Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

A. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri , merasa gagal karena tidak
mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (keliat. 1998). Menurut Schult &
videbeck (1998) gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang
terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak
langsung.
Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga
diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang
mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang
berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi
menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk
berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah
melihat lingkungan dengan cara negative dan menganggap sebagai ancaman. Hal ini
sesuai dengan pendapat Barbara Kozier berikut :
Level of self esteem range from high to low. A person who has high self esteem deals
actively with the environment, adapts effectively to change, and feels secure. A person
with low self esteem sees the environments as negative and threatening. (Driver
dalam Barbara Kozier, 2003).
Menurut Antai Otong (1995), Self Esteem dipengaruhi oleh pengalaman
individu dalam perkembangan fungsi ego, dimana anak-anak yang dapat beradaptasi
terhadap lingkungan internal dan eksternal biasanya memiliki perasa nyaman terhadap
lingkungan dan menunjukan self esteem yang positif. Sedangkan individu yang
memiliki harga diri rendah cenderung untuk mempersepsikan lingkungannya negative
dan sangat mengancam. Mungkin pernah mengalami depresi atau gangguan dalam
fungsi egonya.
Menurut Patricia D. Barry dalam Mental Health and Mental Illness (2003),
Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima lingkungan
dan gambaran-gambaran negative tentang dirinya. Pengertian lain mengemukakan
bahwa harga diri rendah adalah menolak dirinya sendiri, merasa tidak berharga, dan
tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupan sendiri. Individu gagal menyesuaikan
tingkah laku dan cita-cita.

B. Tanda dan Gejala


Menurut Carpenito, L.J (1998); Keliat, B.A (1994)

1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat


tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi
jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri
sendiri.
3) Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak
mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
4) Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5) Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
6) Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
C. Penyebab
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi
secara :
1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu
(korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
a. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/ sakit/ penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa
persetujuan.
2. Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit
dan dirawatakan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan pada
klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa. Dalam tinjauan
life span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh kembang,
misalnya sering disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima dalam kelompok (Yosep, 2007)
Tanda dan Gejalanya :
a. Data subjektif : mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta
bantuan orang lain dan mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak
melakukan sesuatu.
b. Data objektif : tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih
dan tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah
tampak murung.
D. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis adalah penolakan orang
tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketegantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis (Fitria, 2009).
E. Faktor Presipitasi
Factor Presipitasi Terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehillangan
bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas
yang menurun (Fitria, 2009).
F. Akibat
Harga diri rendah dapat membuat klien menjadi tidak mau maupun tidak
mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Isolasi
sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah
laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial
(DEPKES RI, 1998). Tanda dan gejala :
1. Data Subyektif :
a. Mengungkapkan untuk memulai hubungan/ pembicaraan
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain
2. Data Obyektif :
a. Kurang spontan ketika diajak bicara
b. Apatis
c. Ekspresi wajah kosong
d. Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara
G. Jenis Konsep Diri
Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini:

1. Citra tubuh (Body Image)

Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari
dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang,
serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi, yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang baru
(Stuart & Sundeen, 1998).

2. Ideal diri (Self Ideal)

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku


sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu. Sering juga
disebut bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri
sendiri (Stuart & Sundeen, 1998).

3. Identitas diri (Self Identifity)

Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung


jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikkan individu.
Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang
kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja (Stuart & Sundeen,
1998).

4. Peran diri (Self Role)


Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial. Peran yang
diterapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang
diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu (Stuart & Sundeen,
1998).

5. Harga diri (Self Esteem)

Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri.
Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri tanpa
syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, tetap merasa sebagai seorang
yang penting dan berharga (Stuart & Sundeen, 1998).

H. Rentang Respon
Rentang respon konsep diri (Stuart, et al. 1998:320)

Adaptif Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi

diri positif rendah identitas

Skema Rentang Respon Konsep Diri (sumber: Stuart, et al, 1988: 320)

I. Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan

Perubahan Persepsi Sensori:


Halusinasi

Isolasi sosial

Harga Diri Rendah


Koping Individu Tidak Efektif

Traumatik Tumbuh Kembang

J. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau jangka
panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri
dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Pertahanan jangka pendek
mencakup sebagai berikut:
1. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dan krisis identitas diri
(misalnya konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif).
2. Aktivitas yang memberikan identitas penggantian sementara (misalnya ikut
serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan).
3. Aktivitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak
menentu (misalnya olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, konteks untuk
mendapatkan polaritas).
4. Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas
diluar dari hidup yang tidak bermakna saat ini (misalnya penyalahgunaan obat).
Pertahanan jangka panjang mencakup sebagai berikut:
 Penutupan identitas: adopsi identitas premature yang diinginkan oleh
orang yang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi atau potensi
diri individu.
 Identitas negatif: asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan
harapan yang diterima masyarakat.

