KORUPSI
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS PAKUAN
FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI FARMASI
2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
ucapkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
pelestarian mangrove.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal mugkin dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang pelestarian mangrove
untuk masyarakat ini dapat memberikan maanfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Korupsi dan koruptor berasal dari bahasa latin corruptus, yakni berubah dari kondisi
yang adil, benar dan jujur menjadi kondisi yang sebaliknya (Azhar, 2003:28). Sedangkan
kata corruptio berasal dari kata kerja corrumpere, yang berarti busuk, rusak,
menggoyahkan, memutar balik, menyogok, orang yang dirusak, dipikat, atau disuap
(Nasir, 2006:281-282). Korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk kepentingan
pribadi (Anwar, 2006:10). Masyarakat pada umumnya menggunakan istilah korupsi
untuk merujuk kepada serangkaian tindakan-tindakan terlarang atau melawan hukum
dalam rangka mendapatkan keuntungan dengan merugikan orang lain. Hal yang paling
mengidentikkan perilaku korupsi bagi masyarakat umum adalah penekanan pada
penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan publik untuk keuntungan pribadi.
Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang telah dijelaskan dalam 13
buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo.UU No. 20 Tahun 2001. Berdasarkan pasal-
pasal tersebut, korupsi dirumuskan kedalam tiga puluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi
yang dapat dikelompokkan; kerugian keuangan negara, suap-menyuap, penggelapan
dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan,
gratifikasi. Pasal-pasal tersebut menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang
bisa dikenakan pidana penjara karena korupsi (KPK, 2006: 19-20).
Dalam UU No. 20 Tahun 2001 terdapat pengertian bahwa korupsi adalah tindakan
melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi yang
berakibat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Ada sembilan tindakan
kategori korupsi dalam UU tersebut, yaitu: suap, illegal profit, secret transaction, hadiah,
hibah (pemberian), penggelapan, kolusi, nepotisme, dan penyalahgunaan jabatan dan
wewenang serta fasilitas negara.
Menurut Syed Husein Alatas (1997), dalam ilmu sosiologis, korupsi dapat
diklasifikasikan menjadi 7 (tujuh) jenis, yakni:
1. KORUPSI TRANSAKTIF. Korupsi yang menunjukan adanya kesepakatan timbal
balik, antara pihak yang memberi dan pihak yang menerima, demi keuntungan
bersama. Kedua pihak sama-sama aktif menjalankan perbuatan tersebut.
Contohnya, Suap dari calo TKI liar, Menyuap lembaga pengawas seperti BPKP
dan Bawasda, dll.
2. KORUPSI EKSTROAKTIF. Korupsi yang mertakan bentuk-bentuk
koersi(tekanan) tertentu dimana pihak pemberi dipakasa untuk menyuap guna
mencegahkerugian yang mengancam diri, kepentingan,orang-orangnya, atau hal-
hal yang di hargai. Misalnya, Meminta uang komisi/pelicin pada saat pengurusan
KTP, Surat Raskin, dll.
3. KORUPSI INVESTIF. Korupsi yang melibatkan suatu penawaran barang atau
jasa tanpa adanya pertalian langsung dengan keuntungan bagi pemberi.
Keuntungan diharapkan akan diperoleh dimasa yang akan datang. Misalnya,
Mengunakan dana kas desa atau proyek untuk men”service” pejabat yang
meninjau, dsb.
4. KORUPSI NEPOTISTIK. Korupsi berupa pemberian perlakuan khusus kepada
teman atau yang mempunyai kedekatan hubungan dalam rangka menduduki
jabatan publik. Dengan kata lain, perlakuan pengutamaan dalam segala bentuk
yang bertentangan dengan norma atau peraturan yang berlaku. Contohnya,
Menentukan kerabat dekat harus mendapatkan bantuan walaupun sebenarnya tidak
layak untuk menerima bantuan, dll.
5. KORUPSI AUTOGENIK. Korupsi yang dilakukan individu karena mempunyai
kesempatan untuk mendapat keuntungan dari pengetahuan dan pemahamannya
atas sesuatu yang hanya diketahu sendiri. Contohnya, Mark up harga barng dan
jasa, Kualitas pekrjaan dibawah standar bestek, Discount yang tidak dilaporkan,
Penggunaan biaya yang melebihi ketentuan, Pungutan tambahan, misalnya pada
proyek raskin, dll.
