Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN MANAJEMEN Agustus, 2018

“PROGRAM GIZI PUSKESMAS KINOVARO”

DISUSUN OLEH:
NAMA : Fadila
STAMBUK : N 111 16 020
PEMBIMBING KLINIK : Dr. dr.M SABIR, M. Si
dr. Trieko Stefanus Larope

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat
kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini
dipengaruhi oleh keadaan Gizi. Gizi merupakan faktor penting karena secara
langsung berpengaruh terhadapa kualitas sumber daya manusia (SDM). Oleh
karena itu perlu pelayanan gizi yang berkualitas pada individu dan masyarakat.
Pelayanan Gizi merupakan salah satu sub sistem dalam pelayanan paripurna,
yang berfokus kepada keamanan pasien. Dengan demikian pelayanan gizi wajib
mengacu kepada standar yang berlaku.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, 2010,
2013, menunjukan bahwa Indonesia memiliki masalah kekurangan gizi.
Kecendrungan prevalensi kurus (wasting) anak balita dari 13.6 % menjadi 13.3
% dan menurun 12.1 % sedangkan kecenderungan prevalensi anak balita pendek
(Stunting) sebesar 36.8 %, 35.6 %, 37,2 %. Prevalensi gizi kurang (Underweight)
berturut-turut 18.4 %, 17.9 % dan 19.6 %. Prevalensi kurus anak sekolah sampai
remaja berdasarkan Riskesdas 2010 sebesar 28.5 %. Data masalah gangguan
akibat kekurangan Iodium (GAKI) berdasarkan hasil survei nasional tahun 2003
sebesar 11.1 % dan menurut hasil Riskesdas 2013 Anemia pada ibu hamil
sebesar 37.1 %.
Berdasarkan Global Nutrision Report (GNR) tahun 2014, Indonesia
termasuk ke dalam 17 Negara diantara 117 Negara yang mempunyai 3 masalah
gizi pada balita yaitu Stunting, Wasting, Overwaight, disamping itu Indonesia
termasuk juga didalam 47 negara dari 122 negara yang mempunyai masalah
Anemia pada wanita Usia subur.
Pelayanan gizi dipuskesmas terdiri dari pelayanan gizi di dalam gedung
dan diluar gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual,

2
dapat berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Kegiatan di
dalam gedung juga meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang akan di
lakukan diluar gedung. Sedangkan pelayanan di luar gedung umumnya
pelayanan Gizi pada kelompok dan masyarakat dalam bentuk promotif dan
preventif. Dalam pelaksanaan pelayanan gizi dipuskesmas, diperlukan
pelayanan yang bermutu sehingga dapat menghasilkan status gizi yang optimal
dan mempercepat proses penyembuhan pasien. Pelayanan gizi yang bermutu
dapat diwujudkan apabila tersedia acuan untuk melaksanakan pelayanan Gizi
yang bermutu sesuai dengan pilar dalam Pedoman Gizi Seimbang.
Pada wilayah kerja puskesmas kinovaro, tidak terdapat gedung TFC atau
therapeutic feeding centre. . TFC yaitu bagian dari pelayanan kesehatan
puskesmas perawatan atau RS yang dilakukan secara khusus dengan penyiapan
kamar perawatan khusus untuk gizi buruk dan tidak dijadikan satu dengan
perawatan pasien berpenyakit lain. Sehingga penulis tertarik untuk mengetahui
lebih lanjut mengenai program gizi yang dijalankan di puskesmas kinovaro.

3
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH

2.1 Profil Puskesmas Kinovaro


Puskesmas adalah unit kegiatan yang mandiri dalam wilayah kecamatan
dalam arti puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama,
pelaksana, monitoring serta mengevaluasi pembangunan kesehatan diwilayah
kerja sesuai dengan situasi, kondisi, kultur, budaya dan potensi setempat serta
mempunyai kewenangan dalam mencari, menggali, dan mengelola sumber
pembiayaan.3
Puskesmas kinovaro merupakan pemekaran dari puskesmas marawola
dan puskesmas tinggede. Sebelum puskesmas kinovaro dibuka, masyarakat
pada umumnya banyak berobat ke puskesmas marawola tetapi jaraknya sangat
jauh sehingga banyak masyarakat yang dengan jarak puskesmas. Sehingga
pada bulan januari 2013 berdirilah puskesmas kinovaro. 3
Berdasarkan data yang ada, jumlah penduduk di wilaya kerja puskesmas
kinovaro pada tahun 2017 adalah 10.232 jiwa yang tersebar di 10 desa.dengan
jumlah penduduk terbanyak didesa porame.3
A. Visi
Terwujudnya pelayanan kesehatan yang bermutu bagi masyarakat
B. Misi
 Meningkatkan kerja sama lintas program dan lintas sector
 Meningkatkan jangkauan kesehatan keseluruh wilaya kerja
puskesmas
 Mendorong memandirikan masyarakat untuk hidup sehat dan
produktif
 Memberikan pelayanan secara merata, biaya terjangkau dan diterima
seluruh lapisan masyarakat

