Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel

dimana trakea dan brokhi berespon dalam secara hiperaktif terhadap

stimuli tertentu (Smeltzer & Bare, 2002).

Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea

dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya

penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah,

baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin, 2008).

Asma adalah wheezing berulang dan atau batuk persisten dalam

keadaan dimana asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain

yang lebih jarang telah disingkirkan (Mansjoer, 2008).

Asma adalah suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas

cabang-cabang trakeobronkhial terhadap berbagai jenis rangsangan

(Pierce, 2007).

Asma Bronkhial adalah penyakit pernafasan objektif yang ditandai oleh

spasme akut otot polos bronkus. Hal ini menyebabkan obstruksi aliran

udara dan penurunan ventilasi alveolus (Elizabeth, 2000).

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Asma

merupakan penyempitan jalan napas yang disebabkan karena

hipersensitivitas cabang-cabang trakeobronkhial terhadap stimuli tertentu.


Sedangkan Asma Bronkhial merupakan suatu penyakit gangguan jalan

nafas obstruktif yang bersifat reversible, ditandai dengan terjadinya

penyempitan bronkus, reaksi obstruksi akibat spasme otot polos bronkus,

obstruksi aliran udara, dan penurunan ventilasi alveoulus dengan suatu

keadaan hiperaktivitas bronkus yang khas.

B. ANATOMI FISIOLOGI

1. Anatomi fisiologi sistem pernapasan

Gambar 1 Anatomi sistem pernapasan

Gambar 2 Anatomi keadaan normal dan Asma Bronkhial


Organ pernapasan

a.Hidung

Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang

pertama,mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat

hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna

untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam

lubang hidung.

b.Faring

Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan

pernapasan dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak,

di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang

leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas

berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang

yang bernama koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut,

tempat hubungan ini bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2

lubang (ke depan lubang laring dan ke belakang lubang esofagus).

c.Laring

Laring/pangkal batang tenggorokan/kotak suara.laring terdiri atas

tulang rawan,yaitu jakun,epiglotis (tulang rawan penutup dan tulang

rawan trikoid(cincin sampel) yang letaknya paling bawah.pita suara

terletak di dinding laring bagian dalam.


d.Trakea

Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring

yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-

tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C) sebelah

dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel

bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm

dan di belakang terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi oleh otot polos.

e. Bronkus

Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea,

ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan

V, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis

set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke

arah tampuk paru-paru.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar

dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang.

Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan,

terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang.Bronkus bercabang-

cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada

bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli

terdapat gelembung paru atau gelembung hawa atau alveoli.


f.Paru-paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar

terdiri dari gelembung (gelembung hawa atau alveoli). Gelembug

alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan

luas permukaannya kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini terjadi

pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO 2 dikeluarkan

dari darah.

Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000

buah (paru-paru kiri dan kanan)

Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus

(belahan paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan

lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri,

terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-

tiap lobus terdiri dari belahan yang kecil bernama segmen. Paru-

paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus

superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan

mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2

buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus

inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-

belahan yang bernama lobulus.

Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh

jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf,

dan tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus,

bronkiolus ini bercabang-cabang banyak sekali, cabang ini disebut

duktus
alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang

diameternya antara 0,2-0,3 mm.

Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke

tengah rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah

terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan

terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama

pleura. Pleura dibagi menjadi 2 yaitu, yang pertama pleura visceral

(selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung

membungkus paru-paru. Kedua pleura parietal yaitu selaput yang

melapisi rongga dada sebelah luar. Antara keadaan normal, kavum

pleura ini vakum (hampa) sehingga paru-paru dapat berkembang

kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna

untuk meminyaki permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan

antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas.

Proses terjadi pernapasan

Gambar 3 Proses pernapasan


Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari

luar yang mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang

banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi

keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan

menghembuskan disebut ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru terjadi

pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dan udara masuk kedalam

darah dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis. Kemudian

CO2 dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan)

dan masuk kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis

kemudian massuk ke serambi kiri jantung (atrium sinistra) menuju

ke aorta kemudian ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel-sel),

di sini terjadi oksidasi (pembakaran). Sebagai sisa dari pembakaran

adalah CO2 dan dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke

jantung (serambi kanan atau atrium dekstra) menuju ke bilik kanan

(ventrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke

jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel

dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa

metabolisme,sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan

dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit.

Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi

perjalanan panjang menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring

terdapat epiglotis yang berguna untuk menutup laring sewaktu

menelan, sehingga makanan tidak masuk ke trakhea, sedangkan

waktu bernapas epiglotis terbuka, begitu seterusnya. Jika makanan

masuk ke dalam laring


maka akan mendapat serangan batuk, hal tersebut untuk mencoba

mengeluarkan makanan tersebt dari laring.

Terbagi dalam 2 bagian yaitu inspirasi (menarik napas) dan

ekspirasi (menghembuskan napas). Bernapas berarti melakukan

inpirasi dan eskpirasi secara bergantian, teratur, berirama, dan terus

menerus. Bernapas merupakan gerak refleks yang terjadi pada otot-

otot pernapasan. Refleks bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan

yang terletak di dalam sumsum penyambung (medulla oblongata).

Oleh karena seseorang dapat menahan, memperlambat, atau

mempercepat napasnya, ini berarti bahwa refleks bernapas juga

dibawah pengaruh korteks serebri. Pusat pernapasan sangat peka

terhadap kelebihan kadar CO2 dalam darah dan kekurangan dalam

darah. Inspirai terjadi bila muskulus diafragma telah mendapat

rangsangan dari nervus frenikus lalu mengerut datar.

Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah ,mendapat

rangsangan kemudian mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar.

Dengan demikian jarak antara sternum (tulang dada) dan vertebra

semakin luas dan melebar. Rongga dada membesar maka pleura

akan tertarik, yang menarik paru-paru sehingga tekanan udara di

dalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar.

Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma

akan menjadi cekung, muskulus interkostalis miring lagi) dan

dengan demikian rongga dan dengan demikian rongga dada menjadi

kecil kembali, maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau
pernapasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara

rongga pleura dan paru-paru.

Pernapasan dada, pada waktu seseorang bernapas, rangka dada

terbesar bergerak, pernapasan ini dinamakan pernapasan dada. Ini

terdapat pada rangka dada yang lunak, yaitu pada orang-orang muda

dan pada perempuan.

Pernapasan perut, jika pada waktu bernapas diafragma turun

naik, maka ini dinamakan pernapasan perut. Kebanyakan pada orang

tua, Karena tulang rawannya tidak begitu lembek dan bingkas lagi

yang disebabkan oleh banyak zat kapur yang mengendap di

dalamnya dan banyak ditemukan pada laki-laki.

2.Fisiologi sistem pernapasan

Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat

membutukan okigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen

selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tidak dapat

diperbaiki lagidan bisa menimbulkan kematian. Kalau penyediaan oksigen

berkurang akan menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis.

a.Pernapaan paru

Pernapasan paru adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida yang

terjadi pada paru-paru. Pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan

eksterna, oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernapas

yang oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli


berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar. Alveoli memisahkan

okigen dari darah, oksigen menembus membran, diambil oleh sel darah

merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh.

Di dalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan yang

menembus membran alveoli. Dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa

bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung. Empat proses yang

berhubungan dengan pernapasan pulmoner :

1) Ventilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara

dalam alveoli dengan udara luar.

2) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk

ke seluruh tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke

paru-paru.

3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan

jumlah yang tepat, yang bisa dicapai untuk semua bagian.

4) Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler

karbondioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.

Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi ketika

konsentrasi dalam darah mempengaruhi dan merangsang pusat pernapasan

terdapat dalam otak untuk memperbesar kecepatan dalam pernapasan,

sehingga terjadi pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih banyak.

Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandunng oksigen dari

seluruh tubuh masuk ke dalam jaringan, mengambil karbondioksida untuk

dibawa ke paru-paru dan di paru-paru terjadi pernapasan eksterna.


b.Pernapasan sel

Transpor gas paru-paru dan jaringan

Selisih tekanan parsial antaraO2 dan CO2 menekankan bahwa kunci

dari pergerakangas O2 mengalir dari alveoli masuk ke dalam jaringan

melalui darah, sedangkan CO2 mengalir dari jaringan ke alveoli

melalui pembuluh darah.Akan tetapi jumlah kedua gas yang ditranspor

ke jaringan dan dari jaringan secara keseluruhan tidak cukup bila O2

tidak larut dalam darah dan bergabung dengan protein membawa O2

(hemoglobin). Demikian juga CO2 yang larut masuk ke dalam

serangkaian reaksi kimia reversibel (rangkaian perubahan udara) yang

mengubah menjadi senyawa lain. Adanya hemoglobin menaikkan

kapasitas pengangkutan O2 dalam darah sampai 70 kali dan reaksi CO 2

menaikkan kadar CO2 dalam darah mnjadi 17 kali.

Pengangkutan oksigen ke jaringan

Sistem pengangkutan O 2 dalam tubuh terdiri dari paru-paru dan

sistem kardiovaskuler. Oksigen masuk ke jaringan bergantung pada

jumlahnya yang masuk ke dalam paru-paru, pertukaran gas yang cukup

pada paru-paru, aliran darah ke jaringan dan kapasitas pengangkutan O2

dalam darah.Aliran darah bergantung pada derajat konsentrasi dalam

jaringan dan curah jantung. Jumlah O2 dalam darah ditentukan oleh

jumlah O2 yang larut, hemoglobin, dan afinitas (dayatarik) hemoglobin


Transpor oksigen melalui beberapa tahap yaitu :

1) Tahap I : oksigen atmosfer masuk ke dalam paru-paru. Pada

waktu kita menarik napas tekanan parsial oksigen dalam

atmosfer 159 mmHg. Dalam alveoli komposisi udara berbeda

dengan komposisi udara atmosfer tekanan parsial O2 dalam

alveoli 105 mmHg.

2) Tahap II : darah mengalir dari jantung, menuju ke paru-paru

untuk mengambil oksigen yang berada dalam alveoli. Dalam

darah ini terdapat oksigen dengan tekanan parsial 40 mmHg.

Karena adanya perbedaan tekanan parsial itu apabila tiba pada

pembuluh kapiler yang berhubungan dengan membran alveoli

maka oksigen yang berada dalam alveoli dapat berdifusi

masuk ke dalam pembuluh kapiler. Setelah terjadi proses difusi

tekanan parsial oksigen dalam pembuluh menjadi 100 mmHg.

3) Tahap III : oksigen yang telah berada dalam pembuluh darah

diedarkan keseluruh tubuh. Ada dua mekanisme peredaran

oksigen dalam darah yaitu oksigen yang larut dalam plasma

darah yang merupakan bagian terbesar dan sebagian kecil

oksigen yang terikat pada hemoglobin dalam darah. Derajat

kejenuhan hemoglobin dengan O2 bergantung pada tekanan

parsial CO2 atau pH. Jumlah O2 yang diangkut ke jaringan

bergantung pada jumlah hemoglobin dalam darah


4) Tahap IV : sebelum sampai pada sel yang membutuhkan,

oksigen dibawa melalui cairan interstisial lebih dahulu.

Tekanan parsial oksigen dalam cairan interstisial 20 mmHg.

Perbedaan tekanan oksigen dalam pembuluh darah arteri (100

mmHg) dengan tekanan parsial oksigen dalam cairan

interstisial (20 mmHg) menyebabkan terjadinya difusi oksigen

yang cepat dari pembuluh kapiler ke dalam cairan interstisial.

5) Tahap V : tekanan parsial oksigen dalam sel kira-kira antara 0-

20 mmHg. Oksigen dari cairan interstisial berdifusi masuk ke

dalam sel. Dalam sel oksigen ini digunakan untuk reaksi

metabolism yaitu reaksi oksidasi senyawa yang berasal dari

makanan (karbohidrat, lemak, dan protein) menghasilkan

H2O,CO2 dan energi.

C. ETIOLOGI

Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui. Suatu hal yang

yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus.

Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non

imunologi. Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan

Asma adalah:

1. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh

alergen atau alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-

bulu binatang.
2. Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen,

seperti common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan

polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan.

3. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari

bentuk alergik dan non-alergik (Smeltzer & Bare, 2002).

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi

timbulnya serangan Asma Bronkhial yaitu :

a. Faktor predisposisi

Genetik

Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum

diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita

dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga

menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,

penderita sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkhial jika

terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran

pernapasannya juga bisa diturunkan.

a. Faktor presipitasi

1. Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

a) Inhalan : yang masuk melalui saluran pernapasan

Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur,

bakteri dan polusi


b) Ingestan : yang masuk melalui mulut

Contoh : makanan dan obat-obatan

c) Kontaktan : yang masuk melalui kontak dengan kulit

Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan

2. Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering

mempengaruhi Asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan

faktor pemicu terjadinya serangan Asma. Kadang-kadang serangan

berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau.

3. Stres

Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan

Asma, selain itu juga bisa memperberat serangan Asma yang sudah

ada. Disamping gejala Asma yang timbul harus segera diobati

penderita Asma yang mengalami stres atau gangguan emosi perlu

diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika

stresnya belum diatasi maka gejala belum bisa diobati.

4. Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan

Asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang

yang bekerja di laboratorium hewan, industri


tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada

waktu libur atau cuti.

5. Olah raga atau aktifitas jasmani

Sebagian besar penderita Asma akan mendapat serangan jika

melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat

paling mudah menimbulkan serangan Asma. Serangan asma karena

aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

D. PATOFISIOLOGI

Suatu serangan Asma merupakan akibat obstruksi jalan napas difus reversible.

Obstruksi disebabkan oleh timbulnya tiga reaksi utama yaitu kontraksi otot-otot

polos baik saluran napas, pembengkakan membran yang melapisi bronki,

pengisian bronki dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronki dan

kelenjar mukusa membesar, sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli

menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap didalam jaringan paru.Antibodi

yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan

ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibody,

menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamine,

bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi

lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot

polos dan kelenjar jalan napas, menyebabkan


bronkospasme, pembengkakan membran mukosa, dan pembentukan mucus

yang sangat banyak. Selain itu, reseptor α- dan β- adrenergik dari sistem saraf

simpatis terletak dalam bronki. Ketika reseptor α- adrenergik dirangsang,

terjadi bronkokonstriksi, bronkodilatasi terjadi ketika reseptor β- adrenergik

yang dirangsang. Keseimbangan antara reseptor α- dan β-adrenergik

dikendalikan terutama oleh siklik adenosine monofosfat (cAMP). Stimulasi

reseptor α- mengakibatkan penurunan cAMP, yang mengarah pada

peningkatan mediator kimiawi yang dilepaskan oleh sel-sel mast

bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor β- mengakibatkan peningkatan tingkat

cAMP yang menghambat pelepasan mediator kimiawi dan menyebabakan

bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa penyekatan β- adrenergik

terjadi pada individu dengan Asma. Akibatnya, asmatik rentan terhadap

peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos (Smeltzer &

Bare, 2002).

E. MANIFESTASI KLINIK

Gejala-gejala yang lazim muncul pada Asma Bronkhial adalah batuk, dispnea,

dan wheezing. Serangan seringkali terjadi pada malam hari. Asma biasanya

bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam dada, disertai dengan

pernapasan lambat,wheezing. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang dibanding

inspirasi, yang mendorong pasien unutk duduk tegak dan menggunakan setiap

otot-otot aksesori pernapasan. Jalan napas yang tersumbat menyebabkan dispnea.

Serangan Asma dapat


berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat hilang secara

spontan. Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadi reaksi

kontinu yang lebih berat, yang disebut “status asmatikus”, kondisi ini

mengancam hidup (Smeltzer & Bare, 2002).

F.PENATALAKSANAAN

1. Farmakologi

Menurut Long(1996) pengobatan Asma diarahkan terhadap gejala-gejala

yang timbul saat serangan, mengendalikan penyebab spesifik dan perawatan

pemeliharaan keehatan optimal yang umum. Tujuan utama dari berbagai

macam pengobatan adalah pasien segera mengalami relaksasi bronkus.

Terapi awal, yaitu:

Memberikan oksigen pernasal Antagonis beta 2 adrenergik (salbutamol mg

atau fenetoral 2,5 mg atau terbutalin 10 mg). Inhalasi nebulisasi dan

pemberian yang dapat diulang setiap 20 menit sampai 1 jam. Pemberian

antagonis beta 2 adrenergik dapat secara subcutan atau intravena dengan

dosis salbutamol 0,25 mg dalam larutan dekstrose 5% Aminophilin

intravena 5-6 mg per kg, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam

sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.Kortikosteroid

hidrokortison 100-200 mg intravena jika tidak ada respon segera atau dalam

serangan sangat berat


Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk

didalamnya golongan beta adrenergik dan anti kolinergik.

2. Pengobatan secara sederhana atau non farmakologis

Menurut doenges (2000) penatalaksanaan nonfarmakologis asma yaitu:

a. Fisioterapi dada dan batuk efektif membantu pasien untuk

mengeluarkan sputum dengan baik

b. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik

c. Berikan posisi tidur yang nyaman (semi fowler)

d. Anjurkan untuk minum air hangat 1500-2000 ml per hari

e. Usaha agar pasien mandi air hangat setiap hari

f. Hindarkan pasien dari faktor pencetus

G. KOMPLIKASI

Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin timbul adalah :

1.Pneumothoraks

Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang

dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat

menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan

napas.

