Anda di halaman 1dari 43

DRAFT

PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI


VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMKESMAS
TAHUN 2012

TIM PENYUSUN :
Suyati, Amd.Keb
dr. Atik Riyanti
dr. Muhammad Romdhoni
Asep Komarudin, SKM
dr. Santoz Arie Winarto
Sri Rukayah, S.Farm.Apt
Frans W.Latupeirissa, SKM

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT


Sekretariat : Jl. Imogiri Barat Km.8, Sudimoro, Timbulharjo, Sewon, Bantul 55186, Telp. (0274)7880135
Yogyakarta. Email : humas_ivijkm@yahoo.com
DAFTAR ISI

I Kepesertaan 1

2 Paket Manfaat Jampersal 4

3 Aturan Pengkodingan Untuk Kode ''O'' Dan "P'' 9

4 Lain-Lain 11

5 Penutup 12

Lampiran 1: Proses Persalinan  O80.0 (Persalinan Pervaginam


Normal), O80.1 (Persalinan Pervaginam dengan letak sungsang)
Lampiran 2: Tata cara penghitungan nilai APGAR
Lampiran 3: Asfiksia  P21.0 (Asfiksia Berat) dan P21.1 (Asfiksia
sedang)
Lampiran 4 : Komplikasi Kehamilan dan Persalinan dan Nifas
Lampiran 5: Perdarahan
Lampiran 6: Infeksi pada Bayi
Lampiran 7: Contoh Kartu Skrining/Deteksi Dini Ibu RESTI - Kartu
Skor Poedji Rochjati
Lampiran 8: Infeksi Masa Nifas
DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

I. KEPESERTAAN
Keabsahan pasien Jampersal dibuktikan dengan SJP Dari PPK Tingkat Lanjut, surat keterangan
identitas Ibu Bersalin (KTP, surat keterangan domisili dari RT/RW/Kelurahan atau identitas
lainnya), Rujukan (untuk kasus ibu hamil yang terindikasi RESTI = Resiko Tinggi). Sebagai
tambahan, penentuan apakah seorang ibu hamil berindikasi RESTI atau tidak dilakukan oleh
fasilitas layanan dasar. Untuk bayi dengan melampirkan Surat Keterangan Lahir (SKL), Identitas
Orang tua, SJP, Rujukan bila bayi tersebut lahir di luar gedung Rumah Sakit dimana bayi tsb
dirawat (tanpa rujukan bila bayi tersebut dilahirkan di RS yang bersangkutan).

Kepesertaan Jampersal meliputi:


1. Ibu hamil
a. Tidak semua Ibu hamil dapat dilayani di PPK Tingkat Lanjut, hanya yang berindikasi
RESTI (dibuktikan dengan adanya rujukan dari faskesdas = fasilitas kesehatan dasar),
atau tanpa rujukan bila ibu hamil tersebut dalam kondisi emergency.
b. Batasan pelayanan yang dapat diperoleh oleh ibu hamil dapat dilihat pada bagian
paket manfaat program Jampersal
c. Tidak ada batasan maksimum bagi seorang Ibu hamil untuk memanfaatkan
pelayanan Jampersal karena pelayanan di PPK Tingkat Lanjut bersifat kondisional
selama pelayanan dan tindakan terhadap ibu hamil tersebut dibutuhkan dalam
upaya penyembuhannya. Tentunya sesuai dengan ketentuan dan syarat yang
berlaku.
d. Pada prinsipnya semua pelayanan dan tindakan yang terkait dengan pelayanan yang
diberikan kepada ibu hamil tersebut dapat ditanggung oleh Jampersal, dengan
pengecualian pelayanan dan/atau tindakan atas permintaan sendiri misalnya
pemeriksaan USG untuk kepentingan melihat jenis kelamin bayi atau
pelayanan/tindakan yang tidak berhubungan dengan ke-RESTI-annya.
e. Surat rujukan diperoleh dari fasilitas layanan dasar seperti PKM, bidan atau fasilitas
kesehatan dasar lainnya.
f. Untuk pasien yang punya indikasi medis, biasanya pada lampiran rujukan dari bidan
yang baik ada lembar penapisan berisi poin-poin keadaan pasien. Lembar penapisan
itu contohnya berisi KET(Kehamilan Ektopik Terganggu), Abortus, APB, hipertensi,
riwayat bekas SC, bayi kembar (gemeli) dan lain sebagainya (atau dengan melihat
hasil skor poedji rochjati). Contoh skor Poedji Rochjati di lampiran.
(Keterangan: Walaupun demikian, karena hal ini tidak diterangkan secara explisit
sebagai salah satu syarat mutlak, maka point ini dapat dianggap sebagai
pengetahuan tambahan bagi VIJ dalam menentukan apakah seorang pasien
mempunyai indikasi medis.)

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman 1


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

g. Kasus ibu hamil yang dirawat (MRS = Masuk Rumah Sakit) karena sakitnya (thypoid,
DHF, atau kasus lainnya) yang bukan dampak dari kehamilan tidak ditanggung dalam
program jampersal.

2. Ibu bersalin
Ibu bersalin yang berindikasi RESTI atau dalam konteks kegawat daruratan. Kriteria
kegawat daruratan:
a. Pasien yang sudah memasuki KALA I fase aktif pada saat kedatangan di PPK.
Penjelasan mengenai KALA I fase aktif dapat dilihat pada lampiran 1.
b. Pasien-pasien dari luar daerah.
c. Pasien-pasien yang datang ke IGD antara pukul 21.00 sampai dengan pukul 06.00
dan diperkirakan waktu kelahirannya antara 3 - 5 jam kemudian (merujuk pada
penjelasan lampiran 1 mengenai proses persalinan).
d. Pasien-pasien korban kecelakaan yang memerlukan eksaminasi medis terkait dengan
kehamilan dan/atau proses persalinannya
e. Pasien dengan indikasi medis lainnya yang tidak memungkinkan di-release-nya
pasien tersebut oleh PPK tingkat lanjut (APB, PEB, eklamsi, KPD, gawat janin (gerak
janin menghilang), px hamil/bersalin dengan gangguan pernafasan dan lain-lain).
Keterangan:
khusus point b dan c, sangat sulit untuk menentukan kegawat daruratan hanya
berdasarkan domisili asal dan waktu kedatangan pasien karena sangat spesifik dan
kasuistik untuk masing-masing daerah. Untuk itu diharapkan PPK Tingkat Lanjut dan
Verifikator Independen Jamkesmas tidak melulu mengacu pada kondisi-kondisi di atas,
tetapi juga mempertimbangkan kondisi lainnya. Koordinasikan dan diskusikan dengan
petugas PPK untuk menggali informasi lebih dalam dan selain itu diharapkan Verifikator
Independen Jamkesmas mengetahui kondisi dan karakteristik di lingkungannya.

3. Ibu nifas (sampai 42 hari pasca melahirkan).


a. Batas maksimum disini adalah batas maksimum hari saat Ibu nifas masuk Rumah
Sakit, dan bukan merujuk pada lama hari rawat.
b. Pelayanan yang dapat di-cover oleh Jampersal dalam kaitannya dengan ibu nifas
(pasca melahirkan) adalah HPP, PEB, Eklamsi, depresi post partum(px mengalami
masalah kejiwaan setelah persalinan), infeksi nifas(metritis, bendungan payudara,
infeksi payudara, abses pelvis, infeksi luka perineal dan abdominal, retensio urin
masa nifas dan lain-lain, penjelasan di lampiran) dan Kontrasepsi paska salin
(termasuk MOW/MOP).
c. Tidak ada batasan jumlah pelayanan selama masih dalam waktu 42 hari pasca
melahirkan, selama pelayanan tersebut dapat dicover oleh Jampersal (lihat point
sebelumnya untuk jenis pelayanan yang dapat dicover oleh Jampersal).
IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman 2
DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

4. Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari)


a. Batas pelayanan maksimum disini adalah batas maksimum hari saat bayi masuk
Rumah Sakit dihitung dari hari kelahiran bayi, dan bukan merujuk pada lama hari
rawat.
b. Penyakit pada bayi baru lahir yang dapat diklaimkan dalam Program Jampersal
adalah cedera lahir akibat dari proses persalinan (ada dipenjelasan), pneumonia,
atresia ani yg disertai sepsis, asfiksia, bayi baru lahir dengan berat badan lahir
rendah (Bayi Berat Lahir Rendah - BBLR), Respiratory Distress Syndrome (RDS),
ikterus dan infeksi bayi yg merupakan dampak dari proses persalinan.
c. Tidak ada batasan pelayanan selama masih dalam waktu 28 hari pasca kelahiran
selama diagnosa dan sebab bayi dirawat sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(dirawat dalam konteks life saving).

