Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

KORUPSI

Disusun Oleh :

Inggrid Natalie Gultom (0661 16 094)

Resti Rustiawaty (0661 16 115)

Astri Harsono Putri (0661 16 121)

Marta Arofa Dilla (0661 16 127)

Rismi Astuti (0661 16 135)

Asry Wahyuni (0661 16 148)

Neneng Hanifah Hambali (0661 16 149)

I Gede Widi Satya Pratama (0661 16 151)

Presty Bella (0661 16 152)

Dewi Kandi Purwitasari (0661 16 153)

UNIVERSITAS PAKUAN
FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI FARMASI
2016
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
ucapkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
pelestarian mangrove.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal mugkin dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang pelestarian mangrove
untuk masyarakat ini dapat memberikan maanfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bogor, Januari 2017

penyusun
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1


1.2 Tujuan ......................................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah ....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep dasar korupsi ...............................................................................................3

2.2 Bentuk dan jenis korupsi ..........................................................................................4

2.3 Dampak korupsi terhadap kehidupan.......................................................................9

2.4 Membangun komitmen antikorupsi .........................................................................13

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan suatu Negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan keberhasilannya
dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagai suatu proses perubahan yang
direncanakan mencakup semua aspek kehidupan masyarakat. Efektifitas dan keberhasilan
pembangunan terutama ditentukan oleh dua faktor, yaitu sumber daya manusia, yakni
(orang-orang yang terlibat sejak dari perencanaan sampai pada pelaksanaan) dan
pembiayaan. Diantara dua faktor tersebut yang paling dominan adalah faktor manusianya.
Indonesia merupakan salah satu Negara terkaya di Asia dilihat dari keanekaragaman
kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi ironisnya, Negara tercinta ini dibandingkan
dengan Negara lain di kawasan Asia bukanlah merupakan sebuah Negara yang kaya
malahan termasuk Negara yang miskin. Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya
merupakan rendahnya kualitas sumber daya manusianya. Kualitas tersebut bukan hanya
dari segi kepribadiannya. Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari aparat
penyelenggara Negara menyebabkan terjadinya korupsi. Korupsi di Indonesia dewasa ini
sudah merupakan patologi social (penyakit sosial) yang sangat berbahaya yang
mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Korupsi
telah mengakibatkan kerugian materil keuangan Negara yang sangat besar. Namun yang
lebih memprihatinkan lagi adalah terjadinya perampasan dan pengurasan keuangan
Negara yang dilakukan secara kolektif oleh kalangan anggota legislative dengan dalih
studi banding. THR, uang pesangon dan pengurasan keuangan Negara demikian terjadi
hampir di seluruh wilayah tanah air. Hal itu merupakan cerminan rendahnya moralitas
dan rasa malu, sehingga yang menonjol adalah sikap kerakusan dan aji mumpung.
Persoalannya adalah dapatkah korupsi diberantas? Tidak ada jawaban lain kalu kita ingin
maju, adalah korupsi harus diberantas. Jika kita tidak berhasil memberantas korupsi, atau
paling tidak mengurangi sampai pada titik nadir yang paling rendah maka jangan harap
Negara ini akan maju mengejar ketertinggalannya dibandingkan Negara lain untuk
menjadi sebuah Negara yang maju. Karena korupsi membawa dampak negative yang
cukup luas dan dapat membawa Negara ke jurang kehancuran.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian korupsi.
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya korupsi.
3. Untuk mengetahui macam-macam dari korupsi.
4. Untuk mengetahui dampak adanya korupsi.
5. Untuk mengetahui cara memberantas korupsi.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud korupsi?
2. Bagaimanakah penyebab terjadinya korupsi?
3. Sebutkan dan jelaskan macam-macam dari korupsi?
4. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari korupsi?
5. Bagaimanakah cara memberantas korupsi?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep dasar korupsi

Korupsi dan koruptor berasal dari bahasa latin corruptus, yakni berubah dari kondisi
yang adil, benar dan jujur menjadi kondisi yang sebaliknya (Azhar, 2003:28). Sedangkan
kata corruptio berasal dari kata kerja corrumpere, yang berarti busuk, rusak,
menggoyahkan, memutar balik, menyogok, orang yang dirusak, dipikat, atau disuap
(Nasir, 2006:281-282). Korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk kepentingan
pribadi (Anwar, 2006:10). Masyarakat pada umumnya menggunakan istilah korupsi
untuk merujuk kepada serangkaian tindakan-tindakan terlarang atau melawan hukum
dalam rangka mendapatkan keuntungan dengan merugikan orang lain. Hal yang paling
mengidentikkan perilaku korupsi bagi masyarakat umum adalah penekanan pada
penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan publik untuk keuntungan pribadi.

Dalam Kamus Lengkap Oxford (The Oxford Unabridged


Dictionary) korupsi didefinisikan sebagai penyimpangan atau perusakan integritas dalam
pelaksanaan tugas-tugas publik dengan penyuapan atau balas jasa. Sedangkan pengertian
ringkas yang dipergunakan World Bank, korupsi adalah penyalahgunaan jabatan publik
untuk keuntungan pribadi (the abuse of public office for private gain).
Definisi lengkap korupsi menurut Asian Development Bank (ADB) adalah korupsi
melibatkan perilaku oleh sebagian pegawai sektor publik dan swasta, dimana mereka
dengan tidak pantas dan melawan hukum memperkaya diri mereka sendiri dan atau
orang-orang yang dekat dengan mereka, atau membujuk orang lain untuk melakukan hal-
hal tersebut, dengan menyalahgunakan jabatan dimana mereka ditempatkan.
Dengan melihat beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa korupsi secara
implisit adalah menyalahgunakan kewenangan, jabatan atau amanah secara melawan
hukum untuk memperoleh keuntungan atau manfaat pribadi dan atau kelompok tertentu
yang dapat merugikan kepentingan umum.
Dari beberpa definisi tersebut juga terdapat beberapa unsur yang melekat pada korupsi.
Pertama, tindakan mengambil, menyembunyikan, menggelapkan harta negara atau
masyarakat. Kedua, melawan norma-norma yang sah dan berlaku. Ketiga,
penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang atau amanah yang ada pada dirinya. Keempat,
demi kepentingan diri sendiri, keluarga, kerabat, korporasi atau lembaga instansi tertentu.
Kelima, merugikan pihak lain, baik masyarakat maupun negara.

Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang telah dijelaskan dalam 13
buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo.UU No. 20 Tahun 2001. Berdasarkan pasal-
pasal tersebut, korupsi dirumuskan kedalam tiga puluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi
yang dapat dikelompokkan; kerugian keuangan negara, suap-menyuap, penggelapan
dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan,
gratifikasi. Pasal-pasal tersebut menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang
bisa dikenakan pidana penjara karena korupsi (KPK, 2006: 19-20).

Dalam UU No. 20 Tahun 2001 terdapat pengertian bahwa korupsi adalah tindakan
melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi yang
berakibat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Ada sembilan tindakan
kategori korupsi dalam UU tersebut, yaitu: suap, illegal profit, secret transaction, hadiah,
hibah (pemberian), penggelapan, kolusi, nepotisme, dan penyalahgunaan jabatan dan
wewenang serta fasilitas negara.

2.2 Bentuk dan jenis korupsi

Menurut Syed Husein Alatas (1997), dalam ilmu sosiologis, korupsi dapat
diklasifikasikan menjadi 7 (tujuh) jenis, yakni:
1. KORUPSI TRANSAKTIF. Korupsi yang menunjukan adanya kesepakatan timbal
balik, antara pihak yang memberi dan pihak yang menerima, demi keuntungan
bersama. Kedua pihak sama-sama aktif menjalankan perbuatan tersebut.
Contohnya, Suap dari calo TKI liar, Menyuap lembaga pengawas seperti BPKP
dan Bawasda, dll.
2. KORUPSI EKSTROAKTIF. Korupsi yang mertakan bentuk-bentuk
koersi(tekanan) tertentu dimana pihak pemberi dipakasa untuk menyuap guna
mencegahkerugian yang mengancam diri, kepentingan,orang-orangnya, atau hal-
hal yang di hargai. Misalnya, Meminta uang komisi/pelicin pada saat pengurusan
KTP, Surat Raskin, dll.
3. KORUPSI INVESTIF. Korupsi yang melibatkan suatu penawaran barang atau
jasa tanpa adanya pertalian langsung dengan keuntungan bagi pemberi.
Keuntungan diharapkan akan diperoleh dimasa yang akan datang. Misalnya,
Mengunakan dana kas desa atau proyek untuk men”service” pejabat yang
meninjau, dsb.
4. KORUPSI NEPOTISTIK. Korupsi berupa pemberian perlakuan khusus kepada
teman atau yang mempunyai kedekatan hubungan dalam rangka menduduki
jabatan publik. Dengan kata lain, perlakuan pengutamaan dalam segala bentuk
yang bertentangan dengan norma atau peraturan yang berlaku. Contohnya,
Menentukan kerabat dekat harus mendapatkan bantuan walaupun sebenarnya tidak
layak untuk menerima bantuan, dll.
5. KORUPSI AUTOGENIK. Korupsi yang dilakukan individu karena mempunyai
kesempatan untuk mendapat keuntungan dari pengetahuan dan pemahamannya
atas sesuatu yang hanya diketahu sendiri. Contohnya, Mark up harga barng dan
jasa, Kualitas pekrjaan dibawah standar bestek, Discount yang tidak dilaporkan,
Penggunaan biaya yang melebihi ketentuan, Pungutan tambahan, misalnya pada
proyek raskin, dll.
6. KORUPSI SUPORTIF. Korupsi yang mengacu pada penciptaan suasana yang
kondusif untuk melindungi atau mempertahankan keberadaan tindak korupsi.
Misalnya, Kades mengetahui ada korupsi tapi tidak melaporkan,
7. KORUPSI DEFENSIF. Suatu tindak korupsi yang terpaksa dilakukan dalam
rangka mempertahankan diri dari pemerasan. Contohnya, Memperlancar
pengambilalihan tanah milik rakyat karena takut dengan atasan, dll.
Bentuk atau jenis korupsi sebagai berikut :

A. pemerasan

Pemerasan sudah menjadi istilah popular di masyarakat. Pemerasan biasanya


bertujuan untuk memperkaya diri sendiri dengan merugikan orang lain. Contoh
kasusnya adalah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tengah menelusuri jejak
harta dan aset Bupati Karawang, Ade Swara serta sang istri Nurlatifah yang
diduga berasal dari tindak pidana korupsi dan hasil pemerasan. Terkait
penelusuran tersebut, KPK berkoordinasi dengan Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan (PPATK). Beredar kabar, pasangan suami istri itu memiliki
sejumlah aset di wilayah Karawang yang dinilai tak wajar selaku penyelenggara
negara, sehingga diduga diperoleh dari cara tak halal, termasuk diduga dari jalan
'memalak' sejumlah perusahaan swasta, salah satunya PT Tatar Kertabumi izin
terkait pembangunan Mall di Karawang. Dikabarkan, hasil pemerasan itu telah
dialihkan menjadi bentuk lain. Ade dan istri saat ini tengah ditahan KPK sebagai
tersangka. Ade ditahan di Rumah Tahanan (Rutan) Guntur. Sementara, Nurlatifah
ditahan di Rutan KPK. Keduanya disangkakan telah melanggar Pasal 12 e atau
Pasal 23 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 jo Pasal 421 jo Pasal 55 KUHP.

B. Perbuatan curang

1. Pasal 7 ayat (1) huruf a, “Pemborong berbuat curang”.


Untuk menyimpulkan apakah suatu perbuatan termasuk korupsi menurut Pasal ini, harus
memenuhi unsur :
1. Pemborong, ahli bangunan, atau penjual bahan bangunan;
2. Melakukan Perbuatan curang;
3. Pada waktu membuat bangunan atau menyerahkan bahan bangunan;
4. Yang dapat membahayakan keamanan orang atau keamanan barang atau
keselamatan negara dalam keadaan perang.
2. Pasal 7 ayat (1) huruf b, “Pengawas Proyek Membiarkan perbuatan Curang”
Untuk menyimpulkan apakah suatu perbuatan termasuk korupsi menurut Pasal ini, harus
memenuhi unsur :
1. Pengawas bangunan atau pengawas penyerahan bahan bangunan;
2. Membiarkan dilakukannya perbuatan curang pada waktu membuat bangunan atau
menyerahkan bahan bangunan;
3. Dilakukan dengan sengaja;
4. Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a

