Pengarah:
Ir. Bernardus Wisnu Widjaja, M.Sc.
Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan
Penanggungjawab:
Drs. Pangarso Suryotomo – BNPB
H. Sukanto, S.Pd.,S.Kep.,Ners.,M.Kes – Ketua AIPTINAKES JAWA TIMUR
M.M. Setyaningsih, Ns., Sp.Kep.Mat – AIPTINAKES JAWA TIMUR
Penyusun:
Ns. Oda Debora, S.Kep., M.Kep – AKPER Panti Waluya Malang
Yuyud Wahyudi, M.N.S – STIKES Widya Cipta Husada
Diana Noor Fatmawati, S.ST., M.Kes – STIKES Maharani
Andy Susantyo, S.Kom., MM – Akademi Analis Kesehatan Malang
Sulistyono, S.Kep.,Ns.,M.Kep – RS. Dr. Radjiman Wediodiningrat Malang
R. Sardjono, S.Kep.,Ns – SAR Trenggana
Guritan Indra Sukma, SH., M.Pd – STIKES Widya Cipta Husada
Ns. Achmad Syukkur, S.Kep – AKPER Panti Waluya Malang
Tanti Budhi Haryanti, S. ST., M.Si – STIKES Maharani
Sri Hapsari Suhartono Putri, S.Gz.,M. Gizi – STIKES Widya Cipta Husada
Ns. Eny Rahmawati,S.Kep.,M.Kep – STIKES Kendedes Malang
Penyunting:
Andy Susantyo, S.Kom., MM – Akademi Analis Kesehatan Malang
M.M. Setyaningsih, Ns., Sp.Kep.Mat – AIPTINAKES JAWA TIMUR
Assalamu’alaikum Wr Wb.
Marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan hidayah-Nya, yang telah memberikan kesempatan kepada kita
semua untuk berkumpul dan bertatap muka di kegiatan ini dalam keadaan
sehat walafiat, lahir dan bathin. Saya mengucapkan terima kasih atas
partisipasi bapak/ibu/saudara/i yang berasal dari perguruan tinggi kesehatan
se-jawa timur, anggota Asosiasi Institusi Perguruan Tinggi Kesehatan
(Aiptinakes) Jawa Timur dalam penyusunan buku panduan teknis pengabdian
masyarakat ini. Semoga buku ini dapat membawa manfaat yang berharga bagi
kita semua.
Buku panduan ini merupakan salah satu bentuk nyata pelaksanaan dari nota
kesepahaman (Memorandum Of Understanding) antara BNPB dengan asosiasi
Institusi Perguruan Tinggi Kesehatan (Aiptinakes) Jawa Timur yang
rencananya akan dilanjutkan dengan pelaksanaan teknis pengabdian
masyarakat oleh mahasiswa dan dosen pada perguruan tinggi oleh kesehatan.
Setiap tahun negara ini mengalami kejadian bencana yang sifatnya rutin. Pada
musim kemarau, hutan-hutan di sumatera dan kalimantan mengalami
kebakaran yang sangat luas dengan banyak titik hotspot dan menyebabkan
bencana asap, selain kebakaran hutan yang terjadi di kalimantan dan
sumatera, kekeringan pun melanda di tanah-tanah jawa. Ketika musim
penghujan tiba pun banjir dan longsor tidak bisa dihindari di beberapa wilayah,
angin kencang bertiup merubuhkan pohon dan bangunan. Adapun kejadian
bencana yang datangnya tidak tergantung musim seperti gempa bumi yang
terjadi di kabupaten pidie jaya, kabupaten pidie dan kabupaten bireuen di
2016 yang mengakibatkan 103 korban jiwa, kemudian tsunami, letusan
gunung api dan sebagainya yang bisa terjadi kapan pun di negara ini serta
kerugiannya yang tidak bisa dihindari.
Bnpb menjalankan berbagai program pra bencana, saat bencana, dan pasca
bencana. Salah satu program pra bencana yang telah dilaksanakan oleh bnpb
sejak tahun 2012 adalah penguatan kelembagaan kepada bpbd provinsi dan
sejak tahun 2014 pelaksana kegiatan penguatan kelembagaan diserahkan pada
kabupaten/kota.
Dalam rangka upaya menurunkan indeks risiko bencana sebesar 30% pada
136 kabupaten/kota yang menjadi pusat-pusat pertumbuhan serta mencapai
5000 desa tangguh bencana hingga tahun 2019, dibutuhkan adanya kegiatan
yang inovatif dimana pelibatan segala elemen baik pemerintah, dunia usaha
Semoga apa yang kita upayakan saat ini menjadi modal masyarakat untuk
mengurangi risiko bencana, meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan
bagi masyarakat sehingga tercipta kesejahteraan bangsa.
Tujuan
Peserta memahami:
1. Dasar Hukum Penanggulangan Bencana Lintas Sektoral
2. Pengertian dan Penanggulangan Bencana
3. Kajian Risiko Kebencanaan
Kegiatan Belajar
Kegiatan 1 : Curah pendapat definisi penanggulangan bencana lintas sektoral
Kegiatan 2 : Curah pendapat penanggulangan bencana lintas sektoral
Kegiatan 3 : Curah pendapat kajian risiko kebencanaan
Korban yang direnggut tidak hanya dari kalangan yang sudah mapan secara
ekonomi dan sosial, tetapi juga pada kalangan yang ketahanan ekonomi, sosial,
dan ekologinya masih rendah. Dalam rangka meminimalkan dampak akibat
bencana yang dialami masyarakat khususnya masyarakat pedesaan,
masyarakat perlu memberdayakan dirinya secara mandiri agar siap
menghadapi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi. Berikut ini adalah
beberapa dasar hukum mengapa diperlukan pemberdayaan masyarakat dan
peningkatan ketangguhan masyarakat desa:
Tsunami
Berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan (“tsu”
berarti lautan, “nami” berarti gelombang ombak). Tsunami adalah serangkaian
gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar
laut akibat gempa bumi.
