PENDAHULUAN
Sistem saraf pusat merupakan pusat pengatur informasi, dimana seluruh aktivitas
tubuh dikendalikan oleh sistem saraf pusat.Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan
sumsum tulang belakang. Otak dilindungi oleh tengkorak dan sumsum tulang belakang
dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. otak dan sumsum tulang belakang dibungkus
oleh selaput meningia yang melindungi sistem saraf halus, membawa pembuluh darah,
dan dengan mengsekresi sejenis cairan yang disebut serebrospinal, selaput meningia
dapat memperkecil benturan dan goncangan. Menginia terdiri atas tiga lapis, piamater,
arachnoid, dan duramater.
Susunan saraf pusat berkaitan dengan sistem saraf manusia yang merupakan suatu
jaringan yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain.
Fungsi sitem saraf antara lain mengkordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi
antara individu dan lingkungan sekitarnya.
Sistem saraf dibagi menjadi dua yaitu sistem saraf pusat atau sentral dan sistem
saraf tepi. Pada sistem saraf pusat, rangsang seperti sakit, panas, rasa,k cahaya, dan suara
mula-mula diterima oleh reseptor, kemudian dilanjutkan keotak dan sumsum tulang
belakang.
Rasa sakit disebabkan oleh ransangan rasa sakit diotak besar.Sedangkan analgetik
narkotik menekan reaksi emosional yang ditimbulkan rasa sakit tersebut.Sistem saraf
pusat dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang tidak spesifik, misalnya
sedative hipnotik.
1.3 TUJUAN
1
Untuk mengetahui yang dimaksud dengan penekan sistem saraf pusat dan
mengetahui klasifikasi-klasifikasi dari penekan sistem saraf pusat.
1.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Contoh anestesi inhalasi yang berupa gas adalah : siklopropan, etilen
(H2C=CH2) dan nitrogen oksigen (N2O).
Berdasarkan struktur kimianya anestetika inhalasi yang berupa cairan
mudah menguap dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu turunan eter dan
turunan hidrokarbon terhalogenasi.
1) Turunan Eter
Contoh : dietil eter, vinil eter,enfluran, isofluran dan metoksifluran.
4
Contoh: ketamin HCl
R1 R2 R3 R4 Nama obat
CH2=CH-CH2- CH3CH2-C≡CH-CH(CH3)- Ona CH3 Metoheksital Na
CH2=CH-CH2- CH3CH2CH2-CH(CH3)- Sna H Tiamital Na
5
CH3CH2- CH3CH2CH2-CH(CH3)- Sna H Tiopental Na
6
arousal. Beberapa obat sedatif-hipnotika, seperti turunan alkohol, aldehida dan
karbamat, adalah senyawa yang berstruktur tidak khas, dan kerjanya dipengaruhi oleh
sifat kimia fisika.
Meskipun strukturnya berbeda, tetapi pada umumnya mempunyai dua gambaran
umum yang sama, yaitu:
1. Mempunyai gugus yang dapat melibatkan ikatan hidrogen;
2. Mempunyai gugus yang dapat menurunkan tetapan dielektrik air
1. Gugus ionik yang sangat polar dengan nilai (-) π besar. Contoh gugus tersebut
dapat dilihat pada tabel 41.
2. Gugus hidrokarbon (alkil,aril) atau hidrokarbon terhalogenasi (haloalkil) yang
bersifat non polar, dengan nilai π berkisar antara (+) 1 sampai 3.
7
Bila gugus a dan b digabungkan didapatkan nilai jumlah π (log P) ±2,
sehingga dihasilkan efek penekan sistem saraf pusat yang mendekati ideal.
Berdasarkan struktur kimianya sedatif-hipnotika dibagi menjadi enam kelompok yaitu
turunan barbiturat, turunan benzodiazepin, turunan urida asiklik, turunan alkohol,
turunan piperidindion dan kuinazolin, dan turunan aldehida.
1. Turunan Barbiturat
Turunan barbiturat merupakan sedatifa yang banyak digunakan secara
luas sebelum diketemukannya turunan benzodiazepin. Turunan barbiturat bekerja
sebagai penekan pada aksis serebrospinal dan menekan aktivitas saraf, otot
rangka otot polos dan otot jantung. Turunan Barbiturat dapat menghasilkan
derajat depresi yang berbeda yaitu sedasi, hipnotik atau anastesi tergantung pada
struktur senyawa, dosis dan cara pemakaian
Mekanisme kerja
Turunan Barbiturat bekerja dengan menekan transmisi sinaptik pada
sistem pengaktifan retikula di otak dengan cara mengubah permeabilitas
membrane sel sehingga mengurangi rangsangan sel postsinaptik dan
menyebabkan deaktivasi korteks serbral.