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman 3


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

II. PAKET MANFAAT JAMPERSAL


Paket manfaatnya meliputi :

1. Ibu Hamil

a. Penatalaksanaan abortus imminen, abortus spontan kompletus (O03.5 – O03.9),


abortus spontan inkompletus (O03.0 – O03.4), Abortus Medik spontan (O04.5 - O04.9),
Abortus medik inkomplet (O04.0 - O04.4) dan missed abortion (O02.1).
b. Penatalaksanaan mola hidatidosa (O01.0 - O01.9).
c. Penatalaksanan Blighted Ovum (O02.0)
d. Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum (O21.0 - O21.1).
e. Penanganan Kehamilan Ektopik Terganggu (O00.0 - O00.9).
f. Penanganan Persalinan Preterm. Persalinan preterm adalah persalinan sebelum kehamilan
memasuki pekan ke 37 atau ke 38. Persalinan preterm antara lain : KPD (Ketuban Pecah
Dini, lihat Lampiran untuk keterangan yang lebih rinci), PPI (Partus Prematorus Immines =
belum waktu lahir tapi ada tanda2 persalinan sehingga sebisa mungkin di tunda dulu), APB
(masih konservatif ditunggu sampai matang).
g. Hipertensi dalam kehamilan, pre eklamsi dan eklamsi (O10.0, O10.4, O14.0, O14.1, O15.0)
● Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolik lebih dari atau sama dgn 90
mmHg pada 2 kali pengukuran berjarak 1 jam atau lebih.
● Klasifikasi hipertensi kehamilan
1. Hipertensi kronik/hipertensi esensial, jika hipertensi terjadi sebelum kehamilan 20
minggu. (O10.0)
2. Hipertensi karena kehamilan, jika hipertensi pertama kali sesudah kehamilan 20
mgg, selama persalinan, dan/atau dalam 48 jam pascapersalinan, dengan kenaikan
tekanan diastolik 15 mmHg atau > 90 mmHg sampai 110 mmHg. (O10.4)
3. Pre eklampsia ringan sama dgn hipertensi kehamilan namun disertai dgn hasil
proteinuria 1+ (O14.0)
4. Pre eklampsia berat, jika tekanan diastolik >110 mmHg, proteinuria 2+, oliguria,
hiperrefleksia, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium. (O14.1)
5. Eklampsia gejala sama dgn pre eklampsia/hipertensi namun sudah disertai kejang
(O15.0).
h. Perdarahan pada masa kehamilan (trimester I – III)
i. Decompensatio cordis pada kehamilan (O99.4)
j. Pertumbuhan janin terhambat (PJT): tinggi fundus tidak sesuai usia kehamilan (IUGR
sehingga TFU lebih kecil dari UK: O36.5, makrosomia janin TFU lebih besar dari UK : O36).
k. Riwayat Bekas SC (O34.2).
l. Kehamilan Kembar (Gemelli/ kembar 2 atau lebih) (O30.0 – O30.9)

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman 4


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

m. Anemia dalam kehamilan (O99.0).


n. Partus Prematurus Imminent (PPI) = false labour (O47.0 – O47.9)
Partus prematurus imminent adalah adanya suatu ancaman persalinan saat usia kehamilan
belum aterm (28 sampai 37 minggu) atau berat badan lahir kurang dari 2500 gram.
Penjelasan lebih rinci tentang PPI dapat dilihat pada Lampiran 7.
o. Penyakit lain sebagai komplikasi kehamilan yang mengancam nyawa.

2. Proses Persalinan

a. Persalinan pervaginam (normal dengan penyulit, vakum, forceps ataupun embriotomi).


b. Persalinan perabdominal
c. Komplikasi Persalinan :
1. Perdarahan (O67.0 – O67.9). Untuk lebih jelasnya, lihat Lampiran 5.
2. Eklamsi (eclampsia in labour: O15.1)
3. Retensio plasenta (retensio plasenta dengan perdarahan: O72, retensio plasenta tanpa
perdarahan: O73)
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan
plasenta, disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus.
4. Penyulit pada persalinan dan penanganan persalinan (O60 – O75)
5. Infeksi
6. Penyakit lain yang mengancam keselamatan ibu bersalin.

3. Bayi Baru Lahir

a. Penatalaksanaan bayi baru lahir


1. Perawatan esensial neonates atau bayi baru lahir
2. Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan komplikasi (asfiksia, BBLR, Infeksi, ikterus,
Kejang,RDS)
b. Komplikasi pada bayi:
1. Asfiksia (P21 – P21.9). Keterangan tentang Asfiksia dapat dilihat pada lampiran 3.
2. Ikterus (P57, P58, P59)
Ikterus pada Bayi Baru Lahir (BBL) terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan dan
lebih tinggi pada bayi prematur. Ikterus terdiri dari ikterus fisiologis dan ikterus
patologis.
 Ikterus fisiologi :
 ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga.

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman 5


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

 Tidak menyebabkan suatu morbiditas(kesakitan) pada bayi.


 Tidak mempunyai dasar patologis (akan dijelaskan pd ikterus patologis)
 Ikterus patologis
 Ikterus yang mempunyai dasar patologis ( misal : pada inkompatibilitas
rhesus dan ABO, sepsis, penyumbatan saluran empedu).
 Kadar bilirubin mencapai nilai hiperbilirubinemia.
Cara membedakan ikterus fisiologis dan patologis dapat juga dilihat dari terapi yg
diberikan. Pada kasus ikterus patologis (dgn tanda hiperbilirubin) akan ada tindakan
fototerapi (dilakukan bila Bilirubin Total diatas 10 dan Derajat Kremer bernilai 3
keatas) atau dalam kondisi yg parah terdapat transfusi tukar darah.
3. Infeksi Tali Pusat (P38)
4. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (P07.0, P07.1)
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram).
Klasifikasi BBLR berdasar penanganan dan harapan hidupnya:
1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1.500 - 2.500 gram (P07.1)
2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1.500 gram (P07.1)
3) Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER), berat lahir < 1.000 gram (P07.0)
Sesuai SE Dirjen BUK tanggal 30 Juni 2011 No. IR.01.03/I.1/4218/2011 pada point 3,
maka jika terdapat kasus BBLR, maka yang menjadi diagnosa utamanya adalah kasus
BBLR itu sendiri.
5. Kejang (P90)
6. Pneumonia (P23 - P24)
7. Atresia ani disertai sepsis (kelainan kongenital yg mengancam nyawa) (Q42.3)
8. Gangguan pernafasan pada bayi baru lahir (P22)
Banyak gangguan pernafasan pada bayi baru lahir yang ditandai dengan distres
pernafasan (Respiratory distress syndrom - RDS).
Tanda/gejala :
 Pernafasan cuping hidung
 Sianosis/pucat (biru disekitar mulut).
 Tarikan kedalam/retraksi dinding iga bagian bawah
 Merintih
 Pernafasan cepat > 60x/mnt
 Aktivitas bayi menurun
Diagnosa banding dapat ditegakkan dengan pemeriksaan radiologi.
9. Infeksi. Untuk lebih jelasnya, lihat Lampiran 6.
10. Penyakit/cedera lahir pada bayi baru lahir sebagai komplikasi persalinan (P10 – P15)
Penyakit/cedera lahir pada bayi baru lahir sebagai komplikasi persalinan.

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman 6


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

Cedera lahir adalah kelainan pada bayi baru lahir yg terjadi karena trauma lahir akibat
tindakan, cara persalinan atau gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan fisiologik
persalinan.
a. CEDERA PADA PERSALINAN DENGAN VACUM/CUNAM (P03.2 – P03.3)
Cedera biasanya terjadi karena tarikan atau tahanan dinding jalan lahir terhadap
kepala bayi. Cedera tersebut diantaranya :
1. kelainan perifer : kaput suksedaneum, sefalhematum, perdarahan
subaponeurosis, kerusakan saraf perifer, trauma pada kulit, perdarahan sub
konjungtiva, perdarahan retina, molding.
2. kelainan sentral: iritasi sentral, perdarahan/gangguan sirkulasi otak.

b. CEDERA PADA PERSALINAN DENGAN SC


Terjadi cedera pada bayi dgn SC karena pada indikasi SC yang benar pada ibu sering
berarti bahwa bayi telah menderita hipoksia sebelum lahir karena obat anastesi
yang di berikan kepada ibu dpt mempengaruhi bayi. Dan dapat menyebabkan
asfiksia neonaturum, depresi pernafasan akibat obat anastesi, atau gangguan
pernafasan seperti pneumonia aspirasi/serangan apneu, trauma lahir (perdarahan
akut, luka sayat, frakture ekstremitas, perdarahan intrakranial)

c. CEDERA PADA PERSALINAN DENGAN MALPRESENTASI DAN MALPOSISI (P01.7 dan


P03.1)
1. KELAHIRAN PRESENTASI BOKONG (P03.0) : perdarahan intrakranial (P10-
P10.9), kerusakan pada medula spinalis, kerusakan pada tulang/jaringan,
frakture klavikula (P13.4).
2. KELAHIRAN PRESENTASI MUKA : kelainan perifer (laserasi kulit muka,
edem/hematom atau ekimosis di daerah muka).
3. KELAHIRAN LETAK LINTANG : frakture atau luksasi akibat ekstraksi pada
persalinan, gangguan pleksus brakhialis atau medula spinalis.

4. Masa Nifas

1. Perdarahan post partum yang disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir(O70-O71),
kelainan pembekuan darah dan lain-lain (O72), termasuk untuk perbaikan keadaan umum
kasus HPP (Hemoragic Post Partum) dimana pasien sudah melahirkan di PKM tapi
perdarahan kemudian membaik tetap dirujuk di rumah sakit untuk dilakukan tindakan
transfusi / kuret / histeretomi.
2. Sepsis puerpuralis (O85)
3. Infeksi puerperalis (metritis, bendungan payudara, infeksi payudara, abses pelvis, infeksi
luka perineum dan abdominal dll, penjelasan lengkapnya di lampiran) (O86)
IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman 7
DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

4. Eklamsia (O15.2)
5. Baby blues/depresi post partum (O99.3)
6. Retensio urine masa nifas.
7. Kontrasepsi paska salin (termasuk MOW/MOP)
8. Abses/infeksi diakibatkan oleh komplikasi pemasangan/pemakaian alat kontrasepsi.
9. Penyakit lain yang mengancam keselamatan ibu dan bayi baru lahir sebagai komplikasi
persalinan.

catatan : untuk diagnosa yg tidak tersurat diatas dapat dijamin dalam program Jampersal,
selama kasus tersebut merupakan komplikasi dari proses kehamilan, persalinan dan nifas.

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman 8


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

III. ATURAN PENGKODINGAN UNTUK KODE ''O'' DAN "P''


1. Penyulit/komplikasi (O60-O75 dll) pada saat partus maka penyulit (komplikasi) diinput
sebagai kode diagnosis Primer dan kode O80, O81, O83, O84 sebagai kode sekunder.
2. Khusus untuk persalinan dengan Seksio Sesarea (SC), O82, selalu diinput sebagai kode
diagnosis PRIMER.
3. Untuk pasien dengan Riwayat Seksio Sesaria (SC) dan persalinan saat ini lahir normal, maka
diinput Vaginal delivery following previous caesarean section (O75.7).
4. Untuk kasus pasien yang melahirkan di jalan (kebrojolan) kemudian di Rumah Sakit
dilakukan tindakan kala III (pengeluaran plasenta) dan kala IV (setelah kelahiran sampai 2
jam post partum). Maka cara pengajuan klaimnya sama dengan persalinan biasa (bila ada
penyulit, maka penyulitnya sebagai diagnosa utama, bila tidak ada penyulit partusnya
sebagai diagnosa utama). Karena tidak ada kode ICD tersendiri untk setiap kala tersebut.
Dan persalinan sudah mencakup kala I – IV.
5. Untuk kasus persalinan gemelli (kembar), maka klaim proses persalinannya adalah satu kali,
bukan n kali sesuai dengan jumlah bayi yang dilahirkannya.
Jika bayi yang dilahirkan tidak mempunyai indikasi medis apapun, maka bayi tersebut tidak
dapat diklaimkan (rawat gabung). Jika salah satu (atau lebih) bayi mempunyai masalah
kesehatan, dapat diklaimkan untuk bayi yang mempunyai masalah kesehatan tersebut.
6. Kode ICD untk diagnosa uterus kontraktil.
Permasalahannya karena kode ICD-X untuk uterus kontraktil tidak ada.
Sebenarnya perlu dikaji dan ditelusuri lagi uterus kontraktil-nya terjadi saat usia kehamilan
berapa bulan/minggu. Jika uterus kontraktil tersebut terjadi pada masa kehamilan < 20
minggu, berarti itu masuk abortus imminent. Sebaliknya jika terjadi pada masa kehamilan
>= 20 minggu berarti indikasi partus imaturus/prematurus (O47.0)
7. Untuk kasus pasien bayi baru lahir (usia 0-28 hari) data berat badan lahir dalam gram harus
dimasukkan, untuk RITL, BB < atau = 1000gram, diinput 1.000 gram.untuk klaim RJTL usia
bayi diinput minimal 8 hari. Untuk kasus bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) maka
kode BBLR diinput sebagai kode Diagnosa Primer.
P07.0 ......... untuk Berat Badan Lahir <999 gr
P07.1 ........... untuk berat badan Lahir 1000-2499 gr
Sesuai SE Dirjen BUK tanggal 30 Juni 2011 No. IR.01.03/I.1/4218/2011 pada point 3, maka
jika terdapat kasus BBLR, maka yang menjadi diagnosa utamanya adalah kasus BBLR itu
sendiri.
8. Penggunaan kode P (perinatal) untuk koding diagnosa utama jika umur pasien kurang dari
28 hari.
9. Bayi dengan semua kode P dapat diklaimkan termasuk bayi baru lahir yang dipengaruhi oleh
kondisi kehamilan dan komplikasi kehamilan dan persalinan (P00-P04).

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman 9


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

10. Bayi sebelum lahir sudah meninggal tidak dapat diklaim (P95), yang termasuk bayi dgn
kode P95 : IUFD atau bayi lahir hidup namun belum sampai dilakukan penangan/tindakan
apapun ternyata sudah meninggal.
11. Bayi lahir normal (tanpa keluhan medis) tidak dapat diklaimkan. Kode Z38.0 (born in
hospital) dapat dijadikan kode pelengkap untuk bayi2 diklaim, yang lahir di RS tsb. demikian
pula untuk klaim bayi kiriman/rujukan dari luar RS, perlu dilengkapi kode Z38.1 untuk
klaimnya.
12. Gejala hipotermi pada bayi bila suhu tubuh (aksila) turun di bawah 36.4 C (nilai normal 36,5
C - 37 C), bayi tidak mau minum/menetek, tampak lesu/mengantuk saja, tubuh teraba
dingin dan dalam keadaan berat denyut jantung menurun dan kulit tubuh bayi mengeras.
Suhu antara 32 - 36.4 termasuk hipotermi sedang. Pada BBLR biasanya terjadi hipotermi
karena cadangan lemak dibawah kulit yang sedikit. Hipotermi ada yang fisiologis misal
Neonatus sesudah dimandikan biasanya Hipotermi, suhu Inkubator yang kurang panaspun
juga menyebabkan Hipotermi.
13. Gejala hipertermi pada bayi suhu tubuh bayi >37 C, frekuensi pernafasan bayi >60x/mnt
dan tanda-tanda dehidrasi. (buku acuan nasional pelayanan kesh. maternal & neonatal).
14. Kode R hanya digunakan di diagnosa utama saja jika dan hanya jika tidak ada diagnosa
penegak lainnya. Jika ada diagnosa lain yang sudah ditegakkan selain kode R, maka kode R
tersebut harus diletakkan sebagai diagnosa pemberat.

Keterangan:
Beberapa ketentuan dan aturan di atas bersifat sementara dan merujuk pada kesepakatan
coder, menunggu perbaikan rule grouper yang akan disempurnakan oleh Casemix. Batas waktu
kapan tidak diberlakukannya ketentuan ini menunggu Surat Edaran dari Kementerian
Kesehatan.

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman 10


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

IV. LAIN-LAIN
1. Pasien masuk diberikan SJP jampersal, setelah diverifikasi ternyata memiliki kartu
jamkesmas, maka pasien tersebut harus mempergunakan Jamkesmas dengan segala
persyaratan Jamkesmas yang melekat (mengurus SKP yang diterbitkan Askes). Walaupun
pada dasarnya sumber pendanaan Jamkesmas dan Jampersal adalah sama, tetapi Jampersal
adalah perluasan dari Jamkesmas dimana perluasan itu mempunyai persyaratan dimana
salah satu persyaratannya adalah "tidak memiliki jaminan kesehatan dari institusi
manapun".
2. Untuk rujukan ibu hamil yang berindikasi RESTI, di beberapa daerah mengalami kesulitan,
karena sosialisasi pelayanan jampersal dimaksimalkan di bidan/PPK I belum baik, masih
banyak partus fisiologis terjadi di PPK II. Verifikator Independen perlu memeriksa status
medis atau, jika diperlukan, Rekam Medis pasien, dan komunikasikan ke pengelola
Jamkesmas Kabupaten/kota setempat untuk klaim dilayakkan atau tidak (untuk ASKES
sendiri, tahun ini ketat dalam hal rujukan) rujukan dgn model INA CBG tidak sekedar ada
rujukan, tetapi lihat juga diagnosis dalam rujukannya.
3. Jampersal ditujukan untuk masyarakat yang tidak mempunyai asuransi persalinan. Jadi
kasus-kasus seperti:
a. PNS yang memiliki kartu Askes dan melahirkan anak ke 3 atau lebih
b. Pegawai yang hanya mendapatkan santunan berobat ke dokter dari majikannya (bukan
asuransi formal)
c. Pegawai non PNS (dan tentunya non Askes) yang manfaat asuransinya tidak mencakup
proses melahirkan
dapat dilayakkan dari sisi kepesertaannya.
4. Program Jampersal adalah perluasan dari Program Jamkesmas, dalam hal ini segala
ketentuan dan persyaratan Jampersal mengacu pada ketentuan dan persyaratan dari
Program Jamkesmas, dimana peserta tidak diperbolehkan untuk iur/urun biaya dengan
alasan apapun, termasuk di antaranya adalah alat konttrasepsi dan alat medis habis pakai
lainnya.
5. Memastikan di Nomor Kepesertaan dituliskan dalam format: JP-(Nomor Rujukan atau
Nomor Identitas peserta). Contoh: JP-123/PKM/2012

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman 11


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

V. PENUTUP

Seluruh materi yang telah disampaikan di atas merupakan kompilasi dari kasus-kasus
kehamilan, persalinan dan penanganan bayi baru lahir yang ditemui pada saat Verifikator
Independen melakukan pekerjaannya. Dengan keterbatasan pengetahuan kami, tidak menutup
kemungkinan kasus-kasus yang dijelaskan di bagian bagian sebelumnya akan berkembang dan
untuk itu segala macam masukan dan saran sangat kami harapkan dalam upaya kami untuk
melengkapi dokumen ini.

Pada halaman-halaman berikutnya kami sertakan juga lampiran. Lampiran-lampiran tersebut


semata untuk menambah wawasan dan pengetahuan Verifikator Independen, dan bukan
menjadi acuan mutlak dalam proses penentuan kelayakan sebuah klaim.

Akhir kata, semoga dokumen ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi Verifikator
Independen dan PPK dalam upayanya melaksanakan tugas verifikasi Jamkesmas dan Jampersal.

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman 12


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

Lampiran 1: Proses Persalinan  O80.0 (Persalinan Pervaginam Normal), O80.1 (Persalinan


Pervaginam dengan letak sungsang)

Partus (proses persalinan) dibagi menjadi 4 kala, yaitu :


1. KALA I
Persalinan kala I (satu) dimulai dari pembukaan 1cm sampai 10cm (lengkap).
Fase-fase persalinan kala I
Kala I fase laten :
 Pembukaan cervix kurang dari 3 cm
 Cervix membuka perlahan selama fase ini
 Fase laten biasanya berlangsung tidak lebih dari 8 jam
Kala I fase aktif :
 Pembukaan cervix 4 cm sampai 10 cm.
 His dalam fase ini lebih kuat dan cervix membuka lebih cepat

2. KALA II
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan lengkap sampai lahirnya seluruh tubuh janin.

3. KALA III
Persalinan kala III (tiga) dimulai setelah bayi lahir sampai plasenta lahir. Normalnya
pelepasan plasenta berkisar ± 15-30 menit setelah bayi lahir.

4. KALA IV
Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 2 jam setelah itu.

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman i


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

Lampiran 2: Tata cara penghitungan nilai APGAR

Pendahuluan
APGAR adalah tes cepat yang dilakukan pada bayi pada 1 dan 5 menit setelah kelahiran. Skor 1-
menit menentukan seberapa baik bayi beradaptasi pada proses kelahirannya. Skor 5-menit
memberitahu dokter seberapa baik bayi beradaptasi dengan lingkungan di luar rahim ibu.Tes ini
jarang dapat dilakukan 10 menit setelah kelahiran.

Bagaimana Test Dilaksanakan


Tes Apgar dilakukan oleh, bidan perawat dokter, atau penyedia perawatan kesehatan akan
memeriksa bayi. Setiap kategori dinilai dengan 0, 1 atau 2, tergantung dari kondisi yang
diamati.
• Usaha si bayi untuk bernafas (sendiri)
• Jika bayi tidak bernafas, skor pernapasan adalah 0.
• Jika respirasi yang lambat atau tidak teratur, skor 1.
• Jika bayi menangis dengan baik, skor pernapasan adalah 2.
• Denyut jantung
• Jika tidak ada detak jantung, skor 0.
• Jika denyut jantung kurang dari 100 detak per menit, skor 1.
• Jika denyut jantung lebih besar dari 100 denyut per menit, skor 2.
• Tonus otot
• Jika otot lemah atau tidak ada gerakan, skor 0.
• Jika ada sedikit gerakan, skor bayi 1.
• Jika ada gerakan aktif, skor 2.
• Response terhadap refleks, distimulasikan dengan cara seperti mencubit ringan
• Jika tidak ada reaksi, skor 0.
• Jika ada meringis, skor 1.
• Jika ada meringis dan batuk, bersin, atau menangis kuat, skor 2.
• Warna kulit
• Jika warna kulit berwarna biru pucat, skor bayi 0.
• Jika tubuh adalah pink dan kaki berwarna biru, skor bayi 1.
• Jika seluruh tubuh adalah merah muda, skor bayi 2.

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman i


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

Klinis 0 1 2
Detak jantung Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit
Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat
Refleks saat jalan nafas Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
dibersihkan
Tonus otot Lunglai Fleksi ekstrimitas Fleksi kuat gerak
(lemah) aktif
Warna kulit Biru pucat Tubuh merah Merah seluruh
ekstrimitas biru tubuh
Nilai 0-3 : Asfiksia berat
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal

Mengapa Test Dilaksanakan


Tes ini dilakukan untuk menentukan apakah suatu kebutuhan baru lahir membantu pernapasan
atau mengalami masalah jantung.

Hasil normal
Nilai Apgar didasarkan pada total skor 1 sampai 10. Semakin tinggi skor, semakin baik bayi
melakukan setelah lahir.
Sebuah nilai 7, 8, atau 9 adalah normal dan merupakan tanda bahwa bayi baru lahir dalam
keadaan sehat. Nilai 10 adalah sangat luar biasa, karena hampir semua bayi baru lahir
kehilangan 1 poin untuk tangan dan kaki biru, yang adalah normal setelah lahir.

Hasil Abnormal
Setiap skor yang lebih rendah dari 7 adalah tanda bahwa bayi memerlukan perhatian medis.
Skor yang lebih rendah, semakin membantu bayi perlu menyesuaikan luar rahim ibu.
Sebagian besar waktu skor Apgar yang rendah disebabkan oleh:
• Sulit kelahiran
• C-section
• Cairan di jalan napas bayi

Jika bayi memiliki skor Apgar rendah, bayi tersebut dapat menerima:
• Oksigen dan membersihkan jalan napas untuk membantu bayi bernapas
• Fisik stimulasi untuk mendapatkan jantung berdetak pada tingkat yang sehat

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman ii


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

Sebagian besar waktu, skor rendah pada 1 menit adalah mendekati normal dengan 5 menit.
Skor Apgar yang lebih rendah tidak berarti seorang anak akan memiliki masalah kesehatan yang
serius atau jangka panjang. Skor Apgar tidak dirancang untuk memprediksi kesehatan masa
depan anak.

Keterangan: Sebagian besar dari lampiran ini bersumber dari National Institue of Health, AS,
2011.

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman iii


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

Lampiran 3: Asfiksia  P21.0 (Asfiksia Berat) dan P21.1 (Asfiksia sedang)

Pengertian
1. Asfiksia neonatorum adalah di mana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea
dan sampai ke asidosis (Hidayat, 2005).
2. Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernafas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah
(hipoksemia), hiperkabia (PaCO2) meningkat dan asidosis (Utomo, 2006).
3. Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami kegagalan
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Kamarrullah, 2005).

Klasifikasi Asfiksia Neonatus dapat dibagi dalam:


Menurut Kamarullah (2005) klasifikasi asfiksia dibagi menjadi:
1. Asfiksia Ringan (vigorus baby). Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak
memerlukan tindakan istimewa.
2. Asfiksia Sedang. Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi tentang
lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Asfiksia Berat. Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang
dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas
tidak ada, pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak
lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum
pemeriksaan fisik sama asfiksia berat (Kamarullah,2005).

Etiologi
Menurut Kamarullah (2005) penyebab asfiksia adalah Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia
neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas transport O2 dari ibu ke janin sehungga
terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2.gangguan ini dapat
berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau
secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan.

Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi yang buruk, penyakit menahun seperti
anemia, hipertensi, jantung dan lain-lain. Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan yang
besifat mendadak yaitu faktor janin berupa gangguan aliran darah dalam tali pusat, depresi
pernapasan karena obat-obatan anestesi/analgetika yang diberikan ke ibu, perdarahan
intrakranial, kelainan bawaan seperti hernia diafragmatika, atresia saluran pernapasan,
hipoplasia paru-paru dan lain-lain. Sedangkan faktor dari ibu adalah gangguan his misalnya
hipertonia dan tetani, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi, dan
eklamsia, gangguan mendadak pada plasenta seperti solusio plasenta.

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman i


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

Tanda dan Gejala


Menurut Winkjosastro (1999), tanda dan gejala asfiksia yaitu:
1. Hipoksia
2. Respirasi > 60 x/mnt atau < 30 x/mnt
3. Napas megap-megap/gasping sampai dapat terjadi henti napas
4. Bradikardia
5. Tonus otot berkurang 6. Warna kulit sianotik/pucat

Bayi dikatakan normal apabila : (buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal &
neonatal)
● Suhu tubuh normal (36,5 – 37,5 c)
● Tidak ada dehidrasi
● Tekanan darah cukup
● Oksigenasi cukup.

Diagnosis
Anamnesis : Gangguan/kesulitan waktu lahir, lahir tidak bernafas/menangis.

Pemeriksaan penunjang
 Foto polos dada
 USG kepala
 Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit

Penyulit
Meliputi berbagai organ yaitu :
 Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis
 Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan paru, edema
paru
 Gastrointestinal : enterokolitis nekrotikans
 Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH
 Hematologi : DIC

Penatalaksanaan
RESUSITASI
 Tahapan resusitasi tidak melihat nilai APGAR
 Terapi medikamentosa :
 Epinefrin :
Indikasi :

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman ii


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

 Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik dilakukan ventilasi
adekuat dan pemijatan dada.
 Asistolik.
Dosis :
0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg BB) Cara : i.v atau
endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.

 Volume ekspander :
Indikasi :
 Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada
respon dengan resusitasi.
 Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai
adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan pada resusitasi tidak memberikan
respon yang adekuat.
Jenis cairan :
 Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat)
 Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah banyak.
Dosis :
Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai
menunjukkan respon klinis.

 Bikarbonat :
Indikasi :
 Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi. Diberikan bila
ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
 Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia harus
disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah dan kimiawi.
Dosis :
1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg bb (8,4%)
Cara :
Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan secara
intravena dengan kecepatan minimal 2 menit.
Efek samping :
Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak fungsi
miokardium dan otak.

 Nalokson :
Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak menyebabkan depresi
pernafasan. Sebelum diberikan nalakson ventilasi harus adekuat dan stabil.

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman iii


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

Indikasi :
 Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan narkotik 4 jam
sebelum persalinan.
 Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai sebagai pemakai
obat narkotika sebab akan menyebabkan tanda with drawltiba-tiba pada sebagian
bayi.
Dosis :
0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)
Cara :
Intravena, endotrakeal atau bila perpusi baik diberikan i.m atau s.c

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman iv


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

Lampiran 4 : Komplikasi Kehamilan dan Persalinan dan Nifas

1. Persalinan Lama (O63.9  Long Labour)


Tanda dan gejala klinik :
a. Fase laten > 8 jam.
b. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih bayi belum lahir.
c. Pada persalinan fase aktif (pembukaan 4 atau lebih) dilatasi serviks di kanan garis
waspada
Persalinan lama disebabkan oleh :
- His tidak efisien
Dikatakan tidak efisien/adequate bila his < 3 x 40’’.(frekuensi kurang dari 3 kontraksi
per 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik).
- Faktor janin (malpresentasi, malposisi, janin besar).
Malpresentasi adalah presentasi janin selain vertex (bagian terendaah janin sebelum
lahir bukan vertex (bagian dari kepala janin).
Malposisi adalah posisi kepala janin relative dengan oksiput sebagai tiik referensi.
- Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks dan vagina, tumor).

2. False Labour (Persalinan Palsu/Belum In Partu)  O47.9


Pembukaan serviks kurang dari 3 cm dan tidak didapatkan kontraksi uterus.
O47.0 bila terjadi pada Usia Kehamilan sebelum 37 minggu.
O47.1 bila terjadi pada Usia Kehamilan setelah 37 minggu.

3. Prolonged Second Stage (Kala II Lama)  O63.1


Bila pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan tetapi tidak ada kemajuan penurunan
bagian bawah janin.

4. Prolonged Latent Phase (Fase Laten Memanjang)


Bila pembukaan serviks tidak melewati 3 cm sesudah 8 jam in partu.

5. Persalinan Preterm  O60


Persalina preterm adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu
(antara 20 – 37 minggu).
Kesulitan utama pada persalina premature adalah perawatan bayinya, semakin muda usia
kehamilannya semakin besar morbiditas dan mortalitasnya.

Etiologi dan faktor resiko


Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti persalinan preterm tidak diketahui. Namun
menurut Rompas (2004) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan partus prematurus
yaitu :
IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman i
DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

a. Faktor resiko mayor


Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada
kehamilan 32 minggu, serviks mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan
32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan pretem
sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan
iritabilitas uterus.
b. Faktor resiko minor
Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu,
riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada
trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.

Tanda dan gejala


Partus prematurus iminen ditandai dengan :
a. Kontraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit
b. Rasa berat dipanggul
c. Kejang uterus yang mirip dengan dismenorea
d. Keluarnya cairan ketuban pervaginam
e. Nyeri punggung

Gejala diatas sangat mirip dengan kondisi normal yang sering lolos dari kewaspadaan
tenaga medis.

Penilaian klinik
Menurut Saifuddin (2001), kriteria persalinan prematur antara lain kontraksi yang teratur
dengan jarak 7-8 menit atau kurang dan adanya pengeluaraan lendir kemerahan atau cairan
pervaginam dan diikuti salah satu berikut ini :
a. Pada periksa dalam, pendataran 50-80 persen atau lebih, pembukaan 2 cm atau lebih.
b. Mengukur panjang serviks dengan vaginal probe USG: panjang servik kurang dari 2 cm
pasti akan terjadi persalinan prematur, tujuan utama adalah bagaimana mengetahui dan
menghalangi terjadinya persalinan prematur, cara edukasi pasien bahkan dengan
monitoring kegiatan di rumah tampaknya tidak memberi perubahan dalam insidensi
kelahiran prematur.

Prognosis
Prematurnya masa gestasi akan dapat mengakibatkan ketidakmatangan pada semua sistem
organ. Baik itu pada sistem pernapasan (organ paru-paru), sistem peredaran darah
(jantung), sistem pencernaan dan sistem saraf pusat (otak). Ketidakmatangan pada sistem-
sistem organ itulah yang membuat bayi prematur cenderung mengalami kelainan
dibandingkan bayi normal. Kelainan itu bisa berupa :
a. Sindroma gangguan pernapasan.
IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman ii
DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

Kelainan ini terjadi karena kurang matangnya paru-paru, sehingga jumlah surfaktan
(cairan pelapis paru-paru) kurang dari normal. Ini menyebabkan paru-paru tidak dapat
berkembang sempurna.
b. Perdarahan otak
Biasanya terjadi pada minggu pertama kelahiran, terutama pada bayi prematur yang
lahir kurang dari 34 minggu. Pendarahan otak ini menyebabkan bayi prematur tumbuh
menjadi anak yang relatif kurang cerdas, dibanding anak yang lahir normal.
c. Kelainan jantung
Yang sering terjadi adalah Patent Ductus Arteriosus, yaitu adanya hubungan antara
aorta dengan pembuluh darah jantung yang menuju paru-paru.
d. elainan usus
e. Ini disebabkan akibat imaturitas atau kurang mampu dalam menerima nutrisi.
f. Anemia dan infeksi
Belum matangnya fungsi semua organ tubuh, membuat bayi prematur menghadapi
berbagai masalah. Seperti mudah dingin, lupa napas, mudah infeksi karena sensor
otaknya belum sempurna, pengosongan lambung terhambat (refluks), kuning dan
kebutaan (Rinawati, 2007).

6. Post Date/Post Term (Kehamilan Lewat Waktu)  O48


Dikatakan kehamilan lewat waktu apabila kehamilan yang umur kehamilannya lebih dari 42
minggu.
a. Masalah Ibu
- Serviks yang belum matang (70% kasus).
- Kecemasan ibu.
- Persalinan traumatis akibat janin besar (20 %).
- Angka kejadian SC meningkat karena gawat janin, distosia, dan CPD (Cepalo
pelvic Disproporsi).
- Meningkatnya perdarahan pasca persalinan.
b. Masalah Janin
- Kelainan pertumbuhan janin :
janin besar dapat menyebabkan distosia bahu, fracture klafikula.
- Oligohidramnion
Kelainan cairan amnion ini mengakibatkan : gawat janin, keluarnya mekonium
dan tali pusat tertekan sehingga menyebabkan kematian janin mendadak.

Komplikasi :
- Bayi besar, dapat menyebabkan disproporsi sefalopelvik.
- Oligohidramnion, dapat menyebabkan kompresi tapi pusat, gawat janin sampai
bayi meninggal.
- Keluarnya mekonium yang dapat menyebabkan aspirasi mekonium.
IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman iii
DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

7. Persalinan Dengan Prolapsus Tali Pusat  O69.0


Bila dalam keadaan inpartu, ketuban sudah pecah dan tali pusat berada di depan atau di
samping bagian terbawah janin.
Penyebab :
- Tidak tertutupnya PAP (Pintu Atas Panggul) oleh bagian terendah janin misalnya
pada panggul sempit, terdapat CPD (Cepalo Pelviks Disproporsional), malpresentasi
dan plasentia letak rendah.
- Polihidramnion .
- Ada kelainan pada tali pusat : tali pusat yang panjang atau insersi tali pusat di tepi
plasenta bagian yang terendah.
Komplikasi :
- Gawat janin atau bayi mati.
- Infeksi intra partum.
- Partus prematurus.

8. Ketuban Pecah Dini (KPD)/Ketuban Pecah Premature / Premature Rupture Membrane


(O42.0 – O42.9)
Pengertian Ketuban Pecah Dini dari Beberapa Referensi
 Ketuban pecah dini/Premature Rupture of the Membran (PROM) adalah pecahnya
ketuban sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm,
sedangkan pada multipara kurang dari 5 cm (Sinopsis Obstetri.
 Ketuban pecah dini, yaitu pecahnya ketuban sebelum terjadinya proses persalinan
berlangsung (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal).
 Ketuban pecah dini, yaitu ketuban pecah sebelum proses persalinan berlangsung
yang mengeluarkan berupa cairan atau air yang keluar melalui vagina yang terjadi
setelah kehamilan berusia 22 mg (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatus) Jadi, Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya kulit
ketuban yang terjadi setelah kehamilan berusia 22 mg atau sebelum proses
persalinan berlangsung.
 Ketuban pecah prematur yaitu pecahnya membran khorio-amniotik sebelum onset
persalinan atu disebut juga Premature Rupture Of Membrane = Prelabour Rupture
Of Membrane = PROM.
 Ketuban pecah prematur pada preterm yaitu pecahnya membran Chorio-amniotik
sebelum onset persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau disebut
juga Preterm Premature Rupture Of Membrane = Preterm Prelabour Rupture Of
Membrane = PPROM.

Prinsipnya adalah ketuban yang pecah “sebelum waktunya”.

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman iv


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

Normal selaput ketuban pecah pada akhir kala I atau awal kala II persalinan. Bisa juga belum
pecah sampai saat mengedan, sehingga kadang perlu dipecahkan (amniotomi).

Diagnosa
Secara klinik diagnosa ketuban pecah dini tidak sukar dibuat anamnesa pada klien dengan
keluarnya air seperti kencing dengan tanda-tanda yang khas sudah dapat menilai itu
mengarah ke ketuban pecah dini. Untuk menentukan betul tidaknya ketuban pecah dini
bisa dilakukan dengan cara :
 Adanya cairan yang berisi mekonium (kotoran janin), verniks kaseosa (lemak putih)
rambut lanugo atau (bulu-bulu halus) bila telah terinfeksi bau
 Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari
kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah, atau terdapat cairan ketuban pada
forniks posterior
 USG : volume cairan amnion berkurang/oligohidramnion
 Terdapat infeksi genital (sistemik)
 Gejala chorioamnionitis

Maternal : demam (dan takikardi), uterine tenderness, cairan amnion yang keruh dan
berbau, leukositosis (peningkatan sel darah putih) meninggi, leukosit esterase (LEA)
meningkat, kultur darah/urin
Fetal : takikardi, kardiotokografi, profilbiofisik, volume cairan ketuban berkurang
Cairan amnion
Tes cairan amnion, diantaranya dengan kultur/gram stain, fetal fibronectin, glukosa,
leukosit esterase (LEA) dan sitokin.
Jika terjadi chorioamnionitis maka angka mortalitas neonatal 4x lebih besar, angka
respiratory distress, neonatal sepsis dan pardarahan intraventrikuler 3x lebih besar
 Dilakukan tes valsava, tes nitrazin dan tes fern
Normal pH cairan vagina 4,5-5,5 dan normal pH cairan amnion 7,0-7,5
 Dilakukan uji kertas lakmus/nitrazine test
o Jadi biru (basa) : air ketuban
o Jadi merah (asam) : air kencing
Penanganan
1. Penanganan Umum :
a. Konfirmasikan umur kehamilan. Jika ada dg USG
b. Lakukan inspekulo, untuk memastikan dan menilai cairan yg keluar (jml, bau,
warna) dan bedakan dg urine
c. Jika ibu mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan (>22mg) jangan lak. Px
dalam secara digital
d. Tentukan tanda-tanda inpartu
IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman v
DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

e. Tentukan ada tidaknya infeksi


2. Penanganan Khusus
a. Rawat di rumah sakit
b. Jika ada perdarahan pervaginam dg nyeri perut, mungkin solusio plasenta
c. Jika ada tanda-tanda infeksi(demam, cairan vagina berbau) berikan antibiotika
d. Jika tidak ada tanda-tanda infeksi :
1) Kehamilan < 37 minggu :
 Berikan ampicillin 4*500mg selama 7 hari ditambah eritromicin
3*250mg selama 7 hari.
 Berikan kortikosteroid pada ibu untuk memperbaiki kematangan paru
janin, seperti betametason 12 mg IM dalam 2 dosis setiap 12jam
/dexametason 6 mg IM dalam 4 dosis setiap 6 jam.
 Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu.
 Jika ada his dan darah (lendir, kemungkinan terjadi persalinan
preterm)
2) Kehamilan > 37 minggu :
 Jika ketuban telah pecah > 18 jam, berikan antibiotik propilaksis
untuk mengurangi resiko infeksi streptokokus, yaitu : - Ampicillin IV
setiap 6 jam atau - cipotaxim 1 gr IV setiap 6 jam sampai persalinan
- Jika tdk ada infeksi pasca persalinan, hentikan antibiotika .
 Nilai serviks - Jika servik sudah matang, lakukan induksi persa- linan
dengan oxitosin - Jika servik belum matang, matangkan servik dg
prostaglandin dan infus oksitosin atau lahirkan dengan SC
Komplikasi :
1. infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari vagina ke intrauterin.
2. persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm.
3. prolaps tali pusat, bisa sampai gawat janin dan kematian janin akibat hipoksia
(sering terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang).
4. oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry labor) karena air ketuban habis.

9. Retensi Urin Postpartum  O90.8 (Other Complications Of The Puerperium, Not


Elsewhere Classified)

Epidemiologi
Salah satu komplikasi umum yang terjadi setelah proses persalinan, baik persalinan
pervaginam atau sectio caesarea adalah retensi urin postpartum. Pada tahun 1998, dr.
Kartono dkk dari FKUI-RSCM Jakarta melansir data bahwa terdapat 17,1% kejadian retensi
urin pada ibu melahirkan yang telah dipasang kateter selama enam jam dan 7,1% untuk
yang dipasang selama 24 jam pasca operasi sectio caesarea. Yip SK (Hongkong, 1997)
melaporkan terdapat angka 14,6% untuk kasus retensi urin postpartum pervaginam. Dr.
IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman vi
DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

Pribakti B. dari FK Universitas Lambung Mangkurat/RSUD Ulin Banjarmasin mencatat,


bahwa sepanjang tahun 2002-2003 terdapat sebelas kasus retensi urin post partum dari
2850 kasus (0.38%) yang terdata di RSUD Ulin Banjarmasin, dengan rincian empat kasus
berada di antara kelompok usia 26-30 tahun dan paritas terbanyak adalah paritas satu
(enam kasus). Selain itu, delapan kasus terjadi pada pasien persalinan pervaginam, dua
kasus pada vakum ekstraksi, dan satu kasus pada sectio caesarea. Data lain datang dari
Andolf dkk (1.5%) dan Kavin G. dkk (0.7%).

Definisi
Retensi urin menurut Stanton adalah ketidakmampuan berkemih selama 24 jam yang
membutuhkan pertolongan kateter, karena tidak dapat mengeluarkan urin lebih dari 50%
kapasitas kandung kemih. Dr. Basuki Purnomo dari FK Unbraw mengatakan, bahwa retensi
urin adalah ketidakmampuan buli-buli (kandung kencing) untuk mengeluarkan urin yang
telah melampaui batas maksimalnya. Pada ibu melahirkan, aktivitas berkemih seyogyanya
telah dapat dilakukan enam jam setelah melahirkan (partus). Namun apabila setelah enam
jam tidak dapat berkemih, maka dikatakan sebagai retensi urin postpartum.
Pendapat dari Psyhyrembel menyatakan, bahwa retensi urin postpartum adalah
ketidakmampuan berkemih secara normal 24 jam setelah melahirkan (ischuria puerperalis).
Adapun kepustakaan lain mendefinisikan retensi urin postpartum sebagai tidak adanya
proses berkemih spontan setelah kateter menetap dilepaskan, atau dapat berkemih
spontan namun urin sisa lebih dari 150 ml.
Retensi urin postpartum apabila tidak segera ditangani dapat menyebabkan sistitis, uremi,
sepsis, bahkan ruptur spontan vesika urinaria.

Patofisiologi
Pada masa kehamilan terjadi peningkatan elastisitas pada saluran kemih, sebagian
disebabkan oleh efek hormon progesteron yang menurunkan tonus otot detrusor. Pada
bulan ketiga kehamilan, otot detrusor kehilangan tonusnya dan kapasitas vesika urinaria
meningkat perlahan-lahan. Akibatnya, wanita hamil biasanya merasa ingin berkemih ketika
vesika urinaria berisi 250-400 ml urin. Ketika wanita hamil berdiri, uterus yang membesar
menekan vesika urinaria. Tekanan menjadi dua kali lipat ketika usia kehamilan memasuki 38
minggu. Penekanan ini semakin membesar ketika bayi akan dilahirkan, memungkinkan
terjadinya trauma intrapartum pada uretra dan vesika urinaria dan menimbulkan obstruksi.
Tekanan ini menghilang setelah bayi dilahirkan, menyebabkan vesika urinaria tidak lagi
dibatasi kapasitasnya oleh uterus. Akibatnya vesika urinaria menjadi hipotonik dan
cenderung berlangsung beberapa lama.

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman vii


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

Etiologi
Penyebab retensi urin postpartum ada bermacam-macam, antara lain efek dari epidural
anasthesia, trauma intrapartum, refleks kejang sfingter uretra, hipotonia selama hamil dan
nifas, peradangan, psikogenik, dan umur yang tua.

Diagnosis
Gejala retensi urin postpartum dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan pada
pasien, yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan subyektif, yaitu mencermati keluhan yang disampaikan oleh pasien yang
digali melalui anamnesis yang sistematik. Dari pemeriksaan subyektif biasanya didapat
keluhan seperti nyeri suprapubik, mengejan karena rasa ingin kencing, serta kandung
kemih berasa penuh.
2. Pemeriksaan obyektif, yaitu melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasien untuk
mencari data-data yang objektif mengenai keadaan pasien. Dari pemeriksaan obyektif
dengan metode palpasi atau perkusi, biasanya ditemukan massa di daerah suprasimfisis
karena kandung kemih yang terisi penuh dari suatu retensi urin.
3. Pemeriksaan penunjang, yaitu melakukan pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium,
radiologi atau imaging (pencitraan), uroflometri, atau urodinamika, elektromiografi,
endourologi, dan laparoskopi. Pada pemeriksaan laboratorium paling sering digunakan
kateter dan uroflowmetri, yaitu untuk mengukur volume dan residu urin pada kandung
kemih. Selain itu juga dapat digunakan cystourethrografi untuk melihat gambaran
radiografi kandung kemih dan uretra. Menurut dr. Basuki Purnomo, volume maksimal
kandung kemih dewasa normal berkisar antara 300-450 ml dengan volume residu sekira
200 ml. Apabila dari hasil kateterisasi didapatkan volume/residu urin telah
mendekati/melampaui batas normal, maka pasien dinyatakan mengalami retensi urin.

10. Partus Presipitatus  O62.3 (Precipitate Labour)


Pengertian
Partus presipitatus adalah persalinan berlangsung sangat cepat. Kemajuan cepat dari
persalinan, berakhir kurang dari 3 jam dari awitan kelahiran, dan melahirkan di luar rumah
sakit adalah situasi kedaruratan yang membuat terjadi peningkatan resiko komplikasi
dan/atau hasil yang tidak baik pada klien/janin (Doenges, 2001).

Etiologi / Penyebab
 Abnormalitas tahanan yang rendah pada bagian jalan lahir
 Abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang terlalu kuat
 Pada keadaan yang sangat jarang dijumpai oleh tidak adanya rasa nyeri pada saat his
sehingga ibu tidak menyadari adanya proses-proses persalinan yang sangat kuat itu
(Doenges, 2001).

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman viii


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

Tanda dan Gejala


Dapat mengalami ambang nyeri yang tidak biasanya atau tidak menyadari kontraksi
abdominal. Kemungkinan tidak ada kontraksi yang dapat diraba, bila terjadi pada ibu yang
obesitas. Ketidaknyamanan punggung bagian bawah (tidak dikenali sebagai tanda kemajuan
persalinan). Kontraksi uterus yang lama/hebat, ketidak-adekuatan relaksasi uterus diantara
kontraksi. Dorongan invalunter lintula mengejan (Doenges, 2001).

Akibat pada Ibu


Partus presipitatus jarang disertai dengan komplikasi maternal yagn serius jika serviks
mengadakan penipisan serta dilatasi dengan mudah, vagina sebelumnya sudah teregang
dan perineum dalam keadaan lemas (relaksasi). Namun demikian, kontraksi uterus yang
kuat disertai serviks yang panjang serta kaku, dan vagina, vulva atau perineum yang tidak
teregang dapat menimbulkan rupture uteri atau laserasi yang luas pada serviks, vagina, vulva
atau perineum. Dalam keadaan yang terakhir, emboli cairan ketuban yang langka itu besar
kemungkinannya untuk terjadi. Uterus yang mengadakan kontraksi dengan kekuatan yang
tidak lazim sebelum proses persalinan bayi, kemungkinan akan menjadi hipotonik setelah
proses persalinan tersebut dan sebagai konsekuensinya, akan disertai dengan perdarahan
dari templat implantasi placenta (Sarwono, 2005) atau terjadi perdarahan hebat saat kala IV
persalinan (bayi lahir sampai 2 jam post patum).

Akibat pada Fetus dan Neonatus


Mortalitas dan morbiditas perinatal akibat partus presipatatus dapat meningkat cukup
tajam karena beberapa hal. Pertama, kontraksi uterus yang amat kuat dan sering dengan
interval relaksasi yang sangat singkat akan menghalangi aliran darah uterus dan oksigenasi
darah janin dan mengakibatkan hipoksia janin. Kedua, tahanan yang diberikan oleh jalan
lahir terhadap proses ekspulsi kepala janin dapat menimbulkan trauma intrakronial
meskipun keadaan ini seharusnya jarang terjadi. Ketiga, pada proses kelahiran yang tidak
didampingi, bayi bisa jatuh ke lantai dan mengalami cedera atau memerlukan resusitasi
yang tidak segera tersedia (Sarwono, 2005).

Penanganan
Kontraksi uterus spontan yang kuat dan tidak lazim, tidak mungkin dapat diubah menjadi
derajat kontraksi yang bermakna oleh pemberian anastesi. Jika tindakan anastesi hendak
dicoba, takarannya harus sedemikian rupa sehingga keadaan bayi yang akan dilahirkan itu
tidak bertambah buruk dengan pemberian anastesi kepada ibunya. Penggangguan anastesi
umum dengan preparat yang bisa mengganggu kemampuan kontraksi rahim, seperti
haloton dan isofluran, seringkali merupakan tindakan yang terlalu berani. Tentu saja, setiap
preparat oksitasik yang sudah diberikan harus dihentikan dengan segera. Preparat tokolitik,
seperti ritodrin dan magnesium sulfat parenteral, terbukti efektif. Tindakan mengunci
tungkai ibu atau menahan kepala bayi secara langsung dalam upaya untuk memperlambat
IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman ix
DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

persalinan tidak akan bisa dipertahankan. Perasat semacam ini dapat merusak otak bayi
tersebut. (Sarwono, 2005).

11. Blighted Ovum (Bo)  O02.0


Definisi Blighted Ovum
Blighted Ovum (BO) adalah kehamilan tanpa janin (anembryonic pregancy), jadi cuma ada
kantong gestasi (kantong kehamilan) dan air ketuban saja.

Etiologi Blighted Ovum


 Kelainan kromosom pada saat proses pembuahan sel telur dan sel sperma (kualitas sel
telur yang tidak bagus.)
 Infeksi dari torch, kelainan imunologi dan penyakit diabetes dapat ikut menyebabkan
terjadinya blighted ovum
 Faktor usia
Semakin tinggi usia suami atau istri, semakin tinggi pula peluang terjadinya blighted
ovum.

Patogenesis Blighted Ovum


Pada saat pembuahan, sel telur yang matang dan siap dibuahi bertemu sperma. Namun
dengan berbagai penyebab (diantaranya kualitas telur/sperma yang buruk atau terdapat
infeksi torch), maka unsur janin tidak berkembang sama sekali. Hasil konsepsi ini akan tetap
tertanam didalam rahim lalu rahim yang berisi hasil konsepsi tersebut akan mengirimkan
sinyal pada indung telur dan otak sebagai pemberitahuan bahawa sudah terdapat hasil
konsepsi didalam rahim. Hormon yang dikirimkan oleh hasil konsepsi tersebut akan
menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah dan lainya yang lazim dialami
ibu hamil pada umumnya.

Manifestasi Klinis
 Pada awal kehamilan berjalan baik dan normal tanpa ada tanda-tanda kelainan
 Kantung kehamilan terlihat jalas, tes kehamilan urin positif
 Blighted ovum terdeteksi saat ibu melakukan USG pada usia kehamilan memasuki 6-7
minggu.

Pencegahan Blighted Ovum


 Menghindari masuknya virus rubella ke dalam tubuh. Selain imunisasi, ibu hamil pun
harus selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggalnya.
 Sembuhkan dahulu penyakit yang diderita oleh calon ibu. Setelah itu pastikan bahwa
calon ibu benar-benar sehat saat akan merencanakan kehamilan.
 Melakukan pemeriksaan kromosom

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman x


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

 Tak hanya pada calon ibu, calon ayah pun disarankan untuk menghentikan kebiasaan
merokok dan memulai hidup sehat saat prakonsepsi
 Periksakan kehamilan secara rutin. Sebab biasanya kehamilan kosong jarang terdekteksi
saat usia kandungan masih di bawah delapan bulan.

Pemeriksaan Penunjang
 Tes kehamilan: Positif
 Pemeriksaan DJJ
 Pemeriksaan USG abdominal atau transvaginal akan mengungkapkan ada tidaknya janin
yang berkembang dalam rahim

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman xi


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

Lampiran 5: Perdarahan

Penyebab perdarahan saat proses persalinan :


a. Rupture Uteri (O71.0 - O71.1)
Rupture uteri adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim akibat dilampauinya daya
regang miometrium.
Penyebabnya karena disproporsi janin dan panggul (CPD), partus macet atau traumatik.
Rupture uteri termasuk salah satu diagnosa banding apabila wanita dalam persalinan lama,
mengeluh nyeri hebat pada perut bawah, diikuti syok dan perdarahan pervaginam, pada
kasus rupture uteri inkomplit dapat menyebabkan hematome pada parametrium bahkan
menimbulkan kematian.
Rupture uteri bisa terjadi pada uterus normal dan uterus pada bekas seksio sesaria.

b. Solusio Plasenta. (O45)


Solusio plasenta ialah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada
uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi
diatas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram. Proses solusio plasenta dimulai dengan
terjadinya perdarahan yang menyebabkan hematoma retroplasenter. Pada kasus solusio
plasenta jenis perdarahannya ada yang perdarahannya keluar (bila amniokhorion terlepas),
dan ada juga yang perdarahannya tersembunyi (bila amniokhorion tidak terlepas).
Komplikasi :
 syok
 oliguria atau nekrosis tubuler akut
 anemia

c. inversio uteri. (O71.2)


inversio uteri adalah keadaan dimanafundus uteri terbalik sebagian atauseluruhnya masuk ke dalam
kavum uteri.
pembagian inversio uteri ;
1. Inversio uteri ringan : fundus uteriterbalik menonjol ke dalam kavum uterinamun belum keluar dari
ruang ronggarahim.
2. Inversio uteri sedang : terbalik dansudah masuk ke dalam vagina.
3. Inversio uteri berat : uterus dan vaginasemuanya terbalik dan sebagian sudahkeluar vagina.
Penyebab inversio uteri :
1. Spontan : grande multipara, atoni uteri,kelemahan alat kandungan, tekananintra abdominal yang
tinggi (mengejan dan batuk).
2. Tindakan : cara Crade yang berlebihan,tarikan tali pusat, manual plasenta yangdipaksakan,
perlekatan plasenta pada dinding rahim.

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman i


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

d. plasenta previa (O44.0 - O44.1)


Plasenta previa adalah plasenta yang berimplementasi pada segmen bawah rahim (SBR) dan
menutupi sebagian atau seluruh osteum/mulut uteri internum. Gejala yang ditimbulkan
berupa perdarahan ringan (spotting) sampai berat. Dan perdarahan pervaginam baru terjadi
saat inpartu.
Klasifikasi plasenta previa :
1. plasenta previa totalis
2. plasenta previa partialis
3. plasenta previa marginalis.

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman ii


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

Lampiran 6: Infeksi Pada Bayi

Infeksi pada bayi baru lahir lebih sering ditemukan pada bayi baru lahir dengan berat badan
rendah (BBLR). Lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di Rumah Sakit dibandingkan lahir
di luar Rumah Sakit. Bayi baru lahir mendapat kekebalan (imunitas) transplacenta/melalui
plasenta terhadap kuman, yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar yang juga
berasal dari orang lain (terhadap kuman dari orang lain, bayi tidak mempunyai imunitasnya).

Bayi baru lahir beresiko tinggi terinfeksi apabila ditemukan :


a. Riwayat kehamilan
 Infeksi pada ibu selama kehamilan (TORCH, TBC, Hepatitis, AIDS bahkan perdarahan
antepartum yang menyebabkan infeksi)
 Ibu mengalami eklamsi
 Ibu dengan diabetes militus.
 Ibu mempunyai penyakit bawaan.
b. Riwayat kelahiran
 Persalinan lama (long labour).
 Persalinan dengan tindakan (vakum/cunam, SC).
 Ketuban pecah dini
 Air ketuban hijau kental.
c. Riwayat bayi baru lahir
 Trauma lahir.
 Lahir kurang bulan (prematur)
 Bayi kurang mendapat cairan dan kalori.
 Hipotermia pada bayi.

Gejala bayi dengan infeksi :


1. Malas minum
2. gelisah/tampak letargis
3. frekuensi pernafasan meningkat
4. berat badan tiba-tiba turun
5. muntah
6. diare
7. edema
8. sklerema
9. perdarahan/purpura
10. ikterus
11. hepatosplenomegali
12. kejang
13. suhu tubuh dapat meningkat, normal atau dapat juga kurang dari normal
IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman i
DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

Tanda bayi dengan infeksi :


1. Hipertermia/hipotermi
2. Sesak nafas
3. merintih
4. menangus lemah/tidak menangis
5. mengantuk
6. susah minum
7. fontanel cembung
8. tali pusat memerah

Tanda/gejala SEPSIS
 idem dengan tanda/gejala infeksi disertai :
 kadang-kadang kejang
 tali pusat merah/kotor/bau
 kulit ikterik.

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman ii


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

Lampiran 7: Contoh Kartu Skrining/Deteksi Dini Ibu RESTI - Kartu Skor Poedji Rochjati

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman i


DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

Lampiran 8: Infeksi Masa Nifas (O86, O91, O98.8 & O98.9)

Pengertian
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh kuman yang masuk ke dalam
organ genital pada saat persalinan dan masa nifas.
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah melahirkan,
ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38 derajat Celsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari
pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama (Joint Committee on
maternal Welfare, AS).

Penyebab
Dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam organ kandungan maupun kuman dari luar
yang sering menyebabkan infeksi. Berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ kandungan
terbagi menjadi:
1. Ektogen (kuman datang dari luar)
2. Autogen (kuman dari tempat lain)
3. Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri)

Selain itu, infeksi nifas dapat disebabkan oleh:


1. Streptococcus Haemolyticus Aerobic
Streptococcus Haemolyticus Aerobic merupakan penyebab infeksi yang paling berat. Infeksi
ini bersifat eksogen (misal dari penderita lain, alat yang tidak steril, tangan penolong, infeksi
tenggorokan orang lain).
2. Staphylococcus Aerus
Cara masuk Staphylococcus Aerus secara eksogen, merupakan penyebab infeksi sedang.
Sering ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampak sehat.
3. Escheria Coli
Berasal dari kandung kemih atau rektum. Escheria Coli dapat menyebabkan infeksi terbatas
pada perineum, vulva dan endometrium. Kuman ini merupakan penyebab dari infeksi
traktus urinarius.
4. Clostridium Welchii
Bersifat anaerob dan jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering
terjadi pada abortus kriminalis dan persalinan ditolong dukun.

Cara terjadinya infeksi


Dapat terjadi karena:
1. Manipulasi penolong yang tidak steril atau pemeriksaan dalam berulang-ulang.
2. Alat-alat tidak steril/ suci hama.
3. Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat yang terkontaminasi.
4. Infeksi nosokomial rumah sakit.
IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman i
DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

5. Infeksi intrapartum.
6. Hubungan seksual akhir kehamilan yang menyebabkan ketuban pecah dini.

Faktor predisposisi
Predisposisi infeksi nifas antara lain:
1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti perdarahan banyak, pre
eklampsia, malnutrisi, anemia, infeksi lain (pneumonia, penyakit jantung, dsb).
2. Persalinan dengan masalah seperti partus/persalinan lama dengan ketuban pecah dini,
korioamnionitis, persalinan traumatik, proses pencegahan infeksi yang kurang baik dan
manipulasi yang berlebihan.
3. Tindakan obstetrik operatif baik per vaginam maupun per abdominal.
4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga rahim.
5. Episiotomi atau laserasi jalan lahir.

Tanda dan gejala


Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi nifas antara lain demam, sakit di daerah infeksi,
warna kemerahan, fungsi organ terganggu. Gambaran klinis infeksi nifas adalah sebagai berikut:
1. Infeksi local
Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokia bercampur nanah, mobilitas
terbatas, suhu badan meningkat.
2. Infeksi umum
Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan darah menurun, nadi meningkat,
pernafasan meningkat dan sesak, kesadaran gelisah sampai menurun bahkan koma,
gangguan involusi uteri, lokia berbau, bernanah dan kotor.

Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan Penyebaran infeksi nifas
1. Infeksi terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium, meliputi :
i) Vulvitis
Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca melahirkan terjadi di bekas
sayatan episiotomi atau luka perineum. Tepi luka berwarna merah dan bengkak, jahitan
mudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan nanah.
ii) Vaginitis
Merupakan infeksi pada daerah vagina. Vaginitis pada ibu pasca melahirkan terjadi
secara langsung pada luka vagina atau luka perineum. Permukaan mukosa bengkak dan
kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah dari daerah ulkus.
iii) Servisitis
Infeksi yang sering terjadi pada daerah servik, tapi tidak menimbulkan banyak gejala.
Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat
menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman ii
DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

iv) Endometritis
paling sering terjadi. Biasanya demam mulai 48 jam postpartum dan bersifat naik turun.
Kuman–kuman memasuki endometrium (biasanya pada luka insersio plasenta) dalam
waktu singkat dan menyebar ke seluruh endometrium. Pada infeksi setempat, radang
terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama bekuan darah menjadi nekrosis
dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas keping-keping nekrotis dan cairan.
Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah
penjalaran.
2. Infeksi yang penyebarannya melalui vena-vena (pembuluh darah).
i) Septikemia
Adalah keadaan dimana kuman-kuman atau toksinnya langsung masuk ke dalam
peredaran darah dan menyebabkan infeksi.
Gejala klinik septikemia lebih akut antara lain: kelihatan sudah sakit dan lemah sejak
awal; keadaan umum jelek, menggigil, nadi cepat 140 – 160 x per menit atau lebih; suhu
meningkat antara 39-40 derajat Celcius; tekanan darah turun, keadaan umum
memburuk; sesak nafas, kesadaran turun, gelisah.
ii) Piemia
Dimulai dengan tromflebitis vena-vena pada daerah perlukaan lalu lepas menjadi
embolus-embolus kecil yang dibawa ke peredaran darah, kemudian terjadi infeksi dan
abses pada organ-organ yang diserangnya.
Gejala klinik piemia antara lain: rasa sakit pada daerah tromboflebitis, setelah ada
penyebaran trombus terjadi gejala umum diatas; hasil laboratorium menunjukkan
leukositosis; lokia berbau, bernanah, involusi jelek.
iii) Tromboflebitis pelvica.
Radang pada vena terdiri dari tromboflebitis pelvis dan tromboflebitis femoralis.
Tromboflebitis pelvis yang sering meradang adalah pada vena ovarika, terjadi karena
mengalirkan darah dan luka bekas plasenta di daerah fundus uteri. Sedangkan
tromboflebitis femoralis dapat menjadi tromboflebitis vena safena magna atau
peradangan vena femoralis sendiri, penjalaran tromboflebitis vena uterin, dan akibat
parametritis. Tromboflebitis vena femoralis disebabkan aliran darah lambat pada lipat
paha karena tertekan ligamentum inguinale dan kadar fibrinogen meningkat pada masa
nifas.
Infeksi ini merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh kuman patogen
Streptococcus Hemolitikus Golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan
50% dari semua kematian karena infeksi nifas.
3. Infeksi yang penyebarannya melalui limfe.
i) Peritonitis
Peritonitis menyerang pada daerah pelvis (pelvio peritonitis). Gejala klinik antara lain:
demam, nyeri perut bawah, keadaan umum baik. Sedangkan peritonitis umum
gejalanya: suhu meningkat, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, terdapat
IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman iii
DRAFT PEDOMAN VERIFIKASI JAMPERSAL BAGI VERIFIKATOR INDEPENDEN
JAMKESMASTAHUN 2012

abses pada cavum douglas, defense musculair, fasies hypocratica. Peritonitis umum
dapat menyebabkan kematian 33% dari seluruh kamatian karena infeksi.
ii) Parametritis (Sellulitis Pelvika).
Gejala klinik parametritis adalah: nyeri saaat dilakukan periksa dalam, demam tinggi
menetap, nadi cepat, perut nyeri, sebelah/kedua belah bagian bawah terjadi
pembentukkan infiltrat yang dapat teraba selama periksa dalam. Infiltrat terkadang
menjadi abses.
4. Infeksi yang penyebarannya melalui permukaan endometrium.
Yang penyebaran melalui permukaan endometrium adalah salfingitis dan ooforitis. Gejala
salfingitis dan ooforitis hampir sama dengan pelvio peritonitis.

IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman iv


IKATAN VERIFIKATOR INDEPENDEN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Halaman i

Anda mungkin juga menyukai