Anda di halaman 1dari 9

Ilmu Perilaku dan Sosial dan Kesehatan Masyarakat

Untuk Memenuhi Tugas Dasar Kesehatan Masyarakat

Home Group 4

Reny Hariyani T.L


Rizka Lidya Savitri
Meriza Wulandari
Khonza Hanifa
Tasya Caesarena P
Hilyah A Nayyirah
Vania Erika

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia

2014
I. PENDAHULUAN

Pembahasan kita kali ini ialah mengenai ilmu perilaku dan sosial serta hubungannya
dengan kesehatan masyarakat. Seperti yang kita ketahui bahwa latar belakang budaya dapat
sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan suatu masyarakat. Sebagai contoh, negara-
negara di Asia yang sebagian besar masih kental nuansa kebudayaannya tentu berbeda
dengan masyarakat negara di Benua Amerika. Perbedaan terdapat pada cara mereka memilih
makanan, cara memasaknya, sikap terhadap tindakan medis, maupun keyakinan terhadap
suatu penyakit.

Tidak hanya budaya, agama pun mempengaruhi persepsi seseorang dalam


penanganan kesehatan di lingkungan mereka. Ada sebagian orang yang menganggap jika
mereka sakit itu karena kutukan dari Tuhan. Tetapi dalam penanganannya mereka tetap
berdoa kepada Tuhan agar disembuhkan. Agama mempengaruhi pola hidup sehat seseorang,
misalnya di dalam agama kita diajarkan untuk tidak boleh merokok, tidak boleh memakan
makanan haram dan sebagainya.

Selain agama dan budaya, status ekonomi seseorang juga berpengaruh pada
kesehatan. Orang yang tergolong mampu dari segi ekonomi akan lebih mudah untuk berobat
ke rumah sakit dibandingkan dengan orang yang kurang mampu. Dalam hal ini diperlukan
intervensi kepada masyarakat. baik itu intervensi kepada individu maupun terhadap
masyarakat. Dikenal pula prinsip sosial marketing untuk lebih ‘menjual’ pelayanan kesehatan
kepada masyarakat luas.

II. Isi

A. Hubungan Antara Ilmu Perilaku dan Sosial dengan Kesehatan Masyarakat

Ilmu sosial dan kesehatan masyarakat memiliki kaitan yang sangat erat. Hal ini
dikarenakan keduanya memiliki prinsip dasar yang sama, yaitu sama-sama memperjuangkan
keadilan sosial. Keadilan sosial berarti sebuah masyarakat dapat memberikan perlakuan adil
serta pembagian yang adil sebagai imbalan dari individu kepada masyarakat dan masyarakat
terhadap individu. Agen kesehatan masyarakat memperjuangkan keadilan sosial dan melihat
kesehatan masyarakat sebagai bagian penting dari keadilan sosial.
Beberapa ilmu sosial dan perilaku yang berkaitan langsung dengan kesehatan masyarakat
yaitu psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu politik dan kebijakan publik, ekonomi,
komunikasi, demografi, dan geografi.

1. Psikologi  Teori tentang perilaku, kecenderungan pengambilan risiko, dan metode


mengubah tingkah laku serta perilaku sosial. Penerapan : misalnya pada saat intervensi
terhadap seorang penderita kanker stadium lanjut tentu dibutuhkan cara penyampaian yang
tepat agar tidak makin membuat mentalnya semakin lemah, maka diperlukan penguasaan
terhadap ilmu psikologi.

2. Sosiologi  Teori perkembangan sosial, perilaku organisasi, dan sistem berpikir.


Penerapan : Cara berpikir seorang siswa SMA tentu berbeda dengan mahasiswa sehingga
persamaan persepsi dan cara berpikir akan membuat komunikasi kesehatan lebih efektif.

3. Antropologi  Pengaruh sosial dan budaya pada pengambilan keputusan individu dan
populasi dalam bidang kesehatan dengan pandangan secara global. Penerapan : Budaya
mempengaruhi kebiasaan hidup manusia sehari-hari. Metode, gaya hidup dan cara seseorang
menjaga kesehatannya pun dipengaruhi oleh budaya. Banyak budaya yang cara menjaga
kesehatannya tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan atau disarankan dokter.
Mereka menganggap hal-hal ilmiah adalah sesuatu yang menakutkan. Oleh karena itu,
sosialisasi kesehatan masyarakat akan lebih efektif dan tepat sasaran apabila kita dapat
mempelajari, memahami dan menganalisis budayanya terlebih dahulu sehingga dapat
mencari solusi yang tepat berdasarkan analisis yang telah dibuat.

