Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

KELOMPOK 4

NATALIANTI YAKOBUS
LOURA DEBORA TUMEWAN
PUTRI KUMAAT
MOH. FIRMAN ZAKARIA

POLTEKKES KEMENKES MANADO


2018
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hipotesis

Hipotesis berasal dari dua penggal kata, hypo=di bawah; thesa=kebenaran. Jadi
hipotesis secara etimologis artinya kebenaran yang masih diragukan. Hipotesis dapat
diartika sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,
sampai terbukti kebenarannya melalui data yang terkumpul.

Menurut Nana Sudjana, hipotesis berasal dari kata hipo, artinya bawah dan tesis,
artinya pendapat. Hipotesis berarti pendapat yang kebenarannya masih belum meyakinkan.
Kebenaran pendapat tersebut perlu diuji atau dibuktikan.

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan


penelitian (Nursalam, 2003;55)

Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu penelitian


(Yatim Riyanto, 2001;16)

Hipotesis adalah tiap pertanyaan tentang suatu hal yang bersifat sementara yang
belum dibuktikan kebenarannya secara empiris (Nasution, 2003;39)

Dari tiga pengertian hipotesis diatas dapat disimpulkan hipotesis adalah dugaan
sementara yang bersifat sementara yang masih dibuktikan kebenarannya melalui suatu
penelitian.

B. Macam – Macam Hipotesis

Menurut Yatim Riyanto, (2001;17), macam – macam dari hipotesis adalah :

1) Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya

Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Hipotesis nihil (Ho)

Hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan atau pengaruh antara variabel
dengan variabel lain.

Contoh : Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi
belajar siswa SD.
b. Hipotesis alternatif (Ha)

Hipotesis yang menyatakan adanya hubungan atau pengaruh antara variabel dengan
variabel lain.

Contoh : Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar
siswa.

Menurut ( Freankle and Wallen 1990 : 42 ) Hipotesis alternatif ada dua macam,
yaitu Directional Hypotheses dan Non Directional Hypotheses.

 Hipotesis terarah (directional hypoteses ) adalah hipotesis yang di ajukan oleh


peneliti, dimana peneliti sudah merumuskan dengan tegas yang menyatakan
bahwa variabe independen memang sudah di prediksi berpengaruh terhadap
variabel dependen.

 Hipotesis tak terarah (non directional hypoteses ) adalah hipotesis yang diajukan
dan dirumuskan oleh peneliti tampak belum tegas bahwa variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen. ( Riyanto, yatim. Hal 17 -18 )

2. Hipotesis dilihat dari sifat variabel yang akan diuji

Dilihat dari sifat yang akan diuji, hipotesa penelitian dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu :

a. Hipotesis tentang hubungan

Hipotesis yang menyatakan tentang saling hubungan antara dua variabel atau
lebih.

Contoh : Ada perbedaan prestasi belajar siswa SMA antara yang diajar dengan
metode ceramah dan tanya jawab serta metode diskusi.

Hubungan antara variabel tersebut dapat di bedakan menjadi tiga, yaitu :

 Hubungan yang sifatnya sejajar tidak timbal balik

Contoh :Hubungan antara kemampuan fisika dengan kimia

 Hubungan yang sifatnya sejajar timbal balik

Contoh : hubungan antara tingkat kekayaan dengan kelancaran berusaha.


Semakin tinggi tingkat kekayaan, semakin tinggi tingkat kelancaran usahanya,
dan sebaliknya.
 Hubungan yang menunjuk pada sebab akibat tetapi tidak timbal balik

Contoh : hubungan antara waktu PBM, dengan kejenuhan siswa. Semakin


lama waktu PBM siswa semakin jenuh terhadap pelajaran yang di sampaikan.

b. Hipotesis tentang perbedaan

Hipotesis yang menyatakan perbedaan dalam variabel tertentu pada kelompok


yang berbeda.

Contoh 1 : ada perbedaan prestasi belajar siswa SMA antara yang di ajar dengan
metode ceramah + tanya jawab ( CT ) dan metode diskusi ( penelitian eksperimen ).

Contoh 2 : ada perbedaan prestasi belajar siswa SMA antara yang berada di kota
da di desa ( penelitian komparatif )

3. Hipotesis yang dilihat dari keluasan atau lingkup variabel yang diuji

Ditinjau dari keluasan dan lingkupnya, hipotesis dapat dibedakan menjadi :

a. Hipotesis Mayor

Hipotesis yang mencakup kaitan seluruh variabel dan seluruh subyek penelitian.

Contoh : Ada hubungan antara keadaan sosial ekonomi orang tua dengan prestasi
belajar siswa SMP.

b. Hipotesis Minor

Hipotesis yang terdiri dari bagian-bagian atau sub-sub dari hipotesis mayor.

Contoh :

 Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua denganprestasi belajar


siswa SMP.

 Ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan prestasi Belajar siswa
SMP.

 Ada hubungan antara kekayaan orang tua dengan prestasi Belajar siswa SMP.
C. Syarat – Syarat Hipotesis

Menurut Nursalam, ( 2001; 58), syarat – syarat hipotesis adalah :

1) Relevance : Hipotesa harus relevan dengan fakta yang akan diteliti.

2) Testability : Memungkinkan untuk melakukan observasi dan bisa diukur.

3) Compatibility : Hipotesa baru harus konsisten dengan hipotesa di lapangan yang sama
dan telah teruji kebenarannya, sehingga setiap hipotesa akan membentuk suatu
sistem.

4) Predictive : Hipotesa yang baik mengandung daya ramal tentang apa yang akan
terjadi atau apa yang akan ditemukan.

5) Simplicity : Harus dinyatakan secara sederhana, mudah dipahami dan dicapai.

Menurut ( Nazir, M. 1988 hal 184 ), syarat – syarat hipotesis adalah :

Hipotasa harus merupakan pernyataan terkaan tentang hubungan – hubungan


antar variabel. Ini berarti bahwa hipotesa mengandung dua atau lebih variabel yang dapat
di ukur ataupun cara potensial di ukur. Hipotesa harus cocok dengan fakta artinya,
hipotesa harus terang. Kandungan dan konsep dan variabel harus jelas. Hipotesa harus di
mengerti, dan tidak mengandung hal – hal yang metafisis.

D. Ciri – Ciri Hipotesis yang Baik

Menurut Donald Ary,et.al (dalam Arief Furchan, 1982:126-129) adalah:

1) Hipotesis harus mempunyai daya penjelas.

Suatu hipotesis harus merupakan penjelasan yang mungkin mengenai apa yang
seharusnya dijelaskan atau diterangkan.

2) Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara variabel-


variabel.

Suatu hipotesis harus memprediksi hubungan antara dua atau lebih variabel.

3) Hipotesis harus dapat diuji.

4) Hipotesis yang diajukan peneliti harus bersifat testability artinya terdapat kemampuan
untuk dapat diuji.

5) Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada.


6) Hipotesis hendaknya tidak bertentangan dengan teori atau hokum-hukum yang
sebelumnya sudah mapan.

7) Hipotesis hendaknya sesederhana dan seseringkas mungkin.

Menurut M. Nazir 1988 ( hal 183 ) mengatakan bahwa hipotesis yang baik mempunyai
ciri – ciri berikut :

1) Hipotesa harus menyatakan hubungan

2) Hipotesa harus sesuai dengan fakta

3) Hipotesa harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dan tumbuh dengan ilmu
pengetahuan

4) Hipotesa harus dapat di uji

5) Hipotesa harus sederhana

6) Hipotesa harus bisa menerangkan fakta.

E. Sumber Hipotesis

Menurut Cholid Narbuko (2001;143), sumber hipotesis adalah :

1. Dari peneliti sendiri

Yaitu dari sumber pengetahuan umum peneliti mengenai bidang yang akan ditelitinya.

2. Dari teori dan konsepsi

Yaitu bahwa teori-teori dan konsep-konsep yang sudah ada lalu dikendalikan
sedemikian rupa sehingga dapat dibentuk suatu hipotesis penelitian.

3. Hasil penelitian terdahulu

Yaitu hasil-hasil penelitian yang sudah ada disusun kembali menjadi hipotesis yang
kemudian diuji kembali kebenarannya.
Menurut MOH. Nadzir 1988 ( hal 186), menentukan suatu hipotesa memerlukan
kemampuan si peneliti dalam mengaitkan masalah – masalah dengan variable – variable
yang dapat diukur dengan suatu kerangka analisa yang dibentuknya. Menggali dan
merumuskan hipotesa mempumyai senimya sendiri. Si peniliti harus sanggup
memfokuskan permasalahan sehingga hubungan –hubungan yang terjadi dapat di terka.
Dalam menggali hipotesa, si peneliti harus :

1. Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin di pecahkan dengan


jalan banyak membaca literature – literature yang ada hubungannya dengan
penelitian yang sedang di laksanakan.

2. Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat – tempat,


objek – objek serta hal –hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena
yang sedang di selidiki.

3. Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan


yang lain yang sesuai dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang bersangkutan.