4
C. Motto
 Melayani dengan SMART
Senyum, Mudah, Amanah, Ramah, Transparan

2.2. Sasaran Operasional Pelaksanaan Program Gizi


Sasaran operasional kegiatan pembinaan gizi masyarakat sesuai dengan
RPJMN dan Renstra 2015 -2019 Kementrian Kesehatan yang harus dimonitor
dan dievaluasi melalui kegiatan surveilans gizi adalah :
1. Persentase kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan 100 %
2. Persentase balita yang ditimbang berat badannya ( D/S ) 88 %
3. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif 44 %
4. Persentase rumah tangga mengonsumsi garam beriodium 92 %
5. Persentase balita 6 – 59 bulan mendapat kapsul Vitamin A 87 %
6. Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) minimal
90 tablet selama kehamilan 90 %
7. Persentasi ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang mendapat Makanan
Tambahan 65 %
8. Persentasi balita kurus yang mendapat makanan tambahan 80 %
9. Persentase remaja putri mendapat Tablet Tambah Darah 20 %
10. Persentasi ibu nifas mendapat kapsul Vitamin A 88 %
11. Persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD 44 %
12. Persentasi bayi dengan berat badan lahir rendah (berat badan < 2500 gram)
8,5 %
13. Persentasi balita mempunyai buku KIA/KMS 87 %
14. Persentasi balita ditimbang yang naik berat badannya 75 %
15. Persentasi balita ditimbang yang tidak naik berat badannya ( T ) 16,2 %
16. Persentasi balita ditimbang yang tidak naik berat badannya dua kali berturut-
turut ( 2T ) 5,3%

5
17. Persentasi balita di Bawah Garis Merah (BGM) 9,5 %
18. Persentasi ibu hamil Anemia 35 %

TARGET
NO INDIKATOR
2015 2016 2017 2018 2019
Persentase balita gizi buruk yang 100 100 100 100 100
1. mendapat perawatan.
Persentase balita yang ditimbang 80 85 88 89 90
2 berat badannya
Cakupan RT yg mengonsumsi 85 90 92 94 95
3 garam beryodium.
Persentase bayi usia kurang dari 39 42 44 47 50
4 6 bulan mendapat ASI Eksklusif
Persentase balita 6-59 bulan 80 85 87 89 90
5 mendapat kapsul vitamin A.
Persentase ibu hamil yang
mendapatkan tablet Tambah 82 85 90 95 98
6
Darah(TTD) minimal 90 tablet
selama masa kehamilan
Persentase ibu hamil Kurang
7 Energi Kronik (KEK) yang 12 50 65 80 85
mendapat makanan Tambahan
Persentase Balita Kurus yg 70 75 80 85 90
8 mendapat makanan tambahan TARGET
NO INDIKATOR
2015 2016 2017 2018 2019
Persentase remaja Putri mendapat 10 15 20 25 30
9. TTD
Persentase ibu nifas mendapat 80 85 88 89 90
10 kapsul vitamin A
Persentase Bayi yang baru lahir 38 41 44 47 50
11 mendapat IMD.
Persentase bayi dg berat badan lahir 9 8,7 8,5 8,3 8
12 rendah (berat badan<2500 gr)
13 Persentase balita mempuyai KMS. 85
Persentase balita ditimbang yang 69.5 70 75 80 85
14 naik berat badannya (N)
Persentase balita ditimbang yang 17.4 16.8 16.2 15.6 15
15 tidak naik berat badannya (T)
Persentase balita ditimbang yang 5.5 5.4 5.3 5.2 5
tidak naik berat badannya 2 kali
16
berturut-turut (2T)

Persentase balita di Bawah Garis 15 10 9.5 9,3 9


17
Merah (BGM)
45 40 35 32 28
18 Persentase ibu hamil anemia BAB III

6
PEMBAHASAN

Kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan di puskesmas dilaksanakan dengan


menggunakan berbagai sumber dana yang tersedia baik melalui dana APBD, BOK,
JKN, ADD ,dll. Kegiatan tersebut antara lain yaitu :
1. PMT Bumil KEK
Pemberian PMT bumil KEK dapat diberikan dalam bentuk makanan
pabrikan atau PMT lokal. Apabila PMT bumil KEK belum terpenuhi sesuai
dengan jumlah bumil KEK yang ada maka dapat dialokasikan menggunakan
dana lain yang memungkinkan dengan mengikuti pedoman pemberian PMT
bumil KEK. Makanan tambahan yang diberikan mengandung Energi sebesar
600 - 700 kilo kalori dan 15 – 20 gram protein Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan status gizi ibu hamil KEK dari keluarga miskin melalui PMT
guna mengurangi angka kesakitan ibu dan mencegah terjadinya BBLR.
Sasaran PMT adalah Bumil risiko KEK dengan satu atau beberapa ciri
sebagai berikut :
a. Berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg
b. Tinggi badan ibu < 145 cm
c. Berat badan ibu kehamilan trimester I <40 kg
d. Indeks masa tubuh ( IMT) sebelum hamil < 17.0
Cara menghitung IMT adalah sebagai berikut :
IMT = Berat Badan (Kg)
Tinggi Badan (M) x Tinggi Badan (M)
e. Ibu menderita anemia (Hb<11g % )
f. LILA Bumil < 23.5 cm

2. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD)

7
a. Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri dan WUS
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar haemoglobin (Hb)
dalam darah lebih rendah dari normal (WHO,2011). Haemoglobin adalah
salah satu komponen dalam sel darah merah /eritrosit yang berfungsi untuk
mengikat oksigen dan menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh. Ada
3 penyebab anemia, yaitu:
1. Defisiensi zat gizi
Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang
merupakan pangan sumber zat besi yang berperan penting untuk
pembuatan haemoglobin sebagai komponen dari sel darah merah/eritrosit.
Pada penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC, HIV/AIDS, dan
keganasan.
2. Perdarahan (Loss of blood volume)
Perdarahan karena kecacingan dan trauma atau luka yang
mengakibatkan kadar Hb menurun. Perdarahan karena menstruasi yang
lama dan berlebihan
3. Hemolitik
Perdarahan pada penderita malaria kronis perlu diwaspadai karena
terjadi hemolitik yang mengakibatkan penumpukan zat besi
(hemosiderosis) di organ tubuh, seperti hati dan limpa

Rematri dan WUS lebih rentan menderita anemia karena :


1. Rematri yang memasuki masa pubertas mengalami pertumbuhan pesat
sehingga kebutuhan zat besi juga meningkat untuk meningkatkan
pertumbuhannya.
2. Rematri dan WUS yang mengalami haid akan kehilangan darah setiap
bulan sehingga membutuhkan zat besi dua kali lipat saat haid. Rematri
dan WUS juga terkadang mengalami gangguan haid seperti haid yang

8
lebih panjang dari biasanya atau darah haid yang keluar lebih banyak dari
biasanya.
3. Rematri seringkali melakukan diet yang keliru yang bertujuan untuk
menurunkan berat badan, diantaranya mengurangi asupan protein hewani
yang dibutuhkan untuk pembentukan haemoglobin darah.
b. Maksud dan Tujuan pemberian TTD kepada rematri dan WUS adalah
meningkatkan status gizi remaja putri sehingga dapat memutus mata rantai
terjadinya stunting, mencegah anemia dan meningkatkan cadangan zat besi
dalam tubuh sebagai bekal dalam mempersiapkan generasi yang sehat
berkualitas dan produktif
c. Ruang Lingkup. Pemberian TTD dengan komposisi terdiri dari 60 mg zat besi
elemental (dalam bentuk sediaan Ferro Sulfat, Ferro Fumarat atau Ferro
Glukonat) dan 0,400 mg asam folat pada remaja putri usia 12-18 tahun di
institusi pendidikan (SMP dan SMA atau yang sederajat) dan Wanita Usia
Subur (WUS) usia 15-49 tahun di institusi tempat kerja
d. Pelaksanaan. Cara pemberian TTD dengan dosis 1 (satu) tablet perminggu
sepanjang tahun. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) dilakukan untuk
remaja putri usia 12 - 18 tahun

3. Perawatan dan Penanganan Balita Gizi Buruk dan Gizi Kurang


a. Pelacakan Kasus Gizi Buruk.
Untuk mendeteksi dini kasus gizi buruk dan gizi kurang maka dilakukan
pelacakan kasus kesetiap wilayah posyandu di wilayah puskesmas. Setiap
menemukan balita BGM, 2T segera dilakukan pengukuran antropometri
untuk menilai status gizi balita.

b. Pemberian makanan Tambahan (PMT) untuk Balita kurus

9
Dalam rangka penanganan kasus balita kurus yang ditemukan di desa,
puskesmas dapat memberikan PMT Lokal dengan menggunakan dana BOK
atau dana desa (ADD) dengan alokasi biaya Rp 15.000/hari/kasus selama
90 hari.

4. Operasional Therapeutic Feeding Centre (TFC) / Panti Pemulihan Gizi


Dalam rangka menurunkan kasus gizi buruk dan gizi kurang ditingkat
masyarakat, telah tersedia panti pemulihan gizi untuk merawat dan memulihkan
kondisi pasien gizi buruk menjadi normal. Untuk itu diharapkan setiap
Puskesmas bila menemukan balita gizi buruk segera merujuk pasien tersebut ke
TFC yang berada di kompleks Puskesmas Donggala Kabupaten Donggala.
Biaya yang tersedia untuk menunjang kegiatan TFC tersebut terdiri dari :
- Honor Pengelola
- Biaya Makan Pasien
- Biaya makan pendamping pasien
- Biaya makan petugas jaga malam

10
Definisi Operasional Indikator Pembinaan Gizi Masyarakat

1. Persentase Kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan


a. Defenisi Operasional
- Balita adalah anak yang berumur dibawah 5 tahun (0-59 bulan 29 hari)
- Kasus balita gizi buruk adalah balita dengan tanda klinis gizi buruk dan
atau indeks Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat
Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dengan nilai Z-score <-3 SD
- Kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan adalah balita gizi buruk
yang dirawat inap maupun rawat jalan di fasilitas pelayanan kesehatan
dan masyarakat sesuai dengan tatalaksana gizi buruk.
- Persentase kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan adalah
proporsi kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan terhadap
jumlah kasus balita gizi buruk yang ditemukan di suatu wilayah pada
periode tertentu x 100%
b. Ukuran indikator
Kinerja penanganan kasusu balita gizi buruk dinilai baik jika seluruh balita
gizi buruk yang ditemukan mendapat perawatan.
Rumus

2. Persentase balita yang ditimbang berat badannya


Balita yang ditimbang berat badannya dilaporkan dalam dua kelompok umur
yaitu 0 – 23 bulan dan 24 – 59 bulan. Dalam pelaporan dicantumkan jumlah
posyandu yang ada da posyandu yang menyampaikan hasil penimbangan pada
bulan yang bersangkutan.

11
a. Definisi Operasional
- Baduta adalah bayi dan anak umur 0 – 23 bulan 29 hari
- Balita adalah anak yang berumur di bawah 5 tahun (0-59 bulan 29 hari)
- S baduta adalah jumlah baduta yang berasal dari seluruh posyandu yang
melapor di suatu wilayah pada periode tertentu.
- D baduta adalah jumlah baduta yang ditimbang di seluruh posyandu yang
melapor di suatu wilayah pada periode tertentu
- Persentase D/S baduta adalah proporsi baduta yang ditimbang terhadap
baduta yang berasal dari seluruh posyandu yang melapor di suatu wilayah
pada periode tertentu X 100%
- S balita 24 – 59 bulan adalah jumlah anak umur 24 – 59 bulan yang
berasal dari seluruh posyandu yang melapor di suatu wilayah pada
periode tertentu
- D balita 24-59 bulan adalah jumlah anak umur 24 -59 bulan yang
ditimbang di seluruh posyandu yang melapor disuatu wilayah pada
periode tertentu
- Persentase D/S balita 24-59 bulan adalah proporsi anak umur 24 – 59
bulan yang ditimbang terhadap anak umur 24-59 bulan yang berasal dari
seluruh posyandu yang melapor di suatu wilayah pada periode tertentu x
100%
- S balita 0 – 59 bulan 29 hari adalah balita 0 – 59 bulan 29 hari yang
berasal dari seluruh posyandu yang melapor disuatu wilayah pada periode
tertentu
- D balita 0 -59 bulan 29 hari adalah balita 0 – 59 bulan 29 hari yang
ditimbang diseluruh posyandu yang melapor di suatu wilayah pada
periode tertentu
- Persentase D/S balita 0 – 59 bulan 29 hari adalah proporsi balita 0-59
bulan 29 hari yang ditimbang terhadap balita 0-59 bulan 29 hari yang

12
berasal dari seluruh posyandu yang melapor disuatu wilayah pada periode
tertentu x 100%
b. Ukuran Indikator
Kinerja penimbangan baduta dan balita yang ditimbang berat
badannya dinilai baik bila persentase D/S setiap bulannya sesuai target
Rumus :

3. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif


a. Definisi Operasional
- Bayi umur 0-6 bulan adalah seluruh bayi umur 0 bulan 1 hari sampai 5
bulan 29 bulan
- Bayi umur 6 bulan adalah seluruh bayi yang mencapai umur 5 bulan 29
hari
- Bayi mendapat ASI Eksklusif 0-6 bulan adalah bayi 0-6 bulan yang diberi
ASI saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral
berdasarkan recall 24 jam
- Bayi mendapat ASI Ekslkusif 6 bulan adalah bayi umur 6 bulan yang
diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan
mineral berdasarkan recall 24 jam
- Bayi umur 0-6 bulan yang ada di suatu wilayah adalah jumlah seluruh bayi
umur 0 bulan 1 hari sampai 5 bulan 29 hari yang tercatat pada register
pencatatan pemberian ASI pada bayi umur 0-6 bulan disuatu wilayah pada
periode tertentu.
- Persentase bayi umur 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif adalah proporsi
bayi mendapat ASI Eksklusif 0-6 bulan terhadap jumlah seluruh bayi umur

13
0-6 bulan yang datang dan tercatat dalam register pencatatan /buku
KIA/KMS disuatu wilayah pada periode tertentu x 100%
- Persentase bayi umur 6 bulan mendapat ASI Eksklusif adalah proporsi bayi
mencapai umur 5 bulan 29 hari mendapat ASI Eksklusif 6 bulan terhadap
jumlah seluruh bayi mencapai umur 5 bulan 29 hari yang datang dan
tercatat dalam register pencatatan/Buku KIA/KMS disuatu wilayah pada
periode tertentu x 100%.
b. Ukuran indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase bayi 0 – 6 bulan yang mendapat
ASI eksklusif sesuai target.
Rumus :

4. Persentase rumah tangga mengkonsumsi garam beriodium


a. Definisi Operasional
- Garam konsumsi adalah beriodium adalah produk bahan makanan yang
komponen utamanya Natrium Klorida (NaCl) dengan penambahan Kalium
Iodat (KIO3)
- Alat tes cepat Garam Beriodium (larutan uji garam beriodium) adalah
larutan yang digunakan untuk menguji kandungan iodium dalam garam

14
secara kualitatif yang dapat membedakan ada/tidaknya iodium dalam
garam melalui perubahan warna menjadi ungu
- Rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium adalah seluruh
anggota rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium
- Persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium adalah
proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium terhadap
jumlah seluruh rumah tangga yang diperiksa di satu wilayah pada periode
tertentu x 100%
b. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik, jika persentase rumah tangga mengkonsumsi garam
beriodium sesuai target.
Rumus :

5. Persentase balita 6 – 59 bulan mendapat kapsul vitamin A


a. Definisi Operasional
- Bayi umur 6 – 11 bulan adalah bayi umur 6 – 11 bulan yang ada di suatu
wilayah kabupaten/kota
- Balita umur 12 – 59 bulan adalah balita umur 12-59 bulan yang ada
disuatu wilayah kabupaten/kota
- Balita 6-59 bulan adalah balita umur 6-59 bulan yang ada disuatu wilayah
kabupaten/kota
- Kapsul vitamin A adalah kapsul yang mengandung vitamin A dosis
tinggi, yaitu 100.000 Satuan Internasional (SI) untuk bayi umur 6-11
bulan dan 200.000 SI untuk anak balita 12-59 bulan

15
- Persentase balita mendapat kapsul vitamin A adalah proporsi bayi 6-11
bulan ditambah proporsi balita 12-59 bulan yang mendapat 1 (satu)
kapsul vitamin A pada periode 6 (enam) bulan terhadap jumlah seluruh
balita 6-59 bulan yang ada di suatu wilayah pada periode tertentu x 100%
b. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika perentase balita 6 – 59 bulan mendapat
vitamin A sesuai target.
Rumus :

6. Persentase ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah(TTD)


minimal 90 tablet selama kehamilan
a. Definis Operasional
- Tablet Tambah Darah (TTD) adalah tablet yang mengandung Fe dan
asam folat, baik yang berasal dari program maupun mandiri
- TTD program adalah tablet yang mengandung 60 mg elemental besi dan
0,25 mg asam folat yang disediakan oleh pemerintah dan diberikan secara
gratis pada ibu hamil
- TTD mandiri adalah TTD atau multi vitamin dan mineral, minimal
mengandung elemental besi dan asam folat yang diperoleh secara mandiri
sesuai anjuran
- Ibu hamil mendapat 90 TTD adalah ibu yang selama masa kehamilannya
minimal mendapat 90 TTD program maupun TTD mandiri
- Persentase ibu hamil mendapat 90 TTD adalah proporsi ibu hamil yang
mendapat 90 TTD terhadap jumlah sasaran ibu hamil yang ada si satu
wilayah pada periode tertentu x 100%

16
b. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase ibu selama hamil mendapat 90
TTD sesuai target
Rumus

7. Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang mendapat


makanan tambahan
a. Definisi Operasional
- Ibu hamil KEK adalah ibu hamil dengan Lingkar Lengan Atas (LILA)
<23,5cm
- Makanan Tambahan adalah makanan yang dikonsumsi sebagai tambahan
asupan zat gizi diluar makanan utama dalam bentuk makanan tambahan
pabrikan atau makanan tambahan bahan pangan lokal yang diberikan
minimal selama 90 Hari Makan Ibu (HMI) berturut-turut
- Persentase ibu hamil KEK mendapat makanan tambahan adalah proporsi
ibu hamil KEK yang mendapatkan makanan tambahan terhadap jumlah
ibu hamil KEK yang ada di suatu wilayah pada periode tertentu x 100%
b. Ukuran indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase ibu hamil KEK mendapat tambahan
sesuai target
Rumus :

17
8. Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan
a. Definisi Operasional
- Balita kurus mendapat makanan tambahan adalah jumlah anak usia 6
bulan 0 hari sampai 59 bulan 29 hari dengan status gizi kurus (BB/PB
atau BB/TB = -3 SD sampai dengan <-2 SD) yang mendapat makanan
tambahan selama 90 hari berturut-turut.
- Makanan tambahan adalah makanan yang dikonsumsi sebagai tambahan
asupan zat gizi diluar makanan utama dalam bentuk makanan tambahan
pabrikan atau makanan tambahan bahan pangan lokal yang diberikan
minimal 90 Hari Makan Anak (HMA) berturut-turut.
- Persentase balita kurus mendapat makanan tambahan adalah proporsi
balita kurus yang mendapat makanan tambahan selama 90 HMA terhadap
jumlah balita kurus disatu wilayah pada periode tertentu x 100%
b. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika presentase balita kurus yang mendapat makanan
tambahan sesuai target.
Rumus :