6. KORUPSI SUPORTIF. Korupsi yang mengacu pada penciptaan suasana yang
kondusif untuk melindungi atau mempertahankan keberadaan tindak korupsi.
Misalnya, Kades mengetahui ada korupsi tapi tidak melaporkan,
7. KORUPSI DEFENSIF. Suatu tindak korupsi yang terpaksa dilakukan dalam
rangka mempertahankan diri dari pemerasan. Contohnya, Memperlancar
pengambilalihan tanah milik rakyat karena takut dengan atasan, dll.
Bentuk atau jenis korupsi sebagai berikut :
A. pemerasan
B. Perbuatan curang
Lingkungan yang baik tercipta karena adanya insfrastruktur yang baik pula. Namun
akibat dari pejabat pemerintah yang melakukan korupsi dengan menyelewengkan
anggaran untuk pembangunan insfrastruktur, maka kualitas suatu lingkungan akan
menurun karena insfrastruktur yang dimiliki lingkungan tersebut tidak memadai.
Dalam lingkup lebih spesifik , akan menemukan beberapa undang undang dan peraturan
pemerintah yang erat kaitannya dengan kerja komisi pemberantasan korupsi (KPK)
sebagai berikut :
a. Undang undang nomor 8 tahun 1981 tentang kitab undang undang Hukum Acara
Pidana.
b. Undang undang nomor 28 tahun 1999 tentang penelenggaraan negara yang bersih dan
bebas dari korupsi , kolusi , dan nepotisme.
c. Undang undang nomer 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi ,
a) Strategi Preventif
Upaya pencegahan korupsi melalui perbaikan sistem dan prosedur dengan membangun
budaya organisasi yang mengedepankan prinsip-prinsip fairness, transparency,
accountability and responsibility yang mampu mendorong setiap individu untuk
melaporkan segala bentuk korupsi yang terjadi.
b) Strategi Investigative
Upaya memerangi korupsi melalui deteksi, investigasi dan penegakan hukum terhadap
para pelaku korupsi.
c. Strategi Edukatif
Upaya pemberantasan korupsi dengan mendorong masyarakat untuk berperan serta
memerangi korupsi dengan sesuai dengan kapasitas dan kewenangan masing-masing
maka masyarakat perlu ditanamkan nilai-nilai kejujuran (integrity) serta kebencian
terhadap korupsi melalui pesan-pesan moral.
Tiga pilar strategi yang dijelaskan di atas pada intinya membutuhkan usaha keras dari
pemerintah dalam memberantas korupsi juga sangat penting dalam melibatkan partisipasi
masyarakat.
Faktanya fenomena korupsi selalu tidak berhenti menggrogoti negeri kita, korupsi
merupakan kejahatan yang bukan hanya merugikan negara tetapi juga masyarakat.
Artinya keadilan dan kesejahteraan masyarakat sudah mulai terancam. Maka saatnya
mahasiswa sadar dan bertindak. Adapun upaya-upaya yang bisa dilakukan oleh
mahasiswa adalah:
Sebagai gambaran, SACW yang baru saja dibentuk pada kabinet KM (semacam
BEM) ITB 2006/2007 lalu sudah membuat embrio gerakannya. Tersebar di seluruh
wilayah Indonesia, anggota SACW dari UIN Padang sudah mulai mengembangkan sayap.
Begitu pula mereka yang berada di UnHalu Sulawesi sudah melakukan investigasi
terhadap rektorat mereka yang ternyata memang terjerat kasus korupsi.
KESIMPULAN
Korupsi adalah suatu tindak pidana yang memperkaya diri yang secara langsung
merugikan Negara atau perekonomian Negara. Jadi, unsur dalam perbuatan korupsi meliputi
dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan menggunakan kedudukannya dan aspek
penggunaan uang Negara untuk kepentingannya. Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan
dan kelemahan pemimpin, kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan
rendahnya pendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras, kelangkaan
lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi, rendahnya sumber daya manusia, serta
struktur ekonomi. Korupsi dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu bentuk, sifat, dan
tujuan. Dampak korupsi dapat terjadi di berbagai bidang diantaranya, bidang demokrasi,
ekonomi, dan kesejahteraan Negara.
DAFTAR PUSTAKA
Lamintang, PAF dan Samosir, Djisman. 1985. Hukum Pidana Indonesia. Bandung : Sinar.
Saleh, Wantjik. 1978. Tindak Pidana Korupsi di Indonesia. Jakarta : Ghalia Indonesia.