K. Data yang perlu dikaji:


Data yang perlu dikaji pada pasien dengan Hrga Diri Rendah yaitu :
1. Data subyektif
a. Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna
b. Megungkapkan dirinya merasa tidak mampu
c. Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau
bekerja
d. Mengungkapkan dirinya malas untuk perawatan diri
2. Data objektif
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Tidak menerima pujian
e. Penurunan produktivitas
f. Penolakan terhadap kemampuan diri
g. Kurang memperhatikan perawatan diri

L. DiagnosaKeperawatan
Harga diri rendah
M. RencanaTindakanKeperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Interv
Pasien mampu : Setelah ….x pertemuan klien SP I
- Mengidentifikasi mampu : a. Identifikasi kemampuan positif y
kemampuan dan aspek - Mengidentifikasi - Diskusikan bahwa pasien
positif yang dimiliki kemampuan aspek positif kemampuan dan aspek pos
- Menilai kemampuan yang dimiliki rumah adanya keluarga da
yang dapat digunakan - Memiliki kemampuan yang - Beri pujian yang realistis d
- Menetapkan / memilih dapat digunakan dengan pasien penilaian ya
kegiatan yang sesuai - Memilih kegiatan sesuai b. Nilai kemampuan yang dapat dila
dengan kemampuan kemampuan - Diskusikan dengan pasien
- Melatih kegiatan yang - Melakukan kegiatan yang digunakan saat ini
sudah dipilih, sesuai sudah dipilih - Bantu pasien menyebutkan
kemampuan - Merencanakan kegiatan yang terhadap kemampuan diri
- Merencanakan kegiatan sudah dilatih - Perlihatkan respon yang k
yang sudah dilatihnya. yang aktif
c. Pilih kemampuan yang akan dilat
- Diskusikan dengan pasien
dilakukan dan dipilih seba
lakukan sehari-hari.
- Bantu pasien menetapkan
lakukan secara mandiri.
- Aktivitas yang memerl
keluarga
- Aktivitas apa saja yang
keluarga atau lingkung
- Beri contoh cara pelak
dilakukan pasien
- Susun bersama pasien
pasien
d. Nilai kemampuan pertama yang t
- Diskusikan dengan pasien
(yang sudah dipilih pasien
- Bersama pasien dan kelua
kegiatan yang akan dilaku
- Berikan dukungan atau pu
yang diperlihatkan pasien.
e. Masukkan dalam jadwal kegiatan
- Beri kesempatan pada pas
- Beri pujian atas aktivitas /
pasien setiap hari
- Tingkatkan kegiatan sesua
sikap
- Susun daftar aktivitas yang
dan keluarga.
- Berikan kesempatan meng
pelaksanaan kegiatan. Yak
setiap aktivitas yang dilak
SP 2
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (S
b. Pilih kemampuan kedua yang
c. Latih kemampuan yang dipili
d. Masukkan dalam jadwal kegi
SP 3
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (S
b. Memilih kemampuan ketiga y
c. Masukkan dalam jadwal kegi
Keluarga mampu : Setelah ….x pertemuan keluarga SP 1
Merawat pasien dengan harga mampu : - Identifikasi masalah yang dira
diri rendah di rumah dan - Mengidentifikasi - Jelaskan proses terjadinya HD
menjadi sistem pendukung kemampuan yang dimiliki - Jelaskan tentang cara merawa
yang efektif bagi pasien pasien - Main peran dalam merawat p
- Menyediakan fasilitas untuk - Susun RTL keluarga / jadwal
pasien melakukan kegiatan
- Mendorong pasien
melakukan kegiatan SP 2
- Memuji pasien saat pasien - Evaluasi kemampuan SP 1
dapat melakukan kegiatan - Latih keluarga langsung ke pa
- Membantu melatih pasien - Menyusun RTL keluarga / jad
- Membantu menyusun jadwal pasien
kegiatan pasien SP 3
- Membantu perkembangan - Evaluasi kemampuan keluarg
pasien - Evaluasi kemampuan pasien
- RTL keluarga :
- Follow Up
- Rujukan
DAFTAR PUSTAKA
Boyd dan Nihart. (1998). Psychiatric Nursing& Contemporary Practice. 1st edition.
Lippincot- Raven Publisher: Philadelphia.
Carpenito, Lynda Juall. (2003). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
Keliat, Budi Anna dll. (2001). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.
Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition. Lippincott-
Raven Publisher: philadelphia.
Stuart dan Sundeen. (1999). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.
Townsend. (1995). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for Care Plan
Construction. Edisi 3.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai