PENGELOLAAN KASUS
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Departemen Kesehatan, 2000).
7
2.1.2 Klasifikasi Perawatan Diri/Personal Hygiene
Menurut Nanda-I (2012), klasifikasi perawatan diri terdiri dari :
1.Defisit Perawatan Diri : Mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas
perawatan diri untuk diri sendiri.
2.Defisit Perawatan Diri : Berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian
dan berias untuk diri sendiri.
3.Defisit Perawatan Diri : Makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan
sendiri.
4.Defisit Perawatan Diri : Eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi
sendiri.
8
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
Menurut wartonah (2006) ada beberapa faktor persipitasi yang dapat
menyebabkan seseorang kurang perawatan diri. Faktor-faktor tersebut
dapat berasal dari berbagai stressor antara lain:
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli terhadap kebersihannya.
b. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting, karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada klien jiwa
agar menjaga kebersihan dirinya..
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang di derita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang
sering terjadi adalah: gangguan integrasi kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada
kuku.
b. Dampak Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial
(Tarwoto & Wartonah, 2010).
9
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologi
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berprilaku sesuai normal
d. Cara makan tidak teratur
e. BAB dan BAK disembarang tempat
Data pengkajian dikumpulkan dari klien, keluarga dan orang terdekat, catatan
informasi sebelumnya, dan orang yang terlibat dalam memberi dukungan atau
perawatan klien. Pengkajian menurut Muslim (2001), meliputi beberapa faktor
antara lain:
10
b. Alasan masuk rumah sakit
Umumnya klien defisit perawatan diri dibawa kerumah sakit karena
keluarganya merasa tidak mampu merawat, terganggu karena prilaku klien
dan hal lain, gejala yang dinampakkan dirumah sehingga klien dibawa ke
rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
c. Pemeriksaan fisik
Hal yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan
tekanan darah), berat badan, tinggi badan serta keseluruhan fisik yang
dirasakan klien.
d. Status mental
Pengkajian status mental meliputi:
1) Penampilan : tidak rapi, tidak serasi dan berpakaian
2) Pembicaraan : teroganisir atau berbelit-belit
3) Aktivitas motorik : meningkat atau menurun
4) Alam perasaan: suasana hati dan emosi
5) Afek: sesuai atau maladaptive seperti tumpul, datar, labil, dan
ambivalen
6) Interaksi selama wawancara: respon verbal dan nonversal
7) Persepsi: ketidak mampuan menginterpretasikan stimulus yang ada
sesuai dengan informasi
8) Proses fikir: proses informasi yang diterima tidak berfungsi dengan
baik dan tepat mempengaruhi proses piker
9) Isi pikir: berisikan keyakinan berdasarkan penilaian relistis
10) Tingkat kesadaran: orientasi waktu, tempat dan orang
11) Memori
i. Memori jangka panjang: mengingat peristiwa setelah lebih
setahun berlalu
ii. Memori jangka pendek: mengingat peristiwa seminggu
yang lalu dan pada saat dikaji
12) Kemampuan konsentrasi dan berhitung: kemampuan
menyelesaikan tugas dan berhitung sederhana
11
13) Kemampuan penilaian: apakah terdapat masalah ringan sampai
berat
14) Daya tarik diri: kemampuan dalam mengambil keputusan tentang
diri
15) Kebutuhan persiapan pulang: yaitu pola aktifitas sehari-hari
termasuk minum, BAB dan BAK, istirahat tidur, perawatan diri,
pengobatan dan kesehatan serta aktifitas dalam dan luar ruangan.
12
Tipe data:
1. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,
mencakup persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya.
Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustasi,
mual, perasaan malu (Potter & Perry, 2005).
2. Data Objektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan
panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik.
Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan,
tingkat kesadaran (Potter & Perry, 2005).
Analisa data pada klien dengan kebutuhan dasar personal hygiene :
13
- Klien mengatakan tidak ada pakaian
ganti setelah mandi.
DO :
- Rambut klien kotor, acak- acakan,
pakaian kotor.
- Mulut dan gigi bau,Kulit kusam dan
kotor,Kuku panjang dan tidak terawat.
- Setelah mandi klien masih tampak
kotor,klien tidak membersihkan anggota
badan klien,dan tidak pakai
handuk,akibat dari keterbatasan
tersedianya respon keluarga dan pihak
rumah sakit untuk membenahi
kebutuhan pemenuhan kebersihan diri
klien.
2. Defisit Perawatan Diri : Hambatan kemampuan untuk :
Berpakaian/Berhias
a) Mengancingkan pakaian.
b) Mengambil pakaian.
Mengenakan atau melepas bagian-bagian
pakaian yang penting. Ketidakmampuan
untuk :
a) Memilih pakaian.
b) Mempertahankan penampilan pada
tingkat yang memuaskan.
c) Mengambil pakaian.
d) Mengenakan pakaian pada tubuh bagian
bawah.
e) Mengenakan pakaian pada tubuh bagian
atas.
f) Mengenakan sepatu.
g) Mengenakan kaus kaki.
h) Melepaskan pakaian.
