Jurnal Reaksi Hipersensitif PDF
Jurnal Reaksi Hipersensitif PDF
ABSTRAK
Latar belakang: Drug Patch Test (DPT) dengan menggunakan panel obat yang dicurigai dapat membantu dalam menentukan
obat penyebab dari Cutaneous Adverse Drug Reaction (CADR) dan dapat mengetahui mekanisme imunologi yang terlibat. Tujuan:
Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan relevansi dari anamnesis pada CADR reaksi hipersensitivitas
tipe IV dengan hasil DPT, selanjutnya digunakan untuk memperbaiki penatalaksanaan CADR reaksi hipersensitivitas tipe 1V
sebagai pemeriksaan penunjang diagnosis CADR dan mengurangi risiko kejadian berikutnya. Metode: Secara retrospektif
pada 25 pasien dengan CADR hipersensitivitas tipe IV yang berobat di bagian kulit dan kelamin RSU Dr. Soetomo Surabaya
antara Januari - Desember 2010. Terdiri dari 13 pasien makulopapupar, 4 pasien Steven Johnson Syndrome (SJS), 6 pasien Fixed
Drug Eruption (FDE), dan 2 pasien Pustular Exanthematous Generalized Acute (PEGA). DPT dilakukan antara 6 minggu sampai
6 bulan setelah benar-benar sembuh dari CADR. Pembacaan DPT sesuai dengan International Contact Dermatitis Research Group
(ICDRG). Hasil: Hasil positif pada 7 (28%) pasien: 2/3 pasien makulopapular (15,4%), 3/6 pasien FDE (50%), dan 2/4 pasien SJS
(50%). Kesimpulan: DPT merupakan metode yang aman dan mudah dilakukan pada pasien CADR. DPT jarang menimbulkan
efek samping, risiko terjadinya reaktivasi erupsi obat sangat rendah. DPT digunakan sebagai pemeriksaan penunjang di RSUD
Dr. Soetomo untuk CADR reaksi hipersensitivitas tipe IV dan dapat membantu pasien untuk mengetahui obat penyebab,
sehingga pasien dapat lebih waspada dan dapat mencegah terjadinya kasus CADR yang berulang.
Kata kunci: diagnosis, alergi obat, uji tempel obat, skin test
ABSTRACT
Background: Drug Patch Test (DPT) uses material that are suspected determining the cause of Cutaneous Adverse Drug Reaction (CADR)
and in studying the involved pathophysiological mechanism. Purpose: The main purpose of this study is expected to explain the relevance
between anamnesis of CADR type IV hypersensitivity reaction with DPT results, then use it to improve the management of
type 1V hypersensitivity reactions CADR as to support diagnosis of CADR and reduce the risk of subsequent events. Methods:
A Retrospective in 25 patients with type IV hypersensitivity CADR who visited the Dermato Venereology Department of Dr.
Soetomo General Hospital Surabaya between January to December 2010. Consisting of 13 patients with maculopapular Eruption,
4 patients with Steven Johnson Syndrome (SJS), 6 patients with Fixed Drug Eruption (FDE), and 2 patients with Pustular
Exanthematous Generalized Acute (PEGA). DPT was performed between 6 weeks to 6 months after complete recovery from
CADR. DPT readings were conducted in accordance with the International Contact Dermatitis Research Group (ICDRG)
guidelines. Results: Positive results occurred in 7 (28%) patients: 2/3 were maculopapular patients (15.4%), 3/6 were FDE (50%),
and 2/4 were SJS patients (50%). Conclusion: DPT was shown to be a simple and a safe method to confirm drug imputabililty in
CADR, because DPT rarely causes side effect, the risk of reactivation of drug eruptions are very low. DPT can be use to support
investigation of type IV hypersensitivity CADR reactions in Dr. Soetomo General Hospital and can help patients to identify
suspected medicine so that patients can be more cautions and able to prevent the occurrence of recurrent cases of CADR.