Hubungan struktur dan aktivitas
Sandberg (1951) membuat suatu postulat bahwa untuk memberikan efek
penekan sistem saraf pusat, turunan asam barbiturate harus bersifat asam lemah
dan mempunyai koefisien partisi lemak/air dengan batas tertentu.
Turunan Asam Barbiturat yang digunakan sebagai sedatif-hipnotik dapat
dilihat pada Tabel 42.
8
Tabel 42. Turunan asam Barbiturat yang digunakan sebagai sedatif-hipnotik
9
waktu paro plasma 15-48 jam. Dosis sedatif : 30 mg 3-4 dd, untuk hipnotik :
100 mg.
2. Turunan Benzodiazepin
Turunan Benzodiazepin adalah obat pilihan yang banyak digunakan
sebagai sedatif-hipnotik karena mempunyai efekasi dan batas keamanan lebih
besar dibandingkan turunan sedatif-hipnotik lain, yang antara lain menyangkut
efek samping, pengembangan toleransi, ketergantungan obat, interaksi obat dan
kematian akibat kelebihan dosis. Selain efek samping sedatif-hipnotik, turunan
benzodiazepin juga mempunyai efek menghilangkan ketegangan (Anxiolitik,
Transquilizer minor), relaksasi otot dan anti kejang.
Di klinik turunan ini terutama digunakan untuk menghilangkan
ketegangan, kegelisahan dan insomnia.
Efek samping yang umum adalah mengantuk, kelemahan otot, malas dan kadang-
kadang dapat terjadi amnesia, hipotensi, pengelihatan kabur dan konstipasi.
Penggunaan jangka panjangg terutama dalam dosis tinggi dapat menimbulkan
ketergantungan fisik dan mental.
Mekanisme kerja
Turunan Benzodiazepin menekan transmisi sinaptik pada sistem
pengaktifan retikula diotak dengan cara mengubah permeabilitas membrane sel
sehingga mengurangi rangsangan postsinaptik dan terjadi deaktivasi korteks
serebral. Turunan Benzodazepin mengikat reseptor khas di otak dan
meningkatkan transmisi sinaptik GABA-ergik (gamma-aminobutyric acid)
dengan cara meningkatkan pengaliran klorida pada membran postsinaptik dan
menurunkan pergantian norephinefrin, katekolamin, serotonin dan lain-lain amin
biogenic dalam otak dan hal ini kemungkinan bertanggung jawab pada beberapa
efek farmakologisnya.
Turunan Benzodiazepin dibagi menjadi dua kelompok yaitu turunan 1,4-
benzodiazepin-4-epoksida dan turunan 1,4-benzodiazepin-4-on.
a. Turunan 1,4-benzodiazepin-4-epoksida
Dari turunan ini hanya satu obat yang digunakan diklinik yaitu
klordiazepoksid HCl.
klordiazepoksid HCl (Librium, Cetabrium, Tensinyl, Trankinom) digunakan
terutama untuk mengontrol emosi, meringankan kecemasan, ketegangan,
gangguan fungsi somatik dan insomnia. Absorbsi obat dalam saluran cerna
praktis sempurna. Kadar tertinggi obat dalam darah dicapai setelah 2-4 jam
pemberian secara oral, ekskresinya sangat lambat dengan waktu paro 20-24
jam. Dosis : 5-10 mg 3 dd.
10
b. Turunan 1,4-benzodiazepin-4-on
Turunan ini dapat digunakan sebagai :
1) Sedatif, Contoh `: Diazepam, Oksazepam, Medazepam,
Klorazepat, Dipotasium dan Lorazepam.
2) Hipnotik,Contoh: Flurazepam, Nitrazepam dan Flunitrazepam
3) Anti kejang, Contoh : Klonazepam
11
Flurazepam, pada in vivo akan dimetabolisis (dealkilasi) menjadi metabolit
aktif.
12
1) Diazepam(Valium, Diazepin, Stesolid, Mentalium), digunakan sebagai
sedatif dan hipnotik untuk mengontrol kecemasan dan ketegangan,
antikejang untuk mengontrol epilepsi dan antispastik untuk mengontrol
spasma otot misalnya tetanus. Absorbs obat dalam saluran cerna cepat dan
sempurna. Di hati senyawa mengalami metabolisme N-dealkilasi dan
hidroksilasi menghasilkan metabolit aktif nordazepam, oksazepam dan
temazepam. Kadar plasma tertinggi obat dicapai dalam 0,5-1,5 jam setelah
pemberian oral, waktu paro metabolit aktif nordazepam ± 27-37 jam. Dosis
oral : 4-40 mg/hari dalam dosis terbagi 2-4 kali atau dosis tunggal 2,5-10
mg sebelum tidur. Dosis I.V atau I.M :5-10 mg.
