Anda di halaman 1dari 6

1

Perancangan Sistem Pengaturan Kestabilan Autonomous


Underwater Vehicle (AUV) untuk Gerak Lateral
Menggunakan Sliding Mode Control (SMC)
Septian Ainur Rofiq1, Rusdhianto Effendie. AK 2, dan Aries Sulisetyono 3.
1,2
Jurusan Teknik Elektro, 3Jurusan Teknik Perkapalan, 1,2Fakultas Teknologi Industri, 3Fakultas
Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: 2ditto@ee.its.ac.id, 3sulisea@na.its.ac.id

Abstrak— Autonomous Underwater Vehicle (AUV) merupakan


kendaraan bawah air yang dapat bergerak tanpa kendali manusia II. TOERI DASAR
dan bermanuver sesuai dengan perintah yang diberikan. AUV A. Pergerakan AUV
memiliki kemampuan manuver yang dinamis untuk melacak
lintasan. Kemampuan AUV mencakup untuk beroperasi di AUV yang digunakan memiliki bentuk seperti torperdo
daerah yang memiliki dinamika nonlinear dan belum dapat dengan sebuah propeller yang terpasang di belakang, satu
diprediksi. Sehingga dibutuhkan model kontrol berbasis pasang sirip kiri dan kanan pada bagian belakang untuk
nonlinear untuk meningkatkan kemampuan dan misi AUV. bergerak naik turun di dalam air, dan satu pasang rudder atas
Gerak lateral merupakan salah satu bentuk pergerakan AUV di bawah pada bagian belakang sebagai kemudi untuk bergerak ke
dalam air. AUV dijaga agar tetap stabil pada lintasan dan
kedalaman yang dikehendaki. Pengaturan kestabilan AUV di
kanan dan kiri, seperti ditunjukan pada gambar 1.
dalam air pada gerak lateral menggunakan metode Sliding Mode
Control (SMC) diharapkan agar respon yang diperoleh
menyerupai input referensi sistem linear orde satu dan tetap
stabil pada koordinat lintasan yang telah ditentukan. Hasil
simulasi menunjukkan bahwa SMC dapat mempertahankan
kestabilan AUV tetap pada lintasan yang telah ditentukan pada 0
radian dengan osilasi maksimal pada lintasan persegi, segitiga
dan jajaran genjang sebesar 0,19 radian atau sekitar 10,89o. Gambar. 1 AUV Berbentuk Torpedo Dilihat Dari Samping

Kata Kunci— AUV, Kestabilan, Gerak Lateral, SMC.


AUV dapat bergerak maju dan mengerem dengan memutar
propeller belakang, searah atau berlawanan dengan arah
putaran jarum jam, sedangkan bergerak ke kanan dan ke kiri
I. PENDAHULUAN pada saat berjalan digunakan rudder belakang. Untuk bergerak
naik ke atas dari dalam air atau turun ke bawah dari permukaan
A UV pertama kali dibuat pada pada tahun 1950 di
laboratorium fisika terapan Universitas Washington.
AUV tersebut digunakan untuk mendapatkan data oseanografi
air pada saat berjalan digunakan sirip belakang. AUV dapat
berguling dengan menggerakan kedua sirip secara berlawan,
di bawah air es [1]. gerak berguling ini biasa disebut dengan istilah gerak roll.
Pada tahun 1984, sebuah lembaga penelitian yaitu Martin
Marietta Aero and Naval System memulai program penelitian B. Pemodelan AUV[3]
dan pengembangan yang diarahkan untuk pengembangan AUV memiliki 2 kerangka sistem koordinat, yaitu kerangka
teknologi AUV. Program tersebut fokus pada kontrol dinamis bumi dan kerangka badan atau sering disebut dengan istilah
AUV. Tujuan utamanya adalah pengembangan flight control Earth-Fixed Frame (EFF) dan Body-Fixed Frame (BFF). Dua
system yang dapat meningkatkan kemampuan misi AUV[2]. kerangka tersebut digunakan sebagai acuan untuk menentukan
AUV memerlukan kestabilan yang kuat untuk berbagai persamaan umum dan menggambarkan pergerakan AUV.
lingkungan dan dinamika nonlinear di dalam air, sehingga 𝜂 merupakan vektor posisi dan orientasi pada koordinat
dibutuhkan algoritma untuk mengatur kestabilan AUV. AUV earth-fixed, 𝜈 merupakan vektor kecepatan linear dan anguler
memiliki karakteristik mudah terganggu dengan kondisi pada koordinat body-fixed, dan 𝜏 merupakan gaya dan momen
lingkungan. yang bekerja pada kerangka body-fixed, ditunjukan dalam
Melalui tugas akhir yang berjudul “Pengaturan Kestabilan Persamaan 1 dan 2.
Autonomous Underwater Vehicle untuk Gerak Lateral
Menggunakan Sliding Mode Control” diharapkan dapat   [1  2 ]T
menangani masalah pengaturan kestabilan gerak AUV di v  [v1 v 2 ]T (1)
dalam air yang nonlinear. T
  [ 1  2 ]
2

