Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH HUKUM BISNIS TENTANG HUKUM BISNIS

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas makalah Mata Kuliah Hukum Bisnis

DosenPengampu : Engrina Fauzi, SH., MH.,

Oleh :

Annisha Titania (1700522006)

JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM DIPLOMA III
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada awal abad 21, sudah banyak para ilmuwan, sastrawan dan pekerja seni lainnya yang
menemukan atau menciptakan suatu inovasi dalam bidang teknologi maupun bidang disiplin
ilmu lainnya. Saat ini, teknologi mempunyai peran yang sangat signifikan dalam kehidupan
sehari-hari. Negara yang menguasai dunia adalah negara yang menguasai teknologi. Amerika
serikat, Jerman, Perancis, Rusia dan Cina merupakan contoh negara yang sangat maju dalam
bidang teknologi sehingga mereka mampu memberi pengaruh bagi negara lain. Negara-nnegara
tersebut melindungi teknologi mereka secara ketat. Jadi jika ada seorang mahasiswa asing yang
belajar dalam bidang teknologi di negara-negara tersebut, maka dosen tidak menularkan seluruh
ilmunya kepada si mahasiswa tersebut. Karena itu, Indonesia perlu merangsang warga
negaranya untuk mengembangkan teknologi dengan mengembangkan sistem perlindungan
terhadap karya intelektual di bidang teknologi yang berupa pemberian hak paten.

Akar sejarah paten sudah cukup tua, pada awalnya memang sekedar perlindungan yang
bersifat monopolistik di Eropa dan memperoleh wujud yang jelas pada abad ke 14. Perlindungan
tersebut pada awalnya diberikan sebagai hak istimewa kepada mereka yang mendirikan usaha
industri baru dengan teknologi yang diimpor. Dengan perlindungan tersebut, pengusaha indutri
yang bersangkutan diberi hak untuk dalam jangka waktu tertentu menggunakan teknologi yang
diimpornya, hal tersebut diberi dalam bentuk Surat Paten. Tujuannya adalah memberikan
kesempatan kepada pengusaha pengimpor teknologi yang baru agar benar-benar dapat terlebih
dahulu menguasai seluk-beluk an cara penggunan teknologi yang bersangkutan. Dengan
demikian, tujuan pemberian paten tersebut pada awalnya memang bukan pemberian perlindungan
pada penemu, tetapi lebih pada rangsangan untuk pendirian industri baru dan pengalihan
teknologi.

Hak Paten yang dapat dilakukan oleh para masyarakat atau pihak-pihak yang akan
mempatenkan hasil inovasinya sebagai hak dari mereka sendiri. Pengetahuan mengenai hak paten
ini sangat penting untuk melindungi dan menjaga hasil karya mereka yang memiliki inovasi.
Menyadari pentingnya pengetahuan hak paten ini, maka disusunlah makalah mengenai hak paten
agar mampu memberikan penjelasan dan menambah wawasan kita semua. Agar kita bisa belajar
mengetahui betapa pentingnya hak paten seseorang.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian

Kata paten, berasal dari bahasa inggris patent, yang awalnya berasal dari kata patere
yang berarti membuka diri (untuk pemeriksaan publik), dan juga berasal dariistilah letters
patent, yaitu surat keputusan yang dikeluarkan kerajaan yang memberikan hak eksklusif
kepada individu dan pelaku bisnis tertentu. Dari definisi kata paten itu sendiri, konsep paten
mendorong inventor untuk membuka pengetahuan demi kemajuan masyarakat dan sebagai
gantinya, inventor mendapat hak eksklusif selama periode tertentu. Mengingat pemberian
paten tidak mengatur siapa yang harus melakukan invensi yang dipatenkan, sistem paten
tidak dianggap sebagai hak monopoli.

Menurut undang-undang nomor 14 tahun 2001 tentang Paten, Paten adalah hak
eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang
teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau
memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. (UU 14 tahun 2001,
ps. 1, ayat 1)

Dalam hak paten memiliki istilah sebagai berikut:

Invensi adalah ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatanpemecahan


masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau
penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses. (UU 14 tahun 2001, ps. 1,
ay. 2)

Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang
secarabersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang
menghasilkan Invensi. (UU 14 tahun 2001, ps. 1, ay. 3)

Pemegang Paten adalah inventor sebagai pemilik paten atau pihak yang menerima
hak tersebut dari pemilik paten atau pihak yang lain menerima lebih lanjut hak
tersebut, yang terdaftar dalam Daftar Umum Paten.

