Anda di halaman 1dari 143

DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL PADA PRIMARY SURVEI

A (AIRWAY):
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Risiko aspirasi

B (BREATHING)
1. Ketidakefektifan pola nafas
2. Gangguan pertukaran gas
3. Gangguan ventilasi spontan

C (CIRCULATION)
1. Diare
2. Kekurangan volume cairan/ Risiko kekurangan volume cairan
3. Kelebihan volume cairan
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer/ Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer
5. Nyeri akut
6. Penurunan curah jantung/ Risiko penurunan curah jantung
7. Risiko ketidakefektifan perfusi gastrointestinal
8. Risiko ketidakefektifan perfusi ginjal
9. Risiko perdarahan
10. Risiko syok
11. Retensi urine
12. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
13. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
14. Risiko ketidakseimbangan volume cairan
D (DISABILITY)
1. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral
E (EXPOSURE)
1. Hipertermi
2. Hipotermi
3. Ketidakefektifan termoregulasi
Khusus untuik kasus gangguan jiwa
1. Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain
2. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiRI
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
1 Diare Setelah dilakukan tindakan keperawatan ..x.. NIC:
Batasan Karakteristik : jam diharapkan diare teratasi dengan kriteria Manajemen Diare
□ Nyeri abdomen sedikitnya tiga hasil:  Tentukan riwayat diare
kali defekasi per hari NOC :  Ambil tinja untuk pemeriksaan kultur dan sesnsitifitas apabila
□ Kram Eliminasi USus diare berlanjut
□ Bising usus hiperaktif □ Gerakan usus normal (5-30 x per  Evaluasi profil pengobatan terhadap adanya efek samping pada
□ Ada dorongan menit) gatrointestinal
Faktor yang berhubungan : □ Warna feses coklat kekuningan  Ajari asien penggunaan obat anti diare secara tepat.
 Faktor yang berhubungan □ Feses lembut dan berbentuk  Instruksi pasien atau anggota keluarga untuk mencatat warna,
□ Ansietas □ Kemudahan BAB volume, frekuensi, dan konsistensi tinja.
□ Tingkat stres tinggi □ Tidak diperlukan dorongan banyak  Evaluasi kandungan nutrisi dari makanan yang sudah
 Situasional otot untuk mengeluarkan feses dikonsumsi sebelumnya
□ Efek samping obat □ Mampu mengeluarkan feses tanpa  Berikan makanan dalam porsi kecil dan lebih sering serta tingkat
□ Penyalahgunaan alkohol bantuan
porsi secara bertahap
□ Kontaminan □ Suara bising usus normal (5-30 kali
 Anjurkan pasien untuk menghindari makanan pedas yang
□ Penyalahgunaan laksatif per menit)
menimbulkan gas dalam perut.
□ Radiasi, toksin □ Tidak terdapat darah dalam feses
 Anjurkan pada pasien untuk menoba menghindari makanan yang
□ Melakukan perjalanan □ Tidak terdapat mukus dalam feses
mengandung laktosa.
□ Slang makan □ Tidak terdapat nyeri saat BAB  Identifikasi faktor yang bisa menyebabkan diare (misalnya
 Fisiologis Keseimbangan Cairan medikasi, bakteri, dan pemberian makanan lewat selang)
□ Proses infeksi dan parasit □ Tekanan darah dalam batas normal  Monitor tanda dan gejala diare
□ Inflamasi dan iritasi  Anak-anak (90-120/60-80 mmHG)  Instruksikan pasien untuk memberitahukan staf setiap kali
□ Malabsorbsi  Dewasa (110-130/70-90 mmHg) mengalami episode diare
 Lansia (<160/<90 mmHg)  Amati turgor secara berkala
□ Turgor Kulit elastis  Monitor kulit perinium terhadap adanya iritasi dan ulserasi
□ Membran mukosa lembab  Ukur diare/output pencernaan
□ Hematokrit normal  Timbang pasien secara berkala
 Laki-laki (38.8 – 50 %)  Britahu dokter apabila terjadi peningkatan frekuensi atau suara
 Perempuan (35-44,5%) perut
 Konsultasikan pada dokter jika tanda dan gejala diare menetap
 Instruksikan diet rendah serat, tinggi prtein, tinggi kalori sesuai
kebutuhan.
