Anda di halaman 1dari 5

2.

c metabolisme protein

3. e. Metabolisme pigmen empedu

Proses metabolisme pemecahan heme sangatlah kompleks. Setelah kurang lebih 120
hari, eritrosit diambil dan didegradasi oleh sistem RES terutama di hati dan limpa. Sekitar 85%
heme yang didegradasi berasal dari eritrosit dan 15% berasal dari jaringan ekstraeritroid.
Bilirubin terbentuk akibat terbukannya cincin karbon-α dari heme yang berasal dari eritrosit
maupun ekstraeritroid.1,2
Tahap awal proses degradasi heme dikatalisis oleh enzim heme oksigenase mikrosom
di dalam sel RE. Dengan adanya NADPH dan O2, enzim ini akan menambahkan gugus
hidroksil ke jembatan metenil diantara dua cincin pirol, bersamaan dengan oksidasi ion ferro
(Fe+2) menjadi Fe+3 (ferri). Oksidasi selanjutnya oleh enzim yang menyebabkan pemecahan
cincin porfirin. Ion ferri dan dan CO di lepaskan, sehingga menyebabkan pembentukan
biliverdin yang berpigmen hijau. Biliverdin kemudian direduksi sehingga membentuk bilirubin
yang bewarna merah jingga. Bilirubin dan turunannya bersama-sama disebut pigmen empedu.1
Bilirubin hanya sedikit larut dalam plasma, sehingga diangkut ke hati dengan berikatan
dengan protein albumin secara nonkovalen. Bilirubin teruarai dari molekul pembawa albumin
dan masuk ke dalam hepatosit, tempat bilirubin akan berikatan dengan protein intrasel,
terutama protein liganin. Di dalam hepatosit, kelarutan bilirubin meningkat karena
penambahan dua molekul asam glukoronat. Reaksi ini dikatalisis oleh bilirubin
glukoniltransferase dengan menggunakan asam glukoronat UDP sebagai donor glukoronat.
Bilirubin diglukoronid ditransport secara aktif dengan melawan gradien konsentrasi ke dalam
kanalikuli biliaris dan
kemudian ke dalam empedu. Proses ini memerlukan energi, merupakan tahapan yang
membatasi laju dan rentan mengalami gangguan pada penyakit hepar. Bilirubin yang tidak
terkonjugasi normalnya diekskresikan.1
Bilirubin diglukoronid dihidrolisis dan direduksi oleh bakteri di usus untuk
menghasilkan urobilinogen, senyawa yang tidak bernyawa. Sebagian besar urobilinogen
dioksidasi oleh bakteri usus menjadi sterkobilin, memberi warna coklat pada feses. Namun,
beberapa urobilinogen direabsorbsi oleh usus dan masuk ke dalam sirkulasi portal. Sebagian
urobilinogen ini berperan dalam siklus urobilinogen intrahepatik yang akan di uptake oleh
hepar kemudian diekskresikan kembali ke dalam empedu. Sisa urobilinogen diangkut oleh
darah ke dalam ginjal, tempat urobilinigen diubah menjadi urobilin yang berwarna kuning dan
diekskresikan sehingga memberikan warna yang khas pada urin.1
1. Champe PC, Harvey RA, Ferrier DR. Biokimia ulasan bergambar. Edisi ke-3.Jakarta.
EGC; 2010.
2. Fevery J. Bilirubin in clinical practice: a review. Liver international. 2008.

7.e mekanisme kerja hormon dalam metabolisme tubuh

Cara umun kerja hormon hidrofilik dan lipofilik

Berdasarkan sifat larutannya hormon digolongkan menjadi hormon hidrofilik dan lipofilik.
Walapun semua hormon menimbulkan respon biologis yang beragam namun pada akhirnya
mereka akan mempengaruhi sel sasarannya dengan mengubah protein sel melalui tiga cara
umum:

1. Sebagian kecil hormon hidrofilik, setelah berolatan dengan reseptor di permukaan sel
sasaran, mengubah permeabilitas sel ( membuka atau menutup saluran untuk satu atau
lebih ion ) dengan mengubah konformasi ( bentuk ) protein – protein pembentukan
saluran yang telah ada di membran.
2. Sebagian besar hormon hidrofilik berfungsi dengan mengaktifkan sistem pembawa
pesan kedua di dalam sel sasaran. Pengaktifan ini secara langsung mengubah aktivitas
protein intrasel yang sudah ada, biasanya enzim, untuk menghasilkan efek yang
diinginkan.
Terdapat dua jalur pembawa pesan kedua yang utama yaitu menggunakan adenosin
monofosfat siklik ( AMP siklik atau cAMP) sebagai pembawa pesan kedua dan yang
lain menggunakan Ca2+
a. Jalur pembawa pesan kedua AMP siklik
1. Pengikatan pembawa pesan ekstrasel, pembawa pesan pertama, ke reseptor
membran permukaan dan mengaktifkan enzim adenilil siklase yang terikat
membran melalui perantara protein G.
2. Adenilil siklase mengubah ATP intrasel menjadi AMP siklik
3. AMP siklik berkerja sebagai pembawa pesan kedua intrasel, memicu respons
sel yang dinginkan dengan mengaktifkan protein kinase A
4. Protein kinase A pada gilirannya memfosforilasi protein intrasel tertentu
5. Fosforilasi memicu perubahan bentuk dan fungsi protein tersebut
6. Protein yang telah berubah tersebut kemudian melaksanakan respons sel sesuai
dengan yang diperintahkan oleh pembawa pesan ekstrasel.

b. Sistem pembawa pesan kedua Ca2+


1. Pengikatan suatu pembawa pesan ekstrasel ke reseptor membran permukaan
mengaktifkan enzim fosfolipase C yang terikat ke membran melalui perantara
protein G.
2. Fosfolipase C mengubah PIP2, suatu komponen membran, menjadi DAG dan
IP3.
3. IP3, pada gilirannya memobilisasi Ca2+ yang disimpan di dalam organel.
4. Ca2+ yang bekerja sebagai pembawa pesan kedua, mengaktifkan kalmoduli.
5. Kalmodulin menginduksi perubahan bentuk dan fungsi protein intrasel tertentu.
6. Protein yang telah berubah kemudian menghasilkan respons sel yang diinginkan
sesuai perintah pembawa pesan ekstrasel.
3. Semua hormon lipofilik terutama berfungsi dengan mengaktifkan gen-gen spesifik di
sel sasaran untuk menyebabkan pembentukan protein intrasel baru, yang pada
gilirannya menghasilkan efek yang diinginkan. Protein yang baru ini dapat berupa
enzim atau protein struktural.
Mekanisme kerja hormon lipofilik melalui pengaktifan gen.

1. Hormon lipofilik berdifusi melewati membran plasma dan membran nukleus sel
sasarannya dan berikatan dengan reseptor nukleus yang spesifik baginya.
2. Kompleks hormon reseptor sebaliknya beriaktan dengan elemen respons hormon,
suatu segmen DNA yang spesifik bagi kompleks hormon-reseptor.

Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem..Edisi 8. Jakarta: EGC

11. mekanisme kelelahan saat olahraga

Anda mungkin juga menyukai