4. Ilmu Politik/Kebijakan Publik  Pendekatan kepada pemerintah dan pembuat kebijakan


yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat. Struktur analisis kebijakan dan dampak
pemerintahan pada pembuatan keputusan kesehatan masyarakat. Penerapan : Seorang ahli
kesehatan masyarakat harus mampu mengontrol kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan
kesehatan, maka dibutuhkan pengetahuan mengenai ilmu politik dan kebijakan publik agar
kontrol yang kita berikan tidak bertentangan dengan hukum.

5. Ekonomi  Pemahaman tentang dampak mikro dan makro ekonomi pada kesehatan
masyarakat dan sistem perlindungan kesehatan masyarakat. Penerapan : Pengambilan
keputusan dalam kesehatan masyarakat harus berdasarkan keadaan ekonomi masyarakat
karena ekonomi merupakan salah satu komponen utama dalam kemasyarakatan.Keadaan
masyarakat di kota besar dengan di pedesaan tentu berbeda, sehingga dibutuhkan intervensi
yang tepat sesuai dengan keadaan ekonominya.

6. Komunikasi  Teori dan praktek dari komunikasi personal dan peran media dalam
menyampaikan informasi kesehatan. Penerapan : Sistem informasi kesehatan perlu
dikembangkan agar dapat sepenuhnya menunjang pelaksanaan manajemen dan upaya
menyehatkan masyarakat. Ahli kesehatan masyarakat harus menguasai sistem komunikasi
agar mampu menyampaikan ilmunya secara menarik dan tepat.

7. Demografi  Pemahaman perubahan geografi dalam populasi secara global yang


berhubungan dengan proses penuaan, migrasi dan perbedaan tingkat kelahiran serta
dampaknya pada kesehatan masyarakat. Penerapan : Ilmu demografi harus dimiliki oleh
seorang ahli kesehatan masyarakat, misalnya dalam mengetahui persebaran penduduk,
jumlah kelahiran dan kematian, pertumbuhan penduduk, dan lain-lain, sehingga dapat
mengambil keputusan intervensi yang tepat, misalnya dalam mengadakan program KB.

8. Geografi  Pemahaman dari dampak-dampak geografi pada penyakit dan penyebab


penyakit juga metode untuk menampilkan dan menelusuri lokasi dari kejadian penyakit.
Penerapan : Dengan memiliki ilmu geografi, ahli kesehatan masyarakat dapat mengetahui
bagaimana proses penyebaran atau asal mula suatu penyakit didasarkan kondisi lingkungan
tempat tinggal suatu masyarakat.

B. Pengaruh Status Sosial Ekonomi pada Kesehatan

Status sosial ekonomi dianggap sangat membawa pengaruh terhadap kesehatan


masyarakat. Faktor yang dapat diukur dalam status ekonomi sosial adalah pendapatan
keluarga, pendidikan orang tua atau diri sendiri, dan status profesional orang tua atau diri
sendiri. Status kesehatan terkait dengan status sosial ekonomi.

Pendidikan juga sangat berhubungan dengan kesehatan menuju yang lebih baik,
pendidikan bisa merubah hasil kesehatan dan meningkatkan umur panjang dengan
mendorong untuk berperilaku memberikan perlindungan diri terhadap penyakit. Dan
demikian juga untuk mengurangi tingkah laku yang menempatkan individu terhadap risiko
terkena penyakit. Pendidikan dengan level yang lebih tinggi ditambah dengan peningkatan
kekayaan dapat menyediakan sumber daya yang lebih besar, dapat meningkatkan akses
perawatan medis yang lebih baik dan menyediakan kemampuan yang lebih besar untuk
melindungi diri terhadap risiko penyakit.
Individu-individu dari status sosial ekonomi yang lebih rendah , lebih mungkin
terkena bahaya kesehatan di tempat kerja dan di lingkungan melalui udara yang beracun
yang mereka hirup, air yang mereka minum, dan makanan yang mereka makan .