3. Pasal 7 ayat (1) huruf c, “Rekanan TNI/POLRI Berbuat Curang”


Untuk menyimpulkan apakah suatu perbuatan termasuk korupsi menurut Pasal ini, harus
memenuhi unsur :
1. Setiap orang;
2. Melakukan perbuatan curang;
3. Pada waktu menyerahkan barang keperluan TNI dan atau Kepolisian Negara RI;
4. Dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaa perang.

4. Pasal 7 ayat (1) huruf d, “Pengawa Rekanan TNI/POLRI Membiarkan Perbuatan


Curang”.
Untuk menyimpulkan apakah suatu perbuatan termasuk korupsi menurut Pasal ini, harus
memenuhi unsur :
1. Orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan TNI dan Kepolisian
Negara RI;
2. Membiarkan perbuatan curang (sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (1) huruf c;
3. Dilakukan dengan sengaja.

5. Pasal 7 ayat 2, “Pnerima Barang TNI/POLRI Membiarkan Perbuatan Curang”.


Untuk menyimpulkan apakah suatu perbuatan termasuk korupsi menurut Pasal ini, harus
memenuhi unsur :
1. Orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atau orang yang menerima
penyerahan barang keperluan TNI dan atau kepolisian Negara RI;
2. Membiarkan Perbuatan curang;
3. Sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat (1) huruf a atau huruf c
6. Pasal 12 huruf h, “Pegawai Negeri Menyerobot Tanah Negara Sehingga Merugikan
Oran Lain”.
Untuk menyimpulkan apakah suatu perbuatan termasuk korupsi menurut Pasal ini, harus
memenuhi unsur :
1. Pegawai Negeri atau penyelenggara negara;
2. Pada waktu menjalankan tugas menggunakan tanah negara yang diatasnya ada hak
pakai;
3. Seolah-olah sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
4. Tidak merugikan yang berhak;
5. Diketahuinya bahwa perbuatan tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan.
2.3 Dampak korupsi terhadap aspek kehidupan

Seiring dengan berkembangnya tindakan korupsi disuatu negara, maka akan


mempengaruhi terhadap tingkat kesejahteraan dinegara itu sendiri, dan pengaruh tersebut
tidak hanya pada satu aspek kehidupan saja, melainkan juga akan mempengaruhi pada
berbagai aspek kehidupan. Aspek – aspek tersebut dapat di bagi menjadi:

a) Dampak Korupsi Terhadap Aspek Ekonomi

Tindakan korupsi akan menghambat jalannya kegiatan perekonomian di suatu Negara,


karena para pelaku ekonomi akan merasa dirugikan dan enggan melakukan kegiatan
ekonomi. Sehingga akan berdampak pada perkembangan ekonomi suatu Negara dan
menimbulkan banyak permasalahan di sektor perekonomian, diantaranya yaitu:

 Penurunan produktivitas dan lambatnya pertumbuhan ekonomi.


 Rendahnya kualitas barang dan jasa produksi bagi publik.
 Menurunnya tingkat pendapatan suatu Negara.
 Menurunnya kepercayaan dari para investor .
 Keterbelakangan perekonomian Negara.

b) Dampak Korupsi Terhadap Aspek Sosial dan Kemiskinan Masyarakat


Ada beberapa dampak dan permasalahan yang terjadi akibat tindakan korupsi terhadap aspek
social dan kemiskinan masyarakat, salah satu diantaranya yaitu:

 Kemiskinan disuatu negara disebabkan karena tingginya tingkat pengangguran. Dan


salah satu penyebab tingginya tingkat pengangguran disuatu Negara adalah
berkuasanya para pelaku koruptor.
 Terhambatnya dalam mengentas kemiskinan.
Pada dasarnya pemerintah telah memiliki rancangan dan anggaran dalam mengatasi
masalah kemiskinan. Namun banyaknya pejabat negara yang melakukan tindakan
korupsi , salah satunya yaitu dengan cara menyelewengkan anggaran pemerintah yang
diberikan untuk mengatasi masalah kemiskinan, yang pada akhirnya berakibat pada
lambatnya dalam mengentas masalah kemiskinan.
 Terbatasnya akses bagi masyarakat miskin. Meluasnya para pelaku koruptor akan
berimbas terhadap sulitnya mengakses informasi bagi masyarakat miskin khususnya
dalam masalah pekerjan, Karena anggaran yang diberikan untuk periklanan telah
diselewengkan oleh para koruptor. Sehingga pada ahirnya masyarakat miskin sulit
mendapatkan pekerjaan dan bahkan dia tidak bekerja.
 Kurangnya solidaritas sosial.
Banyaknya para pelaku koruptor juga mempengaruhi terhadap sifat kebersamaan,
karena para pelaku koruptor hanya memenintangkan kepentingan individu.

c) Dampak Korupsi Terhadap Aspek politik dan demokrasi


Politik merupakan salah satu sarana dalam melakukan korupsi, karena banyak para pelaku
politik yang melakukan tindakan korupsi. Beberapa dampak dan permasalahan yang terjadi
akibat tindakan korupsi didunia politik, diantaranya yaitu:

 Hilangnya kepercayaan publik terhadap partai politik.


Biaya politik yang tinggi bisa membahayakan terhadap partai politik itu sendiri,
karena hal itu bisa menjadi salah satu pendorong seseorang untuk melakukan korupsi.
Oleh karena itu, apabila partai politik sudah dikenal dengan anggotanya yang
melakukan korupsi maka publik tidak percaya jika partai tersebut menang dalam
suatu pemilihan.

 Munculnya pemimpin yang korupsi.


Politik money merupakan salah satu penyebab para pemimpin melakukan korupsi,
karena banyaknya pengeluaran dana atau uang yang dia gunakan ketika menjadi
calon, berimbas pada bagaimana dana atau uang tersebut kembali. Sehingga jalan
yang dia lakukan adalah dengan korupsi.

 Hancurnya kedaulatan rakyat.


Dengan bayaknya pelaku korupsi khususnya didunia politik menjadikan kedaulatan
negara berada ditangankelompok-kelompok tertentu dengang partai politiknya
masing-masing, yang pada dasarnya kedaulatan tersebut berada di tangan rakyat.
Maka dari sini dapat kita ketahui bahwa partai politik yang memegang kedaulatan
negara dan rakyat tidak mempunyai kuasa terhadap kedaulatan negara dan bahkan
rakyat dibabi buta oleh partai politik.
d) Dampak Korupsi Terhadap Aspek penegakan hukum
Ada beberapa dampak dan permasalahan yang terjadi akibat dari tindakan korupsi terhadap
aspek penegakan hukum, diantaranya yaitu:

 Ketidak percayaan publik terhadap lembaga hukum.


Banyaknya para penegak hukum yang melakukan korupsi dan banyaknya berita yang
tersebar dimedia massa terkait hal tersebut, menjadikan publik tidak percaya terhadap
suatu lembaga hukum terkait dengan proses hukum yang akan dilakukan.

 Lambatnya proses hukum.


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Para penegak hukum memperlambat proses
hukum suatu masalah, diantaranya yaitu:

o Hukum dapat dibeli


Banyak pelaku penegak hukum yang tidak melakukan hal sewajarnya terhadap suatu
masalah, hal tersebut dipengaruhi karena adanya uang yang diberikan oleh seseorang
yang terjerat dalam suatu masalah kepada para penegak hukum.

o Sulit mendapatkan bukti


Terbatasnya saksi dan barang bukti terhadap suatu masalah menjadikan salah satu
penyebab lambatnya proses hukum.

o Kurangnya solidaritas antara para penegak hukum


Kurangnya kontribusi dari para penegak hukum menjadikan keputusan yang mereka
ambil bertolak belakang.

e) Dampak Korupsi Terhadap Aspek Pertahanan dan Keamanan


Meluasnya tindak kejahatan korupsi juga berdampak terhadap pertahanan dan keamanan
suatu negara. Ada beberapa dampak dan permasalahan yang terjadi akibat dari tindakan
korupsi terhadap pertahanan dan keamanan suatu negara, diantaranya yaitu:
 Lemahnya alusista dan SDM
Banyaknya anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk menciptakan alusista yang
canggih tidak menjamin keamanan suatu negara, karena banyaknya pejabat
pemerintah yang korupsi terhadap anggaran tersebut. Sehingga alusista yang kita
miliki terbatas dan terbilang masih belum canggih serta lemahnya SDM yang
dipengaruhi kurangnya dana untuk melakukan latihan.