2.2. Invensi Yang tidak dapat diberi Paten


Yang tidak dapat diberi paten adalah invensi tentang:
1) Proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau pelaksanaannya
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama,
ketertiban umum atau kesusilaan;
2) Metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau pembedahan yang diterapkan terhadap
manusia dan/atau hewan;

3) Teori dan metode dibidang ilmu pengetahuan dan matematika; atau

4) Semua makhluk hidup, kecuali jasad renik serta proses biologis yang esensial untuk
memproduksi tanaman atau hewan kecuali proses non biologis atau proses mikrobiologis.
2.3. Subjek dan Objek Paten

Mengenai subjek paten, Pasal 10 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001


menyebutkan :
1. Yang berhak memperoleh paten adalah inventor atau yang menerima lebih lanjut
hak inventor yang bersangkutan
2. Jika suatu invensi dihasilkan oleh beberapa orang secara bersama-sama, hak atas
invensi tersebut dimiliki secara bersama-sama oleh para inventor yang bersangkutan
Selanjutnya dalam Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun 2001 Pasal 12
disebutkan:
a. Pihak yang berhak memperoleh paten atas suatu invensi yang dihasilkan dalam suatu
hubungan kerja adalah pihak yang memberikan pekerjaan tersebut kecuali diperjanjikan lain;
b. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) juga berlaku terhadap invensi yang
dihasilkan baik oleh karyawan maupun pekerja yang menggunakan data dan/atau sarana yang
tersedia dalam pekerjaannya sekalipun perjanjian tersebut tidak mengharuskannya untuk
menghasilkan invensi;
c. Inventor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berhak mendapatkan imbalan yang
layak dengan memperhatikan manfaat ekonomi yang diperoleh dari Invensi tersebut;
d. Imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dibayarkan:
 Dalam jumlah tertentu dan sekaligus;
 Persentase;
 Gabungan antara jumlah tertentu dan sekaligus dengan hadiah atau bonus;
 Gabungan antara persentase dan hadiah atau bonus; atau
 Bentuk lain yang disepakati para pihak;
e. Dalam hal tidak terdapat kesesuaian mengenai cara perhitungan dan penetapan besarnya
imbalan, keputusan untuk itu diberikan oleh Pengadilan Niaga;
f. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) sama sekali tidak
menghapuskan hak Inventor untuk tetap dicantumkan namanya dalam Sertifikat Paten.
Menurut Pasal 1 angka (8) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001, pemegang paten tidak
harus Inventor sebagai pemilik paten, melainkan bisa pihak yang menerima hak tersebut dari pemilik
paten atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam Daftar Umum
Paten.

Dari pengertian paten yang dirumuskan dalam Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2001, dapat diketahui bahwa objek paten itu adalah hasil penemuan, yang diistilahkan Invensi.
Invensi adalah ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang
spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan
pengembangan produk atau proses. Undang-Undang Paten menggunakan terminologi Invensi untuk
penemuan, dengan alasan istilah Invensi berasal dari kata Invention yang secara khusus dipergunakan
dalam kaitannya dengan paten.

Dalam Persetujuan Strasbourg tahun 1971 telah diklasifikasikan secara Internasional objek
paten, yang dibagi dalam 8 seksi, dan 7 seksi di antaraya masih terbagi dalam subseksi sebagai berikut
:

Seksi A : Kebutuhan manusia (human necessities)


Subseksi :
- agraria (agriculture);
- Bahan-bahan makanan dan tembakau (foodstuff and tobacco);
- Barang-barang perseorangan dan rrumah tangga (personal and domestic articles);
- Kesehatan dan hiburan (health and amusement);

Seksi B : Melaksanakan karya (performing operations)


Subseksi :
- Memisahkan dan mencampurkan (separating and mixing);
- Pembentukan (shaping);
- Pencetakan (printing);
- Pengangkutan (transporting);

Seksi C : Kimia dan perlogaman (chemistry and metallurgy); Subseksi :


- Kimia (chemistry);
- Perlogaman (metallurgy);

Seksi D : Pertekstilan dan perkertasan (textiles and paper)


Subseksi :
- Pertekstilan dan bahan-bahan yang mudah melentur dan sejenis (textiles and flexible materials
and other-wise provided for);
- Perkertasan (paper);

Seksi E : Konstruksi tetap (fixed construction)


Subseksi :
- Pembangunan gedung (building);
- Pertambangan (mining);

Seksi F : Permesinan (mechanical engineering)


Subseksi :
- Mesin-mesin dan pompa-pompa (engins and pumps);
- Pembuatan mesin pada umumnya (engineering in general);
- Penerangan dan pemanasan (lighting and heating);

Seksi G : Fisika (physics)


Subseksi :
- Instrumentalia (instruments);
- Kenukliran (nucleonics);

Seksi H : Perlistrikan (electricity)

2.4. Hak dan Kewajiban Pemegang Paten

Mengenai Hak Pemegang paten diatur dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor

14 Tahun 2001 yang menyatakan :

1) Pemegang paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan paten yang dimilikinya,
dan melarang orang lain yang tanpa persetujuan:
a) dalam hal paten produk: membuat, menjual, mengimport, menyewa,
menyerahkan memakai, menyediakan untuk dijual atau disewakan atau
diserahkan produk yang diberi paten.
b) dalam hal paten proses: menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk
membuat barang dan tindakan lainnya sebagaimana yang dimaksud dalam huruf
a.

2) Pemegang paten berhak memberikan lisensi kepada orang lain berdasarkan surat
perjanjian lisensi.

3) Pemegang paten berhak menggugat ganti rugi melalui pengadilan negeri setempat,
kepada siapapun, yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam butir 1 di atas.

4) Pemegang paten berhak menuntut orang yang sengaja dan tanpa hak melanggar hak
pemegang paten dengan melakukan salah satu tindakan sebagaimana yang dimaksud
dalam butir 1 di atas.

Mengenai kewajiban pemegang paten wajib membuat produk atau

menggunakan proses yang diberi paten di Indonesia. Dengan kewajiban ini, berarti setiap
pemegang paten diharuskan untuk melaksanakan patennya yang diberi di Indonesia melalui
pembuatan produk atau menggunakan proses yang dipatenkan tersebut, dengan harapan
dapat menunjang adanya alih teknologi, penyerapan investasi, dan penyediaan lapangan
kerja. Kewajiban lainnya disebutkan dalam Pasal 18 Undang-Undang Paten Tahun 2001,
bahwa pemegang paten atau penerima lisensi suatu paten diwajibkan untuk membayar biaya
tahunan untuk pengelolaan kelangsungan berlakunya paten dan pencatatan lisensi.

2.5. Peraturan perundang-undangan yang mengatur Paten

Di Indonesia pengaturan hak paten ini sebelum keluarnya UU no. 6/1989 yang telah
diperbaharui dengan UU No.13/1997 dan terakhir dengan UU No. 14 Tahun 2001 tentang
hak paten adalah berdasarkan Octroiwet 1910 sampai keluarnya pengumuman Menteri
Kehakiman tertanggal 12 Agustus 1953 No. J.S 5/41/4 tentang pendaftaran sementara oktroi
dan pengumuman Menteri Kehakiman tertanggal 29 Oktober 1953 J.G. 1/2/17 tentang
permohonan sementara oktroi dari luar negeri. Berikut adalah Undang-Undang tentang
Paten, diantaranya:
1. Undang-undang No.14 Tahun 2001 tentang Paten (UUP);

2. Undang-undang No.7 Tahun 1994 tentang Agreement Establishing theWord Trade


Organization(Persetujuan Pembentukan Organisasi PerdaganganDunia);
3. Keputusan persiden No. 16 Tahun 1997 tentang Pengesahan Paris Conventionfor the
protection of Industrial Property;
4. Peraturan Pemerintah No.34 Tahun 1991 tentang Tata Cara Pemerintah Paten;

5. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1991 tentang Bentuk dan Isi Surat Paten;

6. Keputusan Menkeh No. M.01-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Paten Sederhana;

7. Keputusan Menkeh No. M.02-HC.01.10 Tahun 1991 tentang Penyelenggaraan


pengumuman paten;

8. Keputusan Menkeh No. N.04-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Persyaratan, Jangka


Waktu, dan Tata Cara Pembayaran Biaya Paten;