Key words: diagnosis, drug allergy, drug patch test, skin test
Korespondensi: Vella, Departemen/Staf Medik Fungsional Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga, Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo, Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No. 6–8 Surabaya 60131, Indonesia. Telepon:
(031) 5501609, e-mail: vella_asnawi@yahoo.co.id
159
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Vol. 23 No. 3 Desember 2011
160
Artikel Asli Drug Patch Test pada Pasien Cutaneous Adverse Drug Reaction
dengan Reaksi Hipersensitivitas Tipe IV
Data dan hasil yang didapat dimasukkan dalam Pada penelitian ini ditemukan riwayat alergi
lembar pengumpul data dan kemudian data disusun sebesar 13 orang (52%) pada diri sendiri dan 5 orang
dalam bentuk tabel dan grafik. (20%) mempunyai riwayat alergi dari keluarga berupa
dermatitis atopi, rhinitis alergi maupun asma.
HASIL (Gambar 3).
Pada gambar 4 tidak ditemukan riwayat alergi
Kelompok umur terbanyak pada penelitian ini
pada keluarga yaitu sebanyak 21 orang (84%).
adalah 45–64 tahun sebanyak 10 orang (40%). (Gambar 1).
Dari hasil penelitain ini tidak didapatkan riwayat alergi
sebelumnya sebesar 14 orang (56%) (Gambar 2).
6 ( 24%)
11
15 - 2 4 25- 44 45- 64
2
T ahun 3
2 2 2
161
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Vol. 23 No. 3 Desember 2011
Tabel 2. Distribusi hasil DPT positif berdasarkan Pada penelitian ini terdapat 4 orang (16%) yang
jenis CADR memiliki riwayat keluarga yang alergi terhadap
obat. Faktor genetika juga sangat penting dalam
Jenis Hasil uji Drug Patch Test
Jumlah (%) perkembangan terjadinya reaksi alergi yang disebabkan
CADR Negatif (%) Positif (%) oleh obat. Dalam beberapa tahun ini bidang medikal
Maculo- 11 (84,6) 2 (15,4) 13 (100) genetik menfokuskan pada lokasi genotype HLA dan
papular hubungannya dengan kejadian reaksi hipersensitivitas.
FDE 3 (50,0) 3 (50,0) 6 (100) Dimana untuk mendapatkan reaksi kekebalan,
SJS 2 (50,0) 2 (50,0) 4 (100) molekul-molekul HLA berperan sebagai penyaji
PEGA 2 (100) 0 (0,0) 2 (100) antigen pada sel T melalui T Cell Receptor (TCR).
Molekul HLA kelas 1 (HLA A, HLA B, HLA C) yang
Pada tabel 2 didapatkan hasil uji DPT positif tersebar di mana-mana dan dapat ditemukan pada
paling banyak pada FDE (50%). semua permukaan sel-sel yang berinti. Kemudian
menyajikan antigen intraseluler pada CD8 + T Cell
PEMBAHASAN Cytotoxic. Molekul HLA kelas 2 (HLA DP, HLA
Pada penelitian ini didapatkan bahwa onset alergi DQ, HLA DR) yang menyjikan antigen ektraseluler
obat paling sering terjadi pada usia 45–64 tahun yaitu pada CD4 + T-Cell Helper. Adanya peranan MHC
10 orang (40%). (Gambar 1). Banyaknya insidensi (Major HistoCompability Compleks) juga berperan
alergi obat pada pasien usia lanjut disebabkan pada dalam reaksi hipersensitivitas yang disebabkan oleh
usia tersebut lebih rentan untuk menderita berbagai obat. Adanya riwayat alergi pada keluarga memiliki
jenis penyakit kronis (seperti jantung koroner, predisposisi genetik yang kuat dimana faktanya