Sedangkan menurut Good dan Scates ( 1954 ) memberikan beberapa sumber


untuk menggali hipotesa, yaitu :

1. Ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam tentang ilmu

2. Wawasan, serta pengertian yang mendalam tentang suatu wawasan

3. Imajinasi atau angan – angan

4. Materi bacaan dan literature

5. Pengetahuan tentang kebiasaan atau kegiatan dalam daerah yang sedang


diselidiki.

6. Data yang tersedia

7. Analogi atau kesamaan


Menurut cholid narbuko, (2001;144) Sumber – sumber yang dapat menyebabkan
tidak terbuktinya hipotesis

1. Landasan teori

Bila landasan teori yang digunakan sudah kadaluarsa, kurang valid atau kurang
relevan diterapkan maka manjadi salah.

2. Kesalahan sampling

Keadaan ini terjadi bila sampel yang di ambil tidak representatif baik karena
terlalu kecil maupun kurang merata, sehingga tidak mencerminkan karakteristik
dari populasi.

3. Kesalahan alat pengambilan data

Jika alat pengambilan datanya tidak valid atau tidak reliabel maka hal yang benar
akan terlihat palsu, sedang yang palsu terlihat benar. Apabila keadaan ini terjadi
maka hipotesis dengan sendirinya menjadi tidak terbikti.

4. Kesalahan penghitungan

Walaupun metode dan rumus yang di gunakan sudah benar, tetapi kalau terjadi
kesalahan dalam menghitung akan menjadikan hipotesis salah, meskipun
kebenarannya hipotesis tersebut sudah benar.

5. Kesalahan rancangan penelitian

Rancangan penelitian adalah semacam strategi dan pedoman untuk menentukan


langkah – langkah penelitian guna menguji hipotesis. Apabila rancangan salah
sudah tentu hipotesisnya menjadi tidak terbukti.

6. Pengaruh variabel luaran ( extraneous variabel) tetdapat data yang sangat


kuat, sehingga data yang dikumpulkan bukan data yang dimaksut, maka
hipotesis akan tidak terbukti.
F. Definisi Operasional

1. Definisi Dari Definisi Operasional

Definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang
dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau “mengubah konsep-konsep
yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala
yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang
lain”. Penekanan pengertian definisi operasionreal ialah pada kata “dapat diobservasi”
(Young, dikutip oleh Koentjarangningrat, 1991;23).

Definisi Operasional ialah semua variable dan istilah yang akan digunakan dalam
penelitian secara operasional, sehingga mempermudah pembaca / penguji dalam
mengartikan makna penelitian.(Nursalam & Sisi Paniani, 2000;107)

2. Syarat Definisi Operasional

Menurut Nursalam (2003;105) bahwa syarat definisi operasional :

1) Definisi harus dapat dibolak – balikan dengan hal yang didefinisikan (luas
keduanya harus sama)

2) Definisi tidak boleh negatif. Misal, kepuasan adalah tidak senang

3) Apa yang didefinisikan tidak bleh masuk dalam definisi. Misal, kepuasan adalah
rasa puas yang dirasakan seseorang terhadap.....

4) Definisi tidak boleh dinyatakan dalam bahasa yang kabur (ambigous). Misal,
kepuasan adalah rasa batin yang bersifat individual.....

3. Cara Membuat Definisi Operasional

Menurut (Muh.Basirun Al Ummah, 2009) ada tiga pendekatan untuk menyusun


definisi operasional, yaitu disebut Tipe A, Tipe B dan Tipe C.

1. Definisi Operasional Tipe A

Definisi operasional Tipe A dapat disusun didasarkan pada operasi yang harus
dilakukan, sehingga menyebabkan gejala atau keadaan yang didefinisikan
menjadi nyata atau dapat terjadi. Dengan menggunakan prosedur tertentu peneliti
dapat membuat gejala menjadi nyata.
2. Definisi Operasional Tipe B

Karaktersitik-karakteristik dinamisnya.

3. Definisi Operasional Tipe C

Definisi operasional Tipe C dapat disusun didasarkan pada penampakan seperti


apa obyek atau gejala yang didefinisikan tersebut, yaitu apa saja yang menyusun
karaktersitik-karaktersitik statisnya.

Menurut ( Nursalam. 2000 : 44 ), Variabel yang telah di definisikan perlu di definisikan


secara operasional, sebab setiap istilah ( variable ) dapat di artikan secara berbeda – beda oleh
orang yang berlainan. Penelitian adalah proses komunikasi dan komunikasi memerlukan akurasi
bahasa agar tidak menimbulkan perbedaan pengertian antar orang dan agar orang lain dapat
mengulangi penelitian tersebut. Jadi definisi operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi,
komunikasi dan replikasi.