14
i) Menggunakan alat bantu.
j) Menggunakan resleting.
3. Defisit Perawatan Diri : Ketidakmampuan untuk :
Makan a) Menyuap makanan dari piring ke mulut.
b) Mengunyah makanan.
c) Menyelesaikan makanan.
d) Meletakkan makanan ke piring.
e) Memegang alat makan.
f) Mengingesti makanan dengan cara yang
dapat diterima oleh masyarakat.
g) Mengingesti makanan secara aman.
h) Mengingesti makanan yang cukup.
i) Memanipulasi makanan di mulut.
j) Membuka wadah makanan.
k) Mengambil cangkir atau gelas.
l) Menyiapkan makanan untuk diingesti.
m) Menelan makanan.
n) Menggunakan alat bantu.
15
Menurut Fitria (2010), tanda dan gejala defisit perawatan diri adalah:
a. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidak mampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air
mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta
masuk dan keluar kamar mandi.
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau menukar pakaian.
Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam,
memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing
tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaus kaki, mempertahankan
penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian, dan
menggunakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidak mampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, memanipulasi
makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu
memasukkannya kedalam mulut, melengkapi makanan, mengambil gelas
atau cangkir, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d. Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan
tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil. Keterbatasan perawatan diri
di atas biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup berat dan sulit
ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah), sehingga
dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal
mandi, berpakaian, berhias, makan, mauapun BAB/BAK. Bila tidak
dilakukan intervensi oleh perawat, maka kemungkinan klien bisa
mengalami masalah resiko tinggi isolasi sosial (Fitria, 2010).
16
2.2.3 Rumusan Masalah
Diagnosa keperawatan pada gangguan kebutuhan personal hygiene harus
aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data yang selama pengkajian di
mana perawat menyusun strategi keperawatan untuk mengurangi atau mencegah
bahaya atau gangguan kebutuhan personal hygiene (Potter & Perry, 2005).
2.2.4 Perencanaan
17
4. Klien menunjukkan indikator keberhasilan dengan skala 4 sering
menunjukkan keberhasilan.
RENCANA TINDAKAN RASIONAL
(Self care : bathing/Bantuan
perawatan diri : mandi)
1. Bina hubungan saling 1. Mendekatkan diri pada
percaya dengan pasien. pasien.
2. Pantau kebersihan diri klien 2. Data dasar dalam intervensi.
dan perawatan diri. 3. Memudahkan klien untuk
3. Fasilitasi klien untuk mandi melakukan aktivitas.
secara mandiri. 4. Mengarahkan klien dalam
4. Bantu klien dalam kebersihan diri.
kebersihan 5. Meningkatkan kemauan
badan,mulut,rambut,dan pasien beraktivitas.
kuku. 6. Meningkatkan pengetahuan
5. Tingkatkan motivasi klien dan membuat klien lebih
dalam kebersihan kooperatif.
badan,mulut,rambut,dan
kuku.
6. Lakukan pendidikan
kesehatan mengenai
pentingnya kebersihan
diri,pola kebersihan dan
cara kebersihan diri.
2.3.1 Pengkajian
18
1. Biodata
2. KeluhanUtama
Pada saat pengkajian klien tidak mau mandi, tampak kotor, bau, klien juga
berbicara dan tertawa sendiri, gelisah. Klien diantarkan oleh adik klien ke Rumah
Sakit Jiwa karena sikap klien yang tidak terarah.
Saat ini klien sering melamun, tidak mau melakukan apa-apa, dan
mengabaikan kebersihan diri klien. Semenjak klien dirawat di Rumah Sakit Jiwa
Prov.Sumatera Utara Medan, klien merasa tubuhnya tidak berguna lagi sudah
tidak pantas lagi dirawat dan bersih, terlebih klien suka menyendiri. Hal yang
memperbaiki keadaan klien mengatakan dengan menyendiri keadaan akan lebih
baik dan merasa senang. Klien mengatakan perasaannya saat ini bahwa klien
sudah lebih tenang selama dirawat di Rumah Sakit karena tidak ada lagi yang
mengganggu klien di luar sekitar tempat tinggal klien. Klien terlihat lebih banyak
diam,sering melamun dan susah diajak berkomunikasi, klien juga terlihat kotor,
malas mandi. Perawatan Diri/Personal Hygiene pada Tn.S menjadi suatu masalah
yang harus ditangani untuk meningkatkan kesehatan Tn.S.
19
tersebut.Klien sudah mengalami gangguan jiwa sejak 5 tahun terakhir
ini.Pengobatan/tindakan yang dilakukan oleh keluarga klien membawa klien
berobat jalan di Rumah Sakit Jiwa Prov.Sumatera Utara Medan 1 tahun terakhir
ini.klien mengkonsumsi obat yaitu Chlorpromazine sering disebut
(CPZ),Halloperidol sebagai penenang.Klien tidak memiliki riwayat alergi
terhadap makanan dan obat.
Orangtua klien tidak ada riwayat penyakit gangguan jiwa seperti yang
dialami klien,saudara klien juga tidak ada riwayat penyakit keturunan,didalam
anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa hanya Tn.S
7.Status Mental
20
ide yang terkait,kontak mata kurang, proses pikir klien sirkumstansial,klien
mengalami gangguan daya ingat jangka panjang.