stroke, dan kanker) yang memerlukan penanganan sering dipergunakan untuk mengidentifikasikan
oleh beberapa ahli medis sekaligus, dimana dalam anak-anak yang berisiko mendapatkan penyakit
penatalaksanannya juga akan memberikan berbagai ini.21,22,23 (Gambar 3)
macam obat-obatan. Pada kelompok usia ini kejadian Uji DPT dilakukan antara enam minggu sampai
polypharmacy (yaitu pemberian lima atau lebih obat enam bulan setelah pasien benar-benar sembuh dari
sekaligus) berkisar 20–40%. Disamping juga karena CADR dan sekurang-kurangnya satu bulan setelah
adanya perubahan pharmacodinamic dan fungsi dari diberhentikan pemberian sistemik kortikosteroid atau
organ di dalam tubuh yang menurun dengan semakin obat-obat imunosupresan lainnya.3 Menggunakan
meningkatnya usia.16,17,18 alumunium (Finn Chamber) dengan plester scanpor
Kejadian CADR terhadap obat-obat diperkirakan dengan panel obat Amoksisilin Trishidrat 10%,
terjadi pada 0.1% s/d 1% pasien yang menggunakan Diklosasilin Sodium Salt 10%, Sefotaksim Sodium
obat-obatan sistemik. Obat-obat tertentu seperti Salt 10%, Doksisiklin Monohidrat 10%, Eritromisin
Nonsteroidal Anti-Inflamatory Drugs (NSAIDs), Base 10%, Kotrimoksazole 10%, Siprofloksasin
antibiotik, dan anti nyeri mempunyai risiko terjadinya Hidrokhlorida 10%, Karbamazepine 1,0%, Hidantin
ADR sekitar 1% s/d 5%. Diperkirakan sekitar 2% 10%, Diltiazem hidrokhlorida 10%, Acetil salislic Acid
erupsi kulit karena ADR dapat menyebabkan reaksi 10%, Piroksikam 1,0%, Asetaminophen (Parasetamol)
yang serius.19 10%, Ibuprofen. Telah dilakukan uji DPT selama
Pada penelitian ini didapatkan riwayat alergi 2 hari, dan dibaca pada jam ke 48, 72 dan 96. Didapatkan
berupa rinitis alergi, asma bronkhial atau dermatitis hasil uji DPT positif pada 7 orang (25%) dari
atopik baik pada penderita sendiri atau pada keluarga 25 orang pasien CADR.(Tabel 1). Hasil DPT yang
yaitu 13 orang (52%) pada diri sendiri dan 5 orang positif dilaporkan oleh Barbaud dan kawan-kawan
(20%) pada keluarga. Pada pasien atopi, rhinitis alergi, (2000) pada makulopapular 33/61 (54%), Walkenstain
asma bronkhial atau dermatitis atopik risiko terjadi dan kawan-kawan (1996) pada AGEP 7/14 (50%), SJS
reaksi alergi terhadap bahan radio kontras sangat 2/22 (9,1%), Alanko dan kawan-kawan (1994) pada
tinggi, dan dapat meningkatkan risiko terjadinya FDE 26/30 (87%), Ramano dan kawan-kawan (2002)
reaksi anafilaktik yang disebabkan oleh obat. Informasi melaporkan bahwa dengan uji DPT dapat melihat
tentang adanya riwayat asma, rhinitis alergi dan atopi adanya reaksi silang yang terjadi seperti pada antibiotik
sangat penting ditanyakan baik itu pada diri sendiri β-laktam. Hasil DPT yang positif telah dilaporkan
ataupun pada keluarga.18,20,21 (Gambar 2) oleh Barbaud (2005) berkaitan dengan beberapa
162
Artikel Asli Drug Patch Test pada Pasien Cutaneous Adverse Drug Reaction
dengan Reaksi Hipersensitivitas Tipe IV
obat: antibiotik β-laktam khususnya amoksisilin, berulang. Sel T dinamakan sel T-efektor memori.
kotrimoksazole, NSAID, heparin, pristinamisin, Tes provokasi dapat digunakan untuk konfirmasi
karbamazepine, diltiazem, diazepam, hidroksin, etiologi FDE, tetapi risiko terjadi reaksi anafilaktik
pseudoephedrine atau tetrazepam.11 atau re-aktivasi lesi yang berat dengan jumlah lesi
Pada penelitian ini terdapat 13 pasien yang yang lebih banyak. Lokasi lesi FDE memberikan
menderita makulopapular dengan gejala umum seperti reaksi positif > 43% kasus.
muncul kemerahan di kulit, demam tinggi dan disertai Reaktivasi tergantung dari obat dan vehikel dan
rasa gatal. DPT positif 2/13 pasien makulopapular biasanya terlihat setelah 24 jam dan hanya terbatas
(15,4%). (Tabel 2). Tingginya hasil negatif pada pada lesi kulit. Limfosit T efektor memori dapat
makulopapular mungkin disebabkan karena bukan berperan penting pada DPT di lesi kulit FDE. Alanko
mekanisme reaksi hipersensitivitas tipe 1V yang (1994) melaporkan hasil DPT positif pada 26 dari
terlibat sewaktu terjadinya alergi, bisa terjadi reaksi 30 (87%) pasien FDE.26,27,28
imunologi tipe 1, 2 dan 3 atau terjadi reaksi imunologi Pada penelitian ini hanya didapatkan 2 dari
tipe campuran, bukan murni makulopapular tetapi 4 pasien (50%) yang sebelumnya pernah mengalami
kemungkinan saat itu terjadi alergi yang disebabkan SJS memberikan hasil DPT positif. Hasil DPT positif
karena morbiliformis atau suatu virus, obat yang telah dilaporkan oleh Klein dan kawan-kawan (1995)
digunakan pada DPT tidak sesuai dengan riwayat pada TEN yang disebabkan oleh kotrimoksazole,
obat penyebab terjadinya alergi. Hasil DPT positif Wolkenstein dan kawan-kawan (1996) DPT positif
pada makulopapular telah dilaporkan oleh Barbaud pada 2 dari 22 (9%) pasien SJS atau TEN.3
dan kawan-kawan (1998) sebanyak 43% dari 72 pasien, Terdapat 2 orang (7,7%) pasien dengan diagnosis
Barbaud dan kawan-kawan (2000) sebanyak 50% dari PEGA memberikan hasil negatif. Barbaud dan kawan-
108 pasien, Bruynzeel dan Van Ketel (1987) pada kawan (2000) melaporkan hasil DPT positif 7 dari
18% dari 47 pasien yang disebabkan oleh amoksisilin 14 (50%) pada pasien PEGA.29,30
dan Osawa dan kawan-kawan (1990) 31,7% dari 197 Keberhasilan DPT yang positif antara 7,5% s/d
pasien.3 54% tergantung pemilihan pasien, jenis CADR, dan
Pada penelitian ini terdapat 3/6 pasien (50%) obat-obat yang terlibat. Faktor yang berhubungan
dengan FDE memberikan hasil positif pada DPT. Hasil dengan pemilihan pasien seperti jenis kelamin, usia,
DPT negatif pada lokasi lesi mungkin disebabkan genetika, riwayat alergi, kehamilan, AIDS. Hasil
pada lokasi FDE terjadi hiperkeratosis. Adanya yang positif dari DPT dapat diinterpratasikan adanya
peningkatan inflamasi, terjadi replikasi keratinosit relevansi riwayat alergi yang terjadi saat ini, adanya
di stratum basalis, sehingga terjadi penumpukan relevansi riwayat alergi pada masa lalu, dan tidak
sel-sel keratinosit yang mati, pada stratum korneum adanya relevansi dengan susp.obat penyebab alergi.31,32
akan tampak hiperkeratosis. Terjadinya hiperkeratosis DPT positif bisa dipastikan adanya patomekanisme
menyebabkan penetresi obat terganggu, sehingga dari CADR yang melibatkan reaksi hipersensitivitas
panel obat DPT penetresinya tidak mencapai tipe lambat pada CADR (tipe IV menurut klasifikasi
stratum spinosum, di mana pada startum spinosum Gell dan Coombs) dan adanya dermatitis kontak.