13
dieliminasikan sebagai glukuronida. Oksazepam mempunyai waktu paro ±
8 jam. Dosis oral :10-15 mg,3-4 dd
3) Medazepam (Nobrium), pada umumnya digunakan untuk pengobatan
kecemasan psikoneurosis. Absorpsi obat dalam saluran cerna cepat, kadar
plasma tertinggi dicapai dalam 1-3 jam sesudah pemberian secara oral,
dengan waktu paro plasma 2-4 jam . dosis oral ;5-10 mg 2-3 dd
4) Klorazepat dipotasium (Tranxene), mempunyai kegunaan yang sama
dengan diazepam. Kadar darah tertinggi obat dicapai dalam 1 jam setelah
pemberian oral, waktu paro obat aktif ± 24 jam, dengan waktu paro
eliminasi 40-100 jam. dosis oral :10-30 mg/hari dalam dosis terbagi.
5) Lorazepam (Ativan), digunakan untuk pengobatan berbagai kelainan yang
disebabkan oleh kecemasan. Kadar plasma tertinggi obat dicapai dalam ± 2
jam sesudah pemberian secara oral, ± 85% obat terikat oleh protein plasma,
dengan waktu paro plasma 8-12 jam. Dosis oral :1 mg 2-3 dd
6) Bromazepam (Lexotan), dalam dosis rendah dapat mengurangi
ketegangan dan kecemasan, sedang dlam dosis tinggi menunjukkan sifat
sedative dan relaksasi otot. Dosis oral 1,5-3 mg 3 dd
7) Alprazolam (Xanax), digunakan untuk pengobatan bebrbagai kelainan
yang disebabkan oleh kecemasan dan ketegangan. Kadar plasma tertinggi
obat dicapai dalam ±1-2 jam sesudah pemberian secara oral, dan waktu
paro rata-ratanya ±12-15 jam . Dosis oral : 0,25-0,5 mg 3 dd
8) Oxazolam (Serenal), mempunyai efek tranquilizer minor sebanding
dengan diazepam tetapi toksisitas dan efek hipnotiknya lebih rendah. Obat
cepat didistribusikan keselurh tubuh, dan kadar tertinggi dicapai dalam
0,5-1 jam setelah pemberian oral. Dosis oral 10-20 mg 3dd
9) Klobazam (Frisium), digunakn untuk keadaan ketegangan dan kecemasan
kronik dan akut, yang berhubungan dengan psikoneurotik atau
psikosomatik.
10) Flurazepam (Dalmadorm), adalh hiptotik yang cukup kuat, digunak pada
keadaan insomnia oleh berbagai macam sebab.
11) Nitrazepam(Dumolid, Mogadan, Somnil), mekanisme kerjanya serupa
dengan diazepam, dan digunakn sebagai hipnotik.
12) Flunitrazepam (Rohypnol), mekanisme kerjanya serupa dengan
diazepam, digunakan sebagai hipnotik.
13) Midazolam (Dormicum), adalh turunan imidazobenzodiazepin ,adanya
nitrogen basa pada posisi 2,dengan asam dapat membentuk garam yang
14
stabil dan mudah larut dalam air. Midazolam digunakan pada pramedikasi,
sebagai hipnotik untuk induksi dan memelihara anestesi.
14) Estazolam (Esilgan), adalah hipnotik kuat, yang digunakna pada keadaan
gangguan tidur karena keteganagn, kecemasan, kelainan neurosis, dan
psikosis.
15) Triazolam (Halcion), adalah hipnotik yang sangat kuat pada keadaan
gangguan tidurkarena ketegangan, kecemasan, kelainan neurosis dan
psikosis.
3. Turunan Ureida Asiklik
Ureida asiklik adalah turunan urea dan asam monokarboksilat dengan
formula umum R-CONHCONH2
Contoh : R = (H5C2)2C(Br)- : karbromal (adalin)
R = (H5C2)2CHCH(Br)- : bromisovalum(bromural)
Turunan ureida asiklik digunakan untuk pengobatan kecemasan dan
ketegangan saraf yang ringan, bila turunan barbiturate sudah tidak efektif.
Penggunaan jangka panjang tidak dianjurkan karena pada in vivo senyawa akan
melepas bromide dan menyebabkan hiperbromida. Dosis untuk sedasi : 250-500
mg, dosis hipnotik : 600-900 mg.
4. turunan alkohol
Alkohol alifatik disamping mempunyai aktivitas sebagai antibakteri juga
mempunyai efek hipnotik.