2. Dinamika AUV
Berdasarkan hukum Newton 2, diperoleh persamann gerak
AUV yang diasumsikan sebagai benda tegar, jumlah gaya yang
bekerja samadengan massa dikali dengan percepatan benda,
dituliskan dalam permsaan matematika ditunjukan pada
Persamaan 8.
  m  a
  1  m (v1  v 2  v1  v 2  rG  v 2  (v 2  rG ) (8)
 2  I v
o 2  v 2  ( I v
o 2 )  m rG  ( 
v1  v 2  v1 )
di mana
m = massa total dari AUV (kg)
a = percepatan (m/s2)
I o = inersia tensor AUV yaitu berupa matrik simetri yang
Gambar. 2 Kerangka Sistem Koordinat AUV
definit positif (kg.m2)
Entri Persamaan 1 ditunjukan pada Persamaan 2 Hasil dari penjabaran persamaan umum gerak 6 degree of
freedem (DOF) diperoleh 3 persamaan untuk gerak translasi
1  x y z T  2     T yaitu surge, sway, heave dan 3 persamaan untuk gerak rotasi
v1  u v wT v1   p q r T (2) yaitu roll, pitch, yaw ditunjukan Persamaan 9.
 1  X Y Z T  2  K M N T

X  m u  vr  wq  x G ( q 2  r 2 )  y G ( pq  r )  z G ( pr  q ) 
Y  mv  wp  ur  y G ( r  p )  z G ( qr  p )  x G
2 2
( pq  r) 
1. Kinematika AUV Z  mw  uq  vp  z G ( p 2  q 2 )  x G ( rp  q )  y G ( rp  p ) 
Persamaan kinematika AUV dengan acuan koordinat earth- K  I xx p  ( I zz  I yy ) qr  m y G ( w  uq  vp )  z G (v  wp  ur ) 
fixed ditunjukan dalam Persamaan 3
  J 1 ( 2 )v1 (3) M  I yy q  ( I xx  I zz ) rp  mz G (u  vr  wp )  x G ( w  uq  vp ) 
di mana N  I zz r  ( I yy  I xx ) pq  mx G (v  wp  ur )  y G ( w  vr  wp ) 
1  x y z  (4) (9)
𝐽1 (𝜂2 ) adalah matriks transformasi sudut Euler. Sumbu 3. Gaya Hidrodinamika
koordinat 𝑥, 𝑦, 𝑧 diputar terhadap kerangka earth-fixed seperti Dalam proses pemodelan dinamika AUV gaya
pada gambar 3, maka akan menghasilkan matriks pada hidrodinamika merupakan gaya yang paling sulit untuk dicari.
Persamaan 5. Gaya hidrodinamika berhubungan dengan kecepatan dan
percepatan. Gaya hidrodinamika ditentukan berdasarkan
koefisien yang relevan dari gaya-gaya tersebut.
Koefisien gaya hidrodinamika dihitung melalui pendekatan
empiris jika sudah diketahui kecepatan dan percepatan selama
bergerak. Gaya hidrodinamika pada AUV dapat dibagi menjadi
3, yaitu gaya hambat (drag force), gaya angkat (lift force), dan
gaya added mass (added mass force).
Gambar. 3 Sumbu Koordinat 𝒙, 𝒚, 𝒛 diputar terhadap kerangka earth-fixed a) Gaya Hambat (Drag Force)
Gaya drag merupakan gaya yang menolak gerakan benda
1 0 0  c 0  s    c s  0  pada saat melalui cairan. Gaya drag terdiri dari gaya gesek dan
     
C x   0 c s   C y   0 1 0  C z     s  c  0  gaya tekan. Gaya drag dibagi menjadi 4 bagian, yaitu radiasi
0  s c   s 0 c   0 0 1  induksi, gesekan kulit, gaya tarik gelombang, dan gaya tarik
akibat vortex medding.
(5) Gaya yang akan dihitung merupakan gaya drag yang sejajar
dengan sumbu x yang merupakan hambatan aksial, dan gaya
Kombinasi 3 putaran pada sumbu koordinat, diperoleh matriks drag yang tegak lurus dengan sumbu x yang merupakan
𝐽1 (𝜂2 ) seperti pada Persamaan 6. hambatan crossflow. Ketika AUV bergerak 6 DOF, gaya
 c s  s c  c ss s s  c cs  hidrodinamik sangat tidak linear. Gaya drag dicari
 
 s c c c  sss  c s  ss s  (6) menggunakan Persamaan 10
  s cs  cs   1
D  C D A f V 2 (10)
2
di mana
Dengan
s  sin
(7)  = massa jenis cairan
c  cos
C D = koefisien gaya drag
3

A f = luas penampang yang menimbulkan gaya drag 𝒙̇ (𝑡) = 𝑨𝑥(𝑡) + 𝑩𝑢(𝑡) (13)
Sinyal kontrol susuai dengan Persamaan 14
V = kecepatan aliran cairan
𝑢 = −𝒌𝑥 (14)
Substitusi Persamaan 14 ke dalam persmaan 13 sehingga
b) Gaya Angkat (Lift Force)
diperoleh persamaan sistem loop tertutup pada Persamaan 15.
Ketika AUV berpindah melalui cairan dan membentuk sudut 𝒙̇ (𝑡) = (𝑨 − 𝑩𝒌)𝑥(𝑡) (15)
terhadap cairan tersebut, maka cairan akan terpisah. Tekanan di Sliding surface dipilih dengan mempertimbangkan lintasan
atas permukaan AUV menurun dan tekanan di bawah state dapat menuju permukaan luncur dalam waktu yang
permukaan AUV meningkat. Daya angkat yang dibangkitkan terbatas dan state sistem dapat bertahan pada sliding surface.
tegak lurus terhadap aliran air yang mengenai bagian luar Persamaan sliding surface dinyatakan dalam Persamaan 13.
AUV. Jika titik angkat efektif yang digunakan tidak tepat pada 𝑡
koordinat body-fixed, maka akan terjadi momen. Besarnya 𝒔(𝑥, 𝑡) = 𝑮 [𝑥(𝑡) − 𝑥(0) − ∫0 𝑥̇ (𝜏)𝑑𝜏 ] (16)
gaya dan momen lift dicari menggunakann Persamaan 11. 𝒔(𝑥, 𝑡) = 0 dan 𝑥(0)merepresentasikan posisi awal dari 𝑥(𝑡),
1 1 matrik 𝑮 dipilih agar 𝑮𝑩 ≠ 0 agar dapat dicari inversnya.
L  C L A f V 2 dan M  C M A f V 2 (11)
2 2
b) Sinyal Kontrol SMC
 = massa jenis cairan
Sinyal kontrol pada SMC terdiri dari 2 jenis, yaitu sinyal
C L = koefisien gaya lift
ekivalen dan sinyal kontrol natural. Sinyal kontrol ekivalen
C M = koefisien momen lift merupakan sinyal kontrol yang berfungsi memaksa state
A f = l;uas penampang yang menimbulkan gaya drag menuju permukaan luncur. Sinyal kontrol ekivalen diperoleh
dari turunan persamaan permukaan luncur yaitu 𝑠̇ = 0.
V = kecepatan aliran cairan
Substitusi persamaan 𝑠̇ = 0 dan Persamaan 12 ke dalam
Persamaan 13, sehingga diperoleh Persamaan 17.
c) Gaya Added Mass (Added Mass Force)
𝒔̇ (𝑥, 𝑡) = 𝑮[(𝑨𝑥(𝑡) + 𝑩𝑢(𝑡)) − (𝑨 − 𝑩𝒌)𝑥(0)] = 0 (17)
Pada dinamika fluida, sebuah percepatan atau perlambatan Dengan
benda akan memindahkan volume yang menempati cairan pada 𝑼𝒆𝒒 (𝑡) = (𝑮𝑩)−1 𝑮𝑩𝒌(𝑡) (18)
perpindahan akhir. Karena objek dan cairan tidak dapat
Turunan permukaan luncur ditunjukan pada Persamaan 19
menempati ruang fisik yang sama secara simultan. Pada saat
𝒔̇ (𝑥, 𝑡) = 𝑮𝑩𝑼𝒏 (𝑡) = 𝑼𝒏 ∗ (𝑡) (19)
AUV berpindah, cairan juga akan menambah gaya untuk
Sinyal kontrol natural merupakan sinyal kontrol yang
berpindah secara bersamaan. Fenomena tersebut samadengan
mempertahankan state pada sliding surface atau permukaan
menambah inersia pada AUV, penambahan inersia disebut
luncur. Untuk mendesain sinyal kontrol natural menggunakan
dengan istilah gaya added mass. Besarnya gaya dan momen
analisa kestabilan Lyapunov. Persamaan kestabilan Lyapunov
added mass dicari menggunakan Persamaan 12.
ditunjukan pada Persamaan 20.
Fa    P  n  dS dan M a    P (r  n)dS (12) 1
SB SB 𝑣(𝑡) = 𝑠 2 (20)
2
Dengan kemudian Persamaan 20 diturunkan menjadi Persamaan 21
P = tekanan pada permukaan dS 𝑣̇ (𝑡) = 𝑠 ∙ 𝑠̇ (21)
n = vektor normal Syarat kestabilan Lyapunov terpenuhi jika 𝑣̇ (𝑡) = 0, sehingga
r = posisi vektor pada dS diperoleh nilai 𝑣̇ (𝑡) < 0, atau 𝑠 ∙ 𝑠̇ < 0, atau 𝑠 ∙ 𝑼𝒏 ∗ < 0.
S B = keseluruhan daerah diluar lintasan AUV Dapat dituliskan pada prsamaan 22.
𝑠 < 0, maka 𝑼𝒏 ∗ > 0
𝑠 > 0, maka 𝑼𝒏 ∗ < 0 (22)
4. Sliding Mode Control (SMC)[5]
Sehingga akan terjadi aksi untuk mempertahankan lintasan
SMC merupakan metode pengontrolan menggunakan
state tetap berada pada permukaan luncur atau sliding surface.
pengaturan switch berkecepatan tinggi untuk menggerakan
Rumus sinyal kontrol natural ditunjukan pada Persamaan 23
lintasan state dari sebuah plant menuju permukaan luncur atau
𝑼𝒏 (𝑡) = −𝑞 𝑠𝑔𝑛(𝑠) (23)
sliding surface. Proses untuk mengarahkan state plant menuju
Untuk mengurangi chattering, fungsi diskontinyu signum
sliding surface disebut dengan istilah reching mode.
diganti dengan fungsi saturasi, sehingga rumus sinyal kontrol
Proses untuk mempertahankan state plant tetap pada
natural seperti pada Persamaan 24
lintasannya disebut dengan sliding mode. Hitting time adalah
𝑼𝒏 (𝑡) = −𝑞 𝑠𝑎𝑡(𝑠, 𝜀) (24)
waktu yang dibutuhkan oleh state trajectory sebuah sistem dari
Penjumlahkan sinyal kontrol ekivalen dengan sinyal kontrol
kondisi awal menuju permukaan luncur yang telah ditentukan.
natural diperoleh persamaan sinyal kontrol pada Persamaan 25
Chattering adalah perubahan sinyal kontrol dengan frekuensi
𝑼(𝑡) = −𝒌𝑥 − 𝑞 𝑠𝑎𝑡 (𝑠, 𝜀) (25)
tinggi yang timbul akibat fungsi switch pada aksi kontrol,
sehingga untuk mengurangi perubahan sinyal kontrol tersebut
dilakukan perubahan pada nilai sinyal kontrol. III. PERANCANGAN SISTEM

a) Permukaan Luncur (Sliding Surface) A. Gambaran Sistem


Sebuah sistem linear dinyatakan dalam Persamaan 13 AUV merupakan benda tegar yang dapat bergerak di dalam
dalam persamaan state air dan memiliki 6 DOF. 3 DOF untuk gerak rotasi dan 3 DOF
4

untuk gerak translasi. Diagram blok sistem yang ingin C. Perancangan SMC
dibangun ditunjukan pada gambar 4. Kontroler berfungsi untuk mengatur sistem agar memiliki
output sesuai dengan input referensi yang diberikan. Kontroler
yang digunakan adalah SMC, diharapkan output sistem yang
dihasilkan dapat mengikuti lintasan yang diberikan. Kontroler
yang digunakan untuk mengatur pergerakan lateral AUV.
Output sistem diharapkan menyerupai output sistem orde 1
1
dengan persamaan fungsi alih . Dilakukan subsitusi output
𝜏𝑠+1
Gambar. 4 Diagram Blok Sistem Keseluruhan AUV dengan sistem yang dijadikan referesi 𝑌 ≡ 𝑌𝑚 dinyatakan
pada Persamaan 27.
AUV yang digunakan berbentuk kapal selam mini yang 1
𝑌𝑚 = 𝑌𝑟 (27)
dibuat oleh Universitas Quensland, menyerupai bentuk seperti 𝜏𝑠 +1

torpedo dengan panjang 1,5 m, diameter 0,15 m. AUV tersebut Diperoleh persamaan error 𝑌𝑟 − 𝑌𝑚 ditunjukan pada
telah diuji dan diperoleh paramteter-parameternya[4]. Persamaan 28.
𝜏
𝑒 = 𝑠 𝑌𝑟 (28)
B. Model Matematika AUV 𝜏𝑠 +1
Pada saat 𝑌𝑟̇ dalam keadaan stabil, maka 𝑌𝑟̇ = 0, sehingga
AUV diidentfikasi secara fisik, sehingga diperoleh model
Persamaan error dapat dinyatakan pada Persamaan 29.
dinamika yang menyatakan 6 DOF AUV. 6 DOF tersebut
𝜏𝑒̇ + 𝑒 = 0 (29)
adalah gerak yaw, pitch, roll, surge, sway dan heave. Model 1
tersebut dinyatakan dalam persaman state seperti ditunjukan Jika 𝜏 = , diperoleh persamaan untuk sliding surface
𝛼
pada Persamaan 26. AUV tersebut memiliki parameter ditunjukan persaman 30.
ditunjukan pada tabel 1 𝑠 = 𝑒̇ + 𝛼𝑒 (30)

X  x u y v z w  p  q  r 
T Gerak lateral AUV dinyatakan dalam Persamaan 31.
( I yy  I xx )
r   pq 
m
xG (v  wp  ur )  yG ( w  vr  wp )  1  N
 u   0  I zz I zz I zz
   1 
 vr  wq  xG (q  r )  yG ( pq  r )  zG ( pr  q )   m X 
2 2
  (31)
 v   0  Persamaan 28 dilakukan linearisasi terhadap deflexion rudder
  1 
𝜓(𝑠)
 , diperoleh persamaan fungsi alih orde 2 yang memiliki
 wp  ur  y G ( r 2
 p 2
)  z G ( qr  
p )  xG ( pq  
r )   Y  𝛿𝑟 (𝑠)

 w   m  persamaan umum seperti ditjunjukan pada Persamaan 32.


  0 
𝑌(𝑠) 𝐾
 𝐺(𝑠) = = 2 (32)
 uq  vp  zG ( p 2  q 2 )  xG (rp  q )  yG (rp  p )   1  𝑈(𝑠) 𝑎𝑠 +𝑏𝑠+1

  m Z  Parameternya ditunjukan pada Persamaan 33


 0 
p
X  
2𝑁𝑢𝑢𝛿
( 𝑁 𝑟)

 1 m y ( w  uq  vp)  z (v  wp  ur )  ( I  I )qr   1  
𝜓(𝑠) 𝑢𝑣
𝐺(𝑠) = = 𝐼𝑧𝑧 −𝑁𝑟̇ 2 −𝑚𝑋𝑔 −𝑁𝑢𝑟
  K 
𝛿𝑟 (𝑠)
 I xx G G zz yy (
𝑁𝑢𝑣 𝑉2
)𝑠 +(
𝑁𝑢𝑣 𝑉
)𝑠+1

   I xx  2𝑁𝑢𝑢𝛿𝑟
  0 
q 𝐾= = 2.9184
 𝑁𝑢𝑣
 1 mz (u  vr  wp )  x ( w  uq  vp)  ( I  I )rp    1 
 I M 
𝐼𝑧𝑧 − 𝑁𝑟̇
 I yy G G xx zz
𝑎= = −0.4223
   yy  𝑁𝑢𝑣 𝑉 2
1 r   0  𝑏=
−𝑚𝑋𝑔 −𝑁𝑢𝑟
= −0.3563
 
(33)
 mxG (v  wp  ur )  yG ( w  vr  wp )  ( I yy  I xx ) pq   1   𝑁𝑢𝑣
 I zz   I N 
 zz  Tabel 2.
(26) Parameter Manuver AUV
Tabel 1.
Parameter Utama AUV Parameter Simbol Nilai Satuan

Parameter Simbol Nilai Satuan


Momen gaya lift sirip 𝑁𝑢𝑢𝛿𝑟 -6.08 kg/rad
Momen badan dan sirip 𝑁𝑢𝑣 -24 kg
Massa m 18.826 Kg Gaya added mass 𝑁𝑟̇ -4.3 kg.m2/rad2
Momen inersia X Ixx 0.0727 Kg.m2 Gaya Added mass silang dan 𝑁𝑢𝑟 -4.93 kg.m/rad
Momen inersia Y dan Z Iyy = Izz 1.77 Kg.m2 gaya lift sirip
Panjang L 1.391 m
Diameter lambung R 0.076 m
Analisa kestabilan Lyapunov menyatakan sebuah sistem akan
Jarak fin dengan pusat berat Xfin 0.537 m
Jarak Pusat Massa dengan [Xg, Yg, [-0.0012 0 m stabil jika 𝑣̇ (𝑡) = 𝑠 ∙ 𝑠̇ = 0.
Pusat Gravitasi Zg] 0.0048] Hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh besar sinyal
Gaya Buoyancy B 184.6793 Kg.m/s2 kontrol ditunjukan pada Persamaan 34.
5

𝑼(𝑡) = 𝑼𝒆𝒒 (𝑡) + 𝑼𝒏 (𝑡) (34)


Nilai 𝑼𝒆𝒒 (𝑡) dan 𝑼𝒏 (𝑡) ditunjukan pada Persamaan 35
𝑎
𝑼𝒏 (𝑡) = 𝑊 ∙ 𝑠𝑖𝑔𝑛(𝜎)
𝐾
1 𝑏
𝑼𝒆𝒒 (𝑡) = (−𝑐𝑥1 + (𝛼 − )) 𝑥2 + 𝑐𝑟 + 𝑏𝑟̇ + 𝑎𝑟̈ (35)
𝐾 𝑎

D. Perencanaan Lintasan Gerak Lateral


Koordinat lintasan gerak yang ingin dicapai ada 3 macam
lintasan, yaitu berupa lintasan persegi, segitiga dan trapesium.
Lintasan dengan bentuk persegi memiliki titik koordinat pada
sumbu X = [0 80 210 390 400 400 390 210 200 200 210] dan
sumbu Y = [0 0 150 150 160 340 350 350 340 160 150].
Lintasan dengan bentuk segitiga memiliki titik koordinat
pada sumbu X = [0 80 110 190 200 155 145 100 110] dan Gambar.7 Lintasan AUV dengan Bentuk Jajaran Genjang
sumbu Y = [0 0 100 100 110 200 200 110 100]. Lintasan
dengan bentuk jajaran genjang memiliki titik koordinat pada E. Perancangan Perangkat Lunak
sumbu X = [0 80 110 190 210 240 220 160 140 90 110] dan Perangkat lunak yang digunakan untuk melakukan simulasi
sumbu Y = [0 0 50 50 60 190 200 200 190 60 50 ]. Lintasan sistem dan perancangan kontroler yaitu menggunakan Matlab
yang ingin dicapai oleh AUV berbentuk persegi, segitiga dan 2012b.
jajaran genjang dapat dilihat pada Gambar 5, 6 dan 7.
IV. HASIL SIMULASI DAN ANALISA
Simulasi yang dilakukan yaitu dengan menjalankan plant
yang telah dimodelkan pada perangkat lunak matlab, kemudian
diberikan kontroler untuk mengatur agar tetap stabil dan tetap
pada lintasan yang diperintahkan.
A. Lintasan Persegi
AUV diberikan perintah untuk bergerak menyelam pada
kedalam 10 m, kemudian bergerak melewati koordinat yang
diberikan berupa lintasan berbentuk persegi seperti ditunjukan
pada gambar 5, diapatkan respon pergerakan AUV seperti
ditunjukan pada gambar 8.

Gambar .5 Lintasan AUV dengan Bentuk Persegi

Gambar. 8 Pergerakan AUV pada Sumbu X dan Y dengan kontroler SMC

Gambar. 6 Lintasan AUV dengan Bentuk Segitiga Besar sinyal kontrol yang diberikan dapat dilihat pada gambar
9.
6

Gambar. 9 Sinyal Kontrol SMC pada Lintasan Persegi


Gambar. 12 Pergerakan AUV pada Lintasan Jajaran Genjang dengan SMC
B. Lintasan Segitiga
AUV diberikan perintah untuk bergerak menyelam pada Besar sinyal kontrol yang diberikan dapat dilihat pada
kedalam 10 m, kemudian bergerak melewati koordinat yang Gambar 13.
diberikan berupa lintasan berbentuk persegi seperti ditunjukan
pada Gambar 6, diapatkan respon pergerakan AUV seperti
ditunjukan pada Gambar 10.

Gambar. 13 Sinyal Kontrol SMC pada Lintasan Jajaran Genjang

Gambar.10 Pergerakan AUV pada Lintasan Segitiga dengan SMC V. KESIMPULAN


Besar sinyal kontrol yang diberikan dapat dilihat pada Hasil simulasi pergerakan AUV pada lintasan berbentuk
Gambar 11. persegi, segitiga dan jajaran genjang menggunakan SMC dapat
disimpulkan bahwa SMC dapat memaksa pergerakan agar
selalu stabil pada lintasannya 0 radian dengan osilasi
maksimal pada lintasan persegi, segitiga dan jajaran genjang
sebesar 0,19 radian atau sekitar 10,89o.
Besar sinyal kontrol yang diberikan dapat dilihat pada
Gambar 9, 11 dan 13 menunjukan bahwa terjadi chatering yaitu
perubahan sinyal kontrol dengan frekuensi tinggi yang timbul
akibat fungsi switch pada aksi kontrol untuk mempertahankan
posisi AUV tetap pada lintasan.

DAFTAR PUSTAKA
[1] D.R. Blidberg, “The Development of Autonomous Underwater Vehicles
Gambar. 11 Sinyal Kontrol SMC pada Lintasan Segitga (AUVs); A Brief Summary”, 2001
[2] F. Dougherty, “An autonomous underwater vehicle (auv) flight control
C. Lintasan Jajaran Genjang system using sliding mode control”, Martin Marietta Aero & Naval
Systems, CH2585-8/88/0000, IEEE, 1988.
AUV diberikan perintah untuk bergerak menyelam pada [3] C. Yang, “Modular modeling and control for autonomous underwater
kedalam 10 m, kemudian bergerak melewati koordinat yang vehicle (AUV)”, Thesis Submitted National University Of Singapore,
diberikan berupa lintasan berbentuk persegi seperti ditunjukan 2007.
pada Gambar 7, diperoleh respon pergerakan AUV seperti [4] P. Ridley, “Submarine dynamic modeling”, School Of Mechanical
Engineering, Australia, 2003.
ditunjukan pada Gambar 12. [5] T. Fatmila, “Kontrol tracking pada sistem pendulum-kereta
menggunakan fuzzy-integral sliding mode control”, Tugas Akhir, ITS,
2013.

Anda mungkin juga menyukai