9. Keputusan Menkeh No.M.06.- HC.02.10 Tahun 1991 tentang Pelaksanaan Pengajuan


Permintaan Paten;

10. Keputusan Menkeh No. M.07-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Bentuk dan Syarat-syarat
Permintaan Pemeriksaan Substantif Paten;

11. Keputusan Menkeh No. M.08-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Pencatatan dan
Permintaan Salinan Dokumen Paten;

12. Keputusan Menkeh No. M.04-PR.07.10 Tahun 1996 tentang Sekretariat Komisi
Banding Paten;

13. Keputusan Menkeh No. M.01-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Tata Cara Pengajuan
Permintaan Banding Paten.
2.6. Proses Pendaftaran Paten

Proses pendaftaran paten ini dimulai dengan mengajukan permohonan paten. Pasal 20
Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun 2001 menyatakan bahwa paten diberikan atas dasar
permohonan dan Pasal 21 Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun 2001 menyatakan bahwa
setiap permohonan hanya dapat diajukan untuk satu Invensi atau beberapa Invensi yang
merupakan satu kesatuan Invensi.Dari ketentuan Pasal 20 dan 21 Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2001 ini, jelas ditentukan bahwa pemberian paten didasarkan pada permohonan
yang diajukan oleh Inventor atau kuasanya. Artinya, tanpa adanya permohonan seseorang
paten tidak akan diberikan. Permohonan paten dimaksud hanya dapat diajukan baik untuk
satu Invensi atau beberapa Invensi yang merupakan satu kesatuan dan saling berkaitan erat.

Pada dasarnya, permohonan paten harus diajukan oleh Inventor dan disertai dengan
membayar biaya permohonan kepada Direktorat Jenderal HaKI. Dalam hal permohonan
tidak diajukan oleh Inventor atau diajukan oleh pemohon yang bukan Inventor, menurut
Pasal 23 Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun 2001 permohonan tersebut harus disertai
pernyataan yang dilengkapi bukti yang cukup bahwa ia berhak atas Invensi yang
bersangkutan dan Inventor dapat meneliti surat permohonan dimaksud dan atas biayanya
sendiri dapat meminta salinan dokumen permohonan tersebut.

Ada dua sistem pendaftaran paten yang dikenal di dunia, yaitu : sistem registrasi dan
sistem ujian. Menurut sistem registrasi setiap permohonan pendaftaran paten diberi paten
oleh kantor paten secara otomis. Spesifikasi dari permohonan tersebut hanya memuat uraian
dan monopoli yang diminta dan tidak diberi penjelasan secara rinci. Karenanya batas-batas
monopoli tidak dapat diketahui sampai pada saat timbul sengketa yang dikemukakan di
sidang pengadilan yang untuk pertama kali akan menetapkan luasnya monopoli yang
diperbolehkan.

Pada awalnya, sistem pendaftaran paten yang banyak dipakai adalah sistem registrasi.
Namun karena jumlah permohonan makin lama semakin bertambah, beberapa sistem
registrasi lambat laun diubah menjadi sistem ujian dengan pertimbangan bahwa paten
seharusnya lebih jelas menyatakan monopoli yang dituntut dan selayaknya sejauh mungkin
monopoli-monopoli yang tidak dapat dipertanggungjawabkan tidak akan diberi paten.
Sebuah syarat telah ditetapkan bahwa semua spesifikasi paten harus meliputi klaim-klaim
yang dengan jelas menerangkan monopoli yang akan dipertahankan sehingga pihak lain
secara mudah dapat mengetahui yang mana yang dilarang oleh monopoli dan yang mana
yang tidak dilarang.
Dengan sistem ujian, seluruh instansi terkait diwajibkan untuk menguji setiap
permohonan pendaftaran dan bila perlu mendesak pemohon agar mengadakan perubahan
(amandement) sebelum hak atas paten tersebut diberikan. Pada umumnya ada tiga unsur
(kriteria) pokok yang diuji :

a. Invensi harus memenuhi syarat-syarat untuk diberi hak atas paten menurut Undang-
Undang Paten. Sedangkan syarat untuk mendapatkan hak paten yaitu:

Penemuan tersebut merupakan penemuan baru.

Penemuan tersebut diproduksi dalam skala massal atau industrial. Suatu


penemuan teknologi, secanggih apapun, tetapi tidak dapat diproduksi
dalam skala industri (karena harganya sangat mahal / tidak ekonomis),
maka tidak berhak atas paten.

Penemuan tersebut merupakan penemuan yang tidak terduga sebelumnya


(non obvious). Jadi bila sekedar menggabungkan dua benda tidak dapat
dipatenkan. Misalnya pensil + penghapus menjadi pensil dengan
penghapus diatasnya. Hal ini tidak bisa dipatenkan.
b. Invensi baru harus mengandung sifat kebaruan.

c. Invensi harus mengandung unsur menemukan sesuatu yang bersifat kemajuan


(invention step) dari apa yang telah diketahui.

Di Indonesia sendiri ketentuan tentang sistem pendaftaran paten semula merujuk pada
Pengumuman Menteri Kehakiman tanggal 12 Agustus 1853 No. J.S.5/41/4 (Berita Negara
No. 53-69) tentang Permohonan Sementara Pendaftaran Paten.

Adapun syarat-syarat permohonan pendaftaran menurut Pengumuman Menteri


Kehakiman tersebut adalah :

a. Permohonan pendaftaran paten harus disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa
si pemohon dengan disertai terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Surat permohonan
harus ditandatangani oleh si pemohon sendiri dan harus disebut dalam surat itu nama,
alamat dan kebangsaan pemohon. Syarat demikian harus dipenuhi pula apabila
permohonan diajukan oleh seseorang yang bertindak bagi dan atas nama pemohon
selaku kuasanya;

b. Surat permohonan harus disertai : Sebuah uraian dari ciptaan baru (maksudnya temuan
baru dari penulis yang dimintakan rangkap tiga (3). Jika perlu sebuah gambar atau lebih
dan setiap gambar harus dibuat rangkap dua (2). Surat kuasa, apabila permohonan
diajukan oleh seorang kuasa. Surat pengangkatan seorang kuasa yang bertempat tinggal
di Indonesia;

c. Biaya-biaya yang ditentukan;

Permohonan paten: Rp. 575.000,-/permohonan

Permohonan pemeriksaan subtantif paten: Rp. 2 juta (diajukan dan dibayarkan


setelah 6 bln dari tanggal pemberitahuan pengumuman paten)

Permohonan paten sederhana: Rp. 475.000,- (terdiri dari biaya permohonan


paten sederhana Rp. 125.000 dan biaya permohonan pemeriksaan subtantif Rp.
350.000,-)

d. Keterangan tentang belum atau sudah dimintakannya hak paten di luar negeri atas
permohonan yang diajukan itu dan kalau sudah dimintakannya, apakah sudah diberi hak
paten di luar negeri negeri tersebut
Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun 2001 menggunakan sistem pemeriksaan
yang ditunda. Hal ini dapat dilihat dari tahap-tahap pemeriksaan, yaitu pemeriksaan
substansi dilakukan setelah dipenuhi syarat-syarat administratif. Adapun syarat-syarat
administratif yang harus dipenuhi untuk mengajukan permintaan paten dapat dilihat
dalam Pasal 24 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 yang berbunyi sebagai berikut:
(a) Mengajukan permohonan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia
(b) Permohonan harus memuat:
1. Tanggal, bulan, dan tahun permohonan.
2. Alamat lengkap pemohon.
3. Nama lengkap dan kewarganegaraan inventor.
4. Nama dan alamat lengkap kuasa apabila permohonan diajukan melalui
kuasa.
5. Surat kuasa khusus, dalam hal permohonan diajukan oleh kuasa.
6. Pernyataan permohonan untuk diberi paten.
7. Judul invensi.
8. Klaim yang terkandung dalam invensi.
9. Deskripsi tentang invensi, yang secara lengkap memuat keterangan
tentang cara melaksanakan invensi.
10. Gambar yang disebutkan dalam deskripsi yang diperlukan untuk
memperjelas invensi dan Abstraksi invensi.

Setelah melalui tahapan pemeriksaan, Direktorat Jenderal berkewajiban memberikan


keputusan untuk menyetujui permintaan paten dan dengan demikian memberi paten atau
menolaknya. Apabila berdasarkan pemeriksaan dihasilkan kesimpulan bahwa penemuan
yang dimintakan paten dapat diberi paten, Direktorat Jenderal memberikan Surat Paten
kepada orang yang mengajukan permintaan paten. Begitu pula sebaliknya bila
kesimpulannya tidak memenuhi syarat, maka permintaan ditolak.