ini banyak terdapat sel Langerhans. Hasil negatif Karena CADR berhubungan dengan reaksi tipe
pada non lesi pasien FDE disebabkan karena peran lambat, sehingga DPT dapat dibaca pada hari 2, 3,
limfosit-T memori efektor lebih dominan daripada 4 dan jika negatif dapat di baca sampai hari ke-7.
limfosit T-memori, sehingga pada non lesi tidak Jika memberikan hasil yang positif maka kita harus
terjadi aktivasi limfosit T-memori. Yang menarik pada menentukan adanya relevansi dengan obat yang
FDE, DPT dapat dilakukan pada kulit normal dan digunakan pasien serta pasien harus menghindari
daerah hiperpigmentasi (residual pigmentation) setelah pemberian obat yang sama untuk menghindari
FDE. Telah banyak diamati bahwa tes tempel akan reaksi yang berulang dan kemungkinan akan lebih
memberikan hasil yang positif pada lokasi lesi (local parah.3
memory) dan negatif pada kulit yang normal.24,25 Pada penelitian ini didapatkan hasil yang positif
Patogenesis dari FDE belum sepenuhnya pada 7 (28%) pasien CADR dengan makulopapular
dipahami, tetapi sel-T CD8 epidermal yang bertahan 2 orang (15,4%), FDE 3 orang (50%) dan SJS
di lesi kulit berperan dalam memori imunologis yang 2 orang (50%). Didapatkan adanya relevansi pada
mengalami re-aktivasi ketika terjadi paparan yang 5 orang (71,4%) pasien sesuai dengan kecurigaan obat
163
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin Vol. 23 No. 3 Desember 2011
penyebab. Terdapat 2 orang (28,6%) pasien dengan Fitzpatrick's dermatology in general medicine. 7th ed.
hasil DPT yang tidak sesuai dengan kecurigaan obat New York: McGraw-Hill; 2008. p. 355–61.
penyebab (tidak ada relevansi). 2. Zawodniak A, Pichler WJ. Immunological Principles
Hasil DPT negatif sekitar 30–50% pada pasien of Drug Hypersensitivity. Berlin: Spinger; 2009.
p. 393–408.
CADR. Kemungkinan hasil DPT negatif karena agen
3. Goncalo M, Bruynzeel DP. Patch Testing in Adverse
penyebab CADR adalah metabolit obat yang tidak
Drug Reactions. In: Johansen JD, editors. Contact
terbentuk oleh aplikasi DPT (terbentuknya oleh Dermatitis. Berlin: Springer-Verlag Berlin Heidelberg;
metabolisme obat di liver, dan lain-lain) atau obat 2011. p. 475–91.
yang benar di uji tetapi alergennya mungkin hanya 4. Ardern-Jones MR, Friedmann PS. Skin manifestations
metabolit, tidak ada mekanisme imunologi yang of drug allergy. Br J Clin Pharmacol 2010; 71(5):
terlibat dalam CADR, saat dilakukan DPT tidak ada 672–83.
faktor penyerta yang dapat menginduksi intoleransi 5. Lee A, Thomson J. Drug-induced skin reactions.
obat oral transien/sementara, misalnya infeksi virus, Adver se d r ug re act ions. 2 nd ed. New York:
kemungkinan adanya faktor patomekanisme yang Pharmaceutical Press; 2006.
berbeda, bioaviabiliti dari bahan uji mungkin tidak 6. Roychowdhury S, Svensson C. Mechanism of drug-
induced delayed-type hypersensitivity reactions in
cukup, menggunakan obat yang bukan menyebabkan
the skin. The AAPS Journal 2005; 7(4): 834–3.
alergi (dari anamnesa tidak di ketahui obat apa saja
7. Wolf R, Orion E, Marcos B, Matz H. Life-threatening
yang menyebabkan alergi), penetresi yang kurang acute adverse cutaneous drug reactions. Clin in
dari obat ke epidermis (sehingga perlu ditambahkan Dermatol 2005; 23: 171–81.