 Instruksikan untuk menghindari laksatif
 Ajari pasien untuk menuliskan diari makanan
 Ajari pasien cara menurunkan stress, sesuai kebutuhan
 Bantu pasien untuk melakukan teknik penurunan stes
 Monitor persiapan makan yang aman
 Lakukan tindakan untuk mengistirahatkan perut (misalnya
nutrisi oral, diet cair)

Manajemen Cairan
 Timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien
 Jaga intake/asupan yang adekuat dan catat output pasien
 Masukan kateter urine
 Monitor status hidrasi (misalnya membran mukosa lembab,
denyut nadi adekuat, dan tekanan darah ortostatik)
 Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan
(misalnya peningkatan berat jenis, peningkatan BUN, penurunan
hematokrit, dan peningkatan kadar osmolitas urine)
 Monitor status hemodinamik termasuk CPV, MAP, PAP, dan
PCWP, jika ada
 Monitor tanda – tanda vital pasien
 Monitor makanan/cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan
kalori harian
 Brikan terapi IV sesuai yang ditentukan
 Monitor status gizi
 Berikan cairan dengan tepat
 Berikan cairan IV sesuai dengan suhu kamar
 Tingkatkan asupan oral (misalnya, memberikan sedotan,
menawarkan cairan di antara waktu makan) yang sesuai
 Arahkan pasien mengenai status NPO
 Berikan penggantian nasogastrik yang diresepkan berdasarkan
output
 Distribusikan asupan cairan selama 24 jam.
 Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian
makan dengan baik
 Monitor reaksi pasien terhadap terapi elektrolit yang diresepkan
 Konsultasikan dengan dokter jika ada tanda-tanda dan gejala
kelebihan volume cairan menetap atau memburuk
 Atur ketersediaan produk darah untuk tranfusi, jika perlu
 Persiapkan pemberian produk darah (misalnya, cek darah dan
mempersiapkan pemasangan infus)
 Berikan produk-produk darah (misalnya, trombosit dan plasma)
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
2. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan keperawatan ..x.. NIC
Batasan Karakteristik : jam diharapkan hasil AGD pasien dalam batas Acid Base Management
□ Diaforesis normal dengan kriteria hasil : □ Pertahankan kepatenan jalan nafas
□ Dispnea NOC: □ Posisikan pasien untuk mendapatkan ventilasi yang
□ Gangguan pengelihatan Respiratory status: Gas Exchange adekuat(mis., buka jalan nafas dan tinggikan kepala dari
□ Gas darah arteri abnormal □ PaO2 dalam batas normal (80-100 tempat tidur)
□ Gelisah mmHg) □ Monitor hemodinamika status (CVP & MAP)
□ Hiperkapnia □ PaCO2 dalam batas normal (35-45 □ Monitor kadar pH, PaO2, PaCO2, dan HCO3 darah melalui
□ Hipoksemia mmHg) hasil AGD
□ Hipoksia □ pH normal (7,35-7,45) □ Catat adanya asidosis/alkalosis yang terjadi akibat
□ Iritabilitas □ SaO2 normal (95-100%) kompensasi metabolisme, respirasi atau keduanya atau tidak
□ Konfusi □ Tidak ada sianosis adanya kompensasi
□ Nafas cuping hidung □ Tidak ada penurunan kesadaran □ Monitor tanda-tanda gagal napas
□ Penurunan karbon dioksida □ Monitor status neurologis
□ pH arteri abnormal □ Monitor status pernapasan dan status oksigenasi klien
□ Pola pernafasan abnormal □ Atur intake cairan
(mis., kecepatan, irama, □ Auskultasi bunyi napas dan adanya suara napas tambahan
kedalaman) (ronchi, wheezing, krekels, dll)
□ Sakit kepala saat bangun □ Kolaborasi pemberian nebulizer, jika diperlukan
□ Sianosis □ Kolaborasi pemberian oksigen, jika diperlukan.
□ Somnolen
□ Takikardia
□ Warna kulit abnormal (mis.,
pucat, kehitaman )
Faktor yang berhubungan :
□ Ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi
□ Perubahan membran
alveolar-kapiler
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
3. Gangguan ventilasi spontan Setelah dilakukan tindakan keperawatan ..x.. Bantuan Ventilasi
Batasan Karakteristik : jam diharapkan mampu mempertahankan □ Pertahankan kepatenan jalan nafas
□ Dispnea pernafasan yang adekuat dengan kriteria : □ Posisikan pasien untuk mengurangi dispnea
□ Gelisah NOC : □ Posisikan untuk memfasilitasi pencocokan ventilasi/perfusi
□ Ketakutan Respiratory status : Ventilation (good lung down) dengan tepat
□ Peningkatan frekuensi □ Respirasi dalam batas normal □ Monitor efek-efek perubahan posisi pada oksigenasi : ABG,
jantung (dewasa: 16-20x/menit) SaO2, tidak akhir CO2, QSP/QT, Tingkat A-aDO2
□ Peningkatan laju □ Irama pernafasan teratur □ Anjurkan pernafasan lambat yang dalam, berbalik dan batuk
metabolisme □ Kedalaman pernafasan normal □ Auskultasi suara nafas, catat area-area penurunan atau tidak
□ Peningkatan PCO2 □ Suara perkusi dada normal (sonor) adanya venrilasi dan suara tambahan
□ Peningkatan penggunaan □ Tidak ada retraksi otot dada □ Mulai dan pertahankan oksigen tambahan
otot aksesorius □ Suara nafas vesikuler □ Kelola pemberian obat nyeri yang tepat untuk mencegah
□ Penurunan kerja sama □ Tidak terdapat orthopnea hipoventilasi
□ Penurunan PO2 □ Taktil fremitus normal antara dada kiri □ Monitor pernafasan dan status oksigenasi
□ Penurunan SaO2 dan dada kanan □ Beri obat (misalnya bronkodilator dan inhaler) yang
Faktor yang berhubungan : □ Tidak ada dispnea meningkatkan patensi jalan nafas dan pertukaran gas
□ Gangguan metabolisme □ Ekspansi dada simetris □ Ajarkan teknik pernafasan dengan mengerucutkan bibir
□ Keletihan otot pernafasan □ Tidak terdapat akumulasi sputum dengan tepat
□ Tidak terdapat penggunaan otot bantu
napas Manajemen Jalan Nafas
Respon Ventilasi Mekanik : Dewasa □ Buka jalan nafas menggunakan teknik chin lift atau jaw thrust
□ Respirasi dalam batas normal □ Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
(dewasa: 16-20x/menit) □ Identifikasi kebutuhan aktual/potensial pasien untuk
□ Irama pernafasan teratur memasukkan alat membuka jalan nafas
□ Kedalaman pernafasan normal □ Lakukan fisioterapi dada
□ PaO2 dalam batas normal (80 mmHg- □ Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan
100 mmHg) batuk atau menyedot lendir
□ PaCO2 dalam batas normal (35 □ Anjurkan pasien untuk batuk efektif
mmHg- 45 mmHg) □ Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun
□ SaO2 dalam bats normal (95%-100%) atau tidak ada dan adanya suara tambahan
□ Tidak kesulitan bernafas □ Kelola pemberian bronkodilator
menggunakan ventilator □ Kelola pemberian nebulizer
□ Pasien tenang □ Posisikan untuk meringankan sesak nafas
□ Monitor status pernafasan dan oksigenasi
Manajemen Ventilasi Mekanik : Non Invasif
□ Monitor kondisi yang memerlukan dukungan ventilasi
noninvasive
□ Monitor kontraindikasi dukungan ventilasi non-invasive
□ Informasikan kepada klien dan keluarga mengenai
rasionalisasi dan, sensasi yang diharapkan sehubungan
dengan penggunaan ventilasi non-invasive
□ Tempatkan klien pada posisi semi fowler
□ Observasi klien secara berkelanjutan pada jam pertama
penggunaan ventilator untuk mengkaji toleransi klien
□ Pastikan alarm ventilator dalam keadaan hidup
□ Monitor penurunan volume ekspirasi dan peningkatan
tekanan inspirasi
□ Monitor aktivitas-aktivitas yang dapat meningkatkan
konsumsi oksigen yang bisa merubah pengaturan ventilator
dan menyebabkan desaturasi oksigen
□ Monitor gejala-gejala yang menunjukkan peningkatan
pernafasan (misalnya, peningkatan denyut nadi dan
pernafasan, peningkatan tekanan darah, diaphoresis,
perubahan status mental)
□ Monitor efektifitas ventilasi mekanik terhadap status
fisiologis dan psikologis klien
□ Inisiasi teknik relaksasi yang sesuai
□ Berikan perawatan untuk mengurangi distress klien
(misalnya, memberikan posisi, merawat efek samping seperti
rhinitis, kerongkongan kering atau berikan sedative atau