2.Pneumomediastinum

Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma “udara”, juga dikenal

sebagai emfisema mediastinum adalah suatu kondisi dimana


udara hadir di mediastinum. Pertama dijelaskan pada 1819 oleh Rene

Laennec, kondisi ini dapat disebabkan oleh trauma fisik atau situasi lain

yang mengarah ke udara keluar dari paru-paru, saluran udara atau usus ke

dalam rongga dada .

3.Atelektasis

Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat

penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat

pernafasan yang sangat dangkal.

4.Aspergilosis

Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh jamur

dan tersifat oleh adanya gangguan pernapasan yang berat. Penyakit ini juga

dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan

mata. Istilah Aspergilosis dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi

Aspergillus sp.

5.Gagal napas

Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran oksigen terhadap karbodioksida

dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan

pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh.

6. Bronkhitis

Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan bagian

dalam dari saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronkhiolis)

mengalami bengkak. Selain bengkak juga terjadi peningkatan produksi lendir

(dahak). Akibatnya penderita merasa perlu


batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan,

atau merasa sulit bernapas karena sebagian saluran udara menjadi sempit

oleh adanya lendir.

H. PENGKAJIAAN FOKUS

1. Pengkajian

a. Pola pemeliharaan kesehatan

Gejala Asma dapat membatasi manusia untuk berperilaku hidup

normal sehingga pasien dengan Asma harus mengubah gaya

hidupnya sesuai kondisi yang memungkinkan tidak terjadi

serangan Asma

b. Pola nutrisi dan metabolik

Perlu dikaji tentang status nutrisi pasien meliputi, jumlah,

frekuensi, dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhnnya.

Serta pada pasien sesak, potensial sekali terjadinya kekurangan

dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, hal ini karena dispnea saat

makan, laju metabolism serta ansietas yang dialami pasien.

c. Pola eliminasi

Perlu dikaji tentang kebiasaan BAB dan BAK mencakup warna,

bentuk, konsistensi, frekuensi, jumlah serta kesulitan dalam pola

eliminasi
d. Pola aktifitas dan latihan

Perlu dikaji tentang aktifitas keseharian pasien, seperti olahraga,

bekerja, dan aktifitas lainnya. Aktifitas fisik dapat terjadi faktor

pencetus terjadinya Asma.

e. Pola istirahat dan tidur

Perlu dikaji tentang bagaiman tidur dan istirahat pasien meliputi

berapa lama pasien tidur dan istirahat. Serta berapa besar akibat

kelelahan yang dialami pasien. Adanya wheezing dan sesak dapat

mempengaruhi pola tidur dan istirahat pasien.

f. Pola persepsi sensori dan kognitif

Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi

konsep diri pasien dan akhirnya mempengaruhi jumlah stresor yang

dialami pasien sehingga kemungkinan terjadi serangan Asma yang

berulang pun akan semakin tinggi.

g. Pola hubungan dengan orang lain

Gejala Asma sangat membatasi pasien untuk menjalankan

kehidupannya secara normal. Pasien perlu menyesuaikan kondisinya

berhubungan dengan orang lain.

h. Pola reproduksi dan seksual

Reproduksi seksual merupakan kebutuhan dasar manusia, bila

kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi masalah dalam kehidupan

pasien. Masalah ini akan menjadi stresor yang akan meningkatkan

kemungkinan terjadinya serangan Asma


i. Pola persepsi diri dan konsep diri

Perlu dikaji tentang pasien terhadap penyakitnya.Persepsi yang

salah dapat menghambat respon kooperatif pada diri pasien. Cara

memandang diri yang salah juga akan menjadi stresor dalam

kehidupan pasien.

j. Pola mekanisme dan koping

Stres dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik

pencetus serangan Asma maka prlu dikaji penyebab terjadinya stress.

Frekuensi dan pengaruh terhadap kehidupan pasien serta cara

penanggulangan terhadap stresor.

k. Pola nilai kepercayaan dan spiritual

Kedekatan pasien pada sesuatu yang diyakini di dunia dipercayai

dapat meningkatkan kekuatan jiwa pasien.Keyakinan pasien terhadap

Tuhan Yang Maha Esa serta pendekatan diri pada-Nya merupakan

metode penanggulangan stres yang konstruktif (Perry, 2005 & Asmadi

2008).

2. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan spirometri

Pemeriksaan spirometri dilakukan sebelum dan sesudah

pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan

adrenergik.Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak >20%

menunjukkan diagnosis Asma


b. Pemeriksaan tes kulit

Untuk menunjukkan adanya antibodi IgE yang spesifik dalam

tubuh.

c. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan radiologi dilakukan bila ada kecurigaan terhadap

proses patologik di paru atau komplikasi Asma, seperti

pneumothorak, pneumomediastinum, atelektasis, dan lain-lain.

d. Pemeriksaan analisa gas darah

Pemeriksaan analisa gas darah hanya dilakukan pada penderita

dengan serangan Asma berat.

e. Pemeriksaan sputum

Untuk melihat adanya eosinofil, kristal Charcot Leyden, spiral

Churschmann, pemeriksaan sputum penting untuk menilai

adanyamiselium Aspergilus fumigatus.

f. Pemeriksaan eosinofil

Pada penderita Asma, jumlah eosinofil total dalam darah sering

meningkat. Jumlah eosinofil total dalam darah membantu untuk

membedakan Asma dari Bronchitis kronik (Sundaru, 2006)


A. Asuhan Keperawatan Teoritis Gawat Darurat Pada Asma
1. Pengkajian

Pengajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan.

Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap

berikutnya (Rohmah & Walid, 2016

a. Identitaspasien/ biodata

Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir,

umur, tempat lahir, asal suku bangsa.

b. Pengkajian Primer
1. Airway

Kaji kepatenan jalan napas, observasi adanya lidah jatuh, adanya

benda asing pada jalan napas (bekas muntahan, darah, sekret yang

tertahan), adanya edema pada mulut, faring, laring, disfagia, suara

stidor, gurgling atau wheezing yang menandakan adanya masalah pada

jalan napas.

2. Breathing
Kaji keefektifan pola napas, respiratory rate, abnormalitas

pernapasan, pola napas, bunyi napas tambahan, penggunaan otot bantu

napas, adanya napas cuping hidung, saturasi oksigen.


3. Circulation
Kaji heart rate, tekanan darah, kekuatan nadi, capillary refill, akral,

suhu tubuh, warna kulit, kelembaban kulit, perdarahan eksternal jika ada.
4. Disability

Berisi pengkajian kesadaran dengan Glasgow Coma Scale (GCS)

atau AVPU, ukuran dan reaksi pupil.

5. Exposure
Berisi pengkajian terhadap suhu serta adanya injury atau kelainan

lain. Atau kondisi lingkungan yang ada di sekitar klien.


c. Pengkajian sekunder
1. Keadaan/ penampilan umum:
Kesadaran :

Tanda-tanda vital :

Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, Suhu :

2. History (SAMPLE)
a.subjektif : berisi keluhan utama yang dirasakan pasien
b.Alergi: kaji adanya alergi terhadap makanan atau obat obatan

tertentu
c.Medikasi :kaji penggunaan obat yang sedang atau pernah

dikonsumsi
d.Riwayat penyakit sebelumnya: riwayat penyakit sebelumnya

yang berhubungan dengan sekarang


e.Last Meal : berisi hasil pengkajian makanan atau minuman

terakhir yang dikonsumsi oleh pasien sebelum datang ke IGD

atau kejadian
f.Event Leading :Berisi kronologi kejadian, lamanya gejala yang

dirasakan, penanganan yang telah dilakukan, gejala lain yang

dirasakan, lokasi nyeri atau keluhan lain yang dirasakan


d. PemeriksaanFisik
← 1. Keadaan umum: lemah.
2. Kesadaran: composmetis
← 3. Tanda-tanda vital:
a. Nadi : takikardi (normalnya 60-100 x/menit)
b. Tekanan darah :hipertensi (normalnya 120/80-140/90 mmhg)
c. Frekuensi pernapasan : takipnea, dyspnea progresif, pernafasan

dangkal, penggunaan otot bantu pernafasan.


d. Pemeriksaan dada

Data yang paling menonjol pada pemeriksaan fisik adalah

pada thoraks dan paru-paru

← 1. Inspeksi : frekuensi irama, kedalaman dan upaya bernafas

antara lain : takipnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal.

← 2. Palpasi : adanya nyeri tekan, masa, peningkatan vokal vremitus pada

daerah yangterkena.

← 3.Perkusi : pekak terjadi bila terisi cairan pada paru, normalnya timpani

(terisi udara)resonansi.
← 4. Auskultasi : suara pernafasan yang meningkat intensitasnya, adanya

suara mengi (whezing) dan adanya suara pernafasan tambahanronchi.

Anda mungkin juga menyukai