Ada berbagai cara untuk mendefinisikan suatu variabel. Adakalanya definisi tersebut
sekedar sinonim atau konseptual. Sinonim dari suatu variabel biasanya dapat ditemukan di buku
teks. Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang di amati dari suatu yang
di definisikan tersebut. Karakteristik yang dapat di amati ( di ukur ) itulah yang merupakan kunci
definisi operasional. Dapat di amati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukn observasi
atau pengukutran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat di
ulangi lagi oleh orang lain. Sebaliknya definisi konseptual mendeskripsi sesuatu berdasarkan
kriteria konseptual atau hipotetik dan bukan pada ciri – ciri yang dapat di amati.

Menurut Nursalam ( 2003;105) .Langkah – langkah Penyusunan Definisi (jika definisi


suatu istilah sangat kompleks).

 Konsep

 Dimensi

 Indikator

 Definisi

 Kepuasan
Persepsi terhadap pelayanan

 Kehandalan (Sesuai, akurat, konsisten)

 Daya tanggap (Cepat, mendengar, mengatasi keluhan)

 Kepastian (Keyakinan, kepercayaan)

 Empati (Peduli, perhatian)

 Berwujud (Penampilan fisik: peralatan, materi dan SDM)

Menurut ( Wasik, Ahmad. 2001 : 44 - 45 )Ada dua cara nengekspresikan variabel secara
operasional, yaitu cara langsung dan cara tidak langsung.

1. Cara langsung dilakukan dengan mengekspresikan bagaimana cara pengukuran variabel,


dalam buku – buku metodologi cara ini disebut measured operasional definition. Untuk
cara pendefinisian ini, maka peneliti harus mengingat apakah variabel yang dihadapi
hanya mempunyai satu pengertian atau berinterpretasi ganda, dan kalau ganda pengertian
mana yang sesuai dengan landasan teori yang dikembangkan.

Berikut ini di contohkan variabel yang berinterpretasi ganda :

a. “ Status gizi”, dapat diukur dengan bermacam kombinasi pengukuran, seperti :

1) Berat ( BB ) dengan tinggi badan ( TB )

2) BB dengan usia

3) BB, TB, dengan usia

4) Tebal lipatan kulit total dengan usia

5) Persentasi lemak tubuh total

6) Kadar protein serum

7) Dan sebagainya

b. “ kesembuhan “, yang dimaksud apakah kesembuhan klinik, laboratorik, sosial, atau


subyekti, penderita ?
2. Cara tidak langsung di lakukan dengan mengekspresikan kriteria manipulasi terhadap
variabel, dan cara memonitir atau mengukur efek dari manipulasi tersebut ( experinemtal
operational definition ).

Contoh :

a. “ kemampuan jantung “ : penambahan detik nadi yang terjadi setelah subjek


melakukan loncat – loncat sebanyak.....kali dalam....menit

b. “ Urine residu “ : banyaknya urin yang di peroleh pada kateterisasi setelah penderita
disuruh miksi sepenuhnya.

Di depan telah dikemukakan, bahwa operasionalisasi hipotesis mengandung


maksud agar hipotesis dapat di jabarkan kedalam variabel – variabel penelitian
sedemikian rupa, sehingga

(1) variabel bersifat spesifik dan terukur, serta

(2) korelasi ( baik dalam bentuk sebab akibat, perbedaan, maupun korelasi arti
sempit ) dapat di uji.

Dalam kaitan tersebut, maka definisi operasional variabel penelitian, disamping


memenuhi ciri perumusan seperti di bahas di atas, juga harus di deskripsikan variabel
menurut (a) macam atau sifatnya sesuai dengan tingkat pengukuran ( level of
measurement ), dan (b) menurut kedudukannya dalam model kerangka teoritiknya ( time
ordering).
DAFTAR PUSTAKA

1. Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan


Pedoman Skripsi,Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika

2. Nursalam dan Siti Pariani. 2000. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan.

3. J.BRINK, Pamela dan J.Wood, Marielyn. 2000. Langkah Dasar Dalam Perencanaan Riset
Keperawatan edisi IV. Jakarta : EGC

4. Narbuko, cholid. 2001. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Bumi Aksara

5. Riyanto, Yatim M, Drs, Dr. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : SIC

6. Nasution MA, S, Prof, Dr. 2003. Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara

http://hilyatulhusnaazizah.blogspot.com/2015/10/makalah-definisi-operasional-dan_3.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai