DISUSUN OLEH:
NAMA : Fadila
STAMBUK : N 111 16 020
PEMBIMBING KLINIK : Dr. dr.M SABIR, M. Si
dr. Trieko Stefanus Larope
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
dapat berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Kegiatan di
dalam gedung juga meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang akan di
lakukan diluar gedung. Sedangkan pelayanan di luar gedung umumnya
pelayanan Gizi pada kelompok dan masyarakat dalam bentuk promotif dan
preventif. Dalam pelaksanaan pelayanan gizi dipuskesmas, diperlukan
pelayanan yang bermutu sehingga dapat menghasilkan status gizi yang optimal
dan mempercepat proses penyembuhan pasien. Pelayanan gizi yang bermutu
dapat diwujudkan apabila tersedia acuan untuk melaksanakan pelayanan Gizi
yang bermutu sesuai dengan pilar dalam Pedoman Gizi Seimbang.
Pada wilayah kerja puskesmas kinovaro, tidak terdapat gedung TFC atau
therapeutic feeding centre. . TFC yaitu bagian dari pelayanan kesehatan
puskesmas perawatan atau RS yang dilakukan secara khusus dengan penyiapan
kamar perawatan khusus untuk gizi buruk dan tidak dijadikan satu dengan
perawatan pasien berpenyakit lain. Sehingga penulis tertarik untuk mengetahui
lebih lanjut mengenai program gizi yang dijalankan di puskesmas kinovaro.
3
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
4
C. Motto
Melayani dengan SMART
Senyum, Mudah, Amanah, Ramah, Transparan
5
17. Persentasi balita di Bawah Garis Merah (BGM) 9,5 %
18. Persentasi ibu hamil Anemia 35 %
TARGET
NO INDIKATOR
2015 2016 2017 2018 2019
Persentase balita gizi buruk yang 100 100 100 100 100
1. mendapat perawatan.
Persentase balita yang ditimbang 80 85 88 89 90
2 berat badannya
Cakupan RT yg mengonsumsi 85 90 92 94 95
3 garam beryodium.
Persentase bayi usia kurang dari 39 42 44 47 50
4 6 bulan mendapat ASI Eksklusif
Persentase balita 6-59 bulan 80 85 87 89 90
5 mendapat kapsul vitamin A.
Persentase ibu hamil yang
mendapatkan tablet Tambah 82 85 90 95 98
6
Darah(TTD) minimal 90 tablet
selama masa kehamilan
Persentase ibu hamil Kurang
7 Energi Kronik (KEK) yang 12 50 65 80 85
mendapat makanan Tambahan
Persentase Balita Kurus yg 70 75 80 85 90
8 mendapat makanan tambahan TARGET
NO INDIKATOR
2015 2016 2017 2018 2019
Persentase remaja Putri mendapat 10 15 20 25 30
9. TTD
Persentase ibu nifas mendapat 80 85 88 89 90
10 kapsul vitamin A
Persentase Bayi yang baru lahir 38 41 44 47 50
11 mendapat IMD.
Persentase bayi dg berat badan lahir 9 8,7 8,5 8,3 8
12 rendah (berat badan<2500 gr)
13 Persentase balita mempuyai KMS. 85
Persentase balita ditimbang yang 69.5 70 75 80 85
14 naik berat badannya (N)
Persentase balita ditimbang yang 17.4 16.8 16.2 15.6 15
15 tidak naik berat badannya (T)
Persentase balita ditimbang yang 5.5 5.4 5.3 5.2 5
tidak naik berat badannya 2 kali
16
berturut-turut (2T)
6
PEMBAHASAN
7
a. Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri dan WUS
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar haemoglobin (Hb)
dalam darah lebih rendah dari normal (WHO,2011). Haemoglobin adalah
salah satu komponen dalam sel darah merah /eritrosit yang berfungsi untuk
mengikat oksigen dan menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh. Ada
3 penyebab anemia, yaitu:
1. Defisiensi zat gizi
Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang
merupakan pangan sumber zat besi yang berperan penting untuk
pembuatan haemoglobin sebagai komponen dari sel darah merah/eritrosit.
Pada penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC, HIV/AIDS, dan
keganasan.
