EKONOMI LINGKUNGAN
GEL 3309
Disusun oleh:
Nama : Farah Pasha Salsabilla
NIM : 16/397443/GE/08322
Hari, Tanggal : Kamis, 9 November 2018
Dosen Pengampu : Dr. Sudrajat, S.Si, M.P
Upaya mewujudkan kesetaraan gender di era digital ini memerlukan sinergi dari
seluruh pihak dalam mendukung dan turut berpartisipasi mewujudkan hal tersebut, tidak
terkecuali civitas akademika. Menteri Yohanna menghimbau agar seluruh elemen kampus
turut berkomitmen untuk mewujudkan iklim akademik yang ramah terhadap perempuan dan
anak. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Prof. Muh. Aris Marfai selaku Dekan Fakultas
Geografi UGM dan Prof. Suratman selaku Direktur dari Klinik Lingkungan dan Mitigasi
Bencana (KLMB) Geografi yang menjadi promotor terselenggaranya kuliah ini turut
mengaminkan bahwa Fakultas Geografi telah dan terus mengupayakan aksi kesetaraan
gender dan lingkungan kampus yang ramah wanita dan anak. Dicontohkan oleh beliau
bahwa di Fakultas Geografi kini mahasiswi secara proporsi jumlah telah berimbang dengan
jumlah mahasiswa, selain itu sarana prasarana kampus juga didesain untuk menjamin iklim
ramah wanita dan anak.
Selain soal kekerasan pada perempuan dan anak, Menteri Yohanna juga menyoroti
angka partisipasi kerja perempuan yang mengalami penurunan. Ia menyebutkan tingkat
partisipasi angkatan kerja perempuan saat ini sebesar 48,87% dibanding laki-laki yang
mencapai 82,7%. Menurutnya, hal ini terjadi karena ada kecenderungan perempuan setelah
lulus pendidikan memilih bekerja di sektor domestik dan tidak melanjutkan karirnya
sehingga peran perempuan dalam pembangunan dirasa belum optimal. Selama ini,
kontribusi perempuan pada ekonomi baru sebesar 35,53%. Padahal, apabila tingkat
partisipasi angkatan kera perempuan dinaikkan menjadi 64% seperti Thailand maka akan
terdapat 20 juta angkatan kerja semi-skilled dan skilled baru.
Terpilihnya Indonesia menjadi 1 dari 10 negara yang ditunjuk PBB menjadi negara
yang dikawal upaya perwujudan akselerasi kesetaraan gendernya mendorong pemerintah
untuk menargetkan pada 2030, kesetaraan gender dapat terwujud. Istilah “Planet 50:50”
digunakan dalam menggambarkan upaya indonesia mencapai target SDGs terkait kesetaraan
gender, di mana perempuan dan laki-laki aktif berperan secara seimbang pembangunan.
Pengukuran pencapaian kesetaraan gender dinyatakan dalam IPG (Indeks Pembangunan
Gender), yang menggunakan dimensi dan variabel yang sama dengan IPM (Indeks
Pembangunan Manusia) namun secara spesifik mengarah pada penduduk perempuan. IPG
menunjukkan peran perempuan dalam pembangunan nasional khususnya dalam bidang
politik, yang ditandai dari banyaknya dan besar kontribusi perempuan dalam poros-poros
atau jabatan penting dalam pemerintahan, serta dalam bidang perekonomian yang ditandai
dari peningkatan angka partisipasi angkatan kerja wanita.