Namun kemudian setelah keluar Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989, yang telah
diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997, ketentuan ini disempurnakan
lagi melalui Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001, prosedur permohonan paten sudah
disebut secara rinci dan menyamai prosedur permohonan paten di negara-negara lain di
seluruh dunia.
2.7. Pengalihan dan Jangka Waktu Paten
Paten atau pemilikan paten dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya maupun
sebagian. Hal ini dapat jelas terlihat dari bunyi pasal berikut :
Pasal 66
1) Paten dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya maupun sebagian karena:
a. pewarisan;
b. hibah;
c. wasiat;
d. perjanjian tertulis;
e. sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
2) Pengalihan Paten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c,
harus disertai dokumen asli Paten berikut hak lain yang berkaitan dengan Paten itu.
3) Segala bentuk pengalihan Paten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dicatat
dan diumumkan dengan dikenai biaya.
Perlindungan hukum terhadap Invensi yang dipatenkan diberikan untuk masa jangka
waktu tertentu. Selama masa jangka waktu tertentu, penemunya dapat melaksanakan sendiri
Invensinya atau menyerahkan kepada orang lain untuk melaksanakan. Baru setelah itu
Invensi yang di patenkan tersebut berubah menjadi milik umum atau berfungsi sosial.
Masa jangka waktu perlindungan hukum terhadap paten ini dicantumkan dalam Pasal
8 ayat 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 yang menyatakan bahwa :
“Paten diberikan untuk jangka waktu selama 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak
tanggal penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang. Tanggal mulai
dan berakhirnya jangka waktu Paten dicatat dan diumumkan.”

Untuk menjamin kelangsungan paten itu dari tahun ke tahun, pemegang paten harus
membayar biaya. Pasal 115 menetapkan bahwa paten dinyatakan batal demi hukum jika
kewajiban membayar biaya tahunan tidak dipenuhi selama tiga tahun berturut-turut.

2.8. Kegunaan Paten


Paten merupakan pendorong bagi dilakukannya berbagai kegiatan riset dan
pengembangan secara efisien, karena dapat mendorong berbagai perusahaan
menyediakan anggaran besar untuk peneltian, riset dan pengembangan suatu produk.
Paten sebagai alat kaum kapitalis yang memanfaatkan posisi dominannya, karena
mereka dapat membayar untuk memanfaakan suatu penemuan.
Paten sebagai alat penghargaan karya, jika perlindungan hukum mengenai paten tidak
diterapkan dengan baik, orang yang berbakat akan pindah ke negara lain yang lebih
menghargai karyanya.
Membantu menggalakkan perkembangan teknologi pada suatu negara dihargai dan
tidak dijiplak.
Membantu menciptakan suasana yang kondusif bagi tumbuhnya industri lokal
Membantu perkembangan teknologi dan ekonomi dengan fasilitas lisensi
Adanya alih teknologi

2.9. Pelanggaran dan Sanksi


Pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) bagi barangsiapa yang dengan sengaja dan tanpa
hak melanggar hak pemegang Paten dengan melakukan salah satu tindakan yaitu
membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau
menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi Paten dan
menggunakan proses produksi yang diberi Paten untuk membuat barang dan tindakan
lainnya.
Pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
250.000.000,00 (dua ratus juta lima puluh juta rupiah) bagi barangsiapa yang dengan
sengaja dan tanpa hak melanggar hak Pemegang Paten Sederhana dengan melakukan salah
satu tindakan yaitu membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan,
menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang
diberi Paten dan menggunakan proses produksi yang diberi Paten untuk membuat barang
dan tindakan lainnya.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Hak paten merupakan bentuk perlindungan hak kekayaan inelektual yang sangat efektif
karena dapat mencegah pelaksanaan invensi oleh pihak lain tanpa seizin hak paten, walaupun
pihak lain memperoleh teknologinya secara mandiri (bukan meniru). Hak paten diatur dalam
Undang-Undang No. 14 tahun 2001, hak paten diberikan untuk invensi yang memenuhi syarat
kebaruan, mengandung langkah inventif dan dapat diterapkan dalam industri selama 20 tahun.

Anda mungkin juga menyukai