2. Perdarahan (Loss of blood volume)
Perdarahan karena kecacingan dan trauma atau luka yang
mengakibatkan kadar Hb menurun. Perdarahan karena menstruasi yang
lama dan berlebihan
3. Hemolitik
Perdarahan pada penderita malaria kronis perlu diwaspadai karena
terjadi hemolitik yang mengakibatkan penumpukan zat besi
(hemosiderosis) di organ tubuh, seperti hati dan limpa
8
lebih panjang dari biasanya atau darah haid yang keluar lebih banyak dari
biasanya.
3. Rematri seringkali melakukan diet yang keliru yang bertujuan untuk
menurunkan berat badan, diantaranya mengurangi asupan protein hewani
yang dibutuhkan untuk pembentukan haemoglobin darah.
b. Maksud dan Tujuan pemberian TTD kepada rematri dan WUS adalah
meningkatkan status gizi remaja putri sehingga dapat memutus mata rantai
terjadinya stunting, mencegah anemia dan meningkatkan cadangan zat besi
dalam tubuh sebagai bekal dalam mempersiapkan generasi yang sehat
berkualitas dan produktif
c. Ruang Lingkup. Pemberian TTD dengan komposisi terdiri dari 60 mg zat besi
elemental (dalam bentuk sediaan Ferro Sulfat, Ferro Fumarat atau Ferro
Glukonat) dan 0,400 mg asam folat pada remaja putri usia 12-18 tahun di
institusi pendidikan (SMP dan SMA atau yang sederajat) dan Wanita Usia
Subur (WUS) usia 15-49 tahun di institusi tempat kerja
d. Pelaksanaan. Cara pemberian TTD dengan dosis 1 (satu) tablet perminggu
sepanjang tahun. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) dilakukan untuk
remaja putri usia 12 - 18 tahun
9
Dalam rangka penanganan kasus balita kurus yang ditemukan di desa,
puskesmas dapat memberikan PMT Lokal dengan menggunakan dana BOK
atau dana desa (ADD) dengan alokasi biaya Rp 15.000/hari/kasus selama
90 hari.
10
Definisi Operasional Indikator Pembinaan Gizi Masyarakat
11
a. Definisi Operasional
- Baduta adalah bayi dan anak umur 0 – 23 bulan 29 hari
- Balita adalah anak yang berumur di bawah 5 tahun (0-59 bulan 29 hari)
- S baduta adalah jumlah baduta yang berasal dari seluruh posyandu yang
melapor di suatu wilayah pada periode tertentu.
- D baduta adalah jumlah baduta yang ditimbang di seluruh posyandu yang
melapor di suatu wilayah pada periode tertentu
- Persentase D/S baduta adalah proporsi baduta yang ditimbang terhadap
baduta yang berasal dari seluruh posyandu yang melapor di suatu wilayah
pada periode tertentu X 100%
- S balita 24 – 59 bulan adalah jumlah anak umur 24 – 59 bulan yang
berasal dari seluruh posyandu yang melapor di suatu wilayah pada
periode tertentu
- D balita 24-59 bulan adalah jumlah anak umur 24 -59 bulan yang
ditimbang di seluruh posyandu yang melapor disuatu wilayah pada
periode tertentu
- Persentase D/S balita 24-59 bulan adalah proporsi anak umur 24 – 59
bulan yang ditimbang terhadap anak umur 24-59 bulan yang berasal dari
seluruh posyandu yang melapor di suatu wilayah pada periode tertentu x
100%
- S balita 0 – 59 bulan 29 hari adalah balita 0 – 59 bulan 29 hari yang
berasal dari seluruh posyandu yang melapor disuatu wilayah pada periode
tertentu
- D balita 0 -59 bulan 29 hari adalah balita 0 – 59 bulan 29 hari yang
ditimbang diseluruh posyandu yang melapor di suatu wilayah pada
periode tertentu
- Persentase D/S balita 0 – 59 bulan 29 hari adalah proporsi balita 0-59
bulan 29 hari yang ditimbang terhadap balita 0-59 bulan 29 hari yang
12
berasal dari seluruh posyandu yang melapor disuatu wilayah pada periode
tertentu x 100%
b. Ukuran Indikator
Kinerja penimbangan baduta dan balita yang ditimbang berat
badannya dinilai baik bila persentase D/S setiap bulannya sesuai target
Rumus :
13
0-6 bulan yang datang dan tercatat dalam register pencatatan /buku
KIA/KMS disuatu wilayah pada periode tertentu x 100%
- Persentase bayi umur 6 bulan mendapat ASI Eksklusif adalah proporsi bayi
mencapai umur 5 bulan 29 hari mendapat ASI Eksklusif 6 bulan terhadap
jumlah seluruh bayi mencapai umur 5 bulan 29 hari yang datang dan
tercatat dalam register pencatatan/Buku KIA/KMS disuatu wilayah pada
periode tertentu x 100%.
b. Ukuran indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase bayi 0 – 6 bulan yang mendapat
ASI eksklusif sesuai target.
Rumus :
14
secara kualitatif yang dapat membedakan ada/tidaknya iodium dalam
garam melalui perubahan warna menjadi ungu
- Rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium adalah seluruh
anggota rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium
- Persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium adalah
proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium terhadap
jumlah seluruh rumah tangga yang diperiksa di satu wilayah pada periode
tertentu x 100%
b. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik, jika persentase rumah tangga mengkonsumsi garam
beriodium sesuai target.
Rumus :
15
- Persentase balita mendapat kapsul vitamin A adalah proporsi bayi 6-11
bulan ditambah proporsi balita 12-59 bulan yang mendapat 1 (satu)
kapsul vitamin A pada periode 6 (enam) bulan terhadap jumlah seluruh
balita 6-59 bulan yang ada di suatu wilayah pada periode tertentu x 100%
b. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika perentase balita 6 – 59 bulan mendapat
vitamin A sesuai target.
Rumus :
16
b. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase ibu selama hamil mendapat 90
TTD sesuai target
Rumus
17
8. Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan
a. Definisi Operasional
- Balita kurus mendapat makanan tambahan adalah jumlah anak usia 6
bulan 0 hari sampai 59 bulan 29 hari dengan status gizi kurus (BB/PB
atau BB/TB = -3 SD sampai dengan <-2 SD) yang mendapat makanan
tambahan selama 90 hari berturut-turut.
- Makanan tambahan adalah makanan yang dikonsumsi sebagai tambahan
asupan zat gizi diluar makanan utama dalam bentuk makanan tambahan
pabrikan atau makanan tambahan bahan pangan lokal yang diberikan
minimal 90 Hari Makan Anak (HMA) berturut-turut.
- Persentase balita kurus mendapat makanan tambahan adalah proporsi
balita kurus yang mendapat makanan tambahan selama 90 HMA terhadap
jumlah balita kurus disatu wilayah pada periode tertentu x 100%
b. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika presentase balita kurus yang mendapat makanan
tambahan sesuai target.
Rumus :
18
- TTD mandiri adalah TTD atau multi vitamin dan mineral, minimal
mengandung elemental besi dan asam folat yang diperoleh secara mandiri
sesuai anjuran
- Remaja puteri mendapat TTD adalah jumlah remaja puteri yang
mendapat minimal 13 butir TTD setiap bulan
- Persentase remaja Puteri mendapat TTD adalah proporsi remaja puteri
yang mendapat TTD 1 tablet setiap minggu dan 1 tablet setiap hari selama
10 hari masa haid terhadap jumlah remaja puteri di suatu wilayah pada
periode tertentu x 100%
b. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase Remaja Puteri mendapat dan
mengkonsumsi TTD sesuai target.
Rumus :
19
b. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika presentase ibu nifas mendapat dua kapsul vitamin A
sesuai target
Rumus :
11. Persentase bayi baru lahir yang mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
a. Definisi Operasional
- Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses menyusu dimulai secepatnya
segera setelah lahir. IMD dilakukan dengan cara kontak kulit ke kulit
antara bayi dengan ibunya segera setelah lahir dan berlangsung minimal 1
(satu) jam.
- Persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD adalah proporsi bayi baru
lahir yang mendapat IMD terhadap jumlah bayi baru lahir di suatu wilayah
pada periode tertentu x 100%.
b. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD sesuai
dengan target.
Rumus :
12. Persentase Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (Berat Badan <2500
Gram)
a. Definisi Operasional
- Persentase bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi
baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram
20
- Persentase Bayi BBLR adalah proporsi bayi BBLR terhadap jumlah bayi
baru lahir di suatu wilayah pada periode tertentu x 100%
b. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase bayi dengan berat badan lahir rendah
sesuai dengan target
Rumus:
21
14. Persentase balita ditimbang yang naik berat badannya (N)
a. Definisi Operasional
- Balita adalah anak berumur di bawah 5 tahun (0-59 bulan 29 hari)
- Balita ditimbang (D) adalah anak umur 0-59 bulan 29 hari yang ditimbang
di seluruh posyandu yang melapor di suatu wilayah pada kurun waktu
tertentu.
- Berat badan Naik (N) adalah hasil penimbangan berat mengikuti garis
pertumbuhan atau kenaikan berat badan sama dengan kenaikan berat badan
minimum atau lebih
- Persentase balita ditimbang yang naik berat badannya adalah proporsi
balita yang naik berat badannya terhadap jumlah balita yang ditimbang
disuatu wilayah pada periode tertentu 100%
b. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase balita ditimbang yang naik berat badannya
sesuai dengan target.
Rumus :
15. Persentase balita ditimbang yang tidak naik berat badannya (T)
a. Definisi Operasional
- Balita adalah anak berumur di bawah 5 tahun (0-59 bulan 29 hari)
- Balita ditimbang (D) adalah anak umur 0-59 bulan 29 hari yang
ditimbang di seluruh posyandu yang melapor di suatu wilayah pada kurun
waktu tertentu.
- Tidak naik Berat badannya (T) adalah hasil penimbangan berat badan
dengan grafik berat badan mendatar atau menurun memotong garis
22
pertumbuhan dibawahnya atau kenaikan berat badan kurang dari kenaikan
berat badan minimum
- Persentase balita ditimbang yang tidak naik berat badannya adalah
proporsi balita yang tidak naik berat badannya (T) terhadap jumlah
seluruh balita yang ditimbang berat badannya pada suatu wilayah pada
periode tertentu 100%
b. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase balita ditimbang yang naik berat
badannya sesuai dengan target.
Rumus :
16. Persentase balita ditimbang yang tidak naik berat badannya dua kali
berturut-turut (2T)
a. Definisi Operasional
- Balita adalah anak berumur di bawah 5 tahun (0-59 bulan 29 hari)
- Balita ditimbang (D) adalah anak umur 0-59 bulan 29 hari yang ditimbang
di seluruh posyandu yang melapor di suatu wilayah pada kurun waktu
tertentu.
- Tidak naik Berat badannya (T) adalah hasil penimbangan berat badan
dengan grafik berat badan mendatar atau menurun memotong garis
pertumbuhan dibawahnya atau kenaikan berat badan kurang dari kenaikan
berat badan minimum
- Balita 2 T adalah balita tidak naik berat badannya dua kali berturut-turut.
- Persentase balita 2T adalah proporsi balita 2 T terhadap jumlah seluruh
balita yang ditimbang berat badannya pada suatu wilayah pada periode
tertentu 100%
23
b. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase balita ditimbang yang naik berat badannya
sesuai dengan target.
Rumus :
24
- Persentase ibu hamil anemia adalah proporsi ibu hamil anemia terhadap
jumlah ibu hamil yang diperiksa di suatu wilayah pada periode tertentu x
100%
b. Ukuran indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase balita ditimbang yang naik berat badannya
sesuai dengan target.
Rumus :
a. Input
Masalah yang muncul dari input program ini adalah SDM dan fasilitas
program gizi yang masih sangat kurang, kriteria SDM program gizi dilihat dari
keikutsertaan dalam pelatihan, serta lama bekerja sebagai petugas gizi. Pelaksaan
program dapat dilakukan oleh para medis yang sudah terlatih. Pemegang
program gizi merupakan D3 kebidanan dan sudah beberapa kali mengikuti
pelatihan. Pemegang program dibantu oleh 1 anggota yang merupakan S.KM gizi.
Puskesmas Kinovaro mempunyai rungan konsulasi gizi yang berukuran luas ±
3,5 x 3 m2. Namun di Puskesmas Kinovaro ruangan gizi dan Pemegang program
disatukan dalam 1 ruangan. Dilengkapi dengan 3 meja dan beberapa kursi.
Sarana dan prasarana yang terdapat di ruang gizi Puskesmas Donggala Belum
cukup lengkap. Pada ruangan gizi dilengkapi meja, dimana meja ini digunakan
untuk program konseling gizi yang disertai dengan beberapa Pamflet. Namun,
food animation dan brosur edukasi tidak tersedia. Untuk Pembiayaan program
gizi didapat dari dana BOK.
