LEMBAR PERSETUJUAN
Disusun oleh :
TIM APK
DAFTAR ISI
Halaman
1
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang 4
1.2. Ruang Lingkup 4
1.3. Tujuan 5
1.4. Fokus Area 6
BAB II TATALAKSANA PELAYANAN IGD
1.1. Pendaftaran 6
1.2. Sistem Komunikasi 7
1.3. Pelayanan
a. Skrining 7
b. Triase 9
AUSTRALIA TRIAGE SCALE 13
DESKRIPSI UNTUK KATEGORI 16
c. Pemeriksaan Pasien 16
d. Observasi 17
e. Tempat Tidur Penuh 18
f. Informed Concent 18
g. Pelayanan False Emergency 18
h. Pelayanan Visum Et Repectum 18
i. Pelayanan DOA 18
j. Sistem rujukan Transfer Pasien 18
BAB III PELAYANAN RAWAT JALAN 21
BAB IV PENUNDAAN JADWAL PELAYANAN/PENGOBATAN 32
BAB V PROSES PENERIMAAN RAWAT INAP DAN PENDAFTARAN RAWAT
JALAN 36
BAB VI PELAYANAN INSTALASI PERAWATAN INTENSIF 41
BAB VII DESAIN DAN PELAKSANAAN PROSES YANG MENDUKUNG
KONTINUITAS PELAYANAN 52
BAB VIII RUJUK / TRANSFER PASIEN 54
BAB IX RENCANA PEMULANGAN PASIEN 69
BAB X PENOLAKAN TINDAKAN MEDIS 76
2
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB I
PENDAHULUAN
3
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
hanya semata – mata oleh pemerintah tapi juga menjadi tanggung jawab dari
seluruh sekitar termasuk masyarakat.
Derajat kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh upaya pembangunan dan
kondisi lingkungan sosial masyarakat yang kondusif bagi terciptanya status
kesehatan masyarakat. Dalam melaksanakan pembangunan berwawasan kesehatan,
partisipasi aktif lintas sektoral dan seluruh potensi masyarakat termasuk swasta
sangatlah diharapkan.
Menciptakan kondisi kesehatan masyarkat telah terbingkai dalam pembangunan
kesehatan yang tertuang dalam Undang – Undang Kesehatan no : 23 tahun 1992,
bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan Indonesia adalah upaya untuk
memperbaiki kwalitas pelayanan kesehatan. Pelayanan yang berkwalitas ini harus
dapat dilaksanakan diseluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah maupun
swasta.Dengan pelayanan bermutu ini diharapkan masyarakat akan memanfaatkan
sarana pelayanan kesehatan Rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.
Rumah Sakit telah menyediakan dan menawarkan beberapa bentuk pelayanan
medis, seperti Instalasi Gawat Darurat yang bisa disebut sebagai “Etalase” dari suatu
Rumah Sakit, yaitu bertujuan untuk memberikan pelayanan kasus Gawat Darurat
untuk mengurangi angka kecacatan dan kematian.
Untuk mencapai hal tersebut diperlukan Pedoman Akses dan Kontinuitas
Pelayanan, yang disusun dari berbagai buku standar yang berlaku, yang disesuaikan
dengan kondisi RS Kurnia, sehingga dapat memberikan gambaran pelayanan dan sisi
mekanisme pelayanan, sarana pendukung, SDM, logistik dan fasilitasnya. Buku
standar APK ini juga merupakan acuan bagi pelaku pelayanan dalam melaksanakan
kegiatan sehari – hari
1.2 Ruang Lingkup
Pelayanan di Rumah Sakit Kurnia mempunyai ruang lingkup seperti :
1. Pelayanan Ambulance
2. Pelayanan rawat jalan
3. Pelayanan rawat inap
4. Proses admisi rawat inap dan rawat jalan
5. Proses rujukan
4
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
1.3 Tujuan
1. Perawatan pasien berkesinambungan
2. Kebutuhan pasien sesuai dengan pelayanan
3. Pelayanan terkoordinasi dengan baik
4. Pasien pulang terencana dan di follow up dengan baik.
BAB II
1.1 PENDAFTARAN
Petugas front office (FO) IGD bertugas melakukan proses admisi pasien rawat
jalan maupun admisi rawat inap yang bertujuan memberikan pelayanan kepada pasien
yang akan berobat jalan dan dirawat dengan pelayanan maksimal.
5
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
FOIGD yang akan mendatangi pasien. Keluarga pasien akan ditanya tentang pasien
apakah merupakan pasien lama atau pasien baru, siapa penanggungjawab, dan kartu
identitas. Setelah proses pemeriksaan selesai dan pasien dinyatakan boleh pulang maka
petugas kasir akan menyelesaikan proses administrasi dengan memasukan biaya
tindakan, barang habis pakai (termasuk obat), pemeriksaan penunjang dan biaya obat
pulang yang sebelumnya telah diinput oleh petugas Adm IGD dan petugas farmasi.
Untuk pasien umum, langsung melakukan transaksi pembayaran setelah proses
administrasi oleh bagian kasir selesai.Untuk pasien jaminan asuransi, akan disesuaikan
dengan limit asuransi dan diperiksa apakah ada kelebihan yang harus dibayar,
sedangkan untuk pasien BPJS hanya melakukan tanda tangan di berkas administrasi
pengobatannya.
Pasien yang harus rawat inap akan melalui beberapa tahapan, tergantung pada
penjaminnya, apabila penjaminnya adalah perusahaan maka tempat perawatan
disesuaikan dengan hak kelasnya dan jika tempat penuh maka akan naik kelas atau
turun kelas sesuai dengan kerjasama yang berlaku. Jika penjamin adalah asuransi
petugas FO akan menghubingi pihak asuransi untuk medapatkan persetujuan penjamin
untuk rawat inap dan tindakan yang akan dilakukan. Untuk pasien tanpa penjamin
maka pasien bebas untuk menetukan kelas perawatan dan bukti jaminannya.
Untuk pasien BPJS untuk rawat harus membawa surat rujukan dari PPK I (kecuali
untuk kasus yang sesuai kriteria emergensi) dan kartu anggota BPJS pada bagian
pendaftaran untuk didata, dokter jaga akan memeriksa dan menentukan dokter
spesialis yang akan merawat sesuai dengan diagnosa, petugas FOIGD akan membuat
SEP untuk pendaftaran dan mencari kelas sesuai dengan hak kelasnya, pasien atau
keluarga pasien mengisi biodata rawat inap, dan pasien masuk perawatan.
6
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
a. Skrining
Skrining adalah tatacara penerimaan pasien yang disesuaikan dengan ada
atau tidaknya fasilatas yang dimiliki RS yang dibutuhkan oleh pasien yang
bertujuan agar pasien tertangani sesuai kondisi dan kebutuhan berdasarkan
kemampuan RS.
Pelaksanaan skrining dilakukan pada kontak pertama didalam atau diluar RS.
Berdasarkan hasil skrining inilah apakah kebutuhan pasien sesuai dengan misi dan
sumber daya RS karena pasien hanya diterima apabila RS dapat menyediakan
pelayanan yang dibutuhkan pasien rawat inap dan rawat jalan yang tepat.
Skirining dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi, atau pengamatan
pemeriksaaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik
atau pemeriksaan penunjang lainnya.
Proses melengkapi skrining dengan hasil tes diagnostik menjadi
tanggungjawab dalam memberikan keputusan pasien diterima atau dirujuk.
Ditetapkan standar pelaksanaan dari hasil diagnostik yang diperlukan sebelum
penerimaan pasien. Pasien tidak dirawat, dipindahkan, atau dirujuk sebelum
diperoleh hasil tes yang dibutuhkan tersedia.
Skrining dapat dibagi menjadi skrining dari luar dan skrining dari dalam RS.
Skrining dari luar RS seperti pasien yang sudah membawa hasil penunjang atau
melalui telepon. Pihak RS lain menelepon ke RS yang dituju untuk menanyakan
apabila RS dapat menyediakan pelayanan yang dibutuhkan pasien. Sedangkan
skrining dari dalam RS dilakukan pada saat diperiksa di IGD, pasien dilakukan
pemeriksaan penunjang yang akan menjadi dasar dalam membuat keputusan
pasien diterima atau dirujuk.
Dari hasil skrining petugas dapat menilai kebutuhan pasien sesuai dengan
misi dan sumber daya rumah sakit.
1. Pasien dengan kebutuhan preventif dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan berkala seperti medical check up.
2. Pasien dengan kebutuhan kuratif dilakukan pemeriksaan dan diberi obat
bagi pasien yang dapat berobat jalan dan perawatan bagi pasien yang
perlu rawat inap.
7
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
1. Laboratorium
Neonatus : Hb, Leukosit, Hematokrit, trombosit, GDS
Bayi : Hb, Leukosit, Hematokrit, trombosit, GDS
Anak : Hb, Leukosit, Hematokrit, trombosit.
Dewasa : Hb, Leukosit, Hematokrit, trombosit, GDS
2. Pemeriksaaan kimia darah pada anak dan dewasa sesuai indikasi.
3. EKG dilakukan untuk usia lebih dari 35 tahun dengan faktor resiko.
4. Radiologi (roentgen, usg) sesuai indikasi
b. Triase
Triase adalah cara pemilahan pasien untuk menentukan prioritas
penanganan berdasarkan tingkat kegawatannya dan sesuai dengan penyakitnya.
Triase ini bertujuan agar pasien yang datang ke IGD langsung mendapat
pelayanan sesuai kasusnya, sehingga memastikan pengobatan yang cepat dan
tepat waktu. Triase sangat berfungsi di IGD karena dapat dengan cepat
memprioritaskan pengobatan pada saat pasien datang bersamaan.
8
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Semua pasien yang datang akan dilakukan triase oleh petugas IGD yang
terlatih untuk memberikan prioritas pelayanan yang sesuai dengan
kegawatdaruratannya.
Sistem triase yang dipakai di IGD RS Kurnia Cilegonadalah sistem triase
berbasis bukti yaitu sistem “AUSTRALIA TRIASE SCALE” yang dapat di
implementasikan dengan cepat agar pertolongan terhadap pasien dalam
keadaan gawat darurat juga lebih cepat dan tepat sehingga angka kecacatan dan
kematian berkurang.
Triase
a. Fungsi Triase
Triase merupakan hal yang penting di Instalasi Gawat Darurat. Triase
bertujuan untuk memastikan pasien yang gawat darurat mendapat prioritas
utama dalam pelayanan agar dapat penilaian dan pengobatan sesuai yang
dibutuhkan pasien.
b. Penilaian triase
Triase merupakan titik kontak pertama pasien di IGD. Penilaian untuk pasien
gawat darurat antara 2 – 5 menit dari pasien datang.Penilaian triase
melibatkan kombinasi dari penampakan pasien dan pengamatan fisiologis.
Pasien dengan kategori “Australia Triage Scale” (ATS) I dan kategori II harus
diberikan pelayanan utama. Pengkajian perawatan yang lebih lengkap harus
dilakukan. Penilaian triase tidak selalu bertujuan untuk membuat diagnosa.
Triase dilakukan oleh petugas IGD yang sudah berpengalaman dan terlatih.
c. Instalasi Gawat Darurat merupakan tempat yang beresiko untuk terjadinya
kegawatan yang agresif dari pasien, karena itu diperlukan petugas yang
sudah terlatih dan mempunyai prosedur dalam penanganan masalah.
d. Waktu untuk pengobatan
Waktu untuk penilaian dan pengobatan ditentukan dari kategori “Australia
Triage Scale”, yang mengacu pada waktu maksimum pasien untuk dilakukan
bersamaan. Pasien harus dapat terlihat perbaikan dalam jangka waktu
maksimum yang ditetapkan.
9
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Instalasi Gawat Darurat dianggap sudah melakukan kerja maksimal jika waktu
penilaian dan pengobatan kurang atau sama dengan waktu maksimum pasien
untuk mendapat pelayanan.
e. Triase Ulang
Jika kondisi pasien pada saat menunggu terjadi perubahan ke arah gawat,
maka harus diprioritaskan dalam penanganan. Triase ulang ini disesuaikan
kategorinya dan di dokumentasikan di rekam medis.
Kebijakan Khusus
1. Pediatri
10
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Hasil penilaian triase, lima kategori harus digunakan untuk semua pelayanan. Anak-
anak harus diprioritaskan untuk pelayanan gawat darurat.
2. Trauma
Triase harus diperuntukan sesuai dengan urgensi yang objektif sesuai dengan hasil
penilaian klinis.
3. Gangguan prilaku
Pasien dengan kesehatan mental atau perilaku bermasalah harus
diprioritaskan.Beberapa pasien akut terganggu mungkin memerlukan respon klinik
segera, dikombinasi dengan respon keamanan untuk menjamin keselamatan
pasien.Pasien yang mengacam keselamatan petugas, tidak dilakukan penilaian klinis
dulu, sampai keselamatan petugas dapat terjamin.
