Anda di halaman 1dari 4

7.

2 Mampu memahami dan menjelaskan definisi, dasar pemikiran, serta


tindakan dari DHE

Dental Health Education (DHE) didefinisikan sebagai pendidikan kesehatan gigi


yaitu proses pendidikan yang timbul atas dasar kebutuhan kesehatan gigi dan mulut
yang bertujuan untuk menghasilkan kesehatan gigi dan mulut yang baik dan
meningkatkan taraf hidup. (Notoadmojo, 2003 dalam Afriansyah, 2016).

Menurut (Muin, 2011) Dental Health Education merupakan suatu usaha


terencana dan terarah dalam bentuk pendidikan kesehatan gigi non formal yang
berkelanjutan. Pendidikan kesehatan gigi merupakan suatu proses belajar yang timbul
oleh karena adanya kebutuhan kesehatan sehingga menimbulkan aktifitas
perseorangan/masyarakat dengan tujuan untuk menghasilkan kesehatan gigi yang
baik.

Dasar pemikiran dari Dental Health Education (DHE) antara lain :

a. Meningkatkan oral hygiene pasien (Carranza, 2015).


b. Memberikan informasi kepada pasien bahwa plak pada gigi dan daerah yang
berbatasan dengan gusi merupakan “target hygiene”, sehingga pada daerah
tersebut harus dibersihkan untuk mencegah karies dan penyakit periodontal
(Carranza, 2015).
c. Usaha secara emosional untuk memperkenalkan pasien dengan dunia kesehatan
gigi dan mulut sehingga mampu memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan
kemampuannya sehingga mendapatkan kerjasama yang baik antara pasien
dengan dokter gigi (Muin, 2011).
d. Meningkatkan pengertian dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
kesehatan gigi dan mulut (Muin, 2011).
e. Mengurangi penyakit gigi dan mulut (Muin, 2011).

Tindakan dari Dental Health Education (DHE) antara lain :

1. Motivasi untuk Kontrol Plak yang Efektif


Memotivasi pasien untuk melakukan kontrol plak yang efektif adalah salah satu
elemen yang paling penting dan sulit, untuk mencapai kesuksesan jangka panjang
pada terapi periodontal. Membutuhkan komitmen pasien yang baik untuk dapat
mengubah kebiasaan sehari-hari dan selalu datang kontrol rutin untuk pemeliharaan.
Mengadopsi kebiasaan baru dan pasien dapat rutin kembali untuk perawatan tidak
mustahil. Memotivasi dapat sukses bila:
a) pasien menerima dan memahami konsep patogenesis, pengobatan, dan
pencegahan penyakit periodontal,
b) bersedia untuk mengubah kebiasaannya seumur hidup,
c) dapat menyesuaikan keyakinan pribadi, praktik, dan nilai-nilai untuk
mengakomodasi kebiasaan baru,
keterampilan pasien harus dikembangkan untuk membangun kebiasaan kontrol plak
yang efektif. Di samping itu, pasien harus memahami peran penting dokter gigi dalam
mengobati dan menjaga kesehatan periodontalnya (Carranza, 2015).
2. Intruksi dan demontrasi

Menurut Nakre (2013) bahwa instruksi disertai dengan demonstrasi memiliki


efektifitas yang lebih baik daripada instruksi hanya dengan perkataan. Menurut
Carramza (2015) bahwa instruksi bagaimana cara membersihkan gigi membutuhkan
partisipasi pasien, mengamati, mengoreksi bila ada kesalahan, dan penguatan selama
kontrol sampai pasien mencapai kemampuan yang diperlukan.
Pasien dapat mengurangi jumlah plak biofilm dan gingivitis lebih efektif dengan
cara mengulang-ulang instruksi dan adanya dorongan untuk menjaga kebersihan gigi
dan mulut. Namun demikian, pemberian instruksi untuk menjaga kebersihan gigi dan
mulut harus lebih singkat daripada demontrasi cara menyikat gigi. Prosedur ini
merupakan prosedur yang harus dikerjakan dengan telaten dan butuh kesabaran
pasien, pengawasan yang seksama dalam mengkoreksi kesalahan, penekanan untuk
rutin kontrol sampai pasien dirasa mampu menjaga kebersihan gigi dan mulutnya
(Carranza, 2015).

Pada kunjungan pertama, pasien seharusnya diberikan sikat gigi yang baru, alat
pembersih bagian interdental dan disclosing agent. Disclosing agent digunakan untuk
melihat kondisi plak pada rongga mulut pasien (Carranza, 2015).

Mendemonstrasikan cara menyikat gigi di rongga mulut pasien, sementara


pasien memegang kaca untuk melihat apa yang dipraktekan dokter gigi. Kemudian
pasien diinstruksikan untuk mengulangi apa yang telah didemonstrasikan dokter gigi
dan dikoreksi dokter gigi. Instruksi dan demonstrasi tujuan penggunaan dental floss
dan cara menggunakan dental floss sesuai kebutuhan pasien. Anjurkan pasien untuk
membersihkan gigi dan mulut minimal sehari sekali dan instruksi untuk kontrol plak
periodik (Carranza,2015).

3. Kontrol plak
Pengunyahan makanan dalam bentuk kasar dan banyak tidak dapat mencegah
pembentukan plak. Oleh karena itu pencegahan dan pengontrolan terhadap
pembentukan plak gigi harus didasarkan atas usaha pemeliharaan hygiene oral secara
aktif. Keberadaan karbohidrat menjadi sumber bakteri menghasilkan Polisakarida
Ekstra Selular (PES). Bersama dengan protein saliva dan aktivitas bakteri dapat
terbentu plak gigi. Polisakarida Ekstra Selular (PES) menjadi bahan perekat pada
matriks plak. Dari dasar pemikiran tersebut usaha yang dapat dilakukan adalah
mencegah dan mengontrol pembentkan plak yang meliputi :
a. Mengatur pola makanan
Dengan membatasi makanan yang banyak mengandung karbohidrat terutama
sukrosa. Berdasarkan bukti-bukti ilmiah bahwa karbohidrat merupakan bahan utama
dalam pembentukan matriks plak, selain sebagai sumber energi untuk bakteri dalam
membentuk plak (Krismariono, 2009).
b. Tindakan secara kimiawi
Tindakan secara kimiawi terhadap bakteri dapat dengan menggunakan obat
kumur sebanyak 10 ml 2dd 1. Seperti penggunaan obat kumur yang mengandung
klorhexidin dapat membunuh bakteri gram posittif maupun negatif dan merupakan
zat antijamur (Krismariono, 2009).
c. Tindakan secara mekanis (Fisioterapi Oral)
Sikat gigi merupakan salah satu alat fisioterapi oral yang digunakan secara luas
untuk membersihkan gigi dan mulut. Di pasaran dapat ditemukan beberapa macam
sikat gigi, baik manual maupun elektrik dengan berbagai ukuran dan bentuk
(Krismariono, 2009).

Sumber :

Carranza; Newman; Takei; Klovekkoid. 2015. ‘Carranza’s Clinical Periodontology


12th edition’. St. Louis: Saunders Elsevier.
Afriansyah, Ragil; dkk. 2016. ‘Efektivitas DHE Disertai Demonstrasi Cara Menyikat
Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Gigi Dan Mulut Anak Sekolah Dasar’. Jurnal
Ilmiah Unsrat, vol. 5.

Krismariono, Agung. 2009. ‘Prinsip Dasar Scaling & Root Planing dalam Perawatan
Periodontal’. Vol. (30-34).

Muin, Muhajir. 2011. ‘Pengaruh Dental Health Education Terhadap Penurunan Plak
Gigi’.

Nakre, Priya Devadas dan A. G. Harikiran. 2013. ‘Effectiveness of oral health


education programs: A systematic review’. J Int Soc Prev Community Dent. 2013 Jul-
Dec; 3(2): 103–115.

Anda mungkin juga menyukai