Puskesmas Kinovaro tidak memiliki gedung TFC (Therapeutic Feeding
Centre) yang merupakan pusat pelayanan pemulihan gizi. Di wilayah Kabupaten
sigi biromaru hanya terdapat 1 TFC yang dibawahi langsung oleh dinas
kesehatan sigi-biromaru.
25
b. Proses
Pada pelaksanaan program gizi seharusnya seorang petugas puskesmas dapat
melakukan konseling tak hanya untuk pasien-pasien yang underweight, tetapi
juga pasien overweight hingga obesitas. Selain itu konseling gizi tentang
pengaturan diet berdasarkan jumlah kalori yang dibutuhkan perhari pada pasien
diabetes melitus perlu di adakan. Petugas yang dapat melakukan perhitungan diet
kalori pada pasien Diabetes Melitus tersebut yaitu seorang paramedis yang sudah
terlatih dan kompeten dalam menjalankan program pengaturan diet.
Selain itu, diketahui bahwa bagi penderita diabetes melitus kadang tidak di
arahkan ke ruangan gizi untuk konsultasi masalah diet, hanya dilakukan oleh
beberapa paramedis di ruang tunggu pasien.
c. Output
Rangkaian evaluasi/penilaian pelaksanaan program gizi setelah proses adalah
output. Permasalahan yang terdapat pada pencapaian target program Gizi pada
tahun 2017 adalah sebagai berikut
- Cakupan D/S rendah (66,86% dari target 85 %)
- Cakupan Asi eksklusif rendah ( 46,64% dari target 80%)
- Cakupan Nifas Vit.A belum mencapai target yaitu 77,4 dari targer 85%
- Cakupan Fe3 rendah (57,74 dari target 85%)
- Jumlah Kasus Gizi Buruk 3 orang
Ketidaktercapaian target dapat disebabkan karena beberapa faktor seperti
faktor masyarakat, kader dan tenaga kesehatan. Faktor masyarakat berkaitan
dengan peran serta masyarakat yang masih rendah yang dikarenakan pengetahuan
mengenai kepentingan gizi masyarakat yang masih kurang, selalin itu sosial
ekonomi yang masih rendah, masyarakat juga kurang memanfaatkan pekarangan
yang ada. Hal tersebut juga termasuk pengetahuan dan keterampilan kader yang
masih rendah. Faktor lain adalah faktor tenaga kesehatan di puskesmas yang
masih merangkap dalam memegang program sehingga kualitas kerja tidak dapat
26
dioptimalkan, selain itu bidan desa yang kurang mampu dalam menggerakan
masyarakat.
Berkaitan dengan sarana, masih ada Posyandu yang tidak memiliki sarana
(Tempat untuk pelaksanaan kegiatan posyandu yang disiapkan oleh Desa), alat
pendukung kegiatan posyandu (antropometri) yang masih kurang, alat peraga
untuk penyuluhan (food model) tidak ada hal tersebut juga mempengaruhi
tercapainya indikator pada progam gizi.
27
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Program Gizi di Puskesmas Kinovaro sudah cukup baik namun perlu
diperhatikan dari input yakni jumlah tenaga kesehatan yang masih kurang dalam
pelaksanaan kegiatan di bagian gizi, proses yakni pelaksanaan kegiatan yang
belum semuanya dilakukan, output yang tercatat pada tahun 2017 terdapat 5
indikator dari 18 indikator yang tidak mencapai target yakni Cakupan D/S rendah
(78,7% dari target 85 %), cakupan Asi eksklusif rendah ( 63,9% dari target
80%), cakupan Nifas Vit.A belum mencapai target yaitu 77,4 dari targer 85%,
cakupan Fe3 rendah (66,5 dari target 85%), dan jumlah Kasus Gizi Buruk 94
orang.
4.2. Saran
a. Sebaiknya petugas pemegang program di puskesmas tidak lagi memegang
program ganda sehingga dapat bekerja secara optimal.
b. Sebaiknya dilakukan pelatihan secara berkala kepada kader terkait dengan
program gizi sehingga pelaksanaann berbagai indicator dapat tercapai..
c. Sebaiknya petugas gizi dapat melakukan intervensi gizi tidak hanya pada
pasien gizi kurang atau gizi buruk namun juga terhadap pengaturan pola
diet pasien lansia.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
30