Deskripsi
a. Sumber
Deskripsi klinis yang terdaftar untuk setiap kategori didasarkan pada data penelitian
yang ada, serta konsensus para ahli. Daftar ini tidak mutlak tapi sebagai indikasi.
b. Gambaran klinis tentukan kategori
Gambaran klinis yang berat dipakai untuk kategori “Australia Triage Scale”. Hasil
penilaian gambaran klinis beresiko tinggi, tanggapan harus sesuai dengan gambaran
klinis yang ada.
11
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
12
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Atau jantung
Gambaran hasil pemeriksaan Cidera ekstremitas
dari rasa tidak nyaman yang sedang
berat atau tertekan dalam Cidera laserasi berat
waktu 30 menit. Ekstremitas bawah
(sensasi hilang,tidak
teraba nadi)
Neonatus stabil
(resiko pelecehan
anak, dicurigai cidera
bukan kecelakaan)
Perilaku
Sangat
tertekan, resiko
menyakiti diri
sendiri
Akut psikiatrik
Krisis
situasional,
merubah diri
sendiri
Gelisah
Berpotensi
agresif.
13
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
14
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
gejala kronis
Secara klinis,
secara sosial
pasien dalam
keadaan baik
c. PEMERIKSAAN PASIEN
Pasien yang datang ke IGD akan langsung dilakukan anamnesa dan pemeriksaan
fisik oleh dokter dan perawat, hasil pemeriksaan fisik di tulis di dalam assesmen awal
pasien, pemeriksaan dilakukan dari kepala sampai ke kaki, sehingga tidak ada yang
terlewat, karena hasil pemeriksaan sangat menetukan tindakan selanjutnya yang akan
di ambil dan juga untuk menetukan diagnosa untuk membantu menegakan diagnosa
biasanya pasien juga akan dilakukan pemeriksaan penunjang baik laboratorium,
radiologi, dan lainnya yang sesuai dengan indikasi.
d. OBSERVASI
Observasi adalah melakukan penilaian dan pengawasan kepada pasien yang
sudah diatasi kegawatdaruratannya yang bertujuan mencegah terjadinya perburukan
kembali kondisi pasien dan melakukan penilaian ulang kondisi pasien.
Apabila pasien sudah dilakukan pemeriksaan ternyata keadaan pasien masih
belum stabil maka akan dilakukan observasi, observasi dilakukan oleh dokter dan
perawat antara 5 – 15 menit sesuai dengan tingkat kegawatan dan jenis penyakitnya.
Hal-hal yang perlu di observasi adalah :
Keadaan umum pasien
Kesadaran pasien
Jalan napas
Tanda – tanda vital (tekanan darah, respirasi, nadi dan suhu).
Pasien dari rawat jalan yang membutuhkan observasi, pasien bisa dititipkan di
IGD. Dokter jaga selalu berkonsultasi dengan konsulen untuk perkembangan keadaan
pasien. Apabila kondisi sudah stabil pasien dapat dialihkan ke ruang perawatan atau di
rujuk ke RS lain.
15
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Pasien di IGD akan tetap terlayani walaupun tempat tidur di ruang perawatan
penuh. Agar mutu kontunitas pelayanan pasien tetap terjaga. Pasien yang akan
dirawat akan ditempatkan di ruang perawatan yang sesuai dengan jaminan, apabila
ruang perawatan yang sesuai jaminan penuh maka akan dicarikan alternatif yang lain,
dinaikan atau diturunkan dari jaminan sesuai dengan kerjasama dengan penjamin.
Apabila ruangan alternatif yang dicari juga tidak ada maka pasien akan di rujuk
ke RS lain yang ada kerjasama dengan penjamin, tetapi jika RS rujukan juga penuh
maka pasien akan tetap di IGD sampai tempat perawatan ada.
Keluarga pasien harus memberitahu tentang keadaan ini. Petugas IGD selalu
berkomunikasi dengan ruang perawatan atau RS rujukan sampai tempat tersedia.
f. INFORMED CONCENT
Untuk pasien yang akan dilakukan tindakan, sebelum tindakan dilakukan pihak
rumah sakit wajib memberi penjelasan kepada pasien dan pihak keluarga. Setelah
mendapat penjelasan pihak keluarga harus membuat pernyataan menyetujui tindakan
yang akan dilakukan yang ditulis pada informed concent.
Dokter jaga IGD akan mencatat hasil pemeriksaan fisik di catatan visum yang
kemudian akan diketik oleh bagian administrasi dan diperiksa kembali oleh dokter jaga
yang bersangkutan. Hasil visum dapat diambil dibagian front office oleh pihak
kepolisian.
16
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
i. PELAYANAN DOA
Pasien yang datang ke IGD dengan tidak ada lagi tanda vital akan tetap
dilakukan tindakan pengobatan dan tindakan medis, tindakan dilakukan bertujuan
untuk melihat respon dari tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan,petugas
akan menghentikan tindakan pengobatan dan tindakan medis jika dokter jaga
menyatakan sudah tidak ada respon.
Tindakan medis tidak lagi dilakukan jika tanda-tanda pasti kematian telah jelas
terlihat saat pemeriksaan awal.
17
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
yang mengatur proses transfer tanggungjawab pasien dari satu ke oranglain. Pada hari
libur yang bertanggungjawab dan melaksanakan serta mendokumentasikan.
Merujuk pasien ke praktisi kesehatan lain diluar rumah sakit atau ke rumah
sakit lain, memulangkana pasien ke rumah atau ke tempat keluarga harus berdasarkan
kondisi kesehatan pasien dan kebutuhan akan kelanjutan pelayanan. DPJP yang
betanggungjawab atas pelayanan pasien tersebut, harus menentukan kesiapan pasien
untuk dipulangkan berdasarkan kebijakan.
Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan ke ruang
perawatan lain didalam RS atau memindahkan pasien dari satu RS ke RS lain. Tujuan
dari sistem rujukan ini adalah :
Agar pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara profesional dan berdedikasi
tinggi.
Agar proses transfer pasien atau pemindahan pasien berlangsung dengan aman
dan lancar yang memperhatikan keselamatan pasien.
18
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB III
PELAYANAN RAWAT JALAN
19
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
20
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
2. Nurse Station
1. Petugas pendaftaran menghubungi petugas RM (Rekam Medis) untuk
mencarikan status pasien tersebut
2. Petugas perawat nurse station menerima berkas status pasien dari
petugas pendaftaran
3. Perawat melakukan asessmen keperawatan kepada pasien
4. Pasien / pelanggan dipersilahkan menuju ruang tunggu instalasi rawat
jalan, menanti giliran panggilan layanan yang diperlukan
21
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
5. Sistem pembayaran
6. Ketentuan Umum
Untuk kebutuhan pencatatan data pasien yang akan mendapat pelayanan
rawat jalan diberlakukan beberapa ketentuan sebagai berikut :
22
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Pelayanan Rawat Inap RS Kurnia Cilegon memiliki 42 tempat tidur dengan kelas yang
bervariasi dan ditata secara baik sesuai kebutuhan perawatan.Perawat Rawat Inap.
23
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
24
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
25
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
c. Kegiatan Admission
1) Menentukan persyaratan pasien bisa masuk rumah sakit
2) Menerima pasien yang akan masuk unit rawat inap
3) Memproses Perpindahan pasien antar bangsal rawat inap didalam rumah
sakit atau antara rumah sakit dengan tempat kesehatan lainnya
4) Memproses pemulangan pasien dan kematian pasien
5) Mengelola daftar pasien yang menunggu ( waitting list)
6) Mengantar pasien ke unit rawat inap dan menyerahkan ke unit rawat inap
dibantu oleh Assisten perawat bila pasien dealam kondisi baik
7) Memberikan konsultasi keuangan kepada sebelum atau pada awal
pendaftaran
BAB IV
PENUNDAAN JADWAL PELAYANAN/PENGOBATAN
A. DEFINISI
Penundaan atau perubahan jadwal adalah penundaan atau perubahan jadwal
pelayanan atau pengobatan yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti :
Kondisi pasien
Dokter berhalangan
Kerusakan alat
26
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Masalah administrasi dan lain – lain. (bukan berasal dari keinginan pasien)
B. RUANG LINGKUP
Penundaan atau perubahan jadwal pelayanan pada pasien harus dilihat sebagai
masalah antar disiplin dan multi disiplin. Oleh karena itu kebijakan ini berlaku untuk
seluruh karyawan di RS Kurnia, termasuk dokter, perawat dan seluruh karyawan RS
Kurnia.
C. TATA LAKSANA
1. Direktur bertanggung jawab sepenuhnya untuk memastikan efektifitas dan
menajemen resiko dalam pelayanan atau pengobatan untuk pengguna jasa
(pasien dan keluarganya) sehubungan dengan penundaan atau perubahan
jadwal pelayanan atau pengobatan pada pasien dan menyediakan infrastruktur
yang tepat dan dukungan yang berkesinambungan termasuk catatan dan
pemantauannya.
2. Kepala bidang pelayanan bertanggung jawab terhadap manajemen operasional
rumah sakit termasuk didalamnya terlaksananya proses kebijakan penundaan
pelayanan atau perubahan jadwal pelayanan atau pengobatan pada pasien.
3. Kepala instalasi bertanggung jawab untuk terlaksananya proses kebijakan
penundaan pelayanan atau pengobatan pada pasien dan menjamin keselamatan
pasien setiap saat.
4. Kepala ruangan bertanggung jawab untuk :
a. Terlaksananya semua proses kebijakan penundaan atau perubahan jadwal
pelayanan atau pengobatan pada pasien di bagian unit perawatan
b. Memastikan adanya sistem operasional di dalam unit perawatan untuk
memastikan proses penundaan atau perubahan jadwal pelayanan atau
pengobatan pada pasien.
c. Melaporkan setiap masalah penundaan atau perubahan jadwal pelayanan
atau pengobatan pasien pada pihak kepala bidang untuk membantu
memastikan proses penundaan atau perubahan jadwal pelayanan atau
pengoabatan pada pasien.
27
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
28
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
29
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
D. DOKUMENTASI
1. Dokumentasi ini akan dipantau untuk menjamin efektifitas dan jamin kepatuhan
indikator kuncinya sebagai berikut :
a. Jumlah kejadian di tiap unit yang merugikan dan yang hampir terjadi
berkaitan dengan penundaan atau perubahan jadwal pelayanan atau
pengobatan pasien.
b. Jumlah keluhan yang berkaitan dengan penundaan / perubahan jadwal
pelayanan atau pengobatna kepada pasien.
c. Jumlah penundaan atau perubahan jadwal pelayanan pada pasien di tiap
unit.
d. Jumlah pemulangan diluar jam normal dan unit rawat inap.
2. Hasil audit, tren/tema yang terindentifikasi dari pelaporan kejadian dan rencana
pelayanan atau pengobatan harus dilaporkan kepada direktur bersamaan dengan
laporan bulanan.
30
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB V
PROSES PENERIMAAN PASIEN RAWAT INAP
DAN PENDAFTARAN RAWAT JALAN
Pada waktu proses penerimaan pendaftaran pasien rawat inap, pasien dan
keluarga diberikan penjelasan yang cukup untuk membuat keputusan berkenaan
dengan pelayanan yang dianjurkan. Penjelasan mencakup tentang pelayanan yang
dianjurkan, hasil yang diharapkan dan perkiraan biaya dari pelayanan tersebut.
Penjelasan tersebut dapat dalam bentuk lisan dan dipertegas dalam bentuk tertulis
yang di perkuat dengan tanda tangan petugas dan pasien / keluarga pasien sebagai
bukti bahwa penjelasan tersebut telah di berikan oleh petugas dan diterima dengan
baik oleh pasien/ keluarga.
Bukti tertulis diikut sertakan dalam rekam medis pasien.
31
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
32
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
33
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
c. Penjaminan BPJS
Petugas admisi meminta pasien / keluarga pasien untuk mengisi dan
menandatangani surat pernyataan status penjaminan pasien sebagai pasien
JKN yang dipandu oleh petugas admisi.
Petugas admisi meminta pasien / keluarga menyerahkan fotocopy kartu
berobat BPJS, fotocopy kartu KTP/SIM atau tanda pengenal lainnya , dan
rujukan dari klinik / puskesmas (PPK1) dari pasien tersebut.
Petugas admisi melakukan konfirmasi kepada petugas BPJS untuk
mendapatkan acc tindakan atau pembedahan.
Petugas admisi menghubungi ruang perawatan untuk memesankan kamar
rawat sesuai dengan hak pasien.
Petugas admission menginput data pasien kedalam sistem ICHA
Petugas admission membuat SEP (Surat eligibilitas pasien).
Petugas admission memberikan kartu tunggu pasien rawat kepada keluarga
pasien, menjelaskan tata tertib yang berlaku dan menjelaskan maanfaatnya
terlebih dahulu.
Petugas admission melakukan transfer informasi dokumen dan pasien
kepada asisten perawat dan menandatangani formulir check list
kelengkapan data dan dokumen pasien rawat inap.
Pasien diantar menggunakan alat transportasi sesuai dengan kondisi pasien
(kursi roda / stretcher) ke ruang rawat atau instalasi penunjang
Asisten perawat melakukan transfer informasi kepada perawat ruangan.
34
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
35
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Dalam hal pelayanan diagnostik jika ada kendala dalam pelayanan termasuk didalam
nya waktu tunggu, pasien diberikan informasi apabila diketahui adanya waktu
menunggu yang lama untuk pelayanan diagnostik dan pengobatan atau dalam
mendapatkan rencana pelayanan yang membutuhkan penempatan di daftar tunggu,
pasien juga diinformasikan tentang alasan penundaan dan menunggu serta diberi
alternatif yang tersedia.
36
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB VI
PELAYANAN INSTALASI PERAWATAN INTENSIF
A. Latar Belakang
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri
(instalasi dibawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan
perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan
terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit
yang mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa. ICU menyediakan
kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang
fungsi-fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf medik, perawat dan
staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.
37
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
38
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
1. Batasan Operasional
Pelayanan ICU diindikasikan dan ditentukan oleh kebutuhan pasien yang sakit
kritis.
2. Landasan Hukum
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan pedoman ini adalah sebagai
berikut :
39
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
STANDAR KETENAGAAN
STRUKTUR KETENAGAAN
MANAGER YANMED
KEPALA INSTALASI
KA.TIM
40
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
41
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
5. Perawat adalah perawat yang terlatih dan 50% dari perawat yang bertugas
adalah perawat yang telah tersertifikasi perawat ICU.
6. Pramu Wisma adalah petugas yang membantu administrasi dan
ketersediaan alat dan barang habis di unit.
7.Cleaning service adalah petugas yang membantu kebersihan di ICU
B. Distribusi ketenagaan
Ketenagaan yang ada di Instalasi pelayanan intensif RSKM saat ini adalah 76%
perawat sudah mengikuti pelatihan ICU Dewasa dengan distribusi ketenagaan
pada setiap shift minimal 50 % tenaga yang jaga adalah tenaga perawat yang
telah mengikuti pelatihan ICU
C. Pengaturan jaga
AXBXCXDXE
FXG
Keterangan :
A: Jumlah Shift perhari
B: Jumlah Tempat Tidur di Instalasi Pelayanan Intensif
C: Jumlah hari kerja di instaslasi yang dipakai dalam 1(satu) minggu
D: Jumlah Pasien yang menginap
E: Tenaga tambahan untuk libur, sakit 20 – 25 %
F: Jumlah pasien yang dibantu oleh seorang perawat ( Ratio Perawat : Pasien )
G: Jumlah hari dari setiap perawat yang bekerja dalam 1 ( satu ) minggu
( sumber: Management of intensive care, guidelines for better use resources 2000)
42
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
= 16-20
= Jumlah tenaga yang tersedia 17 orang perawat (jumlah minimal)
Jumlah Tempat Tidur yang tersedia adalah 9 Tempat Tidur.
Jumlah tenaga perawat di Instalasi pelayanan intensif saat ini 17 orang ,yang
telah mengikuti pelatihan Perawat ICU sebanyak 76 % diluar Asisten Kepala
Instalasi Perawatan Intensif
Ratio Perawat : Pasien dalam satu Shift waktu kerja adalah1:1 pasien dengan
terpasang ventilator dan 1 : 2 pada pasien tanpa ventilator, dengan
pembagian waktu kerja:
D. Pelatihan
Perawat yang bertugas di Instalasi Pelayanan Intensif harus memiliki
kompetensi tentang perawatan critical care yang di dapatkan dalam bentuk
pelatihan perawat ICU selama 2-3 bulan di instansi yang menyelengarakan
dengan kemampuan kompetensi dasar yang meliputi :
a. Pengenalan tanda kegawat-daruratan yang mengancam nyawa
43
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
STANDAR FASILITAS
A. Ruangan ICU
Ruang ICU Rumah Sakit Krakatau Medika terletak satu kelompok dengan
Instalasi Bedah Sentral, IGD, Hemodialisa, Radiologi, Laboratorium, sehingga
memudahkan untuk akses untuk pelayanan,luas ruangan ICU adalah 16 m x
16m persegi,dengan kapasitas tempat tidur yang tersedia adalah 9 Tempat
Tidur,dengan Vital sign Monitor sentral, oxygen sentral, suction wall, dan
Nurse Stasion langsung berhadapan dengan tempat tidur pasien.
B. Standar fasilitas
Fasilitas yang tersedia di ICU RS.Krakatau Medika
NO FASILITAS JML KETERANGAN
44
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Perawatan Intensif menggabungkan teknologi tinggi dan keahlian khusus dalam bidang
kedokteran dan keperawatan gawat darurat dalam merawat pasien kritis. keadaan ini
memerlukan mekanisme untuk menentukan prioritas berdasarkan kasus yang ada dan
fasilitas yang dimiliki Krakatau Medika Hospital.
45
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
2. Pasien Prioritas 2
Pasien yang memerlukan pelayanan pemantauan canggih dari ICU dan
memerlukan terapi intensif segera, berhubungan dengan penyakit dasar
jantung, paru-paru atau ginjal akut berat, serta pasien dengan pembedahan
mayor.
3. Pasien Prioritas 3
Pasien sakit kritis dan tidak stabil, dimana kemungkinan sembuh dan/atau
mendapat manfaat dari terapi di ICU sangat sedikit,antara lain pasien dengan
keganasan metastatic disertai penyulit infeksi pericardial temponade, atau
sumbatan jalan nafas, atau pasien dengan penyakit jantung atau paru terminal
disertai komplikasi penyakit akut berat.
Prioritas pasien dipindahkan dari ruang ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh Tim
Medis yang merawat dan dokter Anesthesi sebagai penanggung jawab ICU.
Penerimaan pasien baru diruang ICU bia pasien dari rawat jalan dan rujukan dari
rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain ditetapkan pasien melaui pintu IGD.dan
pasien dari awat inap dapat dianter langsung keruang ICU.
46
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
B. Monitoring pasien
i. Ventilator
ii. Syringe pump
iii. Infusion pump
iv. Suction
v. Defibrilator
vi. Nebulizer
Catatan IPI diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter yang melakukan pelayanan di IPI
dan bertanggung jawab atas semua yang dicatat tersebut.
Pencatatan menggunakan status khus
us IPI yang meliputi pencatatan lengkap terhadap diagnosis yang menyebabkan dirawat
di IPI, data tanda vital, pemantauan fungsi organ khusus (jantung, paru, ginjal dan
47
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
sebagainya) secara berkala, jenis dan jumlah asupan nutrisi dan cairan, catatan
pemberian obat serta jumlah cairan tubuh yang keluar dari pasien.
Pelaporan pelayanan IPI terdiri dari jenis indikasi pasien masuk serta jumlahnya, system
skor prognosis, penggunaan alat bantu (ventilasi mekanis).
BABVII
DESAIN DAN PELAKSANAAN PROSES YANG MENDUKUNG KONTINUITAS PELAYANAN
Pada keseluruhan perpindahan pasien di rumah sakit, dimulai dari admisi sampai
dengan kepulangan atau perpindahan, dapat melibatkan berbagai departemen dan
pelayanan serta praktisi kesehatan untuk pemberian asuhan.
Dalam seluruh fase pelayanan, kebutuhan pasien disesuaikan dengan sumber daya
yang tersedia di dalam rumah sakit dan bila perlu di laur rumah sakit. Hal tersebut biasanya
dilakukan dengan menggunakan kriteria yan telah ditetapkan atau kebijakan di dalam
rumah sakit.
Untuk mewujudkan asuhan pasien yang berkesinambungan, rumah sakit
memerlukan desain dan melaksanakan proses pelayanan yang berkelanjutan dan koordinasi
para dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain yang berada di :
1. Pelayanan emergensi dan pendaftaran pasien rawat inap.
2. Pelayanan diagnostik dan pelayanan pengobatan.
3. Pelayanan non bedah dan tindakan bedah.
4. Program pelayanan rawat jalan.
Pasien datang ke rumah sakit melalui Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Rawat Jalan.
48
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Pasien datang melalui Instalasi Gawat Darurat, dokter, perawat atau petugas yang sudah
terlatih melakukan triase berbasis bukti (ATS), setelah itu pasien masuk ke ruang
pemeriksaan dan diperiksa oleh dokter, dari hasil pemeriksaan dokter mendapatkan
diagnosa bahwa pasien dilakukan pemeriksaan penunjang seperti :
1. Pemeriksaan radiologi
2. Pemeriksaan laboratorium
Setelah ada hasil pemeriksaan, pasien dapat masuk ke ruang bedah, atau ruang perawatan
intensif sesuai dengan indikasi rawat.
Untuk pasien kebidanan non emergensi pasien dapat diantar langsung oleh perawat atau
bidan.
Pasien kebidanan emergensi akan diperiksa terlebih dahulu sebelum masuk ke ruang
perawatan oleh bidan dan akan di konsulkan ke dr. Sp.OG.
Apabila dari hasil pemeriksaan dokter dan hasil penunjang dinyatakan normal dan tidak
rekomendasi untuk dirawat, pasien akan dipulangkan dan diberi resep obat.
Untuk pasien yang dinyatakan meninggal baik dari IGD, maupun ruang perawatan
perawatan/kamar bersalin/instalasi perawatan intensifdapat dibawa langsung oleh keluarga
ke rumah duka setelah 2 jam dinyatakan meninggal.
Pasien yang datang melaui instalasi rawat jalan, pasien terlebih dahulu mengambil
nomer antrian, setelah itu daftar ke loket pendaftaran sesuai dengan kebutuhan pelayanan
(dokter spesialis, dokter umum).Dari hasil pemeriksaan dokter bila rekomendasi untuk
dirawat pasien akan diberikan form rawat inap, form pemeriksaan penunjang (rontgen,
laboratorium) dan tindakan medis yang diperlukan, dan pasien masuk keruang perawatan
diantar oleh perawat IGD setelah selesai dari bagian admission. Untuk pasien yang tidak
rekomendasi untuk dirawat pasien akan diberi resep dan dipulangkan.
Pasien dari IGD atau Intalasi Rawat Jalan yang direkomendasikan oleh DPJP untuk
dirawat atau untuk dilakukan pemeriksaan dan pelayanan yang tidak tersedia di RS Kurnia
Cilegon, DPJP akan memberikan surat rujukan atau rekomendasi ke RS lain.
49
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB VIII
RUJUK/ TRANFER PASIEN
I. Latar Belakang
Rujuk pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk di rujuk. Prinsip
dalam melakukan rujuk pasien adalah memastikan keselamatan dan keamanan
pasien saat menjalani rujuk. Pelaksanaan rujuk pasien dapat dilakukan intra
rumah sakit atau antar rumah sakit.
III. Tujuan
Tujuan dari manajemen rujuk pasien adalah:
- Agar pelayanan rujuk pasien dilaksanakan secara profesional .
- Agarpemindahan pasien dilaksanakan dengan memperhatikan keselamatan
pasien serta sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
50
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
51
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
1. Alih rawat
2. Pemeriksaan diagnostik
3. Pemeriksaan spesimen.
I. Transfer untuk Penanganan dan Perawatan lebih lanjut ( alih rawat )
Merupakan situasi emergensi dimana sangat diperlukan transfer untuk
tatalaksana pasien lebih lanjut.
Pasien harus stabil sebelum di transfer.
II. Pasien di rujuk karena tidak ada alat atau dokter spesialis yang
berkompeten untuk mendiagnostik pasien lebih lanjut
III. Pemeriksaan spesimen untuk laboratorium yang tidak dapat dilakukan di RS
Kurnia Cilegon di rujuk ke laboratorium yang memiliki fasilitas yang ada
kerjasama dengan RS Kurnia Cilegon.
10. Saat keputusan transfer telah diambil, dokter yang bertanggung jawab/ dokter
ruangan akan menghubungi unit / rumah sakit yang dituju.
11. Keputusan final untuk melakukan transfer ke luar RS Kurnia Cilegon dipegang oleh
dokter senior/DPJP/ konsultan rumah sakit yang dituju.
12. Beritahukan kepada pasien (jika kondisinya memungkinkan) dan keluarga mengenai
perlunya dilakukan rujuk antar rumah sakit, dan mintalah persetujuan tindakan
rujuk.
13. Proses pengaturan rujuk ini harus dicatat dalam status rekam medis pasien yang
meliputi: nama, jabatan, dan detail kontak personel yang membuat kesepakatan baik
di rumah sakit yang merujuk dan rumah sakit penerima; tanggal dan waktu
dilakukannya komunikasi antar-rumah sakit; serta saran-saran / hasil negosiasi kedua
belah pihak.
14. Pusat layanan ambulan harus diberitahu sesegera mungkin jika keputusan untuk
melakukan transfer telah dibuat, bahkan bila waktu pastinya belum diputuskan. Hal
ini memungkinkan layanan ambulan untuk merencanakan pengerahan petugas
dengan lebih efisien.
52
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
53
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
54
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
termasuk penanganan kegagalan ssatu system organ atau pasien yang harus
menjalani operasi besar.
d. Derajat 3:
Pasien dengan Airway, Breathting, Circulation dan Hemodinamika tidak stabil
yang membutuhkan bantuan pernapasan dan atau dengan kegagalan organ
system lainnya
Jenis – jenis Transfer Pasien :
i. Transfer Intra Rumah Sakit
Transfer intra rumah sakit adalah transfer antar unit atau instansi pelayanan
yang ada di lingkungan RS Kurnia Cilegon, transfer dari Rawat Inap atau
sebaliknya bisa dari IGD atau ke kamar operasi, kamar operasi ke ICU dan
sebagainya. Kesiapan standar peralatan minimal transfer rumah sakit harus
dapat dipenuhi, hal ini bertujuan pada saat transfer berlangsung dianggap
baik termasuk diantaranya adalah kesiapan oksigen yang mobile. Selama
transfer berlangsung semua peralatan yang berhubungan dengan pasien
letaknya harus sejajar tubuh pasien.
Hal yang harus diperhatikan dalam transfer intra rumah sakit adalah :
Standar pemantauan minimal pelatihan dan petugas yang
berpengalaman, diaplikasin pada transfer dan intra rumah sakit.
Sebelum transfer lakukan analisis mengenai resiko dan keuntungannya.
Sediakan kapasitas cadangan oksigen yang cukup untuk mengantisipasi
kejadian emergensi.
Peralatan listrik harus terpasang ke sumber daya atau stop kontak dan
oksigen sental digunakan selama perawatan di unit tujuan.
Petugas yang mentransfer pasien ke ruang penunjang medis harus
paham akan bahaya potensial yang ada.
55
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Kompetensi Pendamping Pasien dan Peralatan yang harus Dibawa Selama Rujuk
56
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
e. Syringe / infusion pumps (tinggi pompa sebaiknya tidak melebihi posisi pasien
4. Tim rujuk/ SDM pendamping dapat memberi saran mengenai kecepatan ambulan
yang diperlukan, dengan mempertimbangkan kondisi klinis pasien.
5. Petugas harus tetap duduk selama rujuk dan menggunakan sabuk pengaman.
6. Jika terdapat kegawatdaruratan medis dan pasien membutuhkan intervensi segera,
berhentikan ambulan di tempat yang aman dan lakukan tindakan yang diperlukan.
7. Jika petugas diperlukan untuk turun dari kendaraan / ambulan, gunakanlah pakaian
yang jelas terlihat oleh pengguna jalan lainnya.
1. Lakukan pencatatan yang jelas dan lengkap dalam semua tahapan rujuk, dan
harus mencakup:
a. detail kondisi pasien
b. alasan melakukan rujuk
c. nama konsultan yang merujuk dan menerima rujukan
d. status klinis pre-rujuk
e. detail tanda vital, pemeriksaan fisik, dan terapi yang diberikan selama rujuk
berlangsung
2. Pencatatan harus terstandarisasi antar-rumah sakit jejaring dan diterapkan untuk
rujuk intra- dan antar-rumah sakit.
3. Rekam medis harus mengandung:
a. resume singkat mengenai kondisi klinis pasien sebelum, selama, dan setelah
rujuk; termasuk kondisi medis yang terkait, faktor lingkungan, dan terapi yang
diberikan.
b. Data untuk proses audit. Tim rujuk harus mempunyai salinan datanya.
4. Harus ada prosedur untuk menyelidiki masalah-masalah yang terjadi selama
proses rujuk, termasuk penundaan transportasi.
5. Tim rujuk harus memperoleh informasi yang jelas mengenai lokasi rumah sakit
yang dituju sebelum merujuk pasien.
58
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
6. Saat tiba di rumah sakit tujuan, harus ada proses serah-terima pasien antara tim
rujuk dengan pihak rumah sakit yang menerima (paramedis dan perawat) yang
akan bertanggungjawab terhadap perawatan pasien selanjutnya.
7. Proses serah-terima pasien harus mencakup pemberian informasi (baik secara
verbal maupun tertulis) mengenai riwayat penyakit pasien, tanda vital, hasil
pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi), terapi, dan kondisi klinis selama
rujuk berlangsung.
8. Hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan yang lainnya harus dideskripsikan
dan diserahkan kepada petugas rumah sakit tujuan.
9. Setelah menyerahkan pasien, tim rujuk dibebastugaskan dari kewajiban merawat
pasien.
59
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
LAMPIRAN 1
PERALATAN TRANSFER MINIMALUNTUK ANTAR RUMAH SAKIT
60
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
61
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
LAMPIRAN 2
OBAT-OBATAN RUJUK MINIMALANTAR RUMAH SAKIT(Bila diperlukan)
1. Adenosine, 6mg/2ml
2. Amiodaron, 150mg/3ml
3. Atropine, 1mg/10ml
4. Kalsium klorida, 1g/10ml
5. Catacaine/hurricaine spray
6. Digoksin, 0,5mg/2ml
7. Diltiazem, 25mg/5ml
8. Difenhidramin, 50mg/1ml
9. Dopamine, 200mg/5ml
10. Epinefrin, 1mg/10ml (1:10.000)
11. Epinefrin, 1mg/1ml (1:1.000)
12. Fosfenitoin, 750mg/10ml
13. Furosemide, 100mg/10ml
14. Glucagon, 1mg (vial)
15. Heparin, 1.000 U/1ml
16. Isoproterenol, 1mg/5ml
17. Labetalol, 40mg/8ml
18. Lidokain, 100mg/10ml
19. Lidokain, 2g/10ml
20. MgSO4, 1g/2ml
21. Metilprednisolon, 125mg/2ml
22. Metoprolol, 5mg/5ml
23. Nitrogliserin IV, 50mg/10ml
24. Nitrogliserin tablet, 0,4mg
25. Nitroprusid, 50mg/2ml
26. Normal Saline – NS, 30 ml untuk injeksi
27. Fenobarbital, 65mg/ml atau 130mg/ml
28. KCl, 20 mEq/10ml
29. Prokainamid, 1.000mg/10ml
30. Natrium bikarbonat, 5mEq/10ml
62
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB IX
RENCANA PEMULANGAN PASIEN
A. Pengertian
Discharge planning / rencana pemulangan pasien adalah suatu proses sistimatik
untuk perkiraan, persiapan dan koordinasi yang dilakukan petugas kesehatan untuk
63
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Discharge planning juga merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan harus
sudah dimulai sejak awal pasien masuk ke rumah sakit (untuk rawat inap yang telah
direncanakan sebelumnya / elektif) dan sesegera mungkin pada pasien-pasien non-
elektif.
64
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
65
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
f.
g. Pilihan transportasi yang dapat digunakan adalah:
i. Ambulans
ii. Mobil pribadi
iii. Helikopter (bila diperlukan): biasanya digunakan untuk pasien dengan
penyakit akut yang berat dan harus ditransfer ke rumah sakit lain
iv. Taksi
h. Identifikasi dan latihlah professional kesehatan yang dapat merawat pasien
serta lakukan koordinasi dengan tim multidisiplin dalam merancang discharge
planning pasien.
66
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
i. Yang dimaksud tim multidisiplin ini adalah para professional kesehatan dari
disiplin ilmu yang berbeda-beda, seperti pekerja sosial, perawat, terapis,
dokter.
j. Lakukan diskusi dengan pasien dan keluarga mengenai alasan pasien dirawat,
tatalaksana, prognosis, dan rencana pemulangan pasien.
k. Tanyakan kepada pasien: ‘Anda ingin dirawat oleh siapa sepulangnya dari
rumah sakit?
l. Biasanya pasien akan memilih untuk dirawat oleh anggota keluarganya.
m. Tanyakan kepada keluarganya mengenai kesediaan mereka untuk merawat
pasien. Pastikan mereka diinformasikan mengenai Berikanlah mereka waktu
untuk memutuskan.
n. Berikut adalah hal-hal yang harus diketahui oleh pemberi layanan
perawatan pasien sepulangnya dari rumah sakit / carer(biasanya keluarga):
i. Rencana pemulangan pasien secara tertulis dan lisan
ii. Kondisi medis pasien
iii. Hak carer untuk memperoleh asesmen
iv. Penjelasan mengenai seperti apa terlibat dalam perawatan pasien
v. Keuntungan yang didapat
vi. Dampak finansial
vii. Akses penerjemah untuk memungkinkan komunikasi dan
pemahaman yang efektif
viii. Pemberitahuan mengenai kapan pasien akan dipulangkan
ix. Pengaturan transportasi
x. Demonstrasikan cara menggunakan peralatan tertentu sebelum
pasien dipulangkan dan pastikan terdapat jadwal pengecekan alat
yang rutin.
xi. Aturlah jadwal pertemuan berikutnya dengan pasien dan
Pendamping/ PJ Perawatan pasien.
o. Jika pasien menolak keterlibatan keluarga dalam diskusi, staf harus
memberitahukannya kepada keluarga dan menghargai keinginan pasien.
p. Jika terdapat konflik antara keinginan pasien dan keluarganya dalam
merancang discharge planning, staf harus melakukan peninjauan ulang
67
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
mengenai rencana perawatan dan mencari solusi realistik dari masalah yang
timbul. Salah satu cara adalah dengan konferensi kasus yang melibatkan
multi disipliner.
B. Saat pasien akan dipulangkan dari rumah sakit:
a. Saat pasien tidak lagi memerlukan perawatan rumah sakit, pasien
sebaiknya dipulangkan dan memperoleh discharge planning yang sesuai.
b. Yang berwenang memutuskan bahwa pasien boleh pulang atau tidak
adalah DPJP / konsultan penanggungjawab pasien (atau oleh orang lain
yang mendapat delegasi kewenangan dari konsultan).
c. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya berperan aktif dalam
perencanaan dan pelaksanaan pemulangan pasien.
d. Lakukan penilaian pasien secara menyeluruh (holistik)
e. Nilailah kondisi fisik, mental, emosional, dan spiritual pasien
f. Pertimbangkan juga aspek sosial, budaya, etnis, dan financial pasien
g. Tentukan tempat perawatan selanjutnya (setelah pasien dipulangkan dari
rumah sakit) yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
Penentuan tempat ini dilakukan oleh DPJP dan tim perawatan bersama
dengan penanggungjawab pasien. Berikut adalah beberapa contoh
tempat perawatan:
i. Perawatan di rumah dengan penggunaan peralatan tambahan
untuk menunjang perawatan pasien
ii. Pemulangan pasien ke rumah tanpa perlu perawatan khusus
iii. Perawatan di rumah dengan didampingi oleh perawat /
pendamping pasien
iv. Rumah sakit / fasilitas perawatan jangka panjang
v. Fasilitas keperawatan yang terlatih
vi. Rumah perawatan umum, seperti panti jompo, dan sebagainya.
a. Jika tempat perawatan selanjutnya tidak memadai (tidak dapat
memenuhi kebutuhan pasien), maka pasien tidak dapat
dipulangkan.
68
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
69
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
70
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
vii. Nomor kontak yang dapat dihubungi jika terjadi kondisi emergensi /
pembatalan pertemuan / muncul masalah-masalah medis pada
pasien.
m. Rencanakan dan aturlah pertemuan selanjutnya dengan pasien
Evaluasi: monitor dan evaluasi efikasi dan kelayakan rencana perawatan pasien secara
periodik, dengan cara:
a. Peninjauan ulang rekam medis / catatan pasien
b. Gunakan checklist untuk menilai perkembangan dan kemajuan discharge
planning
c. Lakukan perencanaan ulang, jika diperlukan.
Peninjauan Ulang Dan Audit
Peninjauan ulang dan audit harus dilakukan untuk mengevaluasi dan memastikan
bahwa panduan berjalan dengan lancar dan diterapkan oleh seluruh professional
kesehatan di rumah sakit
71
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB X
PENOLAKAN TINDAKAN MEDIS
A. LATAR BELAKANG
Bahwa setiap pasien atau keluarga pasien yang mendapat pelayan kesehatan
berharap keluahan dan penyakit pasien akan disembuhkan.
Pesetujuan mengenai tindakan medic yang akan dijalaninya merupakan hak pasien
yang mendasar. Pasien dapat menyetujui atau menolak rencana tindakan atau
nasehat medis, dari persetujuan tersebut barulah dokter dapat bertindak upaya –
upaya penyembuhan yan diperlukan. Hak persetujuan atau penolakan merupakan
hak asasi seseorang untuk menentukan nasib kesehatannya sendiri. Setiap manusia
dewasa yang sehat jasmani rohaninya memiliki hak untuk menentukan apa yang
akan dilakukan terhadap tubuhnya.
Dokter tidak berhak melakukan tindakan medik yang bertetangan dengan kemauan
pasien meskipun itu kepentingan pasien.
B. DEFINISI
72
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
3. Proses sekaligus hasil dari suatu komunikasi yang efektif antar pasien
dengan dokter dan bukan sekedar penandatanganan formulir penolakan.
IV. Tindakan kedokteran yang mengandung resiko tinggi adalah tindakan medis
yang berdasarkan tingkat probabilitas tertentu dan dapat mengakibatkan
kematian atau kecacatan.
V. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam
keadaan sehat maupun sakit.
VI. Dokter adalah lulusan pendidikan kedokteran baik di dalam maupun di luar
negeri yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia sesuai dengna
peraturan perundang undangan.
VII. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak –
anak kandung dan saudara – saudara kandung.
C. RUANG LINGKUP
73
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
1. Hak menerima atau menolak sebagian atau seluruh pertolongan (kecuali tak
sadar, penyakit menular berat, gangguan jiwa berat).
2. Hak atas rahasia pribadi (kecuali perintah UU, pengadilan, ijin ybs, kepentngan
ybs, kepentingan masyarakat).
74
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
3. Hak tuntut ganti rugi akibat salah atau kelalaian (kecuali tindakan penyelamatan
nyawa atau cegah cacat).
Bila penolakan tindakan dan pengobatan ini terjadi dan konsekuensi dari
penolakan tersebut berakibat serius, maka keputusan tersebut harus
didiskusikan oleh DPJP dengan pasien, tidak bermaksud untuk mengubah
pendapatnya tetapi untuk mengklarifikasi situasinya. Oleh karena itu perlu
dicross cek kembali apakah pasien mengerti informasi tentang keadaan pasien,
tindakan atau pengobatan serta semua kemungkinan efek sampingnya. Dalam
setiap masalah seperti ini, rincian setiap diskusi harus secara jelas
didokumentasikan dengan baik.
Menentukan kompetensi pasien pada situasi seperti ini seringkali sulit. Nyeri, syok
atau pengaruh obat-obatan dapat mempengaruhi kompetensi pasien. Jika pasien
dipastikan kompeten dan memutuskan untuk membatalkan persetujuannya, maka
dokter harus menghormatinya dan membatalkan tindakan atau pengobatannya.
75
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Terkadang keadaan tersebut terjadi saat tindakan sedang berlangsung. Bila suatu
tindakan menimbulkan teriakan atau tangisan karena nyeri, tidak perlu diartikan
bahwa persetujuannya dibatalkan, maka tindakan dapat dilanjutkan. Tetapi bila
pasien menolak dilanjutkan, apabila memungkinkan maka dokter harus
menghentikan tindakannya, mencari tahu masalah yang dihadapi pasien dan
menjelaskan akibatnya jika tindakan tidak dilanjutkan.
(Dikutip dari Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2006, berdasarkan UU No.29 tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran)
76
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB XII
PANDUAN DPJP
Oleh karena itu keselamatan pasien di rumah sakit merupakan prioritas utama
dalam semua bentuk kegiatan di rumah sakit. Untuk mencapai kondisi pelayanan yang
efektif, efisien dan aman bagi pasien itu diperlukan komitmen dan tanggung jawab yang
tinggi dari seluruh personil pemberi pelayanan di rumah sakit sesuai dengan kompetensi
dan kewenangannya.
Sebagai instrumen monitoring dan evaluasi maka tidak kalah pentingnya faktor
catatan medis yang lengkap dan baik, dimana semua proses pelayanan terhadap pasien
direkam medis secara real time dan akurat. Sehingga apabila terjadi sengketa medis rekam
medis ini benar-benar dapat menjadi alat bukti bagi rumah sakit bahwa proses pelayanan
telah dijalankan dengan benar dan sesuai prosedur, atau kalau terjadi sebaliknya dapat pula
berfungsi sebagai masukan untuk memperbaiki proses pelayanan yang ada.
Salah satu elemen dalam pemberi asuhan kepada pasien (Patient Care) adalah
asuhan medis. Asuhan medis diberikan oleh dokter yang dalam standar keselamatan pasien
disebut DPJP : Dokter Penanggung Jawab Pelayanan. Panduan ini disusun untuk
memudahkan rumah sakit mengelola penyelenggaraan asuhan medis oleh DPJP.
RUANG LINGKUP
77
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Pedoman ini berlaku pada semua lini pelayanan rumah sakit yang meliputi : Rawat
jalan, Emergensi, rawat inap, ruang perawatan khusus
(ICU,HCU,NICU,PICI,ICCU,Hemodialisis) dan ruang tindakan. Dokter penanggung jawab
palayanan (DPJP) bertanggung jawab untuk koordinasi selama pasien dirawat diketahu dan
tersedia dalam seluruh fase asuhan rawat.
A. DASAR
Yang menjadi dasar dalam penetapan dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP)
adalah :
1. UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 5 : Rumah sakit mempunyai fungsi
: huruf b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang pari purna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
2. UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 29 Setiap Rumah Sakit mempunyai
kewajiban : huruf r. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit
(hospital by laws).
4. UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 43 menyatakan Rumah Sakit wajib
menerapkan sasaran keselamatan pasien.
1) Hak Pasien
78
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Kriteria :
7. Permenkes 755 tahun 2011 tentang penyelenggaraan Komite Medik Rumah Sakit.
79
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
B. PENGERTIAN
2. DPJP adalah dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi spesialis.
3. Pasien dengan lebih dari satu penyakit dikelola oleh lebih dari satu DPJP sesuai
kewenangan klinisnya, dalam pola asuhan secara tim atau terintegrasi. Contoh :
pasien dengan Diabetes Mellitus, Katarak dan Stroke, dikelola oleh lebih dari satu
DPJP : Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Mata dan Dokter Spesialis
Saraf.
4. DPJP Utama : bila pasien dikelola oleh lebih dari satu DPJP, maka asuhan medis
tersebut dilakukan secara terintegrasi dan secara tim diketuai oleh seorang DPJP
Utama. Peran DPJP utama adalah sebagai coordinator proses pengelolaan asuhan
medis bagi pasien ybs (“Kapten Tim”), dengan tugas menjaga terlakasananya
asuhan medis komprehensif – terpadu – efektif, keselamatan pasien, komunikasi
efektif, membangun sinergisme, dengan mendorong penyesuaian pendapat
80
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
6. Asuhan pasien (patient care) diberikan dengan pola Pelayanan Berfokus pada
Pasien (Patient Centered Care), dan DPJP merupakan Ketua (Team Leader) dari tim
yang terdiri dari paraprofessional pemberi asuhan pasien / staf klinis dengan
kompetensi dan kewenangan yang memadai, yang a.l. terdiri dari
dokter,perawat,ahli gizi,apoteker,fisioterapis dsb.
D. ASUHAN MEDIS
81
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Asuhan pasien (patient care) dapat terdiri dari a.l. asuhan medis, asuhan
keperawatan, asuhan obat, asuhan gizi dsb. Asuhan pasien dalam konteks Pelayanan
Fokus pada Pasien (Patient Centered Care), dilakukan oleh semua professional pemberi
asuhan, a.l. dokter, perawat, ahli gizi, apoteker dsb, disebut sebagai Tim Interdisiplin.
Asuhan medis diselenggarakan berdasarkan kesepakatan antara dokter dengan pasien
(UU no 29/2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 39). Asuhan pasien yang dilakukan
oelah masing – masing pemberiasuhan, terdiridari 2 blok kegiatan : Asesment Pasien
dan Implemetasi rencanana.
Asuhan medis dirumah sakit diberikan oleh dokter spesialis, disebut sebagai DPJP.
Di unit / instalasi gawat darurat dokter jaga yang telah menjalani pelatihan –
bersertifikat kegawat-daruratan, a.l. ATLS, ACLS, PPGD, menjadi DPJP pada saat
asuhan awal pasien gawat – darurat. Saat pasien dikonsul / rujuk ke dokter
spesialis dan memberikan asuhan medis, maka dokter spesilis tsb menjadi DPJP
pasien tersebut menggantikan DPJP tsb sebelumya.
Asas, Dasar, Kaidah, dan Tujuan Praktik Kedokteran di Indonesia intinya adalah sbb
:
82
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
1. Setiap dokter yang bekerja di rumah sakit yang melakukan asuhan medis, termasuk
pelayanan interpretative, harus memiliki STR, SIP, SK dari Direktur / Kepala Rumah
Sakit berupa Surat Penugasan Klinis / SPK (Clinical appointment), dengan lampiran
Rincian Kewenangan Klinis / RKK (Clinical Privilege). Penerbitan SPK dan RKK tsb
harus melalui proses kredensial dan rekredensial yang mengacu kepada Permenkes
755/2011 tentang penyelengaraan Komite Medik di Rumah Sakit.
2. Regulasi tentang pelaksanaan asuhan medis oleh lebih dari satu DPJP dan
penunjukan DPJP Utama, tugas dan kewenangannya ditetapkan Direktur / Kepala
Rumah Sakit.
83
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
3. Kriteria penunjukan DPJP Utama untuk seorang pasien dapat digunakan butir –
butir sbb :
a. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang pertama kali mengelola pasien pada
awal perawatan.
b. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang mengelola pasien dengan penyakit
dalam kondisi (relatif) terparah.
c. DPJP Utama dapat ditentukan melalui kesepakatan antar para DPJP terkait.
1. Setiap pasien yang mendapat asuhan medis di rumah sakit baik rawat jalan maupun
rawat inap harus memiliki DPJP.
2. Di unit / instalasi gawat darurat, dokter jaga menjadi DPJP pada pemberian asuhan
medis awal / penanganan kegawat – daruratan. Kemudian selanjutnya saat dikonsul /
rujuk ditempat(on side) atau lisan ke dokter spesialis, dan dokter spesilais tersebut
memberikan asuhan medis(termasuk intruksi secara lisan) maka dokter spesialis
tersebut telah menjadi DPJP pasien ybs, sehingga DPJP berganti.
3. Apabila pasien mendapat asuhan medis lebih dari satu DPJP, maka harus ditunjuk DPJP
Utama yang berasal dari para DPJP pasien terkait. Kesemua DPJP tsb bekerja secara tim
dalam tugas mandiri maupun kolaboratif, berinteraksi dan berkoordinasi (dibedakan
dengan “bekerja sendiri – sendiri”).
4. Peran DPJP utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan medis bagi
pasien ybs (sebagai “Kapten Tim”), dengan tugas menjaga terlaksananya asuhan medis
komprehensif – terpadu – efektif, keselamatan pasien, komunikasi efektif, membangun
sinergisme dengan mendorong penyesuaian pendapat (adjustment) antar anggota,
84
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
5. DPJP dalam pelaksanaannya dibantu oleh dokter jaga untuk menjelaskan kepada pasien
atau keluarga tentang :
g. Kemungkinan alternatif.
h. Kemungkinan keberhasilan.
Informasi pelayanan dan pengobatan termasuk hasil yang tidak diharapkan dari
pelayanan akan disampaikan kepada pasien saat awal pasien masuk, saat ada
perubahan kondisi pasien dan saat pasien akan dilakukan tindakan.
7. Setiap penunjukkan DPJP harus diberitahu kepada pasien dan / keluarga, dan pasien
dan / keluarga dapat menyetujuinya ataupun sebaliknya. Rumah sakit berwenang
mengubah DPJP bias terjadi pelanggaran prosedur.
8. Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP dilakukan secara lisan dan tertulis sesuai
kebutuhan. Bila ada pergantian DPJP pencatatan di rekam medis harus jelas tentang alih
tanggung jawabnya.
9. Di unit pelayanan intensif DPJP Utama adalah dokter intensifies. Koordinasi dan
tingkatan keikut-sertaan para DPJP terkait, tergantung kepada system yang ditetapkan
85
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
misalnya system terbuka / tertutup / semi terbuka. Bila rumah sakit memakai system
terbuka, gunakan kriteria DPJP Utama tsb diatas (lihat Bab VII).
10. Di kamar operasi DPJP Bedah adalah ketua dalam seluruh kegiatanpada saat di kamar
operasi tsb.
11. Pada keadaan khusus misalnya seperti konsul saat diatas meja operasi / sedang
dioperasi, dokteryang dirujuk tsb melakukan tindakan / memberikanintruksi, maka
otomatis menjadi DPJP juga bagi pasien tsb.
12. Dalam pelaksanaan pelayanan dan asuhan pasien, bila DPJP dibantu oleh dokter lain
(a.l.dokter ruangan, residen), maka DPJP yang bersangkutan harus memberikan
supervise, dan melakukan validasi berupa pemberian paraf / tandatangan pada setiap
catatan kegiatan tsb di rekam medis.
13. Asuhan pasien dilaksanakan oleh para professional pemberi asuhan yang bekerja secara
tim (“Tim Interdisiplin”) sesuai konsep Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient Centered
Care), DPJP sebagai ketua tim (Team Leader) harus proaktif melakukan koordinasi dan
mengintegrasikan asuhan pasien, serta berkomunikasi intensif dan efektif dalam tim.
Termasuk dalam kegiatan ini adalah perencanaan pulang efektif dalam tim.
Termasukdalan kegiatan ini adalah perencanaan pulang (discharge plan) yang dapat
dilakukan pada awal masuk rawat inap atau pada akhir rawat inap (Standar Akreditasi
Rumah Sakit versi 2012, Bab APK – akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan dan
Bab AP – Asesmen Pasien).
14. DPJP harus aktif dan intensif dalam pemberian edukasi / informasi kepada pasien dan
keluarganya. Gunakandan kembangkan tehnik komunikasi yang berempati. Komunikasi
merupakan elemen yang penting dalam konteks Pelayanan Fokus pada Pasien (Patient
Centered Care), selain juga merupakan kompetensi dokter dalam area kompetensi ke 3
(Standar Kompetensi Dokter Indonesia, KKI 2012; Penyelenggaraan Praktik Kedokteran
Yang Baik Indonesia, KKI 2006).
15. Pendokumentasian yang dilakukan oleh DPJP di rekam medis harus mencantumkan
nama dan paraf / tandatangan. Pendokumentasian tersebut dilakukan a.l. di form
asesmen awal medis, catatan perrkembangan pasien terintegrasi / CPPT (Integrated
note), form asesmen pra anestesi / sedasi, intruksi passca bedah, form edukasi /
informasi ke pasien dsb. Termasuk juga pendokumentasian keputusan hasil
86
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
pembahasan tim medis, hasil ronde bersama multi kelompok staf medis / departemen,
dsb.
16. Resume Medis adalah tanggung jawab DPJP. Bila dirawat bersama oleh beberapa DPJP
maka resume yang merupakan rangkuman dan kompilasi dari resume setiap DPJP,
menjadi tanggung jawab DPJP Utama.
17. Pada setiap rekam medis harus ada pencatatan (kumulatif, bila lebih dari satu) tentang
DPJP, dalam bentuksatu formulir yang diisi secara periodic sesuai kebutuhan /
penambahan / pengurangan / penggantian, yaitu nama dan gelar setiap DPJP, tanggal
mulai dan akhir penanganan pasien, DPJP Utama nama dan gelar, tanggal mulai dan
akhir sebagaiDPJP Utama. Daftar ini bukan berrfungsi sebagai daftar hadir.
18. Keterkaitan DPJP dengan Alur Perjalanan Klinis / Clinical Pathway, setiap DPJP
bertanggung jawab mengupayakan proses asuhan pasien (baik asuhan medis maupun
asuhan keperawatan atau asuhan lainnya) yang diberikan kepada pasien patuh pada
Alur Perjalanan Klinis / Clinical Pathway yang telah ditetapkan oleh RS. Tingkat
kepatuhan pada Alur Perjalanan Klinis / Clinical Pathway ini akan menjadi objek Audit
Klinis dan Audit Medis.
19. Bila DPJP cuti atau berhalangan hadir, DPJP dapat melimpahkan ke dokter spesialis lain
yang mempunyai kewenangan klinis untuk menangani pasien tersebut. Dalam hal ini
DPJP tersebut disebut sebagai DPJP pengganti.
DOKUMENTASI
Regulasi yang adekuat tentang DPJP dalam pelaksanaan asuhan medis, dan
panduan ini merupakan acuan utama bagi rumah sakit. Regulasi mencerminkan pengelolaan
risiko klinis dan pelayanan berfokus kepada pasien (patient centered care). Regulasi tsb
diatas agar dapat diterapkan oleh para pemberi asuhan, termasuk DPJP, sehingga terwujud
asuhan pasien yang bermutu dan aman.
87
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Bila seorang DPJP menemukan masalah lain dari pasien yang dirawat olehnya
dan bukan bagian dari kewenangan klinisnya, maka DPJP melakukan konsul/rawat
bersama/alih rawat kepada dokter spesialis lain yang mempunyai kewenangan klinis
terhadap masalah pasien tersebut. Pendokumentasian hal ini dengan menggunakan
formulir Permohonan Konsultasi.
Bila DPJP cuti atau berhalangan hadir, DPJP dapat melimpahkan ke dokter
spesialis lain yang mempunyai kewenangan klinis untuk menangani pasien tersebut. Dalam
hal ini DPJP tersebut disebut sebagai DPJP pengganti. Informasi cuti di isi melalui fornulir
cuti dokter dan menunjuk dokter pengganti untuk pelayanan di rawat jalan dan rawat inap.
88
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB XII
MENGATASI HAMBATAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit, tidak menutup
kemungkinan, rumah sakit seringkali harus melayani komunitas dengan berbagai
keragaman. Ada pasien-pasien yang telah berumur, atau menderita cacat, bahasa
atau dialeknya beragam juga budayanya, atau ada hambatan lainnya yang membuat
proses mengakses dan menerima perawatan sangat sulit. Rumah sakit
mengidentifikasi hambatan-hambatan tersebut dan menerapkan proses untuk
mengurangi hambatan bagi pasien yang berupaya mencari perawatan. Rumah sakit
juga mengambil tindakan untuk mengurangi dampak dari hambatan yang ada pada
saat memberikan layanan. Hal ini dapat mengganggu jalannya pelayanan kesehatan,
bahkan membuat emosi atau stress yang mempengaruhi efesiensi dan produktivitas
kerja.
Sehingga perlu dibuat suatu panduan dalam mengatasi hambatan tersebut agar
semua dapat diatasi dengan baik. Dalam setiap hambatan yang disampaikankan oleh
pelanggan kepada Krakatau Medika Hospital, selalu ditanggapi dengan baik dan
diselesaikan dengan cepat. Hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi konflik yang
lebih serius dengan. Setiap permasalahan yang terjadi selalu diusahakan untuk
diselesaikan dengan mengacu pada panduan ini.
1. Maksud dibuatkannya buku Panduan ini adalah sebagai acuan dalam tata
cara menerima dan menyelesaikan hambatan dalam pelayanan dari para
pelanggan untuk mencapai perbaikan kinerja dan kualitas pelayanan yang
lebih baik bagi rumah sakit.
C. RUANG LINGKUP
89
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Ruang lingkup kegiatan pelayanan dalam mengatasi hambatan untuk seluruh pasien
yang akan berobat ke RS Kurnia Cilegon.
D. PENGERTIAN
Hambatan dapat diartikan sebagai halangan atau rintangan yang dialami (Badudu
Zain,1994:489). Dalam konteks komunikasi dikenal pula gangguan (mekanik maupun
semantik).Gangguan ini masih termasuk kedalam hambatan komunikasi.Efektifitas
komunikasi salah satunya akan sangat tergantung kepada seberapa besar hambatan
komunikasi yang terjadi.
Didalam setiap kegiatan komunikasi, sudah dapat dipastikan akan menghadapi
berbagai hambatan. Hambatan dalam kegiatan komunikasi yang manapun tentu
akan mempengaruhi efektifitas proses komunikasi tersebut. Karena pada komunikasi
masa jenis hambatannya relative lebih kompleks sejalan dengan kompleksitas
komponen komunikasi masa dan perlu diketahui juga, bahwa komunikasi harus
bersifat heterogen
E. JENIS-JENIS HAMBATAN
1. Hambatan Fisik Dalam Proses Komunikasi
Merupakan jenis hambatan berupa fisik, misalnya cacat pendengaran (tuna
rungu, tuna netra, tuna wicara). Maka dalam hal ini baik komunikator maupun
komunikan harus saling berkomunikasi secara maksimal, bantuan panca indera
juga berperan penting dalam komunikasi ini.
Contoh : apabila seorang perawat dengan pasien berusia lanjut, maka perawat
harus bersikap lemah lembut dan sopan tetapi bukan berarti tidak pada pasien
lain. Perawat harus lebih memaksimalkan volume suaranya apabila perawat
bicara pada pasien tuna rungu.Begitu pula halnya si pasien , apabila pasien
menderita tuna wicara maka sebaiknya pasien itu mengoptimalkan
pancainderanya (missal : gerak tangan, gerakan mulut) agar perawat dapat
menangkap apa yang pasien ucapkan, atau pasien tuna wicara bisa membawa
rekannya atau pengantar/keluarga untuk menterjemahkan pada perawat apa
yang sebetulnya pasien itu ucapkan.
Hambatan yang dilihat dari asfek fisiknya dapat dibagi menjadi beberapa bagian:
90
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
A. Tuna Netra
Seseorang dikatakan tuna netra apabila mereka kehilangan daya lihatnya
sedemikian rupa sehingga tidak dapat menggunakan fasilitas pada umumnya.
Menurut Kaufman & Hallaha, tuna netra adalah individu yang memiliki lemah
penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau
tidak lagi memiliki penglihatan.
Tuna netra dibagi menjadi dua :
1) Kurang awas (low vision) yaitu seseorang dikatakan kurang awas bila
masih memiliki sisa penglihatan sedemikian rupa, sehingga masih
sedikit melihat atau masih bisa membedakan gelap dan terang.
2) Buta (Blind) yaitu seseorang dikatakan buta apabila sudah tidak
memiliki sisa penglihatan sehingga tidak dapat membedakan gelap
dan terang.
Ciri – Ciri Fisik :
1) Memiliki daya dengar yang sangat kuat sehingga dengan cepat pesan-
pesan melalui pendengaran dapat dikirim ke otak.
2) Memiliki daya pengobatan yang sensitif sehingga apa yang ia rasakan
dapat dikirim langsung ke otak.
3) Kadang-kadang mereka suka mengusap-usap mata dan berusaha
membelalakkannya.
4) Kadang-kadang mereka memiliki perilaku yang kurang nyaman bisa
dilihat oleh orang normal pada umumnya atau dengan sebutan
blindsm ( misalnya: mengkerut-kerutkan kening, menggeleng-
gelengkan kepala secara berulang-ulang dengan atau tanpa
disadarinya.
B. Tuna Daksa
Seseorang dikatakan Tuna daksa apabila terdapat kelainan anggota tubuh
sebagai akibat dari luka, penyakit, pertumbuhan yang salah bentuk sehingga
mengakibatkan turunnya kemampuan normal untuk melakukan gerakan-
gerakan tubuh tertentu dan untuk mengoptimalkan potensi kemampuannya
diperlukan layanan khusus. Tuna daksa ada dua kategori, yaitu :
91
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Ciri-ciri Fisik :
1. Memiliki kecerdasan normal bahkan ada yang sangat cerdas.
2. Depresi, kemarahan dan rasa kecewa yang mendalam disertai dengan
kedengkian dan permusuhan.
3. Penyangkalan dan penerimaan atau suatu keadaan emos.
4. Meminta dan menolak belas kasihan dari sesama, ini merupakan fase
dimana seseorang akan mencoba menyesuiakan diri untuk dapat hidup
dengan kondisinya yang sekarang.
Ciri-ciri Sosial :
Kelompok ini kurang memiliki akses pergaulan yang luas karena keterbatasan
aktivitas geraknya, dan kadang-kadang menampakkan sikap marah-marah
(emosi) yang berlebihan tanpa sebab yang jelas.
C.Tuna Rungu
Ciri-ciri Fisik :
1. Berbicara keras dan tidak jelas
2. Suka melihat gerak bibir atau gerak tubuh teman bicaranya
3. Telinga mengeluarkan cairan
4. Menggunakan alat bantu dengar
5. Bibir sumbing
6. Suka melakukan gerakan tubuh
7. Cenderung pendiam
92
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
8. Suara sengau
9. Cadel
Ciri-ciri mental :
Tuna Wicara
Seorang dikatakan tuna wicara apabila mereka mengalami kesulitan berbicara. Hal
ini disebabkan kurang atau tidak berfungsinya alat – alat bicara seperti rongga mulut,
lidah, langit – langit dan pita suara. Selain itu , kurang atau tidak berfungsinya organ
pendengaran, keterlambantan perkembangan bahasa, kerusakan pada system syaraf
dan struktur otot serta ketidakmapuan dalam control gerak juga dapat
mengakibatkan keterbatasan dalam berbicara. Diantara individu yang mengalami
kesulitan, ada yang sama sekali tidak dapat berbicara dapat mengeluarkan bunyi
tetapi tidak mengucapkan kata – kata dan ada yang berbica tetapi tidak jelas. Maslah
yang utam pada diri seorang tuna wicara adalah mengalami kehilangan atau
terganggungya fungisi pendengaran dan atau fungsi bicara. Yang disebabkan oleh
bawaan lahir, kecelakaan maupn penyakit.
93
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Contoh: secara denotative, semua setuju bahwa anjing adalah binatang berbulu,
berkaki empat, sedangkan secara konotatif, banyak orang menganggap anjing
sebagai binatang peliharaan yang setia, bersahabat dan panjang ingatan.
Jadi apabila ini disampaikan secara denotative sedangkan komunikan
menangkap secara konotatif maka komunikasi kita gagal
b. Prasangka
Prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang seseorang atau
kelompok lain, sikap serta perilakunya . untuk mengatasi hambatan
komunikasi yang berupa prasangka pada pasien, maka perawat/tenaga
kesehatan yang akan menyampaikan pesan melalui media/langsung
sebaiknya komunikator/tenaga kesehatan yang netral dalam arti bukan orang
controversial, reputasinya baik artinya tidak, ia tidak pernah terlibat dalam
suatu peristiwa yang telah membuat luka hati pasien atau komunikan,
dengan kata lain tenaga kesehatan harus acceptable, disamping memiliki
kredibilitas yang tinggi karena kemampuan dan keahliannya dalam
komunikasi.
94
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
c. Stereotip
Adalah gambaran atau tanggapan mengenai sifat atau watak bersifat
negative. Seandainya dalam proses komunikasi ,komunikan/pasien memiliki
stereotif tertentu maka tenaga kesehatan/komunikatornya dapat dipastikan
pesan apapun tidak dapat diterima oleh komunikan/pasien.
d. Motivasi
Motif adalah sesuatu yang mendasari motivasi karena motif memberi tujuan
dan arah pada tingkah laku manusia, tanggapan seseorang terhadap pesan
komunikasipun berbeda sesuai dengan jenis motifnya.
95
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
6) Menyukai :untuk mencapai tahap akhir, individu dari berbagai budaya harus
mampu berkonsentrasi pada kualitas manusia yang mengikat orang bersama-
sama.
c. Rasisme
Rasisme dalam keperawatan adalah penghalang transcultural komunikasi antara
perawat dan pasien, dan antara perawat dan penyedia perawatan kesehatan
lainnya , tipe-tipenya:
1. Rasisme individu : diskriminasi karena karakteristik biologis
2. Rasisme budaya : menganggap budaya sendiri lebih superior
3. Kelembagaan rasisme :Lembaga (Universitas, bisnis, rumah sakit, sekolah,
dll) memanipulasi atau mentolerir kebijakan yang tidak adail membatasi ras
tertentu, budaya atau kelompok.
d. HambatanBahasa
1. Bahasa asing
2. Berbeda dialek dan regionalism
3. Idiom dan “berbicara jalanan”
Bahasa asing, dialek dan regionalism, bahkan ketika perawat/tenaga kesehatan
dan pasien berbicara bahasa yang sama, kesalahpahaman dapat muncul,
bahkan ketika pasien datang/WNA sedangkan perawat/tenaga kesehatan tidak
memahami bahasa pasien hambatan dapat membawa/menghasilkan frustasi
dan konflik. Untuk berkomunikasi secara efektif dengan pasien , maka perlu
seorang penterjemah, seorang jurubicara yang terampil dapat membantu
tenaga kesehatan sehingga dapat mengatasi kecemasan dan frustasi yang
dihasilkan oleh hambatan bahasa.
96
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
TATA CARA
Untuk dapat memberikan kenyaman dan kemudahan dalam memberikan pelayan bagi
pasien dengan hambatan rumah sakit harus memiliki saran dan prasarana yang mendukung
kursi roda dan brankar.
Pelayanan umum yan diberikan oleh KMH yang dengan yang mengalami hambatan :
Hambatan fisik dengan pasien atau keluarga pasien dapat dibantu oleh seorang security
Jika seorang security mengalami kesulitan dalam membantu pasien atau keluarga pasien
dapat dibantu oleh perawat.
TATA LAKSANA
Upaya-Upaya dalam Menghadapi Hambatan Berkomunikasi
Untuk mengetahui hambatan tersebut dapat ditanggulangi dengan cara sebagai berikut :
1. Mengecek arti dan maksud yang disampaikan
2. Meminta penjelasan lebih lanjut
3. Mengecek umpan balik dan hasil
4. Mengulangi pesan yang disampaikan memperkuat dengan bahasa isyarat
5. Mengakrabkan antara pengirim dan penerima
6. Membuat pesan secara singkat, jelas dan tepat
7. Menunjuk satu PIC atau penanggung jawab bila hambatannya itu karena
ketidakmampuan tenaga kesehatan berbicara dalam bahasa asing(contoh: bahasa
Korea/bahasaInggris)
97
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
98
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB XIII
TRANSPORTASI PASIEN
A. Latar Belakang
Ambulans sebagai sarana transportasi di sebuah pasien rumah sakit sangatlah
penting baik itu rumah sakit berskala besar atau kecil.
RS Kurnia Cilegonsebagai salah satu pemberi jasa pelayanan kesehatan pada
masyarakat di Cilegon khususnya dan Banten umumnya juga memiliki ambulans yang
digunakan sebagai sarana tranportasi pasien dari dan ke luar RS Kurnia Cilegon.
Fungsi ambulans sebagai sarana tranportasi pasien di rumah sakit harus dapat
menjamin keselamatan dan kenyamanan pasien sampai ketempat yang dituju.Sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
B. Tujuan
1. Memindahkan pasien gawat darurat dengan aman tanpa memperberat keadaaan
pasien ke sarana kesehatan yang memadai.
2. Sebagai alat transportasi bagi pasien yang memerlukan tindakan medis atau
pemeriksaan penunjang ke rumah sakit lain.
3. Memberikan pelayanan bagi masyarakat umum di area Cilegon dan sekitarnya yang
memerlukan pelayanan medis di RS Kurnia Cilegon.
C. Landasan Hukum
1. Undang – undang Penaggulangan Bencana Nomor 24 tahun 2007
2. Undang – undang kesehatan Nomor 36 tahun 2006
3. Undang – undang Rumah sakit No.44 tahun 2009
4. S.K MENKES No. 856/Menkes/SK/IX/ 2009 tentang Standar IGD Rumah Sakit.
5. Kepmenkes No.0152/YanMed?RSKS/1987,tentang standarisasi Kendaraan
Pelayanan Medik.
6. Kepmenkes no.143/Menkes-kesos/SK/II/2001 tentang Standarisasi
Kendaraan Pelayanan Medik.
99
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
D. Ruang Lingkup
1. Pasien rawat inap yang memerlukan transportasi ke luar RS Kurnia Cilegondengan
tujuan untuk pemeriksaan penunjang, tindakan medis atau rujukan untuk alih
rawat.
2. Masyarakat umum yang anggota keluarganya memerlukan pelayanan ambulans
untuk tindakan medis di RS Kurnia Cilegon
3. Institusi masyarakat yang memerlukan pelayanan ambulan untuk kegiatan sosial,
olah raga atau kegiatan lain
Definisi :
Pelayanan ambulans adalah suatu prosedur pemindahan pasien dengan menggunakan
kendaraan pelayanan medis yang memiliki fasilitas yang lengkap dan didampingi oleh
perawat atau dokter yang mampu menangani keadaan gawat daruratuntuk tujuan
pemeriksaan penunjang, tindakan medis dan alih rawat ke rumah sakit lain.
Pengorganisasian :
- Pelayanan ambulans RS Kurnia Cilegonsecara operasional menjadi tanggung jawab
Instalasi Gawat Darurat.
Jenis Ambulans :
a. Ambulans transportasi
Tujuan Penggunaan :
Pengangkutan pasien yang tidak memerlukan perawatan khusus / tindakan darurat
untuk menyelamatkan nyawa dan diperkirakan tidak akan timbul kegawatan selama
dalam perjalanan.
Persyaratan kendaraan :
1. Teknis
- Kendaraan roda empat atau lebih dengan suspense lunak
- Ruangan pasien mudah dicapai dari tempat pengemudi
- Tempat duduk bagi petugas di ruang pasien
- Dilengkapi sabuk pengaman
- Ruangan pasien cukup luas untuk sekurang – kurangnya 1 ( satu ) stretcher
- Gantungan infuse terletak sekurang – kurangnya 90 cm di atas tempat pasien
100
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
101
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
102
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
103
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Nama Pasien :
Kelas / Kamar :
Tujuan :
Jam berangkat :
104
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
(……………………) (……………………..)
IGD Bagian Umum
105
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB XIV
LOGISTIK
1. Alur
kPelaksana → Ka.Unit → Ka.Instalasi unit → Gudang Farmasi
sarana
2. Perencanaan
106
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Petugas unit mendata kebutuhan obat dan bahan habis pakai setiap minggu dan
mengajukan kebutuhan ke gudang farmasi.
3. Permintaan
Permintaan obat – obatan dilakukan 3 kali setiap seminggu, disesuaikan dengan
kebutuhan unit dan tempat penyimpanan yang terbatas.
4. Penyimpanan
Di unit obat – obatan dan bahan habis pakai langsung di simpan dalam lemari yang
sudah ditentukan.
5. Penggunaan
Penggunaan obat – obatan dan barang habis pakai dengan memperhatikan waktu
kadaluwarsa.
Barang yang memiliki waktu kadaluawarsa yang paling rendah digunakan terlebih
dahulu
107
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB XII
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien (patient safety)rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assessmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko, Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Tujuan :
- Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
- Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
- Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
- Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.
108
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi,misi, dan tujuan RS Kurnia
Cilegon, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik
bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan
“ Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit”
Berkaitan hal tersebut diatas maka perlu ada kejelasan perihal tujuh langkah
keselamatan pasien rumah sakit tersebut.
Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah sebagai berikut :
109
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit
yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu
kepada Nine Life-Saving Patient SafetySolutions dari WHO Patient Safety (2007) yang
digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari
JointCommission International (JCI).
Maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam
keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan
kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian
atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran
secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh.
110
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB XVI
KESELAMATAN KERJA
A. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di Rumah Sakit Kurnia Cilegon.
Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip pencegahan infeksi, yaitu :
1. Menganggap bahwa pasien maupun diri nya sendiri dapat menularkan infeksi.
2. Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, masker ) terutama bila terdapat kontak
dengan spesimen pasien yaitu: urin, darah, muntah, sekret, dan lain-lain.
3. Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai prosedur yang ada,
misalnya ; memasang kateter, menyuntik, menjahit luka, memasang infus dan lain-lain.
4. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah menangani pasien.
5. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius.
6. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu :
111
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
112
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB XVII
PENGENDALIAN MUTU
A. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu adalah suatu proses manajemen dengan pendekatan perilaku atau
budaya organisasi yang berorientasi pada peningkatan mutu terus-menerus dan
kepuasan pelanggan dengan dukungan komitmen kepemimpinan, kebersamaan
karyawan serta secara lintas fungsional, menyeluruh terpadu dengan pendekatan
system dan di sadari metode ilmiah dan pemecahan masalah serta pengambilan
keputusan.
113
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
114
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
115
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
116
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
117
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
BAB XVIII
PEMBERIAN INFORMASI
A. LATAR BELAKANG
118
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang di dalamnya terdapat kegiatan medik dan
non medik yang dikoordinasikan sedemikian rupa dalam rangka mencapai suatu tujuan
yaitu memberikan pelayanan rumah sakit yang bermutu.
Melalui front liner perusahaan dapat menyusun rencana dan menetapkan tujuan
apa yang ingindicapai terhadap sasaran (pelanggan) tersebut. Salah satu tugas dari
seorang front liner di RS Kurnia Cilegonadalah memberikan informasi pelayanan sesuai
dengan keinginan atau kebutuhan pasien.
Untuk itu, dalam buku panduan ini diuraikan tentang pengertian dan tatalaksana
dalam memberikan pelayanan informasi di lingkungan front linerRS Kurnia Cilegon, agar
pasien / keluarga pasien merasa diperhatikan segala kebutuhan serta keinginanya, dan
akhirnya rumah sakit bisa memberikan pelayanan prima ( terbaik ) kepada pelanggannya.
B. PENGERTIAN
Dalam memberikan pelayanan kesehatan di lingkungan RS Kurnia cilegontidak terlepas
dari adanya komunikasi antara pasien / keluarga pasien termasuk didalamnya proses
penyampaian pikiran atau informasi.
119
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Jika kelima unsur tersebut dapat terpenuhi maka akan menjadi suatu komunikasi
efektif yang berarti komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude
change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut.
Sedangkan pengertian Informasi menurut Gordon B Davis, 2002 adalah data yang
telah diolah menjadi bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam
mengambil keputusan saat ini atau dimasa mendatang.
Orang yang menyampaikan isi informasi kepada penerima dengan jelas dan memilih
media yang sesuai serta meminta kejelasan apakah informasi tersebut sudah diterima
dengan baik disebut sebagai Pemberi Informasi (Konsil Kedokteran Indonesia, hal 8).
Sedangkan Penerima Informasi berfungsi sebagai penerima berita / pesan dengan baik.
Jadi Pemberian Informasi ialah sebuah proses penyampaian pikiran / informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut
mengerti betul apa yang dimaksud oleh pemberi informasi (Komaruddin, 1994
schermerhon, Hunt & Osborn 1994, Koontz 7 Weihrich, 1998).
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Layanan pemberian informasi dilakukan untuk membekali pasien dan keluarga
pasien pengetahuan data dan fakta dalam lingkup pelayanan dan prosedur yang
berlaku di lingkungan RS Kurnia cilegon sehingga menjadikan informasi tersebut
sebagai alat untuk mengambil sebuah keputusan penting bagi pasien / keluarga
pasien.
120
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
2. Tujuan
1) Memenuhi kepuasan pelanggan terhadap informasi pelayanan yang diberikan
dari pihak RS Kurnia cilegon.
2) Memberikan pelayanan prima kepada pelanggan.
3) Menimbulkan keputusan dari pelanggan agar segera menggunakan jasa yang
ditawarkan RS Kurnia Cilegon.
4) Menumbuhkan kepercayaan terhadap pasien / keluarga pasien.
D. PRINSIP
Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari
definisi dan hakekat komunikasi yaitu:
121
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Pemberi informasi yang baik diperlukan kemampuan dalam hal-hal berikut (Konsil
Kedokteran Indonesia, hal 42) :
1. Tepat waktu
2. Akurat
3. Lengkap
4. Jelas
5. Mudah dipahami oleh penerima sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan
(salah paham).
122
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun
secara keseluruhan sebagai sebuah tim.
b. Empathy
Adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang
dihadapi oleh orang lain. Salah satu persyaratan utama dalam memiliki sikap empati
adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dahulu
sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Rasa empati akan
menimbulkan respect atau menghargaan, dan rasa respect akan membangun
kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork. Jadi
sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti
dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan
kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari
penerima.
c. Audible
Makna dari audible antara lain dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika
empati kita harus mendengarkan terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan
balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima
oleh penerima pesandengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada
kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan alat
bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat
diterima dengan baik.
d. Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum ke empat
yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak
menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Karena
kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan
menimbulkan dampak yang tidak sederhana. Clarity dapat pula berarti keterbukaan
dan tranparansi. Dalam komunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka
sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan.
e. Humble
Hukum ke lima dalam membangun komunikasi efektif adalah sikap rendah hati.
Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun
123
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki.
Sikap rendah hati pada intinya adalah sikap penuh melayani (dalam bahasa
pemasaran adalah Customer First Attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan
menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani
mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri
serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.
Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi
yang efektif ini, kita dapat menjadi seseorang komunikastor yang handal dan pada
giliranya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh
dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan
jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan.
a. Petugas Informasi
Adalah petugas yang melayani pertanyaan yang diajukan pasien / keluarga pasien
baik secara langsung (walk in) atau melalui telepon (by phone) tentang pelayanan
yang tersedia di RS Kurnia Cilegon.
124
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
c. Petugas Admisi
Adalah petugas yang melayani penerimaan pendaftaran pasien yang akan
mendapatkan pelayanan medis dan tinggal di ruang perawatan RS Kurnia Cilegon.
Standar informasi yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut ( Serbaguna, 2003 ):
Penyampaian informasi akan berjalan efektif apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana yang dimaksud oleh pemberi informasi ( proses komunikasi efektif ).
125
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
C. Media
Dalam proses pemberian informasi dibutuhkan media yang berperan sebagai alat teknis
yang digunakan sebagai mediasi atau penyampaian pesan (Universitas Indonesia
Fakultas Sastra), dengan kata lain media adalah alat komunikasi.
Di lingkungan RS Kurnia Cilegon, media komunikasi yang sering digunakan adalah
sebagai berikut :
126
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
1. Telepon
Merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan suara
(terutama pesan yang berbentuk percakapan). Kebanyakan telepon beroperasi
dengan menggunakan transmisi sinyal listrik dalam jaringan telepon.
Contoh: Telepon external operator RS Kurnia Cilegon(0254)391161 atau
081289890287 atau 087885473048
2. Leafet / brosur / lipatan
Lembaran kertas berukuran kecil mengandung pesan tercetak untuk disebarkan
kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa.
Contoh: Brosur pelayanan yang ada di RS Kurnia Cilegon (pelayanan Medical Check
Up, Pendidikan untuk pasien dan keluarga, jadwal praktek dokter dan lain
sebagainya).
3. Poster
Adalah pengumuman atau iklan berbentuk gambar atau tulisan yang ditempelkan di
dinding, tembok atau tempat yang strategis agar mudah diketahui banyak orang.
Contoh: Poster edukasi / informasi kesehatan yang ditujukan bagi pelanggan / pasien
/ keluarga pasien.
4. Spanduk
Merupakan media informasi yang berupa kain panjang yang direntangkan dan berisi
informasi singkat.
Contoh: Spanduk kegiatan atau promosi produk baru di RS Kurnia Cilegon.
5. Papan Informasi
Salah satu media komunikasi kelompok yang biasanya ditujukan untuk target sasaran
dalam lingkup tertentu.
Contoh: Papan informasi dokter yang sedang cuti atau tidak praktek, perubahan jam
praktek dokter pada hari tertentu.
Papan informasi tersebut terpasang di unit loket pendaftaran rawat jalan.
6. Buku tarif fasilitas dan layanan
7. Lembar balik fasilitas ruang perawatan
TATA LAKSANA
127
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Petugas yang melakukan kegiatan ini harus memiliki pengetahuan tentang informasi
yang akan disampaikan, memiliki rasa empati dan keterampilan berkomunikasi secara
efektif serta didukung dengan kondisi lingkungan yang membuat pasien / keluarga
pasien merasa nyaman. Pemberian komunikasi dilakukan secara tatap muka berjalan
secara interaktif . kegiatan tersebut tergambar dalam lingkup:
128
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Ranap 1 18
Ranap 2 27 1 TT Isolasi
Perinatologi 5 inkubator, 2 kupis
Rawat Jalan
Pelayanan rawat jalan adalah pelayanan medis kepada seorang pasien untuk
tujuan observasi diagnosis, pengobatan, dan pelayanan kesehatan lainya tanpa
mengharuskan pasien tersebut di rawat inap.
Fasilitas pelayanan rawat jalan terdiri dari:
Poliklinik Umum
Poliklinik Gigi
Poliklinik Spesialis
Poli KIA
Instalasi Radiologi
Merupakan salah satu instalasi penunjang medis yang memberikan layanan
pemeriksaaan radiologi dengan hasil pemeriksaan berupa foto / gambar untuk
membantu dokter merawat pasien dalam penegakan diagnosis.
Instalasi radiologi di RS Kurnia Cilegon buka hari senin s/d sabtu pukul 08.00 –
22.00.
Layanan yg diberikan antara lain:
1. Foto ronsen Konvensional
2. USG
Instalasi Laboratorium
Instalasi Farmasi
129
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Medical Check Up
b. Jam pelayanan
130
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
131
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
132
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
f. Penjaminan BPJS
Petugas admisi meminta pasien / keluarga pasien untuk mengisi dan
menandatangani form surat peryataan penjaminan JKN yang dipandu oleh
petugas admisi.
Petugas admisi meminta pasien / keluarga menyerahkan fotocopy kartu
berobat BPJS, KTP, rujukan dari klinik / puskesmas (PPK1) dari pasien
tersebut.
Petugas admisi melakukan konfirmasi kepada petugas BPJS untuk
mendapatkan acc tindakan atau pembedahan.
Petugas admisi menghubungi ruang perawatan untuk memesankan kamar
rawat sesuai dengan hak pasien.
Petugas admission membuat SEP (Surat eligibilitas pasien).
Petugas admission menginput data pasien kedalam ICHA (komputer).
133
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
134
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
135
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
DI RS KURNIA CILEGON
136
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
11 Tension pneumothorax
12 Torsio testis
13 Tracheo esophagus fistel
14 Trauma tajam dan tumpul daerah leher
15 Trauma tumpul abdomen
16 Traumatik amputasi
17 Tumor otak
18 Unstable pelvis
19 Urosepsi
20 Celulitis
21 Cholisistitis
22 Corpus alenium
23 CVA
24 Dislokasi persendian
25 Drowing
26 Haemarroid
27 Flail chest
28 Fraktur tulang kepala
29 Gastrokikis
30 Gigitan binatang / manusia
31 Hanging
32 Haemathorax dan pneumothorax
34 Hernia
35 Hidrochepalus
36 Hirschprung
37 Illeus obstruktisi
38 Internal bleeding
39 Luka bakar
40 Luka terbuka daerah abdomen
41 Luka terbuka daerah kepala
42 Luka terbuka daerah thorax
43 Meningokel
44 Multiple trauma
45 Omfalokel
46 Pankreatitis
47 Patah tulang dengan dugaan cedera
pembuluh darah
48 Patah tulang iga multiple
49 Patah tulang leher
50 Patah tulang terbuka
51 Patah tulang tertutup
52 Parlappendicullate infiltrat
53 Peritonitis generalisata
54 Plegmon dasar mulut
55 Priapismus
137
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
56 Prolaps rekti
57 Rectal bleeding
58 Ruptur otot
59 Ruptur tenton
3 Kardiovaskoler 1 Aritmia
2 Shock
3 Cor pulmonale decompesata
4 Edema paru
5 Henti jantung
6 Hipertensi dengan komplikasi
(hipertensi enchephalopati, CVA)
7 Infark miocard
8 Kelainan jantung bawaan
9 Kelainan katup jantung
10 Krisis hipertensi
11 Miokaridis
12 Nyeri dada
13 Sesak napas karena payah jantung
14 Syncope karena payah jantung
4 Kebidanan 1 Abortus
2 Distosia
3 Eklampsia
4 Kehamilan etopik terganggu (KET)
5 Perdarahan antepartum
6 Perdarahan postpartum
7 Inversio uteria
8 Febris purperalis
9 Hiperemesis gravidarum
10 Persalian kehamilan
138
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
11 Tumor orbita
12 Uveitis/skleritis/iritasi
13 Tetanus
139
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
140
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
PENUTUP
Pelayanan kesehatan di rumah sakit berjalan sinergis antara profesi kesehatan dan
non kesehatan. Perawat memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan yang
berkolaborasi dengan tenaga medis yang bertujuan untuk keselamatan pasien sehingga
dapat mengurangi angka kecacatan dan kematian.
Pasien mengharapkan mendapatkan pelayanan yang memuaskan, makin sempurna
kepuasan makin baik kualitas pelayanan. Untuk mewujudkan harapan tersebut semua
jajaran rumah sakit dapat ikut berperan.
Pedoman ini diharapkan dapat dipakai sebagai acuan dalam pemberian pelayanan
pasien di Instalasi Gawat Darurat. Hal ini sebagai salah satu upaya meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan rumah sakit dan menjalankan amanah UU nomor 44 tahun 2009
tentang rumah sakit yang mewajibkan rumah sakit untuk melaksanakan akreditasi.
141
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
DAFTAR PUSTAKA
Welsh Assembly Government (2009). Designed for life: Welsh guidelines for the
transfer of critically ill adult; 2009.
Warren J, Fromm RE, Orr RA, Rotello LC, Horst M. (2004). Guidelines for the inter-
and intrahospital transport of critically ill patients. American College of Critical
Care Medicine. Crit Care Med. 2004;1:256-62.
North West London Cardiac & Stroke Network (2010). Web-based interhospital
transfers: user guide. London: NHS
Birmingham J. (2010). Discharge planning guide: tools for compliance. Edisi ke-3.
USA: HCPro, Inc.
Health & Social Care Joint Unit and Change Agents Team. (2003). Discharge from
hospital: pathway, process and practice. Department of Health.
142
RUMAH SAKIT TK.II MOH RIDWAN MEURAKSA
Department of Health & Human Services USA (2010). Your discharge planning
checklist: for patient and their caregivers preparing to leave a hospital,
nursing home, or other health care setting. USA: Centers for Medicare &
Medicaid Services.
The Health Board Executive. (2003). Admissions and discharge guidelines: health
strategy implementation project 2003.
143