Hubungan struktur dan aktivitas
a. Aktivitas hipnotik akan meningkat dengan meningkatnya panjang rantai
atom C sampai jumlah atom c = 8 (n-oktanol)
b. Adanya ikatan rangkap akan meningkatkan aktivitas dan toksisitas obat,
dan gugus etilen mempunyai aktivitas yang paling besar.
c. Aktivitas alkohol tersier lebih besar dibanding alkohol sekunder dan
aktivitas alkohol sekunder lebih besar dibanding alkohol primer.
d. Adanya percabangan akan memperbesar efek depresi.
e. Pemasukan gugus hidroksil cenderung menurunkan aktivitas dan
toksisistas.
f. Penggantian atom hydrogen dan halogen dapat meningkatkan aktivitas.
15
pada dosis yang besar senyawa ini menyebabkan ketergantungan fisik.
Etklorvinol mempunyai awal kerja cukup cepat dengan masa kerja ± 5 jam.
Dosis sedatif : 100-200 mg, untuk hipnotik : 500 mg.
16
menyebabkan ketergantungan fisik dan mental sehingga ditarik dari
peradaran.
6. Turunan Aldehida
Turunan aldehida menpunyai efek sedatif-hipnotik, dengan awal kerja cepat
dan waktu paro yang pendek.Contoh : paraldehid, krolal hidrat, kloral betain,
petrikloral dan triklofos Na.
a. Kloral hidrat, adalah suatu pra-obat, dalam tubuh segera direduksi menjadi
trikloretanol yang aktif sebagai hipnotik. Kloral hidrat mempunyai turunannya
sebagai pra-obat, seperti kloral betain, petrikloral dan triklofos Na. pada in
vivo pra-obat dimetabolisis menghasilkan metabolit aktif trikloretanol.
b. Paralhedid, adalah senyawa dengan aktivitas besar dan relatif aman untuk
pengobatan jangka panjang kurang disukai. Dosis : 4-8 ml
17
transmisi ransangan saraf sinaptik internunsial pada saraf tulang belakang, pada
batang otak, telamus dan basal ganglia.
Berdasarkan struktur kimia relaksan pusat dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu turunan propandiol, turunan bensodiazepin dan golongan lain-lain.
1. Turunan propandiol
18
dicapai setelah ± 2 jam. Metokarbamol menimbulkan efek samping mengantuk,
pusing, hipotensi, tromboflebitis serta menimbullkan retensi urea dan asidosis.
Klorfenesin karbamat, cepat diabsorpsi dalam saluran cerna, kadara serum
tertinggi dicapai dalam 1-3 jam setelah pemberian secara oral, dengan waktu
paro ± 3,5 jam.Dari penelitian diketahui bahwa inti aromatik tidak diperlukan
untuk aktivitas dan kemudian dicoba dibuat analog pada seri alifatik untuk
memperpanjang aktivitas relaksasi otot, yaitu meprobamat.
Struktur analog memprobamat dapat dilihat pada tabel 47.
Meprobamat walaupun mempunyai aktivitas relaksasi otot sedikit lebih
rendah dibanding mefenesin tetapi masa kerjanya lebih panjang ± 8-10 kali,
dengan
Tabel 45.Modifikasi pada inti aromatic turunan 3-fenoksi-1,2-propandiol
19
Waktu paro plasma ± 11 jam. Meprobamat juga efektif sebagai penekan
sistem saraf pusat dan dalam dosis besar menimbullkan efek sedasi sehingga dapat
digunakan untuk mengurangi ketegangan emosi dan mengontrol hipereksitabilitas.
Meprobamat relatif aman dan tidak menimbulkan afek samping yang serius.
Karisoprodol dan tibamat adalah analog meprobamat yang mempunyai awal kerja
lebih cepat dan masa kerja yang lebih panjang dibanding memprobamat. Karisoprodol
adalah relaksan otot yang kuat, kadar serum maksimum dicapai 1-2 jam setelah
pemberian oral.
2. Turunan benzodiazepin
3. Golongan lain-lain
a. Klormezanon, selain sebagai relaksan otot rangka juga mempunyai efek penekan
sistem saraf pusat yang ringan sehingga digunakan pula untuk pengobatan
ketegangan dan kecemasan
20
b. Klorzoksazon (solaxin), dapat menekan transmisi refleks polisinaptik secara
selektif, tidak mempengaruhi jalur monosinaptik dan efek pada batang otak sangat
kecil.
d. Eperison HCl (Myonal), selain sebagai relaksan otot rangka dan vasodilator,
eperison juga mempunyai efek penekan sistem saraf pusat dan dapat bekerja pada
otot polos , dosis : 50 mg 3 dd .
21
kadar dopamin dalam tubuh meningkat dan menyebabkan terjadinya efek
antipsikotik.
Obat antipsikotik dalam membentuk kompleks dengan reseptor dopamin
kemungkinan melibatkan dua bentuk konformasi , yaitu:
a. Bentuk konformasi keadaan padat dari Obat antipsikotik yaitu hampir sama
dengan bentuk dopamin yang memanjang . bentuk konformasi ini dapat dilihat
pada gambar 16.
b. Bentuk konformasi S dan 4 atom berturutan yang menhubungkan cincin
aromatik dengan atom N tersier basa dari Obat antipsikotik , yang juga hampir
sama dengan bentuk dopamin yang memanjang. Bentuk konformasi ini dapat
dilihat pada gambar 17.