9. Persentase remaja puteri mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)


a. Definisi Operasional
- Remaja puteri adalah remaja puteri yang berusia 12 – 18 tahun yang
bersekolah di SLTP dan SLTA
- TTD program adalah tablet yang mengandung 60 mg elemtal besi dan
0,25 mg asam folat yang disediakan oleh pemerintah dan diberikan secara
gratis pada remaja puteri

18
- TTD mandiri adalah TTD atau multi vitamin dan mineral, minimal
mengandung elemental besi dan asam folat yang diperoleh secara mandiri
sesuai anjuran
- Remaja puteri mendapat TTD adalah jumlah remaja puteri yang
mendapat minimal 13 butir TTD setiap bulan
- Persentase remaja Puteri mendapat TTD adalah proporsi remaja puteri
yang mendapat TTD 1 tablet setiap minggu dan 1 tablet setiap hari selama
10 hari masa haid terhadap jumlah remaja puteri di suatu wilayah pada
periode tertentu x 100%
b. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase Remaja Puteri mendapat dan
mengkonsumsi TTD sesuai target.
Rumus :

10. Persentase Ibu Nifas mendapat kapsul Vitamin A


a. Definisi Operasional
- Ibu nifas adalah ibu baru melahirkan sampai hari ke 42
- Ibu nifas mendapat kapsul vitamin A adalah ibu nifas mendapat 2 kapsul
vitamin A, satu kapsul diberikan segera setelah melahirkan dan kapsul
kedua diberikan minimal 24 jam setelah pemberian pertama
- Kapsul vitamin A untuk ibu nifas adalah kapsul yang mengandung
vitamin A dosis 200.000 Satuan Internasional (SI) berwarna merah
- Persentase ibu nifas mendapat kapsul vitamin A adalah proporsi ibu nifas
yang mendapat kapsul vitamin A terhadap jumlah ibu nifas yang ada di
suatu wilayah pada periode tertentu x 100%

19
b. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika presentase ibu nifas mendapat dua kapsul vitamin A
sesuai target
Rumus :

11. Persentase bayi baru lahir yang mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
a. Definisi Operasional
- Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses menyusu dimulai secepatnya
segera setelah lahir. IMD dilakukan dengan cara kontak kulit ke kulit
antara bayi dengan ibunya segera setelah lahir dan berlangsung minimal 1
(satu) jam.
- Persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD adalah proporsi bayi baru
lahir yang mendapat IMD terhadap jumlah bayi baru lahir di suatu wilayah
pada periode tertentu x 100%.
b. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD sesuai
dengan target.
Rumus :

12. Persentase Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (Berat Badan <2500
Gram)
a. Definisi Operasional
- Persentase bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi
baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram

20
- Persentase Bayi BBLR adalah proporsi bayi BBLR terhadap jumlah bayi
baru lahir di suatu wilayah pada periode tertentu x 100%
b. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase bayi dengan berat badan lahir rendah
sesuai dengan target
Rumus:

13. Persentase balita mempunyai Buku KIA/KMS


a. Definisi Operasional
- Balita adalah anak yang berumur dibawah 5 tahun (0-59 bulan 29 hari)
- Buku KIA adalah buku yang berisi catatan kesehatan ibu (hamil, bersalin
dan nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi dan anak balita) serta berbagai
informasi cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak.
- Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan
normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur
yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin. KMS digunakan untuk
mencatat berat badan, memantau pertumbuhan balita setiap bulan dan
sebagai media penyuluhan gizi dan kesehatan
- Persentase balita mempunyai Buku KIA/ KMS adalah proporsi balita
mempunyai Buku KIA/KMS terhadap jumlah balita yang ada di suatu
wilayah pada periode tertentu x 100%.
b. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase balita mempunyai Buku KIA/KMS sesuai
dengan target
Rumus :

21
14. Persentase balita ditimbang yang naik berat badannya (N)
a. Definisi Operasional
- Balita adalah anak berumur di bawah 5 tahun (0-59 bulan 29 hari)
- Balita ditimbang (D) adalah anak umur 0-59 bulan 29 hari yang ditimbang
di seluruh posyandu yang melapor di suatu wilayah pada kurun waktu
tertentu.
- Berat badan Naik (N) adalah hasil penimbangan berat mengikuti garis
pertumbuhan atau kenaikan berat badan sama dengan kenaikan berat badan
minimum atau lebih
- Persentase balita ditimbang yang naik berat badannya adalah proporsi
balita yang naik berat badannya terhadap jumlah balita yang ditimbang
disuatu wilayah pada periode tertentu 100%
b. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase balita ditimbang yang naik berat badannya
sesuai dengan target.
Rumus :

15. Persentase balita ditimbang yang tidak naik berat badannya (T)
a. Definisi Operasional
- Balita adalah anak berumur di bawah 5 tahun (0-59 bulan 29 hari)
- Balita ditimbang (D) adalah anak umur 0-59 bulan 29 hari yang
ditimbang di seluruh posyandu yang melapor di suatu wilayah pada kurun
waktu tertentu.
- Tidak naik Berat badannya (T) adalah hasil penimbangan berat badan
dengan grafik berat badan mendatar atau menurun memotong garis