TIPE CONTOH
Kondisi kehidupan Meningkatkan sanitasi, mengurangi
berkerumunan, metode pemanasan dan
memasak
Peluang pendidikan secara Pendidikan sangat berhubungan kuat
keseluruhan dengan perilaku kesehatan dan hasil
kesehatan , mungkin karena dengan
pendidikan lebih memahami faktor-
faktor yang berhubungan dengan
penyakit dan kemampuan lebih untuk
mengendalikan faktor-faktor ini
Peluang pendidikan untuk wanita Pendidikan untuk wanita mempunyai
pengaruh terhadap kesehatan anak dan
keluarga

Pemaparan pekerjaan Pekerjaan ekonomi sosial yang rendah


biasanya berkaitan dengan peningkatan
pemaparan resiko kesehatan

Akses barang dan jasa Kemampuan untuk mengakses barang,


seperti perangkat pelindung dan
barang-barang berkualitas tinggi dan
jugs jasa, termasuk jasa medis dan
sosial untuk melindungi dan
meningkatkan kesehatan
Jumlah anggota keluarga Jumlah keluarga besar sering dikaitkan
dengan status sosial ekonomi yang
rendah dan dengan status kesehatan
yang rendah pula.
Pemaparan perilaku beresiko tinggi Keterasingan sosial berkaitan dengan
kemiskinan dapat dikaitkan dengan
kekerasan, obat-obatan, perilaku
berisiko tinggi lainnya.
Lingkungan Status sosial ekonomi yang rendah
yang berhubungan dengan paparan
yang lebih besar untuk polusi
lingkungan, bencana alam, dan bahaya
dari "lingkungan buatan"

C. Pengaruh Budaya dan Agama pada Kesehatan

C.1 Hubungan budaya dengan kesehatan

Budaya mengartikan apa yang baik dan buruk, serta apa yang sehat dan tidak sehat.
Secara langsung budaya mempengaruhi kebiasaan sehari-hari. Berikut merupakan cara
budaya memengaruhi kesehatan, yaitu :
a. Budaya berhubungan dengan kebiasaan atau praktik sosial yang diambil dalam
penambahan atau pengurangan risiko.
Contoh: dalam pemilihan makanan (ada vegetarian, gaya diet mediteranian),
metode dalam memasak, mutilasi kelamin wanita, dan sejarah pengikatan kaki
di China.
b. Budaya berhubungan dengan tipe intervensi yang dapat diterima.
Contoh: variasi kadar penerimaan pengobatan tradisional barat, termasuk
ketergantungan terhadap penyembuhan diri sendiri dan penyembuhan
tradisonal.
c. Budaya berhubungan dengan respon terhadap penyakit dan
intervensinya
Contoh: perbedaan budaya dalam tindak lanjut, kepatuhan terhadap
pengobatan, penerimaan terhadap hasil yang merugikan.
d. Budaya berkaitan dengan respons terhadap gejala, seperti tingkat urgensi
mengenali gejala-gejala, mencari perawatan, serta mengkomunikasikan gejala.
Contoh: perbedaan budaya dalam mencari perawatan.
C.2 Hubungan agama dan kesehatan
Agama mempunyai dampak utama dalam kesehatan, khususnya untuk
praktik tertentu yang didukung atau dikutuk oleh suatu kelompok agama tertentu.
Berikut merupakan cara agama memengaruhi kesehatan, yaitu :
a. Agama mempengaruhi praktik sosial yang menempatkan individu dalam
peningkatan atau penurunan risiko.
Contoh: sunat (seksual), penghindaran makanan laut, daging babi, serta
dagingsapi (makanan).
b. Agama mempengaruhi respon terhadap penyakit dan intervensinya.
Contoh: peran doa sebagai intervensi untuk mengubah keadaan.
c. Agama memengaruhi tipe intervensi yang dapat diterima.
Contoh: larangan melawan transfusi darah, sikap terhadap aborsi, serta sikap
terhadap penelitian sel induk.

D. Tahapan Model Perubahan Perilaku


Proses perubahan perilaku dapat dideskrisipkan menggunakan tahapan model perubahan
perilaku (The stages of Change Model). Tahapan model perubahan perilaku terdi dari lima
tahapan, yaitu :

1. Prekontemplasi
Pada tahapan ini individu belum menyadari adanya permasalahan ataupun
kebutuhan untuk melakukan perubahan, oleh karena itu individu memerlukan
informasi dan umpan balik untuk menimbulkan kesadaran akan adanya masalah
dan kemungkinan untuk berubah. Nasehat ataupun informasi mengenai suatu hal
tidak akan berhasil bila dilakukan pada tahap ini.

2. Kontemplasi
Pada tahapan kontemplasi ini sudah timbul kesadaran akan adanya masalah,
namun individu masih dalam tahap dilema. Individu masih menimbang untuk
berubah atau tidak , Individu masih mendiskusikan keuntungan dan kerugian
apabila melakukan suatu perubahan.
3. Preparasi
Pada tahapan ini individu harus mempersiapakan atau memperkuat pilihannnya
untuk terus maju atau mundur lagi pada tahapan kontemplasi.
4. Pemeliharaan
Pada tahap ini terjadi pemeliharaan perubahan perilaku yang telah dicapai perlu
dilakukan untuk terjadinya pencegahan terulangnya kembali kebiasaan individu
yang terdahulu.
E. Cara Mengubah Kebiasaan Individu

Kebiasaan dari seorang individu seringkali memiliki hubungan yang umum dengan penyakit,
kelainan, dan kematian yang sebenarnya bisa dicegah. Namun, hal itu bukan berarti untuk
memahami kebiasaan dari seorang individu kita hanya berfokus pada individu tersebut.
Faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi yaitu:

 Faktor downstream : hal-hal yang secara langsung melibatkan individu tersebut dan
dapat diubah dengan intervensi individual, seperti kecanduan dengan nikotin.
 Faktor mainstream : hal-hal yang merupakan sebuah dampak yang dihasilkan dari
hubungan dari seorang individu dengan kelompok yang besar atau populasi, seperti
tekanan dari kelompok untuk merokok.
 Faktor upstream : seringkali didasarkan pada struktur sosial dan peraturan, seperti
program pemerintah yang mensponsori produksi tembakau.

Oleh karena itu perubahan dari sebuah kebiasaan seringkali membutuhkan lebih dari sekedar
motivasi individu dan keputusan untuk berubah. Hal tersebut juga membutuhkan dorongan
dari kelompok mulai dari keluarga dan teman sampai kepada rekan kerja. Tidak hanya itu,
dibutuhkan pula kebijakan sosial dan harapan yang dapat memperkuat individu tersebut.

F. Cara Mengubah Kebiasaan Kelompok


Pendekatan marketing telah digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
baik dan mengubah kebiasaan pada suatu kelompok. Marketing sosial, kegunaan dan
perluasan dari marketing produk tradisional, telah menjadi komponen kunci dalam
pendekatan kesehatan masyarakat untuk perubahan perilaku. Karena perubahan kebiasaan
akan sukses jika upaya-upaya tersebut juga dikombinasikan pada individu, at-risk group, dan
populasi atau masyarakat secara keseluruhan. Dalam beberapa tahun belakangan ini,
kesehatan masyarakat mulai menerapkan pendekatan marketing agar masyarakat lebih
mengerti dan mengubah kebiasaan suatu kelompok, terutama perokok dimana memiliki
dampak resiko tinggi terhadap kesehatannya akibat dari kebiasaan tersebut. Pemasaran sosial
dapat menggunakan sistem 4S yang sebagian besar menggunakan usaha pemasaran
tradisional, yaitu
 Product (produk) : mengidentifikasi kebiasaan dan inovasi yang akan dipasarkan
 Price (harga) : mengidentifikasi keuntungan, hambatannya serta biaya finansial
 Place (tempat) : mengidentifikasi sasaran dan pendekatan apa yang harus
dilakukan
 Promotion (promosi) : membuat acara/program untuk mendekati masyarakat

III. Penutup

3.1 Kesimpulan

Suatu perubahan derajat kesehatan masyarakat ditentukan bukan hanya oleh sebuah
pengetahuan akan pentingnya kebiasaan sehat, tetapi juga pemahaman dan kemauan untuk
melaksanakannya. Hal tersebut memerlukan perubahan perilaku : individu, kelompok, dan
lingkungan sosial. Ada beberapa tahap yang harus dilalui, namun pada dasarnya perubahan
perilaku individu, kelompok,dan lingkungan sosial tersebut saling berkaitan satu sama lain,
seperti seorang individu yang hendak menghentikan kebiasaan merokok, lalu didukung oleh
sebuah kelompok yang berkomitmen untuk bersama-sama menghentikan kebisaan merokok.
Perubahan perilaku kesehatan masyarakat erat kaitannya dengan ilmu sosial seperti psikologi,
demografi,dan lain-lain karena pada masyarakat faktor-faktor tersebut berperan dalam
pembentukan pola pikir dan kebiasaan, termasuk kebiasaan yang berhubungan dengan
kesehatan. Selain itu intervensi seperti program pemerintah juga dapat menjadi sarana yang
efektif.

3.2 Saran

Dalam mensosialisasikan pembiasaan kesehatan yang baik, seorang ahli kesehatan


masyarakat harus memperhatikan aspek sosial yang terlibat di dalamnya, agar pesan yang
disampaikan dapat diterima dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai