KURIKULUM
AYUNINGTYAS KURNIAWATI
S-2 PKJ UM 2018/A/180551855011
Buku Teks
Pengurangan dari pengetahuan sekolah pada apa yang diukur didefinisikan
sebagai bingkai mengajar seperti “”sesuatu seperti akademik dari pelayanan pos:
mengirim surat-surat orang lain” yang mana peran guru secara sederhana terlihat
seperti, “terkirim, dibuka, dibaca, dan dipelajari.” Ini memutuskan pengetahuan
dari nilai-nilai, maka pengajaran menjadi hanya “memberi tahu murid aoa yang
mereka perlu tahu” daripada mengembangkan keterampilan dan wawasan. Seperti
sebuah asumsi bahwa buku teks pengetahuan mencerminkan sebuah realita—ini
pembiasan kebenaran secara sederhana,, atau setidaknya cukup berharga sebagai
kebenaran bahwa bagaimana murid-murid dengan umum berpikir tentang buku
teks.
Karena kekuatan untuk mendefiniskikan apa yang mereka ajarkan, buku
teks telah secara sosial diperebutkan selama beberapa dekade. Sehingga penulis
dengan teratur memiliki murid-murid/guru-guru yang menganalisis buku pelajaran,
kemudian menyusun analisisnya agar analisis meeka terungkap polanya.
Sebuah cara mudah untuk mulai menghitung gambaran dari orang-orang
pada gambar. Orang-orang menamai untuk belajar, atau karakter utama pada cerita,
oleh ras atau jenis kelamin. Meskipun beberapa buku pelajaran cukup bagus,
mengumpulkan materi yang seharusnya guru sadari.
Guru tidak melihat pola yang konsisten dalam penggambaran mereka,
berkisar dari penulis terkenal hingga atlet “yang menyimpang” dalam materi
sosiologi.
Analisis buku pelajaran yang terpublikasi terlapor memiliki pola yang sama.
Laporan guru di kelas sosial mengungkapkan “tanpa kelas” dengan teks mana yang
harus ditulis. Setelah beberapa proses, teksi menunjukkan Amerika Serikat tidak
dikelompokkan berdasarkan kelas, namun hampir semua orang berada di kelas
menengah, orang-orang belum berjuang atas distribusi kekayaan. Selain itu teks
sering dihubungkan dengan orang berkulit, khususnya dalam ilustrasi. Idealnya,
perspektif dalam kelas dominan cenderung mendominasi, namun disajikan seolah-
olah mereka adalah perspektif semua orang.
Ringkasnya bahkan ketika buku teks tampak lebih beragam pada
permukaannya, menambahkan orang-orang terkenal ke dalam daftar untuk belajar
atau dalam cerita oleh penulis. Buku teks dapat menyajikan sumber daya yang
berguna dalam ragam kurikulum, jika kegunaannya diinformasikan dengan
pengetahuan transformatif.
Hampir semua buku teks mencerminkan sebuah pendekatan penambahan
untuk kurikulum yang beragam. Penampakan dari kurikulum dapat diubah, tetapi
substansinya tidak. Sebuah kurikulum itu bisa ditunjukkan seperti kurikulum turis,
di mana anak-anak berkunjung mempelajari, kemudian pulang setiap hari di dalam
kelas, ini mencerminkan dominasi kelas. tiap elemen dari budaya melalui orang-
orang yang bernegosiasi di tiap kehidupan sehari-hari, diambil di luar konteks dan
disederhanakan, diterjemahkan untuk siswa, dan dibekukan dalam ruang dan
waktu. Ragam kurikulum seolah sebagai makanan atau lagu.