Laprak Biokim 5
Laprak Biokim 5
PERCOBAAN V
PEMBUATAN WHEY PROTEIN DAN PEMURNIAN PROTEIN
Disusun oleh:
Kelompok/Shift : 2/B
IDENTIFIKASI PROTEIN
I. Tujuan Percobaan
Kata protein sebenarnya berasal dari kata Yunani yang berarti pertama
yang paling penting, asal dari kata protos. Protein terdiri dari bermacam-macam
turunan dari polipeptida dengan berat molekul yang tinggi, secara kimia dapat
dibedakan antara protein sederhana yang terdiri dari polipeptida dengan berat
molekkul yang tinggi. Secara kimia dapat dibedakan antara protein sederhana
yang terdiri dari polipeptida dan protein kompleks yang mengandung zat-zat
makanan tambahan seperti hern, karbohidrat, lipid atau asam nukleat. Untuk
perbedaan. Dalam sel mereka berfungsi sebagai enzim, bahan bangunan, pelumas
dan molekul pengemban. Tapi sebenarnya protein merupakan polimer alam yang
tersusun dari berbagai asam amino melalui ikatan peptida (Hart, 1987 : 86).
polimer rantai lurus dengan ikatan peptida, sehingga polimer ini disebut
gugus fungsi dan sisi reaktif molekul penyuunnya, sehingga tebentuklah molekul
besar polipeptida yang dinaman protein. Protein secara garis besar dibagi menjadi
dua, yaitu protein sederhana yang hanya tersusun oleh asam amino dan protein
konjugasi yang tersusu tidak hanya oleh asam amino namun juga bahan lain
: 70).
Kunci ribuan protein yang berbeda strukturnya adalah gugus pada molekul
unit pembangunan protein yang relatif sederhana dibangun dari rangkaian dasar
yang sama, dari 20 asam amino mempunyai rantai samping yang khusus, yang
berikatan kovalen dalam urutan yang khas. Karena masing-masing asam amino
mempunyai rantai samping yang khusus yang memberikan sifat kimia masing-
asam amino, dan kedua protein terkonjugasi, yaitu protein yang dalam hidrolisis
2006 : 2545).
a. Sebagai Enzim
Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau di bantu oleh suatu senyawa
Banyak molekul dengan MB kecil serta beberapa ion dapat diangkut atau
c. Pengatur Pergerakan
d. Penunjang Mekanik
Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebebkan adanya
serabut
e. Pertahanan Tubuh atau Imunisasi
asing yang masuk ke dalam tubuh seperti virus, bakteri, dan sel-sel asing
lain.
g. Pengendalian Pertumbuhan
karakter bahan.
Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa struktur primer
(tingkat I), sekunder (tingklat II), tersier (tingkat III), dan kuarterner (tingkat IV)
kimia yang berbeda: satu ujung mempunyai gugus amino bebas (N atau
bebas (ujung C atau karboksil, COOH-) pada ujung satunya. Oleh karena
itu, arah polipeptida dan dituliskan baik N→C (kiri ke kanan) maupun C
→N (kanan ke kiri).
berbeda. Bersifat reguler dan memiliki pola lipatan berulang dari rangka
protein. Dua tipe umum struktur protein sekunder yaitu α-heliks dan β-
sheet. Keduanya terbentuk karena ikatan hidrogen yang terjadi antara asam
d. Struktur Tersier
gaya ikatan hidrogen antar asam amino yang terjadi pada rangkaian
hidrogen, terdapat juga ikatan kovalen yang disebut juga sebagai jembatan
rangkaian polipeptida.
e. Struktur Kuartener Protein
Asosiasi yang terjadi antara dua atau lebih rangkaian polipeptida, dimana
subunit yang lebih lemah akan dihubungkan dengan ikatan hidrogen dan
Alat Bahan
IV. Prosedur
sulfat
A. Penyiapan jaringan
C. Sentrifugasi
D. Filtrasi
F. Sentrifugasi
V. Data Pengamatan dan Perhitungan
Pembuatan
Sebanyak 10 ml filtrat
serbuk whey Kondisi filtrat setelah ditambahkan ditambahkan dengan garam
(NH4)2SO4 . (NH4)2SO4 adanya endapan yang
dengan cara terbentuk. Larutan dipipet lalu
dibuang sehingga menyisakan
salting out endapan berwarna putih
kekuningan. Stelah itu endapan
di cuci dengan aquadest.
Presipitasi laktat
Potongan dada ayam
dehirogenase ditambahkan dengan dapar
Ekstraksi protein yang larut
pengekstraksi lalu di blender
dari ayam
dengan
ammonium
sulfat
0,3115 g
= x 100
10 ml
= 3,115 %
30,9 g
= x 100
600 ml
= 5,15 %
VI. Pembahasan
destilating dengan SPE dan mengisolasi enzim LDH. Dalam percobaan kali ini
dilakukan uji secara kualitatif artinya melihat suatu keberadan ada atau tidaknya
zat yang dimaksud pada sampel tersebut dan uji kuantitatif yaitu . Komposisi susu
terdiri atas air (water), lemak susu (milk fat), dan bahan kering tanpa lemak
(solids nonfat). Kemudian bahan kering tanpa lemak terbagi lagi menjadi protein,
laktosa, mineral, asam (sitrat, format, asetat, laktat, oksalat), enzim (peroksidase,
katalase, pospate, lipase), gas (oksigen, nitrogen), dan vitamin (vitamin A, vitamin
Pembuatan whey protein adalah terdiri dari pembuatan whey protein, analisis
kualitatif protein, pembuatan serbuk whey dengan saltng out, dan pembuatan
serbuk whey dengan cara pengeringan. Dan yang kedua presipitasi laktat
dehidrogenase dari ayam dengan ammonium sulfat adalah terdiri dari penyiapan
Hal pertama yang dilakukan dalam percobaan ini yaitu susu murni
dipanaskan pada suhu awal penangas 200°C. Tujuannya untuk menaikkan suhu
susu sampaimencapi 90°C. Setelah suhu susu mencapai 90°C, suhu penangas
diturunkan menjadi 90°C lalu, ditambahkan asam sitrat. Tujuannya agar protein
dalam susu tidak terdenaturasi oleh pemanasan yang tinggi. Tujuan penambahan
asam sitrat untuk merusak susu sehingga terjadi pemisahan antara kasein
(padatan) dengan whey protein(cairan). Setelah itu endapan dan filtrat dipisahkan
dengan cara disaring dengan menggunakan kain kasa yang dilipat menjadi 4
bagian. Tujuannya agar tidak ada endapan atau gumpalan yang ikut terdaing ke
dalam filtrat. Endapan yang didapat dibuang karena yang dibutuhkan whey yang
berada pada face cair atau terdapat pada filtrat sedangkan fitrat yang didapat
adalah untuk mengidentifikasi keberadaan protein yang ada pada filtrat susu
murni.
tirosin.Tujuan pengujian biuret ini adalah ada atau tidaknya protein (asam amino
tirosin) dalam filtrat. Pada pengujian filtrat susu murni dengan reagen millon
menghasilkan reaksi yang negatif karena hal ini menandakan tidak adanya
perubahan warna setelah diuji dengan reagen millon yaitu larutan tetap berwarna
kuning muda. Asam amino Tirosin pada susu ada atau tidak. Warna putih yang
amino tirosin pada pengujian ini. Pada percobaan ini hal yang dilakukan pertama
adalah menempatkan filtrat pada tabung reaksi serta ditambahkan larutan NaOH
pada larutan tersebut kemudiaan diaduk. Tujuan diaduk ini adalah agar larutan
membuat keadaan larutan dalam suasana basa. Dalam suasana basa, protein akan
terlarut sempurna dalam larutannya hal ini terjadi karena NaOH berperan sebagai
katalis yang berfungsi untuk menghancurkan atau memecahkan protein yang ada
CuSO4 (Tembaga sulfat). Hal yang dilakukan dalam pengujian biuret adalah
melakukan penambahan larutan NaOH dan CuSO4. Hasil pengujian biuret adalah
menunjukkan hasil reaksi positif. Pada tetesan pertama awalnya filtrat tersebut
berubah warnanya menjadi warna ungu muda (+). Namun setelah dilakukan 2
tetes berikutnya maka terjadi perubahan warna menjadi ungu muda (++) secara
keseluruhan di bagian filtrat tersebut. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan
warna dari warna kuning muda menjadi warna ungu muda. Artinya, dalam hasil
filtrat yang diperoleh adanya kandungan protein. Warna ungu kebiruan ini terjadi
akibat dari adanya reaksi komplek antara Cu2+ dengan protein (gugus –CO dan
yang berlebih hal ini karena Cu2+merupakan logam berat. Jika penggunaannya
negatif
Menurut (Fessenden, 1989 : 231) larutan tembaga sulfat yang bersifat basa
akan bereaksi dengan polipeptida yang merupakan penyusun protein. Hal yang
menunjukkan reaksi positif adanya protein yaitu terdapatnya ikatan peptida lebih
larutan tetap berwarna ungu. Semakin pekat warna ungu yang dihasilkan maka
kandungan protein pada sampel tersebut semakin banyak. Hal ini menandakan
bahwa adanya ikatan peptida yang kuat pada sampel tersebut. Warna ungu ini
–CO dan gugus –NH dari suatu rantai peptida. Hal tersebut sesuai dengan
sebagaimana prinsip dari uji biuret yaitu terjadinya pembentukan senyawa
kompleks koordinat yang berwarna yang dibentuk oleh Cu2+ dengan gugus gugus
–CO dan gugus –NH dari suatu rantai peptida dalam suasana basa.
pembentukan senyawa tidak larut antara protein dan ammonium sulfat. Pada
percobaan ini hal yang dilakukan adalah pertama, menjenuhkan filtrat dengan
terbentuk endapan putih whey protein. Adanya suatu endapan putih protein. Hal
mengikat air. Karena garam bersifat higroskopis yang dapat mengikat air. Molekul
air dalam albumin diikat oleh garam sehingga albumin dapat terjadi
yang didasarkan pada prinsip bahwa protein kurang terlarut ketika berada pada
oleh protein untuk mempercepat keluarnya larutan yang berbeda dari protein satu
tergantung pada konsentrasi dan jumlah muatan ionnya dalam larutan. Semakin
tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ionnya, semakin efektif garam dalam
Istilah salting out adalah adanya peningkatan kelarutan zat tertentu yang
peningkatan kelarutan zat tertentu yang dapat meningkatkan pula kelarutan zat
disaring dan endapan yang didapat dicuci dengan aquadest. Tujuan pencucian.
endapan yaitu 3,115%. Artinya dalam 10 ml filtrat terdapat 3,115% endapan whey
protein.
dipanaskan sambil diaduk secara konstan. Tujuannya agar protein tidak terjadi
denaturasi. Dilanjutkan pemanasan hingga berubah menjadi serbuk. Tetapi pada
percobaan ini pemanasan tidak dilakukan sampai menjadi kering karena waktu
Artinya, didalam 600 ml filtrat susu murni terdapat 5,15% whey protein.
Sulfat
Hal pertama yang dilakukan dalam percobaan ini adalah dengan daging
dada ayam dipotong kecil-kecil dan dibuang jaringan ikat dan lemak. Tujuannya
jaringan ikat dan lemak karena yang akan dambil untuk diuji adalah protein yang
dan daging. Blender dinyalakan 4 x 30 detik dengan jeda minimal 10 detik untuk
6.2.3 Sentrifugasi
alat sentrifuga dan nyalakan selama 20 menit pada 15.000rpm. Agar pemisahan
yang terjadi sesuai dengan yang diinginkan dan agar protein yang ada terdapat
pada supernatant.
6.2.3 Filtrasi
sudah didinginkan. Tujuanya agar protein yang ada ttap terjaga dan tidak rusak.
Ampas daging dibuang. Karena protein yang akan digunakan terdapat pada
supernatant
6.2.5
VII. Kesimpulan
1. Hasil uji biuret yang dilakukan pada filtrat menunjukkan reaksi + artinya
pada filtrat tersebut mengandung protein. Hal ini dilihat dari adanya
kompleks dari logam C2+ dengan gugus –CO dan –NH. Sedangkan pada
hasil uji millon terjadi reaksi - yang menunjukkan bahwa tidak ada
perubahan warna. Hal ini menunjukkan bahwa protein susu murni yang
Fessenden, R.J and Fessenden, J. S. 1989. Kimia Organik Jilid II. Erlangga:
Jakarta.
Jakarta
Heinrich, M., Barnes, J., Gibbons, S., Williamson, E.M., 2010. Farmakognosi
Katili, A.S., 2009. Struktur an Fungsi Protein Kolagen. Jurnal Pelangi Ilmu 2(5) :
19-29
Erlangga, Jakarta
Protein. Bandung