 Lemahnya garis batas negara


Ketika alusista yang dimiliki suatu negara itu sudah lemah maka otomatis pertahan
dan keamanan khusususnya diwilayah perbatasan negara akan lemah pula.

 Menguatnya kekerasan didalam masyarakat


Banyaknya permasalah yang timbul didalam masyarakat menyebabkan rentannya
Namun banyak masalah yang tidak dapat teratasi oleh pihak yang berwajib karena
alasan finansial yang belum teralokasikan. Hal tersebut merupakan perilaku dari para
pejabat yang tidak bertanggung jawab yang hanya mementingkan individunya dengan
melakukukan korupsi.

6) Dampak Korupsi Terhadap Aspek Lingkungan


Beberapa dampak dan masalah yang terjadi akibat dari tindakan korupsi terhadap lingkungan,
diantaranya yaitu:

 Menurunnya kualitas lingkungan

Lingkungan yang baik tercipta karena adanya insfrastruktur yang baik pula. Namun
akibat dari pejabat pemerintah yang melakukan korupsi dengan menyelewengkan
anggaran untuk pembangunan insfrastruktur, maka kualitas suatu lingkungan akan
menurun karena insfrastruktur yang dimiliki lingkungan tersebut tidak memadai.

 Menurunnya kualitas hidup

Rusaknya suatu lingkungan juga akan berpengaruh terhadap kualitas hidup


masyarakat, karena sarana dan prasaran yang menunjang kesejahteraan hidup telah
berkurang. Hal tersebut terjadi akibat dari pelaku korupsi yang telah mengambil hak
masyarakat hanya demi kepentingan pribadinya saja.
2.4 Membangun komitmen antikorupsi

Dalam lingkup lebih spesifik , akan menemukan beberapa undang undang dan peraturan
pemerintah yang erat kaitannya dengan kerja komisi pemberantasan korupsi (KPK)
sebagai berikut :

a. Undang undang nomor 8 tahun 1981 tentang kitab undang undang Hukum Acara
Pidana.

b. Undang undang nomor 28 tahun 1999 tentang penelenggaraan negara yang bersih dan
bebas dari korupsi , kolusi , dan nepotisme.

c. Undang undang nomer 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi ,

d. Undang undang no 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak korupsi.

1. Strategi pemberantasan tindak korupsi

Berdasarkan penjelasan-penjelasan sebelumnya maka sangat penting dalam


menangani tindakan korupsi. Maka ada beberapa strategi menurut Hong Kong dengan
ICAC-nya dengan pendekatan tiga pilar yaitu:

a) Strategi Preventif
Upaya pencegahan korupsi melalui perbaikan sistem dan prosedur dengan membangun
budaya organisasi yang mengedepankan prinsip-prinsip fairness, transparency,
accountability and responsibility yang mampu mendorong setiap individu untuk
melaporkan segala bentuk korupsi yang terjadi.

b) Strategi Investigative
Upaya memerangi korupsi melalui deteksi, investigasi dan penegakan hukum terhadap
para pelaku korupsi.
c. Strategi Edukatif
Upaya pemberantasan korupsi dengan mendorong masyarakat untuk berperan serta
memerangi korupsi dengan sesuai dengan kapasitas dan kewenangan masing-masing
maka masyarakat perlu ditanamkan nilai-nilai kejujuran (integrity) serta kebencian
terhadap korupsi melalui pesan-pesan moral.

Tiga pilar strategi yang dijelaskan di atas pada intinya membutuhkan usaha keras dari
pemerintah dalam memberantas korupsi juga sangat penting dalam melibatkan partisipasi
masyarakat.

2. Membangun komitmen antikorupsi pada mahasiswa

Penjelasan sebelumnya telah dipaparkan bahwa pentingnya peran masyarakat dalam


memberantas korupsi. Masyarakat yang akan dibahas dalam artikel ini adalah masyarakat
intelektual atau kaum terpelajar terutama mahasiswa. Mengapa harus mahasiswa? Karena
mahasiwa adalah elemen masyarakat yang paling idealis dan memiliki semangat yang
sangat tinggi dalam memperjuangkan sesuatu. Selama ini mahasiswa dipandang bisa
cukup signifikan dalam mempengaruhi perubahan kebijakan atau struktur pemerintahan.
Di sisi lain mahasiswa juga bisa mempengaruhi lapisan masyarakat lainnya untuk
menuntut hak mereka yang selama ini kurang diperhatikan oleh pemerintah. Peran
mahasiswa bisa dilihat dalam sejarah perjuangan kemerdekaan mengenai kebangkitan
bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan Belanda yang mana dipelopori oleh para
mahasiswa kedokteran Stovia. Presiden pertama Indonesia, Soekarno sang Proklamator
Kemerdekaan RI merupakan tokoh pergerakan dari kalangan mahasiswa. Selain itu
peristiwa lain yaitu pada tahun 1996, ketika pemerintahan Soekarno mengalami keadaan
politik yang tidak kondusif dan memanas kemudian mahasiswa tampil dengan
memberikan semangat bagi pelaksanaan Tritura yang akhirnya melahirkan orde baru.
Akhirnya, ketika masa orde baru, mahasiswa juga menjadi pelopor dalam perubahan yang
kemudian melahirkan reformasi.
Begitulah perjuangan mahasiswa dalam memperjuangkan idealismenya yaitu untuk
memperoleh cita-cita dalam menciptakan keadilan dan kesejahteraan di masyarakat.
Maka tentunya mahasiswa dituntut utuk benar-benar konsisten atau memegang teguh
idelisme mereka. Memang tidak dipungkiri sekarang ini banyak mahasiswa yang sudah
luntur idealismenya karena terbuai dengan budaya konsumtif dan hedonisme. Hal
tersebuut ternyata membuat mereka semakin berfikir dan bertindak apatis terhadap
fenomena yang ada di sekitar mereka dan kecenderungan memikirkan diri mereka sendiri.
Padahal perjuangan mahasiswa tidak berhenti begitu saja ada hal lainnya yang menanti
untuk diperjuangankan oleh mereka, yaitu dalam melawan dan memberantas korupsi.

Faktanya fenomena korupsi selalu tidak berhenti menggrogoti negeri kita, korupsi
merupakan kejahatan yang bukan hanya merugikan negara tetapi juga masyarakat.
Artinya keadilan dan kesejahteraan masyarakat sudah mulai terancam. Maka saatnya
mahasiswa sadar dan bertindak. Adapun upaya-upaya yang bisa dilakukan oleh
mahasiswa adalah:

a) Menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus.


Hal ini terutama dimulai dari kesadaran masing-masing mahasiswa yaitu
menanamkan kepada diri mereka sendiri bahwa mereka tidak boleh melakukan
tindakan korupsi walaupun itu hanya tindakan sederhana, misalnya terlambat datang
ke kampus, menitipkan absen kepada teman jika tidak masuk atau memberikan uang
suap kepada para pihak pengurus beasiswa dan macam-macam tindakan lainnya.
Memang hal tersebut kelihatan sepele tetapi berdampak fatal pada pola pikir dan
dikhawatirkan akan menjadi kebiasaan bahkan yang lebih parah adalah menjadi
sebuah karakter.
Selain kesadaran pada masing-masing mahasiswa maka mereka juga harus
memperhatikan kebijakan internal kampus agar dikritisi sehingga tidak memberikan
peluang kepada pihak-pihak yang ingin mendapatkan keuntungan melalui korupsi.
Misalnya ketika penerimaan mahasiswa baru mengenai biaya yang diestimasikan dari
pihak kampus kepada calon mahasiswa maka perlu bagi mahasiswa untuk
mempertanyakan dan menuntut sebuah transparasi dan jaminan yang jelas dan hal
lainnya. Jadi posisi mahasiswa di sini adalah sebagai pengontrol kebijakan internal
universitas.
Dengan adanya kesadaran serta komitmen dari diri sendiri dan sebagai pihak
pengontrol kebijakan internal kampus maka bisa menekan jumlah pelaku korupsi.
Upaya lain untuk menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di lingkungan kampus
adalah mahasiswa bisa membuat koperasi atau kantin jujur. Tindakan ini diharapkan agar
lebih mengetahui secara jelas signifikansi resiko korupsi di lingkungan kampus.
Mahasiswa juga bisa berinisiatif membentuk organisasi atau komunitas intra kampus
yang berprinsip pada upaya memberantas tindakan korupsi. Organisasi atau komunitas
tersebut diharapkan bisa menjadi wadah mengadakan diskusi atau seminar mengenai
bahaya korupsi. Selain itu organisasi atau komunitas ini mampu menjadi alat pengontrol
terhadap kebijakan internal kampus.