Tanah Longsor
Merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun
percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya
kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng.
Banjir Bandang
Adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang besar yang
disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.
Kekeringan
Adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk kebutuhan
hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Adapun yang dimaksud
kekeringan di
bidang pertanian adalah kekeringan yang terjadi di lahan pertanian yang ada
tanaman (padi, jagung, kedelai dan lain-lain) yang sedang dibudidayakan .
Kebakaran
Adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat seperti
rumah/pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang
menimbulkan korban dan/atau kerugian.
Abrasi
Adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut
yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan
garis pantai akibat
abrasi ini dipicu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut.
Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering
disebut sebagai penyebab utama abrasi.
Kecelakaan Industri
Adalah kecelakaan yang disebabkan oleh dua faktor, yaitu perilaku kerja yang
berbahaya (unsafe human act) dan kondisi yang berbahaya (unsafe conditions).
Adapun jenis kecelakaan yang terjadi sangat bergantung pada macam
industrinya, misalnya bahan dan peralatan kerja yang dipergunakan, proses
kerja, kondisi tempat kerja, bahkan pekerja yang terlibat di dalamnya.
Aksi Teror
Adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan sengaja
menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan sehingga menimbulkan
suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau
menimbulkan korban yang bersifat masal, dengan cara merampas
kemerdekaan sehingga mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda,
Sabotase
Adalah tindakan yang dilakukan untuk melemahkan musuh melalui subversi,
penghambatan, pengacauan dan/atau penghancuran. Dalam perang, istilah
ini digunakan untuk mendiskripsikan aktivitas individu atau grup yang tidak
berhubungan dengan militer, tetapi dengan spionase. Sabotase dapat dilakukan
terhadap beberapa sruktur penting, seperti infrastruktur, struktur ekonomi,
dan lain-lain.
3. Bahaya Sosial
Konflik Sosial atau Kerusuhan Sosial atau Huru Hara
Adalah suatu gerakan massal yang bersifat merusak tatanan dan tata tertib
sosial yang ada, yang dipicu oleh kecemburuan sosial, budaya dan ekonomi
yang biasanya dikemas sebagai pertentangan antar suku, agama, ras (SARA).
4. Tahap Rekonstruksi
Semakin tinggi nilai ancaman dan nilai kerentanan maka risiko terjadinya
bencana semakin tinggi. Untuk mengurangi risiko bencana perlu melakukan
peningkatan nilai kerentanan (vulnerability) menjadi kapasitas (capacity)
dengan melakukan penguatan kapasitas di dalam masyarakat dalam mengelola
lingkungan, mengenal ancaman, mengetahui dampak yang dapat ditimbulkan
oleh faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya bencana.
Kajian risiko bencana menjadi landasan untuk memilih strategi yang dinilai
mampu mengurangi risiko bencana. Kajian risiko bencana ini harus mampu
menjadi dasar yang memadai bagi daerah untuk menyusun kebijakan
penanggulangan bencana. Ditingkat masyarakat hasil pengkajian diharapkan
dapat dijadikan dasar yang kuat dalam perencanaan upaya pengurangan
risiko bencana. Untuk mendapatkan nilai risiko bencana tergantung dari
besarnya ancaman dan kerentanan yang berinteraksi. Interaksi ancaman,
kerentanan dan faktor - faktor luar menjadi dasar untuk melakukan
pengkajian risiko bencana terhadap suatu daerah.
Seluruh data-data yang ada diperoleh dari hasil pengkajian risiko bencana
yang dimuat dalam Dokumen Kajian Risiko Bencana Propinsi DKI Jakarta
Tahun 2011. Kajian risiko bencana dilakukan dengan melakukan identifikasi,
klasifikasi dan evaluasi risiko melalui beberapa langkah, yaitu:
1. Pengkajian Ancaman
Ancaman/Bahaya (hazard); adalah suatu kondisi, secara alamiah maupun
karena ulah manusia, yang berpotensi menimbulkan kerusakan atau
kerugian dan kehilangan jiwa manusia. Bahaya berpotensi menimbulkan
bencana, tetapi tidak semua bahaya selalu menjadi bencana. Pengkajian
ancaman dimaknai sebagai cara untuk memahami jenis dan unsur-unsur
ancaman yang berisiko bagi daerah dan masyarakat. Kajian ancaman
2. Pengkajian Kerentanan
Kerentanan (vulnerability); adalah sekumpulan kondisi dan atau suatu
akibat keadaan (faktorfisik, sosial, ekonomi dan lingkungan) yang
berpengaruh buruk terhadap upaya-upaya pencegahan dan
penanggulangan bencana. Faktor kerentanan tersebut meliputi:
a. Fisik: Kekuatan bangunan struktur (rumah, jalan, jembatan) terhadap
ancaman bencana
b. Sosial: Kondisi demografi (jenis kelamin, usia, kesehatan, gizi, perilaku
masyarakat) terhadap ancaman bencana
c. Ekonomi: Kemampuan finansial masyarakat dalam menghadapi
ancaman di wilayahnya
d. Lingkungan: Tingkat ketersediaan/kelangkaan sumberdaya (lahan, air,
udara) serta kerusakan lingkungan yang terjadi. Pengkajian
kerentanan dilakukan dengan menganalisa dan menilai tingkat
kerentanan suatu masyarakat, wilayah dan penghidupannya dari
faktor-faktor berisiko. Penilaian kerentanan ditentukan dengan
mengkaji aspek sosial-budaya, sumberdaya/lingkungan, infrastruktur
dan ekonomi terhadap ancaman dan dampak bencana yang ada.
3. Pengkajian Kapasitas
Kapasitas (Capacity) adalah kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh
perorangan, keluarga dan masyarakat yang membuat mereka mampu
mencegah, mengurangi, siap-siaga, menanggapi dengan cepat atau segera
pulih dari suatu kedaruratan dan bencana. Pengkajian kapasitas dilakukan
dengan mengidentifikasikan status kemampuan individu, masyarakat,
lembaga pemerintah atau non pemerintah dan aktor lain dalam
menangani ancaman dengan sumber daya yang tersedia untuk melakukan
tindakan pencegahan, mitigasi, dan mempersiapkan penanganan darurat,
serta menangani kerentanan yang ada dengan kapasitas yang dimiliki oleh
masyarakat tersebut.
Tujuan:
Terselenggaranya penanggulangan krisis kesehatan yang mengutamakan
pengurangan resiko krisis kesehatan melalui keterpaduan antar program,
pemanfaatan teknologi informasi, pelaksanaan kegiatan disertai monitoring
evaluasi yang berkesinambungan serta peningkatan kualitas dan pemerataan
sumber daya manusia
2. Strategi
a. Memperkuat kerangka hukum penanggulangan krisis kesehatan baik
untuk pra, tanggap darurat dan pasca krisis;
Tujuan
Peserta memahami:
1. Memahami teori pengkajian komunitas dengan mengumpulkan beberapa
komponen yang dijadikan sasaran seperti data demografi, geografi, fasilitas
fisik, dll
2. Memahami pengkajian pada masyarakat meliputi: dimensi lokasi, dimensi
populasi, dan dimensi sistem social
3. Instrumen penilaian ketangguhan organisasi dan masyarakat
Kegiatan Belajar
Kegiatan 1 : Curah Pendapat Penilaian Ketangguhan Organisasi
Kegiatan 2 : Curah Pendapat Penilaian Ketangguhan Masyarakat
2. Pengkajian risiko
a. Pengkajian dan data bahaya/risiko
b. Pengkajian dan data kerentanan dan dampak
c. Kapasitas ilmiah dan teknis serta inovasi
Salah satu pendekatan yang banyak digunakan terutama oleh LSM adalah
advokasi. Model pendekatan ini mencoba meminjam pola yang diterapkan
dalam sistem hukum, di mana penasehat hukum berhubungan langsung
dengan klien. Dengan demikian, pendekatan advokasi menekankan pada proses
pendampingan kepada kelompok masyarakat dan membantu mereka untuk
Berikan tanda silang pada angka jawaban yang anda pilih. Jawablah
pernyataan berikut berdasarkan apa yang anda rasakan.
4 : sangat setuju
3 : setuju
2 : kurang setuju
1 : sangat tidak setuju
0 : tidak tahu atau netral
SS S TS STS N
No Dimensi Item pertanyaan
4 3 2 1 0
1 Robustness / Ketahanan
empat item Organisasi kami adalah
pertanyaan organisasi yang mampu berdiri
untuk kuat dalam situasi apapun.
mengkaji Organisasi kami menggunakan
Panduan Teknik Pengabdian Masyarakat 54
kapasitas berbagai macam solusi dalam
organisasi menyelesaikan berbagai
untuk tetap permasalahan yang ada
menjalankan Ketika sedang terjadi bencana,
aktifitas organisasi kami mengerahkan
seperti biasa seluruh kemampuan dalam
dan organisasi untuk menghadapi
memperbaiki kondisi tersebut
keadaan Organisasi kami tetap dapat
(recovery) melakukan aktifitas seperti
dari keadaan biasa meskipun dalam kondisi
yang kurang bencana
menguntungk
an.
2 Agility/ Kelincahan/kegesitan
tiga item Organisasi kami dapat
pertanyaan memutuskan untuk mengambil
untuk tindakan secara cepat dan
mengetahui tepat
aksi atau ketika terjadi bencana,
kecepatan organisasi kami dapat
organisasi mengembangkan alternative
dalam tindakan untuk menekan
mengambil tingkat kerugian
tindakan. Organisasi kami mempunyai
mekanisme koordinasi untuk
pengambilan keputusan yang
cepat dan tepat.
3 Integrity/ integritas/kebersamaan
dua item Dalam organisasi kami, semua
pertanyaan anggota telah bekerja sesuai
untuk dengan tugas masing – masing.
mengkaji dalam organisasi kami, semua
hubungan anggota berhasil
atau mempraktekkan prinsip
keterikatan kebersamaan dalam
Panduan Teknik Pengabdian Masyarakat 55
pegawai menyelesaikan tugas
ketika pekerjaan.
organisasi
sedang
mengalami
situasi yang
kurang
menguntungk
an.
Nama dusun :
Nama desa :
Kecamatan :
Panduan Teknik Pengabdian Masyarakat 64
Kabupaten/Kota :
Provinsi :
Jumlah RT :
Jumlah RW :
Jumlah Dusun :
Batasan Wilayah
Sebelah utara :
Sebelah selatan :
Sebelah barat :
Sebelah timur :
Luas wilayah : KM2
1. Batasan Lokasi
2. Gambaran geografis
a. Kesuburan
Kesuburan tanah di wilayah yang dihuni oleh warga
............................................................................................................................................
Pemanfaatan lahan untuk pertanian
............................................................................................................................................
Jenis tanaman yang dikembangkan ..........................................................……
............................................................................................................................................
3. Iklim
a. Curah hujan
Cerah
Cerah berawan
Gerimis
Hujan lebat
b. Prakiraan musim hujan dan musim panas
Musim kemarau mulai bulan ........................... sampai ...........................
Musim penghujan mulai bulan ........................... sampai ...........................
Adakah pergeseran musim? Ya / Tidak
Jelaskan:
c. Kelembaban: ........... %
d. Suhu lingkungan:....... 0C
e. Kecepatan angin:............... km/jam
f. Arah angin: ..................................................................
Jumlah
Jenis Tanaman Keterangan
Lahan (Ha)
Tanaman pertanian:
Padi
Palawija (jagung, kedelai dll)
Sayuran
Lain-lain
Tanaman perkebunan:
5. Lingkungan Buatan
Kegiatan Rutin
No. Jenis Jumlah Keterangan
Ada Tidak
1 Lapangan
2 Sarana rekreasi
3 Gedung sekolah
4 Pasar
5 Balai desa/balai
pertemuan
6. Peta Wilayah
Apakah ada peta wilayah di daerah binaan anda?
Jika ada, masukkan peta wilayah yang anda temukan dalam laporan
ini. Jika daerah binaan anda terdiri dari beberapa wilayah, masukkan
peta masing-masing wilayah. Tetapi jika tidak ditemukan peta untuk
maisng-masing wilayah, masukkan peta gabungan yang anda temukan.
Peta wilayah I:
B. Sistem Politik
1. Identitas
Nama kepala desa :
Nama sekretaris desa :
Dst ...
1 Memiliki 1 anak X X% X X% X X%
2 Memiliki 2 anak X X% X X% X X%
3 Memliki 3 anak X X% X X% X X%
4 Memliki >3 anak X X% X X% X X%
Total 100%
2. Kepadatan
Perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah keseluruhan
N Jumlah
Wilayah (RW) Luas WIlayah
o. Penduduk
1 Wilayah I
2 Wilayah II
3 Wilayah III
dst
Total
Keterangan:
Kepadatan penduduk arimatik = jumlah penduduk : luas wilayah
Berdasarkan UU 56 Tahun 1960:
Tidak Padat : 1-50 jiwa/km2
Kurang Padat : 51 – 250 jiwa/km2
Cukup Padat : 251 – 400 jiwa/km2
Sangat Padat : ≥ 401 jiwa/km2
1 Menikah X X% X X% X X%
2 Tidak/belum menikah X X% X X% X X%
3 Janda X X% X X% X X%
4 Duda X X% X X% X X%
Total 100%
Perempuan X X% X X% X X%
2 Kanak-kanak Laki-laki X X% X X% X X%
(5-11 th)
Perempuan X X% X X% X X%
3 Remaja awal Laki-laki X X% X X% X X%
(12-16 th)
Perempuan X X% X X% X X%
4 Dewasa awal Laki-laki X X% X X% X X%
(26-35 th)
Perempuan X X% X X% X X%
5 Dewasa akhir Laki-laki X X% X X% X X%
(36-45 th)
Perempuan X X% X X% X X%
6 Pertengahan Laki-laki X X% X X% X X%
(45-59 th)
Perempuan X X% X X% X X%
7 Elderly Laki-laki X X% X X% X X%
(60-74 th)
Perempuan X X% X X% X X%
8 Old Laki-laki X X% X X% X X%
((75-90 th)
Perempuan X X% X X% X X%
9 Very old Laki-laki X X% X X% X X%
(> 90 th)
Perempuan X X% X X% X X%
Total 100
%
3. Pertumbuhan penduduk
Angka kelahiran: hitung jumlah kelahiran pada satu tahun terakhir
yang terjadi pada wilayah praktik mahasiswa yang digunakan.
Pengkategorian didasarkan pada usia ibu yang melahirkan. Sajikan
dalam bentuk tabel frekuensi dan persentase:
Total
Total
1 Eklampsia X X% X X% X X%
2 Perdarahan X X% X X% X X%
3 Infeksi X X% X X% X X%
4 Lainnya........ X X% X X% X X%
Total
ian
Wil I Wil II Wil III
No. Penyebab Kematian
Frek % Frek % Frek %
1 Bencana alam X X% X X% X X%
2 Bencana sosial X X% X X% X X%
3 Bencana non-alam X X% X X% X X%
4 Sakit X X% X X% X X%
5 Wabah X X% X X% X X%
Total
4. Pekerjaan penduduk
Sajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan persentase:
Wil I Wil II Wil III
No. Jenis Pekerjaan
Frek % Frek % Frek %
1 Petani X X% X X% X X%
2 Pedagang X X% X X% X X%
3 Peternak X X% X X% X X%
4 Dsb .... X X% X X% X X%
Total
D. Dimensi Sosial
1. Tempat pelayanan kesehatan
Wilayah Wilayah Wilayah Wilayah
Jenis Pelayanan Kesehatan 1 2 3 4
(N) (N) (N) (N)
a. Rumah Sakit
b. Puskesmas/ Pustu
c. Klinik
d. Polindes/Poskesdes
e. Praktik Dokter
f. Praktek Perawat
g. Praktek Bidan
h. Posyandu
5. Jenis penyakit yang ada (10 besar diagnosis tertinggi): dapat berubah
sesuai kondisi wilayah anda
Wil I Wil II Wil III
Jenis penyakit
Frek % Frek % Frek %
2 Diare □ □ □
3 Malaria □ □ □
4 Flu Burung □ □ □
5 SARS □ □ □
6 Scabies □ □ □
7 Leptosirosis □ □ □
8 Campak □ □ □
9 Rabies □ □ □
1 Keracunan □ □ □
0
1 Lain-lain: …………. □ □ □
10.Keadaan air
Wil I Wil II Wil III
No. Sumber Air Fre Fre
Frek % % %
k k
1 Layak
2 Tidak layak
Total
Keterangan : dikatakan layak jika air tidak keruh, tidak berbau, tidak
berwarna, dan tidak berasa. Sebaliknya dikatakan layak jika air keruh,
berbau, berwarna dan berasa
18.Letak kandang
Wil I Wil II Wil III
No. Letak Kandang
Frek % Frek % Frek %
1 Diluar Rumah
2 Didalam Rumah
Total
19.Keadaan kandang
Wil I Wil II Wil III
No. Letak Kandang
Frek % Frek % Frek %
1 Terawat
2 Tidak terawat
Total
23.Ketersediaan listrik
Pemanfaatan Wil I Wil II Wil III
No.
Pekarangan Rumah Frek % Frek % Frek %
1 Tersedia
2 Belum Tersedia
Total
1 Tidak sekolah X X% X X% X X%
2 SD atau sederajat X X% X X% X X%
Total
2. Tempat ibadah
Wil I Wil II Wil III
No. Tempat Ibadat Fre
% Frek % Frek %
k
1 Masjid
2 Gereja
3 Pura
4 Wihara
5 Klenteng/Kuil
Total
5. Organisasi keagamaan
No. Nama organisasi Ketua Jumlah anggota
1
2
3 Dst
J. Sistem Komunikasi
1. Hirarki komunikasi: jelaskan alur komunikasi pemberian informasi dari
pemerintah ke masyarakat dan sebaliknya. Jelaskan dalam bentuk
deskripsi.
...................................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
............................................................................................................................................
2. Alat/media komunikasi massal
Wil I Wil II Wil III
No. Alat Komunikasi Massal
Frek % Frek % Frek %
1 Kentongan
2 Pengeras Suara Masjid
3 Telepon
4 Sosial Media
Total
N Skor
Keterangan Uraian
o. 1 2 3 4
1 Kelembagaa 1) Adanya relawan
n penanggulangan bencana
2) Adanya forum pengurangan
risiko bencana
3) Kerja sama yang baik lintas-
sektor
2 Legislasi 4) Aturan atau SK pemerintah
setempat tentang forum
penanggulangan risiko
bencana
L. Aspek Psikososial
1. Gunakan instrumen pengkajian psikososial untuk mengidentifkasi
gangguan psikososial di masyarakat. Pengkajian ini memerlukan survey
pada kategori usia penduduk remaja keatas. Setelah melakukan
rekapitulasi, dokumentasikan pada tabel berikut:
Wil I Wil II Wil III
N
Masalah Psikososial Fre Fre Fre
o. % % %
k k k
1 Ada Masalah Psikososial
2 Tidak Ada Masalah Psikososial
Total
2. Remaja
Karang taruna
Remaja masjid
Kelompok relawan
Dll.
Kader
Lain – lain
Ya Tidak
Dekat dengan area lokalisasi
Ya Tidak
Gank remaja
Wilayah I
Wilayah II
Wilayah III
Perkelahian remaja
Jenis dan
Wilayah Tahun Jumlah
Penyebab
Wilayah I
Wilayah II
Wilayah III
3. Ibu hamil
Usia ibu hamil
Usia Ibu Hamil Wil I Wil II Wil
Frek % Frek % Frek %
Usia < 20 tahun
Usia 20 - 35 tahun
Usia > 35 tahun
Total
Alasan ibu hamil tidak mau imunisasi TT (bagi ibu hamil yang belum
T5)
Imunisasi TT Wil I Wil II Wil III
Frek % Frek % Frek %
Bersedia
Tidak bersedia
Alasan tidak bersedia
Takut suntik
Suntikan
menimbulkan efek
samping
Kepercayaan
Lain-lainnya,
sebutkan........
Total
Data peserta KB
Kategori Wil I Wil II Wil III
Frek % Frek % Frek %
Tidak ber-KB
Akseptor KB
Total
4. Lansia
Apakah ada posyandu lansia?
Ya Tidak
Apakah posyandu lansia dilaksanakan rutin?
Ya Tidak
Frekuensi pelaksanaan dalam satu bulan adalah:
1X >1X
Apakah ada kader posyandu lansia?
Tabulasi SPMSQ
Wil I Wil II Wil III
No. Skor SPMSQ Fre Fre
Frek % % %
k k
1 Fungsi mental normal
2 Gangguan kognitif
Tabulasi MMSE
Wil I Wil II Wil III
No. Skor MMSE Fre Fre
Frek % % %
k k
1 Tidak ada gangguan
kognitif
2 Gangguan kognitif
ringan
3 Gangguan kognitif
sedang
3. Prioritas masalah
Setelah ditemukan masalah kesehatan, maka langkah selanjutnya adalah
menyusun prioritas masalah. Hal ini dilakukan dengan menggunakan
berbagai pendekatan, salah satunya adalah sebagai berikut :
Masyarakat akan
Adanya masalah
Konsekuensi jika
untuk
teerselessaikan
Menyelesaikan
mempengarui
keahlian yang
Ketersediaan
penyelesaian
penyelesaian
masalah tak
masyarakat
Percepatan
Kesadaran
masalah
Motivasi
releven
dalam
dalam
perawat
Jumlah Nilai
Prioritas
: Tinggi Tinggi : : :
Tingg Sedang Sedang Tingg Tingg Tingg
i Rendah Rendah i i i
Seda Seda Seda Seda
ng ng ng ng
Rend Rend Rend Rend
ah ah ah ah
Bobot Bobot Bobot
Bobot 5 Bobot 10 Bobot 10
10 10 10
Hal lain yang terpenting dalam memprioritaskan masalah kesehatan ini adalah
rasionalitas / justifikasi dari pembobotan dari setiap item masalah.
I 1.
II 2.
Rencana Tindakan
Sebagai tenaga profesional, maka perencanaan dalam memberikan solusi
permsalahan di komunitas merupakan hal yang teramat penting. Rencana
tindakan peningkatan ketangguhan masyarakat dan manajemen bencana
disusun dengan memperhatikan banyak faktor, terutama sekali faktor
masyarakat itu sendiri, karena pada hakekatnya masyarakatlah yang
memiliki rencana tersebut. Sebaliknya, mahasiswa dan profesional hanyalah
sebagai fasilitator dan motivator dalam mengerakkan dinamika masyarakat
untuk dapat menolong dirinya sendiri.
Rencana yang dibuat harus dipastikan sebagai upaya yang paling maksimal,
artinya fasilitator tidak saja dituntut untuk berperan di level pelaksanaan di
masyarakat saja (grassroot), namun pula harus merambah kepada level
pengambil keputusan (decision maker), dengan aktif melakukan lobi, negosiasi,
serta advokasi terhadap apa yang telah direncanakan untuk dapat diwujudkan.
Hal ini akan memaksa fasilitator untuk mampu bekerjasama dengan berbagai
pihak, baik dari kalangan birokrat pemerintahan, lembaga swadaya
masyarakat, maupun kalangan bisnis. Oleh karenanya penting dilakukan
pendekatan strategi yang mantap dengan memanfaatkan bebagai data primer,
sekunder dan tersier sebagai bukti (evidence-base).
Rencana tindakan disusun dengan memperhatikan beberapa komponen yaitu:
1. Prioritas masalah, menggunakan skoring
Keterangan
Standar/
P. Jawab
Prioritas
Aktifitas
Strategi
Masalah
Kriteria
Tempat
Tujuan
Waktu
Biaya
I
II
Implementasi Tindakan
Implementasi sering dikatakan sebagai fase aksi rencana tindakan. Kegiatan
implementasi bukan hanya tindakan mandiri, tetapi merupakan tindakan
kolaborasi bersama klien maupun profesi lain. Hal yang harus diingat dalam
implementasi adalah tujuan utama, yaitu menolong masyarakat untuk dapat
meningkatkan ketangguhan diri hinggal optimal. Dalam melaksanakan
implementasi ini dapat dibagi dalam 2 kegiatan, yaitu fase persiapan dan fase
tindakan.
Ketika dalam fase persiapan, tenaga kesehatan harus yakin terhadap: what,
who, why, when, where, dan how. Pada fase persiapan ini dapat digunakan
fasilitator untuk mengklarifikasi rencana tindakan dan berbagai fasilitas yang
diperlukannya. Hal yang penting untuk diingat bahwa implementasi ini
meminta fleksibilitas dan penyesuaian terhadap hal-hal yang tidak dapat
diantisipasi sebelumnya.
II
Evaluasi Tindakan
Evaluasi merujuk kepada pengukuran dan penetapan dari efektivitas dalam
pencapaian tujuan yang ditetapkan. Evaluasi merupakan tindakan
penyelidikan yang mengkaitkannya dengan standar dan kriteria keberhasilan.
Evaluasi juga dilakukan untuk mengukur mutu pelayanan (quality of services),
program, dan penampilan tenaga kesehatan. Program ini sering disebut
sebagai Total Quality Management (TQM), karena hal ini merefleksikan
peningkatan perhatian dengan pengukuran dan peningkatan kualitas rencana
tindakan yang diberikan kepada masyarakat. Makna dari manajemen kualitas
berarti:
1. Pengorganisasian yang dihasilkan dari pengkajian yang berkualitas
2. Penetapan standar atau kriteria
3. Pengumpulan informasi yang terus smenerus sebagai kegiatan rutin
4. Jaminan bahwa informasi didasarkan pada total populasi atau sampel
yang representatif
5. Suatu proses yang menyajikan hasil dari review pada klien
Prioritas Tanggal
Implementasi kegiatan Evaluasi
Masalah Kegiatan
Panduan Teknik Pengabdian Masyarakat 117
I
II
3) Indeks dari setiap variabel mejadi Indeks Komposit yang disebut dengan Indeks
Desa Membangun (IDM).
NO
STATUS DESA NILAI BATAS
.
1. SANGAT TERTINGGAL < 0,491
2. TERTINGGAL >0,491 dan < 0,599
3. BERKEMBANG >0,5599 dan < 0,707
4. MAJU >0,707 dan < 0,815
5. MANDIRIPanduan Teknik Pengabdian Masyarakat 124>0,815
Bab 3
Laporan Pertanggungjawaban
Tujuan
Peserta memahami:
1. Sistematika pembuatan laporan kegiatan pengabdian kepada masyarakat
kepada BNPB
2. Jenis-jenis laporan pertanggungjawaban kepada BNPB
Kegiatan Belajar
Kegiatan 1 : curah pendapat format laporan tertulis kepada BNPB
Kegiatan 2 : curah pendapat format laporan audiovisual kepada BNPB
2. Format
Laporan kegiatan diketik dengan komputer dengan huruf jenis (font) Arial 11 cpi
(11 huruf/character per inchi) atau 28-30 baris per halaman dan jarak (space)
satu setengah. Batas (margin) pengetikan adalah 3 cm dari sisi kiri kertas, 2 cm
dari batas sisi kanan dan sisi atas serta sisi bawah kertas. Setiap memulai alinea
baru, masing-masing paragraf diberi jarak satu spasi. Penulisan kalimat hendaknya
memenuhi kaidah Bahasa Indonesia yang baku, baik dan benar. Setiap kalimat
harus jelas subjek, predikat, objeknya dan tidak terlalu panjang serta tidak ada
pengulangan kata. Kalimat yang terlalu panjang sehingga sulit untuk dipahami
sebaiknya diputus dan dibuat kalimat baru. Pemutusan kata dalam satu baris
kalimat harus mengikuti kaidah bahasa Indonesia yang baku dan benar. Tanda baca
di depan atau dibelakang kata harus melekat dengan kata yang ditandai dan
terpisah dengan kata yang tidak berkaitan dengan tanda baca tersebut. Setiap bab
baru dimulai pada halaman baru, diketik dengan huruf kapital, diletakkan di
tengah-tengah bagian atas halaman. Setiap bab dan sub bab yang baru diberi
nomor mengikuti urutan bab dan sub bab yang terkait. Sub-bab diketik di pinggir
sisi kiri halaman, dengan huruf kecil kecuali huruf pertama pada setiap kata, diketik
dengan kapital. Judul tabel dan gambar ditulis dengan huruf jenis Arial 11 cpi
serta cetak tebal (bold), penomoran sesuai dengan bab yang berkaitan. Keterangan
tabel dan keterangan gambar ditulis dengan huruf Arial 10 cpi tanpa cetak tebal.
Jarak antar baris dalam kalimat judul tabel, sub judul, sub bab dan judul gambar
serta ringkasan/summary diketik dengan jarak satu spasi. Judul tabel ditulis diatas
tabel, judul gambar ditulis dibawah gambar. Gambar dicetak tanpa tepi/pigora.
Tabel ditulis dengan mengikuti format pendokumentasian di atas. Untuk tabel atau
gambar yang dikutip atau berasal dari sumber lain, harus disebutkan sumber
pustakanya dibawah tabel atau gambar tersebut.
3. Nomor Halaman
Bagian awal laporan kegiatan diberi nomer halaman dengan menggunakan angka
kecil romawi (i,ii,iii, dan seterusnya), diletakkan pada sisi tengah bawah halaman.
1. Visual
Awang, San Afri, 1995. Pemberdayaan Masyarakat dan Kelembagaan Lokal dalam
Program IDT: Studi Kasus Tipologi Desa Hutan di Kabupaten Madiun. Dalam
Mubyarto (ed.), Program IDT dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Aditya
Media.
http://www.kompasiana.com/lsspi/ormas-dapat-berperan-membangun-
ketangguhan-masyarakat_552c86d96ea834f0558b45d8
Berikut ini adalah kategori keluarga sejahtera menurut BKKBN tahun 2011
Keluarga Sejahtera
Adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar
anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009).
3. Lima indikator Keluarga Sejahtera III (KS III) atau indikator ”kebutuhan
pengembangan” (develomental needs), dari 21 indikator keluarga sejahtera
yaitu:
a. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama.
Pengertian keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama adalah
upaya keluarga untuk meningkatkan pengetahunan agama mereka masing
masing. Misalnya mendengarkan pengajian, mendatangkan guru mengaji
atau guru agama bagi anak anak, sekolah madrasah bagi anak anak yang
beragama Islam atau sekolah minggu bagi anak anak yang beragama Kristen.
b. Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau barang.
Panduan Teknik Pengabdian Masyarakat 139
Pengertian sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau
barang adalah sebagian penghasilan keluarga yang disisihkan untuk ditabung
baik berupa uang maupun berupa barang (misalnya dibelikan hewan ternak,
sawah, tanah, barang perhiasan, rumah sewaan dan sebagainya). Tabungan
berupa barang, apabila diuangkan minimal senilai Rp. 500.000,-
c. Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu sekali
dimanfaatkan untuk berkomunikasi.
Pengertian kebiasaan keluarga makan bersama adalah kebiasaan seluruh
anggota keluarga untuk makan bersama sama, sehingga waktu sebelum atau
sesudah makan dapat digunakan untuk komunikasi membahas persoalan
yang dihadapi dalam satu minggu atau untuk berkomunikasi dan
bermusyawarah antar seluruh anggota keluarga.
d. Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal.
Pengertian Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat
tinggal adalah keikutsertaan seluruh atau sebagian dari anggota keluarga
dalam kegiatan masyarakat di sekitarnya yang bersifat sosial
kemasyarakatan, seperti gotong royong, ronda malam, rapat RT, arisan,
pengajian, kegiatan PKK, kegiatan kesenian, olah raga dan sebagainya.
e. Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/majalah/ radio/tv/internet.
Pengertian Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/ majalah/
radio/tv/internet adalah tersedianya kesempatan bagi anggota keluarga
untuk memperoleh akses informasi baik secara lokal, nasional, regional,
maupun internasional, melalui media cetak (seperti surat kabar, majalah,
bulletin) atau media elektronik (seperti radio, televisi, internet). Media
massa tersebut tidak perlu hanya yang dimiliki atau dibeli sendiri oleh
keluarga yang bersangkutan, tetapi dapat juga yang dipinjamkan atau
dimiliki oleh orang/keluarga lain, ataupun yang menjadi milik umum/milik
bersama.
4. Dua indikator Kelarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau indikator ”aktualisasi
diri” (self esteem) dari 21 indikator keluarga, yaitu:
a. Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan sumbangan materiil
untuk kegiatan sosial.
Pengertian Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan
sumbangan materiil untuk kegiatan sosial adalah keluarga yang memiliki
rasa sosial yang besar dengan memberikan sumbangan materiil secara
teratur (waktu tertentu) dan sukarela, baik dalam bentuk uang maupun
barang, bagi kepentingan masyarakat (seperti untuk anak yatim piatu,
Panduan Teknik Pengabdian Masyarakat 140
rumah ibadah, yayasan pendidikan, rumah jompo, untuk membiayai
kegiatan kegiatan di tingkat RT/RW/Dusun, Desa dan sebagainya) dalam hal
ini tidak termasuk sumbangan wajib.
b. Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan
sosial/yayasan/ institusi masyarakat.
Pengertian ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan
sosial/yayasan/ institusi masyarakat adalah keluarga yang memiliki rasa
sosial yang besar dengan memberikan bantuan tenaga, pikiran dan moral
secara terus menerus untuk kepentingan sosial kemasyarakatan dengan
menjadi pengurus pada berbagai organisasi/kepanitiaan (seperti pengurus
pada yayasan, organisasi adat, kesenian, olah raga, keagamaan,
kepemudaan, institusi masyarakat, pengurus RT/RW, LKMD/LMD dan
sebagainya).
NO PERTANYAAN Ya Tidak
1. Sakit kepala?
2. Kuarang nafsu makan?
3. Tidur tidak nyenyak?
4. Mudah takut?
5. Merasa cemas, tegang dan rasa kuatir
6. Tangan gemetar?
1. Pencernaan terganggu?
2. Sulit berfikir jernih?
3. Tidak merasa bahagia?
4. Lebih sering menangis dari biasanya?
5. Sulit menikmati kegiatan sehari-hari?
6. Sulit mengambil keputusan?
7. Pekerjaan sehari-hari terganggu?
8. Tidak mampu berperan aktif dalam kehidupan sehari-hari?
9. Kehilangan minat atau gairah?
10. Merasa tidak berharga?
11. Berfikir untuk bunuh diri?
12. Selalu merasah lelah?
19 Merasa tidak nyaman diperut anda?
.
20 Mudah lelah?
.
21 Lebih sering menggunakan alcohol/zat terlarang dari
. perkiraanku?
22 Merasa seseorang bermaksud mecelakai anda?
.
23 Merasa ada sesuatu yang mengganggu pikiran anda?
.
24 Mendengar suara-suara yang tidak didengar orang lain?
25 Mengalami mimpi bencana atau seakan-akan bencana itu
. muncul kembali?
26 Menghindari berbagai kegiatan, tempat, orang, atau pikiran
Panduan Teknik Pengabdian Masyarakat 142
. yang mengingatkan akan bencana tersebut?
27 Kurang tertarik terhadap teman-teman atau kegiatan sehari-
. hari?
28 Merasa sangat sedih bila dalam situasi yang mengingatkan
. akan bencana tersebut?
29 Sulit menghayati atau mengeluarkan perasaan?
.
Keterangan:
Bila jawaban “iya” sebanyak 5 atau lebih pada pertanyaan1 – 20 atau bila
jawaban “iya” sebanyak 1 atau lebih pada pertanyaan 21 – 29, maka sebaiknya
menghubungi ahli untuk mendapatkan bantuan
Benar Salah
No. Item Penilaian
(1) (0)
1 Orientasi
1. Tahun berapa sekarang?
2. Musim apa sekarang?
3. Tanggal berapa sekarang?
4. Hari apa sekarang?
5. Bulan apa sekarang?
6. Di negara mana anda tinggal?
7. Di provinsi mana anda tinggal?
8. Di kabupaten mana anda tinggal?
9. Di kecamnatan apa anda tinggal?
10. Di desa mana anda tinggal?
2 Registrasi
Minta klien menyebutkan tiga objek:
11. _______________________________
12. _______________________________
13. _______________________________
3 Perhatian dan Kalkulasi
Minta klien mengeja 5 huruf dari belakang, misal kata
“BAPAK”
14. K
15. A
16. P
17. A
18. B
4 Mengingat
Minta klien untuk menyebutkan tiga objek yang
disebutkan sebelumnya di atas :
19. _______________________________
20. _______________________________
21. _______________________________
5 Bahasa
Panduan Teknik Pengabdian Masyarakat 144
Benar Salah
No. Item Penilaian
(1) (0)
Tunjuk dua benda, minta klien untuk menyebutkan:
22. _______________________________
23. _______________________________
Pengulangan
Minta klien mengulangi tiga kalimat berikut:
24. Tak ada jika, dan, atau tetapi
Perintah tiga langkah:
25. Ambil kertas
26. Lipat dua
27. Taruh di lantai
Turuti hal berikut:
28. Tutup mata
29. Tulis satu kalimat
30. Salin gambar
Jumlah
Keterangan skor:
0-5 = resiko rendah
6-16 = resiko sedang
17-30 = resiko tinggi
Halaman Judul