22
pertumbuhan dibawahnya atau kenaikan berat badan kurang dari kenaikan
berat badan minimum
- Persentase balita ditimbang yang tidak naik berat badannya adalah
proporsi balita yang tidak naik berat badannya (T) terhadap jumlah
seluruh balita yang ditimbang berat badannya pada suatu wilayah pada
periode tertentu 100%
b. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase balita ditimbang yang naik berat
badannya sesuai dengan target.
Rumus :

16. Persentase balita ditimbang yang tidak naik berat badannya dua kali
berturut-turut (2T)
a. Definisi Operasional
- Balita adalah anak berumur di bawah 5 tahun (0-59 bulan 29 hari)
- Balita ditimbang (D) adalah anak umur 0-59 bulan 29 hari yang ditimbang
di seluruh posyandu yang melapor di suatu wilayah pada kurun waktu
tertentu.
- Tidak naik Berat badannya (T) adalah hasil penimbangan berat badan
dengan grafik berat badan mendatar atau menurun memotong garis
pertumbuhan dibawahnya atau kenaikan berat badan kurang dari kenaikan
berat badan minimum
- Balita 2 T adalah balita tidak naik berat badannya dua kali berturut-turut.
- Persentase balita 2T adalah proporsi balita 2 T terhadap jumlah seluruh
balita yang ditimbang berat badannya pada suatu wilayah pada periode
tertentu 100%

23
b. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase balita ditimbang yang naik berat badannya
sesuai dengan target.
Rumus :

17. Persentase balita Bawah Garis Merah (BGM)


a. Definisi Operasional
- Balita adalah anak berumur di bawah 5 tahun (0-59 bulan 29 hari)
- Balita ditimbang (D) adalah anak umur 0-59 bulan 29 hari yang
ditimbang di seluruh posyandu yang melapor di suatu wilayah pada
kurun waktu tertentu.
- Bawah Garis Merah (BGM)) adalah hasil penimbangan berat badan
dengan grafik berat badan berada di bawah garis merah kurva
pertumbuhan anak yang ada pada buku KIA/KMS
- Persentase balita BGM adalah proporsi balita BGM terhadap balita
yang ditimbang di suatu wilayah pada periode tertentu 100%
b. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase balita ditimbang yang naik berat
badannya sesuai dengan target.
Rumus :

18. Persentase ibu hamil anemia


a. Definisi operasional
- Ibu hamil anemia adalah ibu hamil dengan kadar hb <11,0 g/dl yang
diperiksa pada saat Kunjungan pertama (K1)

24
- Persentase ibu hamil anemia adalah proporsi ibu hamil anemia terhadap
jumlah ibu hamil yang diperiksa di suatu wilayah pada periode tertentu x
100%
b. Ukuran indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase balita ditimbang yang naik berat badannya
sesuai dengan target.
Rumus :

a. Input
Masalah yang muncul dari input program ini adalah SDM dan fasilitas
program gizi yang masih sangat kurang, kriteria SDM program gizi dilihat dari
keikutsertaan dalam pelatihan, serta lama bekerja sebagai petugas gizi. Pelaksaan
program dapat dilakukan oleh para medis yang sudah terlatih. Pemegang
program gizi merupakan D3 kebidanan dan sudah beberapa kali mengikuti
pelatihan. Pemegang program dibantu oleh 1 anggota yang merupakan S.KM gizi.
Puskesmas Kinovaro mempunyai rungan konsulasi gizi yang berukuran luas ±
3,5 x 3 m2. Namun di Puskesmas Kinovaro ruangan gizi dan Pemegang program
disatukan dalam 1 ruangan. Dilengkapi dengan 3 meja dan beberapa kursi.
Sarana dan prasarana yang terdapat di ruang gizi Puskesmas Donggala Belum
cukup lengkap. Pada ruangan gizi dilengkapi meja, dimana meja ini digunakan
untuk program konseling gizi yang disertai dengan beberapa Pamflet. Namun,
food animation dan brosur edukasi tidak tersedia. Untuk Pembiayaan program
gizi didapat dari dana BOK.
Puskesmas Kinovaro tidak memiliki gedung TFC (Therapeutic Feeding
Centre) yang merupakan pusat pelayanan pemulihan gizi. Di wilayah Kabupaten
sigi biromaru hanya terdapat 1 TFC yang dibawahi langsung oleh dinas
kesehatan sigi-biromaru.