8.Pemeriksaan Fisik
Frekuensi makan klien 3 kali dalam sehari,selera makan klien baik, tidak
ada nyeri ulu hati, tidak ada alergi, tidak ada mual muntah, makan pagi pukul
08.00, makan siang pukul 12.30, makan malam pukul 18.00, jumlah dan jenis
makanan Nasi, lauk dan sayur, klien memisahkan diri ketika makan, tidak ada
kesulitan dalam menelan dan minum, kebersihan tubuh klien badan kotor,bau,dan
berdaki,kebersihan gigi dan mulut klien kuning, mulut kering dan kotor,
kebersihan kuku tangan dan kaki kotor dan kuku panjang, dalam hal kebersihan
diri klien harus diarahkan agar mau membersihkan dirinya, pola eliminasi BAB 1-
2 kali sehari, karakter feses lembek, tidak ada riwayat perdarahan, pola BAK
lancar, tidak ada nyeri saat BAK.
21
10.Mekanisme Koping
Data Obyektif :
a) Klien terlihat lebih
kurang
memperhatikan
kebersihan, badan
bau, kulit kotor
b) Rambut klien kotor,
acak – acakan,
pakaian kotor
c) Mulut dan gigi
bau,Kulit kusam dan
kotor,Kuku panjang
22
dan tidak terawatt
2 Data Subyektif : Skizoprenia Isolasi Sosial
a) Klien mengatakan
klien suka Perubahan status
menyendiri mental
b) Malu dan kadang
kesal karena diejek Perubahan
oleh tetangganya penampilan
c) Lemas, tidak ada
keluarga Isolasi Sosial
yang menjemputnya
d) Klien mengatakan
saya tidak mampu,
tidak bisa, sedih jika
ingat pada anaknya
dan ingin sekali
pulang tapi tidak
tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri
sendiri,
mengungkapkan
perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data Obyektif :
a) Klien tidak mampu
memulai
pembicaraan, harus
perawat terlebih
dahulu yang
memulai.
b) Pembicaraan klien
lambat, suara pelan
23
c) Kontak mata
kurang, kadang
klien mengalihkan
pandangan jika ada
stimulus
lain, memandang ke
depan lalu
menunduk,
pandangan kosong,
kadang diam
d) Klien terlihat lebih
suka sendiri,
bingung bila disuruh
memilih alternatif
tindakan, Apatis,
Ekspresi
sedih,Komunikasi
verbal kurang,
Aktivitas menurun,
Kurang
memperhatikan
kebersihan
24
2.3.3.1.Diagnosa Keperawatan (PRIORITAS)
2.3.4 Perencanaan
25
dalam kebersihan klien untuk
badan,mulut,rambut,dan melakukan
kuku. aktivitas.
6. Lakukan pendidikan 4.Mengarahkan
kesehatan mengenai klien dalam
pentingnya kebersihan kebersihan diri.
diri,pola kebersihan dan cara 5.Meningkatkan
kebersihan diri kemauan pasien
beraktivitas.
6Meningkatkan
pengetahuan dan
membuat klien
lebih kooperatif.
Kamis, 2 Tujuan dan Kriteria hasil :
26
Rencana Tindakan Rasional
27
2.3.5 Implementasi dan Evaluasi
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
28
keinginan untuk
dibantu.
P : Intervensi
Dilanjutkan
- Pantau kebersihan
klien setiap hari
Kamis, 2. 1. 2. Membina hubungan S : Klien
21Mei saling percaya mengatakan
2015 dengan klien. mengerti manfaat
3. Membantu klien hubungan sosial
megembangkan dan dan kerugian
meningkatkan menarik diri setelah
keterampilan sosial dijelaskan oleh
interpersonal. perawat
4. Membantu klien O : Klien mau
membina hubungan mengungkapkan
terapeutik dengan perasaannya
klien yang dengan bahasa
mengalami ferbal
kesulitan a) Klien
berinteraksi dengan berinisiatif
orang lain. berinteraksi
5. Memfasilitasi dengan
kemampuan orang lain
individu untuk b) Klien belum
berinteraksi dengan mau
orang lain. bercakap-
6. Membuat jadwal cakap
kegiatan pada klien dengan
agar berinteraksi orang lain
dengan orang lain. selain
7. Menjelaskan makna perawat
29
manfaat c) Klien masih
berhubungan sering
dengan orang lain menyendiri
dan kerugian A : Klien mau
menarik diri. menjelaskan
penyebab isolasi
sosial,klien belum
mampu sepenuhnya
menjelaskan
keuntungn
berhubungan sosial
dan kerugian tidak
berinteraksi dengan
orang lain, Klien
mampu
mendemonstrasikan
cara berkenalan
dengan satu orang
P:
• Lanjut ke SP2
Yaitu:
-Mengevaluasi
latiahan 1
-Melatih
berhubungan secara
bertahap (1 dan 2
orang).
-Bantu Klien
berinteraksi dengan
orang lain secara
bertahap.
30
EVALUASI
31