Kedua bentuk konformasi di atas menunjang penjelasan konsep bahwa aktivitas
Obat antipsikotik di sebabkan oleh efek pemblokakn pada reseptor dopamin.
1. Reseptor D-1 , yang berhubungan dengan enzim dopamin sensitif adenilat
siklase. Rangasangan reseptor ini dapat meningkatkan pembentukan siklis – AMP
2. Reseptor D-2 , tidak berhungan dengan enzim di atas. rangsangan reseptor ini
dapat menurunkan kapasitas sel untuk mensistesis siklik –AMP dan respon
terhadap agonis β- adenergik.
Turunan fenotiazin menunjukan aktivitas terhadap reseptor D-1 yang lebih
besar di bandingkan reseptor D-2 turunan tioxanten afinitas terhadap reseptor D-1
dan D-2 hamir sama denaga turunan flourobutirofenon dan benzamid selektid
sebagai pengahambat reseptor D-2
Gambar 16. Bentuk konformasi keadan padat dari (a) klorpromazin dan (b)
haloperidol, yang hampir sama dengan dopamin yang memanjang (c)
22
Gambar 17. Bentuk konformasi S dari (a) turunan tioxanten dan (b) turunan
difenilbutilamin yang hampir dama dengan bentuk dopamin yang memanjang (c).
23
Struktur turunan fenotiazin dengan rantai samping aminoalkil dapat di lihat pada
tabel 48 .
Hubungan struktur dan aktivitas
a. Gugus pada R2 dapat menetukan kerapatan elektron sistem cincin. Senyawa
mempunyai aktivitas yang besar bila pada gugus R2 bersifat penarik elektron
dan tidak terionisasi. Makin besar kekuatan penarik elektron makin tinggi
aktivitasnya. Subtitusi pada R2 dengan gugus Cl atau CF3 dapat meningkat
aktivitas substituen CF3 lebih aktif di bandingkan Cl karena mempunya
penarik elektron lebih besar tetapi efek smaping gejala ekstrapiramidal
ternyata lebih besar . substitusi pada R2 dengan gugus tiolkil (SCH3) senyawa
tetap mempunyai aktivitas tranquilizer dan dapat menurunkan efek samping
ekstrapiramidal. substitusi dengan gugus asil (COR) senyawa tetap
menunjukan aktivitas tranquilizer.
b. Substitusi pada posisi 1,3, dan 4 pada kedua cincin aromatik akan
menghilangkan aktivitas tranqulizer.
c. Bila jumlah atom C yang menggikat nitrogen adalah 3, senyawa menunjukkan
aktivitas tranqulizer optimal . bila jumlah atom C=2 , senyawa menunjukkan
aktivitas penekan sistem saraf pusat yang moderat tetapi efek antihistamin dan
anti-parkinson lebih dominan.
d. Ada percabangan pada posisi rantai alkil dapat mengubah aktivitas
farmakologisnya, subtitusi β-metil dapat meningkatkan aktivitas antihistamin
dan antipruritiknya. Adanya subsitusi tersebut menyebabkan senyawa bersifat
optis aktif dan stereoselektif. Isomer love lebih aktif di bandingkan isomer
dekstro.
e. Subtitusi pada rantai alkl dengan gugu yang besar, seperti fenil atau
dimetilami, dan gugus yang bersifat polar, seperti gugus hidroksil , akan
menghilangkan aktivitas tranquilizer.
f. Penggantian gugus metil pada dimetilamino dengan gugus alkil yang lebih
besar dari metil akan menurunkan aktivitas karena terjadi pengaruh
peningkatan halangan ruang
g. Penggantian gugus dimetilamino dengan gugus piperazin akan meningkatkan
aktivitas tranquilizer tetapi juga meningkatkan gejala ekstrapiramidal .
h. Penggantian gugus metil yang terletak pada ujung gugus piperazin dengan
gugus –CH2-CH2OH hanya sedikit meningkatkan kativitas.
i. Kuarterinerisasi rantai samping nitrogen akan menurunkan kelarutan dalam
lemak, menurunkan penetrasi obat pada sistem saraf ousat sehingga
menghilangkan aktivitas tranquilizer.
24
Tabel 48. Turuana fenotiazin dengan rantai samping aminoalkil
25
gejala ekstrapiramidalnya relatif kecil absorpsi obat dalam saluran cerna
cepat , dan pada invivo mengalami sulvoksiasi menghasilkan senywa aktif
mesoridazin dan sulvoridasi.
d. Trifluoperazint HCL (Stelazin), sangat aktif untuk mengontrol psikosis
akut dan kronik. Trifuoparasin menimbulkan efek samping gejala
ekstrpiramidal. Absorpsi obat dalam dalam saluran menimbulkan efek
samping gejala ekstrapiramidal absolpsi obat dalam saluran cerna cepat,
e. Flufenazin HCL (Anatensol), digunakan sebagai anti psikotik dan
antimetik. Kadar plasma tertinggi obat dicapai 2-4 jam setelah pemberian
secara oral, waktu paroh plasma 1,2 jam efek samping ekstra piramidal
cukup besar.
f. Prokloparazin maleat (Stemetil), digunakan untuk mengontrol
kecemasan, ketegangan dan beragai manifestasi kelainan psikotikpada
dosis rendah kroperazin efektif depresi ringan dan mengontrol keadaan
keemasan dan ketegangan, sedang pada dosis tinggi untuk pengobatan
psikotik.
g. Perfenazin (avomit, Trilavon) , digunakan untuk mengontrol kecemasan,
ketegangan, dan berbagai manifestasi kelainan psikotik serta untuk
antimetik. Waktu paro plasma ±8-12 jam. Dosis untuk antimetik : 2-4 mg
4-6 dd, sedang untuk psikosis 16-64 mg/hari, dalam dsosis terbagi
2. Turunan flourobutirofenon
Turunan flourobutirofenon pada awalnya di buat dalam usaha
meningkatkan pontesi anlgesik dari maperidin tetapi turunan ini ternyata
menunjukkan aktivitas antipsikosis yang serupa dengan klorpomazin.
Turunan flourobutirofenon mempunyai efek farmakologis serupa dengan
Turunan fenotiasin di gunakan untuk pengobatan psikotik yang kronik dan akut,
skizofrenia dan keadaan mania (kegilaan)serta untuk menekan agitasi dan
agresivitas. Efek samping hampir sama dengan Turunan fenotiazin tetapi relatif
lebih rendah. Pada dosis besar menimbulkan efek samping gejala ekstrapiramidal.
Turunan flourobutirofenon mengadakan pontesiasi dengan obat penekan sistem
saraf pusat lain, seperti obat anlegetika, anestetika, turunan barbiturat dan turunan
alkohol.
Struktur brerapa Turunan flourobutirofenon dapat di lihat pada tabel 49.
26
Contoh :
Droperidol
3. Turunan lain-lain
Contoh :sulpirid, pimozid dan buspiron.
a. Sulpirid (dogmatil), adalah turunan benzamid yang di hasilakan dari
modifikasi struktur metokloperamid, suatu antiemetik yang dalam dosis besar
menunjukan kerja antipsikotik. Senyawa tidak menimbulkan efek sedasi dan
tidak dapan untuk pengobatan gejala agitasi psikomotorik. Sulpirid juga di
gunakan untuk pengobatan tukak usus dan vertigo. Karena bersifat hidrofil,
27
penetrasi obat ke sistem saraf pusat terbatas sehingga aktivitas antipiskosisnya
relatif rendah.
b. Pimozid (orap), adalah turunan fenilbutilamin yang di rancang dari modifikasi
struktur haloperidol. Efek farmalogis dan efek samping sama dengan turunan
fluorobutirefenon dan fenotiazin piperazin. pimozid mempunyai masa keja
yang lebih panjang di banding kedua turunan di atas. Dan di gunakan terutama
untuk pengobatan psikotik kronik
c. Buspiron HCl (Buspar), adalah turunan aril piperazin yang mempunyai efek
antipsikotik cukup kuat.
28
a. primer (petit mal sederhana atau kompleks, serangan mioklonik dan atonik,
serangan klonik, tonik dan klonik-tonik utau grand mal dan serangan
unilateral)
b. sekunder.
3. Serangan kejang yang tidak diklasifikasikan.
4. Status epileptikus.
Efek samping obat antikejang antara lain adalah kerusakan sumsum tulang,
hati, dan ginjal, neuropati, gangguan saluran cerna dan alopesia.
Mekanisme kerja obat antikejang
Salah satu hipotesis mekanisme kerja obat antikejang adalah serupa dengan
anestetika sistemik dan sedatif hipnotika, yaitu termasuk obat berstuktur tidak khas,
yang efek farmakologisnya dipengaruhi oleh sifat kimia fisika dan tidak oleh
pembentukan kompleks dengan reseptor khas. Pada umumnya banyak obat
antikejang mempunyai dua struktur yang karakteristik yaitu gugus yang bersifat
polar, biasanya gugus imido, dan gugus yang bersifat lipofil.
Obat antikejang seperti klonazepam, diazepam, fenobarbital dan asam
valproat, bekerja dengan meningkatkan aktivitas sistem penghambatan
mediatorGABA.
Etoksuksimid, trimetadion dan juga asam valproat bekerja dengan
memblok aktivitas yang menimbulkan serangan dari leusin enkefalin, karena diduga
sistem neurotransmiter enkefalinergik terlibat dalam peristiwa hilangnya epilepsi.
Fenitoin tidak mengubah sistem penghambatan, neurotransmiter, tetapi
menghilangkan hiperpolarisasi post-tetanik dan mengurangi potensiasi post-tetanik
dari transmisi sinaptik. Efek ini mempengaruhi pengangkutan ion Na, Ca dan K, serta
meningkatkan kestabilan membran.
Berdasarkan struktur kimianya obat antikejang dibagi menjadi tujuh
kelompok, yaitu turunan barbiturat, turunan hidantoin, turunan oksazolidindion,
turunan suksinimida, turunan benzodiazepin, turunan asam valproat dan turunan
dibenzazepin.
Obat antikejang turunan barbiturat, hidantoin, oksazolidindio dan
suksinimida mempunyai persamaan menarik yaitu sama-sama mengandung struktur
ureida. Turunan obat antikejang yang mengandung struktur ureida dapat dilihat pada
29
1. Turunan Barbiturat.
Turunan Barbiturat dapat digunakan untuk mengontrol epilepsi, tetapi
efeknya kurang selektif. Turunan ini efektif terutama untuk mengontrol serangan
gand mal dan parsial (psikomotor), kurang bermanfaat untuk serangan petit mal.
Mekanisme kerja turunan barbiturat dalam mengurangi fungsi korteks motor
masih belum begitu jelas.
Contoh : fenobarbital, mefobarbital, metarbital dan primidon.
a. Fenobarbital, adalah turunan barbiturat dengan masa kerja yang panjang
lebih efektif untuk mengontrol serangan grand mal dibanding petit mal.
Dosis : 50-100 mg 2-3 dd.
b. Metarbital, adalah turunan barbiturat yang bekerja secara efektif untuk
mengontrol serangan grand mal, petit mal, mioklonik atau tipe campuran.
Dosis : 100 mg, 1-3 dd.
30
c. Primidon (Mysoline), adalah turunan 2-deoksi dari fenobarbital. Primidon
mempunyai spektrum aktivitas berbeda dengan fenobarbital dan
menimbulkan tokaisitan lebih rendah Efek antikejangnya lebih rendah
dibanding fenobarbital dan dapat toleransi. Ditubuh primidon diubah
menjadi dua senyawa aktif yaitu fenobarbital dan feniletilmalonamid.
Primidon digunakan terutama untuk mengontrol serangan grand mal dan
Psikomotor.
2. Turunan Hidantoin
Turunan hidantoin sangat efektif terutama untuk mengontrol serangan
grandmal dan parsial (paikomotor), kurang bermanfaat untuk serangan petit mal.
Contoh : mefenitoin Na, mefonitoin dan etotoin
Struktur turunan hidantoin dapat dilihat pada Tabel 51.
Contoh :
a. Fenitoin Na (Difenilhidantoin Na, Dilantin), adalah antikejang dengan sifat
sedatif sangat rendah. Fenitoin efektif untuk mengontrol serangan grand mal.
terutama bila dikombinasi dengan fenobarbital. Fenitoin juga digunakan secara
luas untuk mengontrol serangan parsial (psikomotor). Tidak digunakan untuk
serangan petit mal karena kemungkinan akan meningkatkan frekuensi
serangan. Efek mampingnya antara lain menimbulkan hiperplasia ginggival
pada anak-anak dan hiperaktivitas.
b. Mefenitoin, jarang digunakan sebagai obat antikejang karena menimbulkan
hepatotoksik, dermatitis dan anemia aplastik
31
c. Etotoin, mempunyai efek antikejang lebih rendah dibanding fenitoin dan
menimbulkan efek sedasi yang lebih besar.
3. Turunan oksazolidindion
Turunan oksazolidindion efektif untuk pengobatan serangan petit mal, dan
tidak efektif terhadap serangan grand mal. Turunan ini menimbulkan efek
samping seperti iritasi lambung, mual, pusing dan gangguan penglihatan, yang
lebih serius dapat menimbulkan anemia aplastik, depresi sumsum tulang belakang
dan kerusakan ginjal.
Contoh : trimetadion dan parametadion.
Struktur turunan okusazolidindion dapat dilihat pada Tabel 52.
a. Trimetadion, adalah pra-obat, dalam tubuh dimetabolisis (N-demetilasi)
menjadi senyawa aktif dimetadion. Trimetadion diabsorpsi dalam saluran
cerna dengan cepat, waktu paro plasmanya ± 16 jam.
b. Parametadion, mempunyai aktivitas hampir sama dengan trimetadion, tetapi
efek samping yang ditimbulkan lebih rendah.
4. Turunan suksinimida
Turunan suksinimida mempunyai aktivitas yang moderat terhadap
serangan petit mal dan tidak efektif terhadap serangan grand mal. Aktivitasnya
relatif sama dengan turunan oksazolidindian tetapi efek sampingnya lebih rendah.
Contoh : fensuksimid, metsuksimid dan etoksusimid.
32
a. Etoksuksimid, merupakan obat pilihan untuk pengobatan serangan petit mal
dan juga efektif untuk serangan mioklonik.
b. Metsuksimid, mempunyai aktivitas antikejang yang lebih tinggi dibanding
fensuksimid dan etoksuksimid, tetapi menimbulkan toksisitas lebih besar.
5. Turunan Benzodiazepin
Turunan benzodiazepin adalah penekan sistem saraf pusat yang terutama
digunakan sebagai sedatif-hipnotik dan relaksasi otot. Beberapa diantaranya juga
efektif untuk pengobatan serangan epilepsi, tetapi penggunaannya terbatas karena
cepat menimbulkan toleransi.
Contoh : klordiazepoksid, diazepam, klobazam, flurazepam, lorazepam dan
klonazepam
a. Diazepam, efektif untuk pengobatan status epileptikus bila diberikan secara
parenteral. Masa kerjanya pendek, sehingga untuk pengontrolan jangka
panjang kurang efektif, biasanya dikombinasi dengan fenobarbital. Dosis
I.V.: 0, 15-0,25 mg/kgbb, dapat diulang setelah 15 menit bila diperlukan.
b. Klonazepam (Rivotril), adalah obat penekan sistem saraf pusat dengan
masa kerja yang panjang, efektif untuk mengontrol serangan petit mal dan
mioklonik. Absorpsi obat dalam saluran cerna cepat dan sempurna, kadar
plasma tertinggi dicapai dalam 1-4 sesudah pemberian oral, waktu paro
eliminasi antara 20-60 jam. Dosis 24 mg/hari.
33
6. Turunan Asam Valproat Turunan asam valproat yang digunakan untuk
antikejang antara lain adalah asam valproat, divalproex Na dan valpromid.
Asam valproat (Depakene, Leptilan), digunakan untuk pengobatan
serangan petit mal dan mioklonik. Efek antikejangnya berhubungan dengan
meningkatnya kadar GABA di otak. Aktivitas asam valproat serangan petit mal
lebih tinggi dibanding klonazepam, tetapi aktivitas terhadap serangan miklonik
lebih rendah.
Divalproex sodium (Depakote) adalah garam asam valproat semi sodium,
sifat dan kegunaan sama dengan asam valproat. Dosis awal 15 mg/kgbb/hari,
dalam dosis terbagi.
7. Turunan Dibenzazepin
Contoh : karbamazepin.
a. Karbamazepin (Tegretol, Temporol) adalah turunan dibenzarepin yang
mempunyai spektrum antikejang luas dan digunakan untuk mengontrol
serangan epilepsi parsial, grand mal dan petit mal. Karbamazepin juga
merupakan obat terpilih untuk pengobatan neuralgia trigeminal dan
glosofaringeal.
b. okskarbazepin (Trileptal), adalah turunan keto dari karbamazepin, sifat dan
kegunaan mirip dengan karbamazepin. Dosis awal: 300 mg/hari,kemudian
ditingkatkan 600-1200 mg per hari, dalam dosis terbagi.
8. Turunan Lain-lain
Contoh : lamotrigin, gabapentin, vigabatrin, gabakulin dan topiramat.
a. Lamotrigin (Lamictal) pada awalnya sebagai senyawa penghambat
enzim dihidrofolat reduktase, ternyata mempunyai efek antikejang
yang kuat. Digunakan untuk mencegah serangan parsial seizure dan
tonik kloni.
b. Gabapentin (Neurotin), senyawa analog GABA (g-aminobutiric acid),
merupakan GABA-mimetik yang mampu menembus sawar darah-otak
34
dan menghambat uptake GABA. Digunakan untuk mencegah serangan
parsial seizure. Dosis : 300 mg 3 dd.
c. vigabatrin (Sabril), Digunakan untuk antikejang yang tidak dapat
dikontrol oleh obat antikejang yang lain.
d. Topiramat ( Topamax). Digunakan sebagai obat penunjang pada
pengobatan parsial seizure.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penekan sistem saraf pusat adalah senyawa yang dapat menghambat aktivitas
sistem saraf pusat.Berdasarkan efek farmakologisnya penekan sistem saraf pusat
35
dibagi menjadi lima golongan, yaitu anastetika sistemik, sedatifa dan hipnotika,
relaksan pusat, obat antipsikotif dan obat anti kejang.
DAFTAR PUSTAKA
36