25
b. Proses
Pada pelaksanaan program gizi seharusnya seorang petugas puskesmas dapat
melakukan konseling tak hanya untuk pasien-pasien yang underweight, tetapi
juga pasien overweight hingga obesitas. Selain itu konseling gizi tentang
pengaturan diet berdasarkan jumlah kalori yang dibutuhkan perhari pada pasien
diabetes melitus perlu di adakan. Petugas yang dapat melakukan perhitungan diet
kalori pada pasien Diabetes Melitus tersebut yaitu seorang paramedis yang sudah
terlatih dan kompeten dalam menjalankan program pengaturan diet.
Selain itu, diketahui bahwa bagi penderita diabetes melitus kadang tidak di
arahkan ke ruangan gizi untuk konsultasi masalah diet, hanya dilakukan oleh
beberapa paramedis di ruang tunggu pasien.
c. Output
Rangkaian evaluasi/penilaian pelaksanaan program gizi setelah proses adalah
output. Permasalahan yang terdapat pada pencapaian target program Gizi pada
tahun 2017 adalah sebagai berikut
- Cakupan D/S rendah (66,86% dari target 85 %)
- Cakupan Asi eksklusif rendah ( 46,64% dari target 80%)
- Cakupan Nifas Vit.A belum mencapai target yaitu 77,4 dari targer 85%
- Cakupan Fe3 rendah (57,74 dari target 85%)
- Jumlah Kasus Gizi Buruk 3 orang
Ketidaktercapaian target dapat disebabkan karena beberapa faktor seperti
faktor masyarakat, kader dan tenaga kesehatan. Faktor masyarakat berkaitan
dengan peran serta masyarakat yang masih rendah yang dikarenakan pengetahuan
mengenai kepentingan gizi masyarakat yang masih kurang, selalin itu sosial
ekonomi yang masih rendah, masyarakat juga kurang memanfaatkan pekarangan
yang ada. Hal tersebut juga termasuk pengetahuan dan keterampilan kader yang
masih rendah. Faktor lain adalah faktor tenaga kesehatan di puskesmas yang
masih merangkap dalam memegang program sehingga kualitas kerja tidak dapat

26
dioptimalkan, selain itu bidan desa yang kurang mampu dalam menggerakan
masyarakat.
Berkaitan dengan sarana, masih ada Posyandu yang tidak memiliki sarana
(Tempat untuk pelaksanaan kegiatan posyandu yang disiapkan oleh Desa), alat
pendukung kegiatan posyandu (antropometri) yang masih kurang, alat peraga
untuk penyuluhan (food model) tidak ada hal tersebut juga mempengaruhi
tercapainya indikator pada progam gizi.

27
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Program Gizi di Puskesmas Kinovaro sudah cukup baik namun perlu
diperhatikan dari input yakni jumlah tenaga kesehatan yang masih kurang dalam
pelaksanaan kegiatan di bagian gizi, proses yakni pelaksanaan kegiatan yang
belum semuanya dilakukan, output yang tercatat pada tahun 2017 terdapat 5
indikator dari 18 indikator yang tidak mencapai target yakni Cakupan D/S rendah
(78,7% dari target 85 %), cakupan Asi eksklusif rendah ( 63,9% dari target
80%), cakupan Nifas Vit.A belum mencapai target yaitu 77,4 dari targer 85%,
cakupan Fe3 rendah (66,5 dari target 85%), dan jumlah Kasus Gizi Buruk 94
orang.

4.2. Saran
a. Sebaiknya petugas pemegang program di puskesmas tidak lagi memegang
program ganda sehingga dapat bekerja secara optimal.
b. Sebaiknya dilakukan pelatihan secara berkala kepada kader terkait dengan
program gizi sehingga pelaksanaann berbagai indicator dapat tercapai..
c. Sebaiknya petugas gizi dapat melakukan intervensi gizi tidak hanya pada
pasien gizi kurang atau gizi buruk namun juga terhadap pengaturan pola
diet pasien lansia.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Petunjuk Pelaksanaan Survailans Gizi, Kementrian Kesehatan RI, Jakarta,


2015
2. Buku Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas, Kementrian Kesehatan RI ,
Direktorat Bina Gizi dan KIA, Jakarta, 2014
3. Profil Kesehatan Puskesmas Kinovaro, Palu : Puskesmas Kinovaro, 2017
4. Buku Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Konsumsi Garam
Beryodium untuk Semua di Rumah Tangga, Direktorat Bina Gizi dan KIA,
Jakarta, 2011
5. Buku Panduan Manajemen Suplementasi Vitamin A, Direktorat Bina Gizi
Masyarakat, Depkes RI, Jakarta, 2009
6. Buku Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal (SPM) Penyelenggara
Perbaikan Gizi Masyarakat, Depkes RI, Jakarta, 2007
7. Buku Pedoman PMT Ibu Hamil Gakin, DINKES, Propinsi Sulawesi Tengah,
2007
8. Buku Pedoman Pendampingan Keluarga Menuju Kadarsi, Depkes RI, Jakarta,
2007
9. Buku Pedoman Pelaksanaan Pendiatribusian dan Pengelolaan Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), Depkes RI, Jakarta, 2005
10. Buku Manajemen Laktasi , Depkes RI, Jakarta,2005
11. Buku Panduan Umum Keluarga Mandiri Sadar Gizi (KADARZI), DINKES
Propinsi Sulawesih Tengah, 2005
12. Buku Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas, Depkes RI, Jakarta, 2006

29
30

Anda mungkin juga menyukai