petrolatum, air, dan alkohol), dan waktu yang terlalu 8. Pichler WJ, Adam J, Daubner B, Gentinetta T,
cepat/lambat melakukan tes, sehingga hasil DPT Keller M, Yerly D. Drug Hypersensitivity reactions:
negatif dan tidak dapat memberikan hasil yang mutlak. Pathomechanism and clinical symtoms. Med Clin N
Hasil DPT negatif tidak menghilangkan kemungkinan Am 2010; 94: 645–64.
terjadinya reaksi hipersensitiviti atau ADR.3,33,34 9. Buajordet I, Ebbesen J, Erikssen J, Brors O, Hilberg
Pada penelitian ini didapatkan hasil DPT T. Fatal adeverse drug events: the paradox of drug
treatment. J of Int Med 2001; 250: 372–41.
negatif pada 18 (72%) orang pasien CADR yaitu
10. Hutchison LC, Kajkenova. Prevention of drug reactions
makulopapular 11 orang (84,6%), FDE 3 orang (50%),
and allergies in dermatology. London: Spinger-Verlag
SJS 2 orang (50%) dan PEGA 2 orang (100%). Pada London; 2010.
penelitian ini hasil negatif kemungkinan: (i) reaksi 11. Barbaud A. Drug patch testing in systemic cutaneous
alergi yang terjadi bukan reaksi hipersensitivitas drug allergy. Toxicology 2005: 209–16.
tipe IV tetapi kemungkinan dapat terjadi reaksi 12. Friedmann PS, Arden-Jones M. Patch testing in drug
campuran (Tipe I,II,III) dikarenakan anamnesis allergy. Curr Opin Allergy Clin Immunol 2010; 10:
yang tidak lengkap/jelas bagaimana riwayat saat 291–6.
terjadinya alergi obat, (ii) sistem imun dalam keadaan 13. Lachapelle JM. Testing Procedures in Cutaneus
respon yang berbeda dengan saat terjadinya alergi Adverse Drug Reactions. In: Lachapelle JM, Maibach
obat di mana pada saat itu dapat terjadi danger HI, editors. Patch Testing and Patch Testing:
A Practical Guide. Berlin: Springer-Verlag Berlin
signal karena infeksi, virus dan inflamasi, sehinga
Heidelberg; 2009. p. 155–66.
dapat menyebabkan respon imun yang meningkat,
14. Barbaud A. Usefulness of drug patch testing in
(iii) interaksi obat, (iv) gangguan metabolit dari obat, cutaneous drug allergy: what is new? Revue francaise
(v) obat yang menjadi penyebab alergi tidak terdapat d'allergologie et d'immunologie clinique 2003; 43:
dalam panel obat yang diujikan. 222–6.
Jika hasil DPT negatif langkah berikutnya adalah 15. Barbaud A, Goncalo M, Bruynzeel D, Bircher A.
dapat dilakukan prick test, scratch test, intradermal Guidelines for performing skin tests with drugs in
atau tes provokasi.35 Selain itu dapat dilakukan uji the investigation of cutaneous adverse drug reactions.
in vitro seperti lymphocyte stimulation/transformation Contact Dermatitis 2001; 45: 321–8.
test (LTT).36,37 16. Adam J, Pichler WJ, Yerly D. Delayed hypersensitivity:
models of T-cell stimulation. Br J Clin Pharmacol
2011; 71(5): 701–7.
KEPUSTAKAAN 17. Pichler WJ, Beeler A, Keller M, Lerch M, Pasadas S,
1. Shear NH, Knowles SR, Shapiro R. Cutaneous Schmid D. Pharmacological Interaction of Drug with
reactions to drugs. In: Wolff K, Goldsmith LA, Immune Receptors: The p-I. Allergology International
Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, editors. 2006; 55: 17–25.
