Pasien yang mengalami PPOK dengan bersihan jalan napas tidak efektif yang
3. Pasien PPOK yang mengalami bersihan jalan nafas tidak efektif yang
1. Pasien PPOK yang mengalami bersihan jalan nafas tidak efektif yan
Fokus studi kasus adalah kajian utama yang akan dijadikan titik acuan studi
kasus. Fokus studi kasus pada penelitian ini adalah asuhan keperawatan pada
24
wawancara yang tidak menggunakan pedoman secara sistematis, pedoman
Hasil di tulis dalam bentuk catatan lapangan dan disalin dalam bentuk catatan
Denpasar.
RSUD Bangli.
diperoleh dari hasil wawacara dan catatan medik pasien kemudian dicatat pada
25
Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan lembar
pada pasien PPOK dengan bersihan jalan napas tidak efektif. Lembar observasi
a. Pengkajian
Lembar observasi ini terdiri dari 8 pernyataan, yang dilihat dari dokumen
responden maka diberi tanda “√” pada kolom “Ya”, dan bila tidak ditemukan
b. Perumusan diagnosa
observasi berupa check list yang harus diisi oleh peneliti. Bila komponen diagnosa
keperawatan sudah sesuai dengan kaidah PPNI yaitu problem, etimology, sign and
symptom (PES) maka diberi tanda “√” pada kolom “Ya”, dan bila tidak sesuai
c. Perencanaan keperawatan
menggunakan lembar observasi berupa check list yang harus diisi oleh
peneliti. Bila intervensi keperawatan sesuai dengan NIC diberi tanda “√” pada
kolom “Ya”, dan bila tidak sesuai diberi tanda “√” pada kolom “Tidak”.
26
d. Implementasi keperawatan
menggunakan lembar observasi berupa check list yang harus diisi oleh peneliti.
tanda “√” pada kolom “Ya”, dan bila tidak dilakukan diberi tanda “√”pada kolom
“Tidak”.
e. Evaluasi keperawatan
lembar observasi berupa check list yang harus diisi oleh peneliti. Bila ditemukan
diberi tanda “√” pada kolom “Ya”, dan bila tidak tercapai diberi tanda “√” pada
kolom ”Tidak”.
sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara
observasi dan wawancara tak terstruktur yang dilakukan untuk menjawab rumusan
masalah, Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi
dibandingkan dengan teori yang sudah ada sebagai bahan untuk memberikan
27
G. Etika Studi Kasus
Pada bagian ini dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus,
c. Confidentially ( Kerahasiaan )
28
DAFTAR PUSTAKA
Fallis, A. . (20130. Profil Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Ppok) Yang
Dirawat Inap Di Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2013. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53 (9), 1689 – 1699.
http://doi.org/10.1017/CBo9781107415324.004
Moorhead, S., Johnson, M., L. Maas, M., & Swanson, E. (2013). Nursing
Outcomes Classification (NOC) (5th ed.). Singapore; CV. Mocomedia.
29
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Selemba Medika.
Tana, L., Sihombing, M., Muljati, S., Ghani, L., Penelitian, P., & Daya, S. (2016).
Sensitifitas dan Spesifisitas Pernyataan Gejala Saluran Pernapasan dan Faktor
resiko untuk Kejadian Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ). 287-296.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
( tim pokja S. D. PPNI, Ed.) ( 1 st ed.). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
30
Lampiran 1
No Kegiatan Pebruari 2017 Maret 2017 Apr-17 Mei 2017 Juni 2017
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal
2 Seminar Proposal
3 Revisi Proposal
4 Pengurusan Izin Penelitian
5 Pengumpulan Data
6 Pengolahan Data
7 Analisis Data
8 Penyusunan Laporan
9 Sidang hasil Penelitian
10 Revisi Laporan
11 Pengumpulan KTI
31
Lampiran 2
berikut :
No Keterangan Biaya
A Tahapan Persiapan
Penyusunan Proposal Rp. 200.000
Pengadaan Proposal Rp. 100.000
Presentasi Proposal Rp. 100.000
Revisi Proposal Rp. 50.000
B Tahap Pelaksanaan
Pengurusan Izin Penelitian Rp. 100.000
Transportasi dan Akomodasi Rp . 100.000
Pengolahan dan Analisis data Rp. 100.000
C Tahap Akhir
Penyusunan KTI Rp. 200.000
Pengadaan KTI Rp. 200.000
Presentasi KTI Rp. 100.000
Revisi KTI Rp. 100.000
Biaya Tak Terduga Rp. 150.000
Total Biaya Rp. 1.500.000
32
Lampiran 3
Kepada
di Tempat
Dengan hormat,
Peneliti
As „idah
NIM : P07120017228
33
Lampiran 4
INFORMED CONSENT
Saya yang bertanda tangan dibawah ini telah diberi penjelasan tentang
penelitian ini :
Peneliti As „idah
Sayan telah mengerti tujuan, proses dan resiko yang akan terjadi saya
berhak mengundurkan diri dan semua data akan dirahasiakan. Bila ada pernyataan
Tanda tangan saya dibawah ini menunjukkan saya telah membaca, telah
Responden/Subjek
Penelitian,
________________________
Tanda Tangan
34
Lampiran 4
Tanggal Penelitian :
Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah setiap pertanyaan lembar pengumpulan data dengan teliti dan benar
2. Amati catatan keperawatan pasien dan isi tanda √ pada kolom yang sesuai
A. PENGKAJIAN
Sesuai
No Data Subjektif dan Data Objektif
Ya Tidak
1 Batuk Produktif
7 Dipsneu
35
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Sesuai
No Data Subjektif dan Data Objektif
Ya Tidak
1. Problem
2. Etiologi
3. Symptom
d. Sianosis
e. Gelisah
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Direncanakan
No Aspek yang dinilai
Ya Tidak
1 Manajemen jalan napas
a. Buka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw
thrust
b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
(semifowler)
c. Lakukan fisioterapi
d. Ajarkan pasien atau keluarga untuk menggunakan
inhaler sesuai resep
36
e. Intruksikan melakukan batuk efektif
f. Kelola pemberiann bronkodilator
2 Monitor pernapasan
a. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan
bernapas
b. Auskultasi suara napas
c. Catat pergerakan dada, ketidaksimetrisan,
penggunaann otot-otot bantu pernapasan, retraksi
dada
d. Monitor suara napas tambahan seperti ngorok atau
mengi
e. Monitor pola napas
f. Monitor sesak napas pasien
g. Auskultasi suara napas
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dilakukan
No Aspek yang dinilai
Ya Tidak
1 Membuka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw
thrust
2 Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
(semiflower)
3 Melakukan fisioterapi dada
4 Mengajarkan pasien atau keluarga untuk menggunakan
inhaler sesuai resep
5 Mengintruksikan melakukan batuk efektif
6 Mengelola pemberian bronkodilator
7 Memonitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan
bernapas
8 Mengauskultasi suara napas
9 Catat pergerakan dada, ketidaksimetrisan, penggunaan
otot-otot bantu pernapasan, retraksi dada
10 Monitor suara napas tambahan seperti ngorok atau
mengi
11 Monitor pola napas
12 Monitor sesak napas pasien
13 Auskultasi suara napas
37
E. HASIL ASUHAN KEPERAWATAN
Sesuai
No Evaluasi
Ya Tidak
38