Sebagai gambaran, SACW yang baru saja dibentuk pada kabinet KM (semacam
BEM) ITB 2006/2007 lalu sudah membuat embrio gerakannya. Tersebar di seluruh
wilayah Indonesia, anggota SACW dari UIN Padang sudah mulai mengembangkan sayap.
Begitu pula mereka yang berada di UnHalu Sulawesi sudah melakukan investigasi
terhadap rektorat mereka yang ternyata memang terjerat kasus korupsi.

b) Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya melakukan korupsi.


Upaya mahasiswa ini misalnya memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai
bahaya melakukan tindakan korupsi karena pada nantinya akan mengancam dan
merugikan kehidupan masyarakat sendiri. Serta menghimbau agar masyarakat ikut serta
dalam menindaklanjuti (berperan aktif) dalam memberantas tindakan korupsi yang terjadi
di sekitar lingkungan mereka. Selain itu, masyarakat dituntut lebih kritis terhadap
kebijakan pemerintah yang dirasa kurang relevan. Maka masyarakat sadar bahwa korupsi
memang harus dilawan dan dimusnahkan dengan mengerahkan kekuatan secara massif,
artinya bukan hanya pemerintah saja melainakan seluruh lapisan masyarakat.

c) Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah.


Mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga bertindak sebagai agen pengontrol dalam
pemerintahan. Kebijakan pemerintah sangat perlu untuk dikontrol dan dikritisi jika dirasa
kebijakan tersebut tidak memberikan dampak positif pada keadilan dan kesejahteraan
masyarakat dan semakin memperburuk kondisi masyarakat. Misalnya dengan melakukan
demo untuk menekan pemerintah atau melakukan jajak pendapat untuk memperoleh hasil
negosiasi yang terbaik.
BAB III

KESIMPULAN

Korupsi adalah suatu tindak pidana yang memperkaya diri yang secara langsung
merugikan Negara atau perekonomian Negara. Jadi, unsur dalam perbuatan korupsi meliputi
dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan menggunakan kedudukannya dan aspek
penggunaan uang Negara untuk kepentingannya. Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan
dan kelemahan pemimpin, kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan
rendahnya pendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras, kelangkaan
lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi, rendahnya sumber daya manusia, serta
struktur ekonomi. Korupsi dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu bentuk, sifat, dan
tujuan. Dampak korupsi dapat terjadi di berbagai bidang diantaranya, bidang demokrasi,
ekonomi, dan kesejahteraan Negara.
DAFTAR PUSTAKA

Muzadi, H. 2004. MENUJU INDONESIA MAJU, Strategi Pemberantasan Tindak Pidana


Korupsi. Malang : Bayumedia Publishing.

Lamintang, PAF dan Samosir, Djisman. 1985. Hukum Pidana Indonesia. Bandung : Sinar.

Saleh, Wantjik. 1978. Tindak Pidana Korupsi di Indonesia. Jakarta : Ghalia Indonesia.

SUMBER : http://kumpulantindakpidana-encest.blogspot.com /2012/02.html.

Anda mungkin juga menyukai