164
Artikel Asli Drug Patch Test pada Pasien Cutaneous Adverse Drug Reaction
dengan Reaksi Hipersensitivitas Tipe IV
18. Volcheck GW. Clinical evaluation and management 29. Kim HJ, Jung KD, Lee KT, Byun JY, Lee DY, Lee JH.
of drug hypersensitivity. Immunol Allergy Clin Am Acute Generalized Exanthematous Pustolosis Cause
2004; 24: 357–71. by Diltiazem. Ann Dermatol 2011; 23(1): 108–10.
19. McKenna JK, Leiferman KM. Dermatologic drug 30. Thomas E, Bellon T, Barranco P, Padial A, morel
reactions. Immunol Allergy Clin N Am 2004; 24: E, ffereira JA. Acute Generalized Exanthematous
399–423. Pustulosis Due to Tetrazepam. J Investig Allergol
20. Demoly P, Pichler W, Pirmohamed M, Romano Clin immunol 2008; 18(2): 119–22.
A. Important questions in Allergy:1-drug allergy/ 31. Barbaud A. Usefulness of drug patch testing in
hypersesnsitivity. Allergy 2008; 63: 616–9. cutaneous drug allergy: what is new? Revue francaise
21. Thong B, Tan TC. Epidemiology and risk factors d'allergologie et d'immunologie clinique 2003;
for drug allergy. Br J Clin Pharmacol 2011; 71(5): 43: 222–6.
684–700. 32. Friedmann PS, Arden-Jones M. Patch testing in
22. Ramano A, Torres MJ, Castells M, Blanca M. Diagnosis drug allergy. Curr Opin Allergy Clin Immunol 2010;
and management of drug hypersensitivity reactions. 10: 291–6.
J Allergy Clin Immunol 2011; 127: S67–73. 33. Romano A, Viola M, Gaeta F, Rumi G, Maggioletti
23. Friedmann PS, Arden-Jones M. Patch testing in drug M. Patch Testing in Non-Immediate Drug Eruptions.
allergy. Curr Opin Allergy Clin Immunol 2010; 10: Allergy, Asthma, and Clinical Immunology 2008;
291–6. 4(2): 66–74.
24. Sadawa Y, Nakamura M, Tokura Y. Generalized Fixed 34. Barbaud A, Goncalo M, Bruynzeel D, Bircher A.
Drug Eruption Cause by Pazulfloxacin. Acta Derm Guidelines for performing skin tests with drugs in
Venereol 2011; 4(2): 1–2. the investigation of cutaneous adverse drug reactions.
25. Shiohara T. Fixed drug eruption: pathogenesis and Contact Dermatitis 2001; 45: 321–8.
diagnostic tests. Curr Opin Allergy Clin Immunol 35. Brockow K, Romano A, Blanca M, Ring J, Pichler
2009; 9: 316–21. W. General considerations for skin test procedures in
26. Giatrakou SI, Theodoropoulos K, Papadavid E, Bozi E, the diagnosis of drug hypersensitivity. Allergy 2002;
Katoulus A, Toumbis-Idannou E. Fixed drug eruption 57: 45–1.
caused by dimenhydrinate. JAAD 2009; (3): 69–72. 36. Pichler WJ, Tilch J. The lymphocyte transformation
27. Tavallaee M, Rad MM. Fixed drug eruption resulting test in the diagnosis of drug hypersensitivity. Allergy
from flukonazole use: a case report. J of Med Case 2004; 59: 809–20.
report 2009; 3: 7368–70. 37. Kano Y, Hirahara K, MitsuyamaY, takashi R, Shiohara
28. Andrane P, Gancalo M. Fixed drug eruption caused T. Utility of the lymphocyte transformation test in
by etoricoxib-2 cases confirmed by patch testing. the diagnosis of drug sensitivity: dependence on its
Contact Dermatitis 2011; 64: 110–20. timing and the type of drug eruption. Allergy 2007;
62: 1439–44.
165