anastesi; periksa peralatan secara berkala, bersihkan dan ganti
peralatan non-invasive
□ Kosongkan air yang sudah keruh dari tabung air
□ Pastikan pergantian sirkuit ventilator setiap 24 jam
□ Monitor kerusakan mukosa ke mulut, nasal, trakea, atau
jaringan laring
□ Monitor sekresi paru-paru terkait dengan jumlah, warna dan
konsistensi, serta dokumentasikan semua hasil temuan
□ Lakukan fisioterapi dada yang sesuai
□ Tingkatkan pengkajian rutin untuk kriteria penyapihan
(misalnya, perbaikan kondisi sebelum ventilasi, kemampuan
untuk mempertahankan pernafasan yang adekuat)
□ Berikan perawatan mulut secara rutin dengan kapas yang
lunak dan basah, antiseptic dan melakukan suksion secara
perlahan
□ Dokumentasikan semua respon klien terhadap ventilator dan
perubahan ventilator (misalnya, observasi pergerakan
dada/auskultasi, perubahan x-ray, perubahan ABGs)
□ Pastikan peralatan kegawatdaruratan berada disisi tempat
tidur sepanjang waktu (misalnya, manual resusitasi yang
tersambung ke oksigen, masker, peralatn suksion) termasuk
persiapan untuk kehilangan daya mati/mati listrik
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
4. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan keperawatan ..x.. NIC :
Batasan Karakteristik : jam diharapkan mampu mempertahankan Temperature Regulation
□ Apnea suhu tubuh dalam rentang normal dengan □ Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam , sesuai kebutuhan
□ Bayi tidak dapat kriteria : □ Pasang alat monitor suhu inti secara kontinu, sesuai kebutuhan
mempertahankan menyusui NOC : □ Monitor tekanan darah, nadi, dan respirasi, sesuai kebutuhan
□ Gelisah Thermoregulation □ Monitor suhu dan warna kulit
□ Hipotensi □ Suhu tubuh dalam rentang normal □ Monitor dan laporkan adanya tanda dan gejala dari hipertermia
□ Kejang (36,50C – 37,50C) □ Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat
□ Koma □ Denyut nadi dalam rentang normal □ Instruksikan pasien bagaimana mencegah keluarnya panas dan
□ Kulit kemerahan □ Respirasi dalam batas normal (16 – serangan panas
□ Kulit terasa hangat 20x/menit) □ Diskusikan pentingnya termoregulasi dan kemungkinan efek
□ Letargi □ Tidak menggigil negatif dari demam yang berlebihan, sesuai kebuthan
□ Postur abnormal □ Tidak dehidrasi □ Informasikan pasien mengenai indikasi adanya kelelahan
□ Stupor □ Tidak mengeluh sakit kepala akibat panas dan penanganan emergensi yang tepat, sesuai
□ Takikardia □ Warna kulit normal kebutuhan
□ Takipnea Vital Sign □ Gunakan matras pendingin, selimut yang mensirkulasikan air,
□ Vasodilatasi □ Suhu tubuh dalam rentang normal mandi air hangat, kantong es atau bantalan jel, dan kateterisasi
(36,50C – 37,50C) pendingin intravaskuler untuk menurunkan suhu tubuh, sesuai
Faktor yang berhubungan : □ Denyut jantung normal (60-100 kebutuhan
□ Agen farmaseutikal x/menit) □ Sesuaikan suhu lingkungan untuk kebutuhan pasien
□ Aktivitas berlebihan □ Irama jantung normal □ Berikan medikasi yang tepat untuk mencegah atau mengontrol
□ Dehidrasi □ Tingkat pernapasan dalam rentang menggigil
□ Iskemia normal (16-20 x/menit) □ Berikan pengobatan antipiretik, sesuai kebutuhan
□ Pakaian yang tidak sesuai □ Irama napas vesikuler
□ Peningkatan laju □ Tekanan darah sistolik dalam rentang Fever Treatment
metabolisme normal (90-120 mmHg) □ Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
□ Penurunan perspirasi □ Tekanan darah diastolik dalam rentang □ Monitor warna kulit dan suhu
□ Penyakit normal (70-90 mmHg) □ Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan
□ Sepsis □ Kedalaman inspirasi dalam rentang cairan yang tak dirasakan
□ Suhu lingkungan tinggi normal □ Beri obat atau cairan IV (misalnya, antipiretik, agen
□ Trauma Infection Severity antibakteri, dan agen anti menggigil )
□ Tidak ada kemerahan □ Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung
□ Cairan (luka) tidak berbau busuk pada fase demam (yaitu : memberikan selimut hangat untuk
□ Tidak ada sputum purulen fase dingin ; menyediakan pakaian atau linen tempat tidur
□ Tidak ada rrainase purulent ringan untuk demam dan fase bergejolak /flush)
□ Tidak ada piuria/ nanah dalam urine □ Dorong konsumsi cairan
□ Suhu tubuh stabil (36,50C – 37,50C) □ Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas-aktivitas jika
□ Tidak ada nyeri diperlukan
□ Tidak mengalami lethargy □ Berikan oksigen yang sesuai
□ Nafsu makan normal □ Tingkatkan sirkulasi udara
□ Jumlah sel darah putih normal dalam □ Pantau komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan
rentang normal (4,10 – 11,00 10^3/µl) demam serta tanda dan gejala kondisi penyebab demam
Hidration (misalnya, kejang, penurunan tingkat
□ Turgor kulit elastis kesadaran,ketidakseimbangan asam basa, dan perubahan
□ Membran mukosa lembab abnormalitas sel)
□ Intake cairan adekuat □ Pastikan tanda lain dari infeksi yang terpantau pada orang
□ Output urin karena hanya menunjukkan demam ringan atau tidak demam
□ Tidak merasa haus sama sekali selama proses infeksi
□ Warna urin tidak keruh □ Pastikan langkah keamanan pada pasien yang gelisah
□ Tekanan darah dalam rentang normal □ Lembabkan bibir dan mukosa hidung yang kering
□ Denyut nadi dalam rentang normal
dan adekuat Vital Sign Monitoring
□ Tidak ada peningkatan hematokrit □ Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan
□ Tidak ada penurunan berat badan’ dengan tepat
□ Otot rileks □ Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipertermia
□ Tidak mengalami diare □ Monitor warna kulit, suhu, dan kelembaban
□ Suhu tubuh dalam rentang normal □ Monitor sianosis sentral dan perifer
□ Monitor akan adanya kuku berbentuk clubbing
□ Monitor terkait dengan adanya tiga tanda Cushing Reflex
(misalnya : tekanan nadi lebar, bradikardia, dan peningkatan
tekanan darah sistolik)
□ Identifikasi kemungkinan perubahan tanda-tanda vital

Infection Control
□ Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan oleh
setiap pasien
□ Ganti peralatan perawatan per pasien sesuai protokol institusi
□ Pertahankan teknik isolasi yang sesuai
□ Batasi jumlah pengunjung
□ Annjurkan pasien mengenai teknik mencuci tangan dengan
tepat
□ Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat
memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
□ Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan yang sesuai
□ Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan perawatan
pasien
□ Pakai sarung tangan sebagaimana dianjurkan oleh kebijakan
pencegahan universal
□ Pakai pakaian ganti atau jubah saat menangani bahan-bahan
yang infeksius
□ Pakai sarung tangan steril dengan tepat
□ Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
□ Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
□ Pastikan penanganan aseptik dari semua saluran IV
□ Gunakan kateter intermiten untuk mengurangi kejadian infeksi
kandung kemih
□ Berikan terapi antibiotik yang sesuai
□ Anjurkan pasien meminum antibiotik seperti yang diresepkan
□ Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi dan
kapan harus melaporkannya kepada penyedia perawatan
kesehatan
□ Ajarkan pasien dan anggota keluarga cara menghindari infeksi.

Infection Protection
□ Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
□ Monitor hitung mutlak granulosit, WBC, dan hasil-hasil
diferensial
□ Monitor kerentanan terhadap infeksi
□ Batasi jumlah pengunjung yang sesuai
□ Skrining jumlah pengunjung terkait penyakit menular
□ Partahankan teknik asepsis pada pasien yang beresiko
□ Pertahankan teknik isolasi yang sesuai
□ Berikan perawatan kulit yang tepat untuk area (yang
mengalami) edema
□ Periksa kulit dan selaput lender untuk adanya kemerahan,
kehangatan ekstrim, atau drainase
□ Periksa kondisi setiap sayatan bedah atau luka
□ Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
□ Anjurkan asupan cairan dengan tepat
□ Anjurkan istirahat
□ Pantau adanya perubahan tingkat energi atau malaise
□ Instruksikan pasien untuk minum antibiotik yang diresepkan
□ Jaga penggunaan antibiotik dengan bijaksana
□ Jangan mencoba pengobatan antibiotik untuk infeksi virus
□ Ajarkan pasien dan keluarga pasien mengenai perbedaan-
perbedaan antara infeksi virus dan bakteri
□ Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi
dan kapan harus melaporkannya kepada pemberi layanan
kesehatan
□ Lapor dugaan infeksi pada personil pengendali infeksi
□ Lapor kultur positif pada personal pengendali infeksi.

Fluid Management
□ Jaga intake yang adekuat dan catat output pasien
□ Monitor status hidrasi (misalnya : membran mukosa lembab,
denyut nadi adekuat, dan tekanan darah ortostatik)
□ Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan
(misalnya : peningkatan berat jenis, peningkatan BUN,
penurunan hematokrit, dan peningkatan kada osmolalitas urin)
□ Monitor tanda-tanda vital pasien
□ Monitor perubahan berat badan pasien
□ Monitor status gizi
□ Distribusikan asupan cairan selama 24 jam
□ Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala
kelebihan volume cairan memburuk
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
5. Hipotermia Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC :
Definisi ...... x....jam, suhu tubuh pasien kembali Control temperature
Hipotermia adalah suhu inti ditubuh normal dengan kriteria hasil :  Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai kebutuhan
dibawah kisaran normal diumal NOC:  Monitor suhu dan warna kulit
karea kegagalan termoregulasi. Termoregulation  Tingkatan intake cairan dan nutrisi adekuat
Batasan Karakteristik  Tidak menggigil  Informasikan mengenai indikasi adanya hiportermia dan
□ Akrosianosis  Melaporkan kenyamanan suhu penanagan emergensi yag tepat sesuai kebutuhan
□ Bradikardia  Tidak terjadi penurunan suhu kulit  Sesuaikan suhu lingkungan untuk kebutuhan pasien
□ Dasar kuku sianotik Vital Sign Status  Berikan medikasi yang tepat untuk mencegah atau
□ Hipertensi  Suhu tubuh normal (36 C) 0
mengkontrol menggigil
□ Hipoglikemia  Tekanan darah sistolik dalam batas Vital Sign Monitoring
□ Hipoksia normal (90-120 mmHg)  Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan
□ Kulit dingin  Tekanan darah diastolik dalam batas dengan tepat
□ Menggigil normal (70-90 mmHg)  Catat gaya dan fluktuasi yang luas pada tekanan darah
□ Pengisian ulang kapiler  Pernapasan normal (18 – 24 x/menit)  Monitor keberadaan dan kualitas nadi
lambat
 Denyut nadi normal (60-100 x/menit)  Monitor irama dan tekanan jantung
□ Peningkatan konsumsi
Tissue Perfusion Pheriperal  Monitor irama dan laju pernafasan (misalnya, kedalaman
oksigen
 Capilary repil time pada jari – jari dan kesimetrisan)
□ Peningkatan laju metabolic
tangan ( < 3 detik)  Monitor pola pernapasan abnormal (Misalnya, Cheyne-
□ Penurunan kadar glukosa  Capilary refil time pada jari jari kaki Stokes, Kussmaul, Biot, apneustic, ataksia, dan bernafas
darah (< 3 detik) berlebihan)
□ Penurunan ventilasi  Kulit tidak terlihat pucat  Monitor sianosis sentral dan perifer
□ Piloreksi  Tidak terjadi kram otot  Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda – tanda
□ Takikardia  Tidak terjadi kelemahan otot vital
□ Vasokontriksi perifer  Tidak terasa nyeri pada ujung tangan Oxygen Therapy
Dewasa dan Anak: Suhu tubuh dan kaki yang terlokalisasi  Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui sisitem
rendah akut humidifier
□ Hipotermia berat, suhu inti  Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
0
< 30 C  Monitor aliran oksigen
□ Hipotermia ringan, suhu 32-  Monitor posisi perangkat (alat) pemberian oksigen
0
35 C  Monitor efektifitas terapi oksigen (misalnya, tekanan
□ Hipotermia sedang, suhu oksimetri, ABGs) dengan tepat
0
inti 30-32 C
 Amati tanda – tanda hipoventilasi induksi oksigen
Dewasa dan Anak : Pasien
 Pantau adanya tanda – tanda keracunan oksigen dan kejadian
Cedera
atelektasis
□ Hipotermia berat, suhu inti
<300C
□ Hipotermia ,350C
Neonatus
□ Asidosis metabolic
□ Bayi dengan keurangan
energy untuk
mempertahankan menyusu
□ Bayi dengan penambahan
berat badan kurang (<30
g/hari)
□ Distress pernafasan
□ Gelisah
□ Hipotermia tingkat 1, suhu
inti 36-36,5 0C
□ Hipotermia tingkat 2, suhu
inti 35-35,9 0C
□ Hipotermia tingkat 3, suhu
inti 34-34,9 0C
□ Hipotermia tingkat 4, suhu
inti <34 0C
□ Ikterik
□ Pucat
Faktor yang berhubungan:
□ Agens farmaseutikal
□ Berat badan ekstrem
□ Ekonomi rendah
□ Kerusakan hipotalamus
□ Konsumsi alcohol
□ Kurang pengetahuan
pemberi asuhan tentang
pencegahan hipotermia
□ Kurang suplai lemak
subkutan
□ Lingkungan bersuhu rendah
□ Malnutrisi
□ Pemakaian pakaian yang
tidak adekuat
□ Penurunan laju metabolism
terapi radias
□ Tidak beraktivitas
□ Transfer panas (mis.
Konduksi, konveksi,
evaporasi, radiasi)
□ Trauma
□ Usia ekstrem
Neonatus
□ Penundaan menyusu ASI
□ Terlalu dini memandikan
bayi baru lahir
□ Melahirkan diluar rumah
sakit yang beresiko tinggi
□ Strartum korneum imatur
□ Peningkatan area
permukaan tubuh terhadap
rasio berat badan
□ Peningkatan kebutuhan
oksigen
□ Peningkatan pulmonary
vascular resistant (PVR)
□ Control vascular tidak
efektif
□ Termogenesis menggigil
tidak efektif
□ Melahirkan diluar rumah
sakit tanpa rencana
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
6. Kekurangan volume cairan/ Risiko Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Fluid Management
kekurangan volume cairan …..x…. jam diharapkan masalah kekurangan □ Monitor hasil laboratorium yang sesuai dengan retensi cairan
Batasan Karakteristik: volume cairan dapat teratasi dengan kriteria (peningkatan BUN, penurunan hematokrit, peningkatan
□ Haus hasil : osmolaritas urin)
□ Kelemahan NOC: □ Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah dan nadi)
□ Kulit kering Fluid Balance □ Monitor hemodinamik status (MAP)
□ Membrane mukosa kering □ Tekanan darah dalam batas normal □ Kolaborasikan terapi cairan lewat infus
□ Peningkatan frekuensi nadi □ MAP dalam batas normal
□ Peningkatan hematokrit □ Denyut nadi dalam batas normal Fluid Monitoring
□ Peningkatan konsentrasi □ Tidak terjadi penurunan kesadaran □ Monitor input dan output cairan
urine □ Kadar hematocrit dalam batas normal
□ Peningkatan suhu tubuh □ Kadar serum elektrolit (BUN dan
□ Penurunan berat badan tiba- osmolaritas urin) dalam batas normal)
tiba □ Turgor kulit elastis
□ Penurunan haluaran urine □ Intake dan output cairan 24 jam
□ Penurunan pengisian vena seimbang
□ Penurunan tekanan darah
□ Penurunan tekanan nadi
□ Penurunan turgor kulit
□ Penurunan turgor lidah
□ Penurunan volume nadi
□ Perubahan status mental
Faktor yang berhubungan :
□ Kegagalan mekanisme
regulasi
□ Kehilangan cairan aktif
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
7. Kelebihan Volume Cairan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama NIC :
Batasan Karakteristik …..x…. jam diharapkan masalah kelebihan Fluid Management
□ Ada bunyi jantung S3 volume cairan dapat teratasi dengan kriteria □ Monitor tanda-tanda yang sesuai dengan kelebihan cairan (rales,
□ Anasarka hasil : peningkatan CVP, edema, distensi vena jugularis, ascites)
□ Ansietas NOC : □ Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah dan nadi)
□ Asupan melebihi haluaran Fluid Balance □ Monitor hemodinamik status (MAP)
□ Azotemia □ Tekanan darah dalam batas normal □ Kolaborasikan terapi cairan lewat infus
□ Bunyi nafas tambahan □ MAP dalam batas normal □ Kolaborasi pemberian diuretik
□ Dispnea □ Denyut nadi dalam batas normal Fluid Monitoring
□ Dispnea nocturnal paroksismal □ Edema berkurang □ Monitor input dan output cairan
□ Distensi vena jugularis □ Tidak terjadi ascites
□ Edema
□ Efusi pleura
□ Gangguan pola nafas
□ Gangguan tekanan darah
□ Gelisah
□ Hepatomegali
□ Ketidakseimbangan elektrolit
□ Kongesti pulmonal
□ Oliguria
□ Ortopnea
□ Penambahan berat badan dalam
waktu sangat singkat
□ Peningkatan tekanan vena
sentral
□ Penurunan hematocrit
□ Penurunan hemoglobin
□ Perubahan berat jenis urine
□ Perubahan status mental
□ Perubahan tekanan arteri
pulmonal
□ Refleks hepatojugularis positif
Faktor berhubungan
□ Gangguan mekanisme regulasi
□ Kelebihan asupan cairan
□ Kelebihan asupan natrium
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
8. Ketidakefektifan bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan keperawatan ..x.. Airway Management
nafas jam diharapkan mampu mempertahankan □ Buka jalan nafas menggunakan head tilt chin lift atau jaw
Batasan Karakteristik : kebersihan jalan nafas dengan kriteria : thrust bila perlu
□ Batuk yang tidak efektif NOC : □ Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
□ Dispnea Respiratory status : Airway Patency □ Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
□ Gelisah □ Respirasi dalam batas normal buatan (NPA, OPA, ETT, Ventilator)
□ Kesulitan verbalisasi □ Irama pernafasan teratur □ Lakukan fisioterpi dada jika perlu
□ Mata terbuka lebar □ Kedalaman pernafasan normal □ Bersihkan secret dengan suction bila diperlukan
□ Ortopnea □ Tidak ada akumulasi sputum □ Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
□ Penurunan bunyi nafas □ Batuk berkurang/hilang □ Kolaborasi pemberian oksigen
□ Perubahan frekuensi nafas □ Kolaborasi pemberian obat bronkodilator
□ Perubahan pola nafas □ Monitor RR dan status oksigenasi (frekuensi, irama,
□ Sianosis kedalaman dan usaha dalam bernapas)
□ Sputum dalam jumlah yang □ Anjurkan pasien untuk batuk efektif
berlebihan □ Berikan nebulizer jika diperlukan
□ Suara nafas tambahan Asthma Management
□ Tidak ada batuk □ Tentukan batas dasar respirasi sebagai pembanding
Faktor yang berhubungan : □ Bandingkan status sebelum dan selama dirawat di rumah
Lingkungan : sakit untuk mengetahui perubahan status pernapasan
□ Perokok □ Monitor tanda dan gejala asma
□ Perokok pasif □ Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan usaha dalam
□ Terpajan asap bernapas
Obstruksi jalan nafas :
□ Adanya jalan nafas buatan
□ Benda asing dalam jalan
nafas
□ Eksudat dalam alveoli
□ Hiperplasia pada dinding
bronkus
□ Mukus berlebih
□ Penyakit paru obstruksi
kronis
□ Sekresi yang tertahan
□ Spasme jalan nafas
Fisiologis :
□ Asma
□ Disfungsi neuromuskular
□ Infeksi
□ Jalan nafas alergik
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
9. Ketidakefektifan perfusi jaringan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Circulatory Care : Arterial Insufficiency
perifer/ Risiko ketidakefektifan ...x jam, perfusi jaringan perifer pasien □ Lakukan penilaian komprehensif sirkulasi perifer (seperti:
perfusi jaringan perifer menjadi efektif dengan kriteria hasil: cek sirkulasi nadi, udeme, crt, warna, dan suhu)
NOC: □ Tentukan indeks ABI dengan tepat
Batasan Karakteristik: Tissue Perfusion Peripheral □ Evaluasi udeme periper dan nadi
□ Bruit Femoral □ Capilary refil pada jari-jari tangan □ Periksa kulit untuk ulkus arteri atau kerusakan jaringan
□ Edema dalam batas normal (< 3 detik) □ Tempatkan ekstremitas dalam posisi tergantung dengan tepat
□ Indeks ankle-brakhial <0,90 □ Capilary refil pada jari-jari kaki dalam □ Kelola antiplatelet atau obat anticoagulan dengan tepat
□ Kelambatan penyembuhan batas normal (< 3 detik) □ Ubah posisi pasien setidaknya setiap 2 jam dengan tepat
luka perifer □ Tekanan darah sistolik dalam batas □ Instruksikan pasien pada faktor-faktor yang mengganggu
□ Klaudikasi intermiten normal sirkulasi (mis merokok pakaian ketat, paparan suhu dingin,
□ Nyeri ekstremitas □ Tekanan darah diastolik dalam batas dan persimpangan dari kaki dan kaki)
□ Paresthesia normal □ Pertahankan hidrasi adequat untuk menurunkan kekentalan
□ Pemendekan jarak bebas □ MAP dalam batas normal darah
nyeri yang ditempuh dalam □ Nadi teraba kuat □ Pantau status cairan, termasuk asupan dan output
uji berjalan 6 menit □ Tidak terjadi udeme pada perifer. Circulatory Care : Venous Insufficiency
□ Pemendekan jarak total □ Lakukan penilaian komprehensif sirkulasi perifer (seperti
yang ditempuh dalam uji memeriksa denyut nadi perifer, edema, pengisian kapiler,
berjalan 6 menit (400-700m warna dan suhu).
pada orang dewasa) □ Evaluasi edema perifer dan nadi
□ Penurunan nadi perifer □ Periksa kulit untuk memastikan adanya ulkus stasis dan
□ Perubahan fungsi motorik kerusakan jaringan
□ Perubahan karakteristik □ Tinggikan anggota badan yang terkena 20 derajat atau lebih
kulit (mis. Warna, dari jantung
elastisitas, rambut, □ Ubah posisi pasien setidaknya setiap 2 jam
kelembapan, kuku, sensasi, □ Anjurkan latihan ROM pasif atau aktif, terutama latihan
suhu) ekstremitas bawah, selama istirahat.
□ Perubahan tekanan darah di □ Administrasikan antiplatelet atau obat antikoagulan
ekstremitas □ melindungi ekstremitas dari cedera (selimut untuk bagian
□ Tidak ada nadi perifer kaki dan kaki terbawah, papan kaki/ayunan pada bagian
□ Waktu pengisian kapiler > 3 bawah tempat tidur, sepatu yang sesuai dengan ukuran).
detik □ Pertahankan hidrasi yang memadai untuk menurunkan
□ Warna kulit pucat saat kekentalan darah
elevasi □ Pantau status cairan, termasuk asupan dan output
□ Warna tidak kembali ke
tungkai 1 menit setelah
tungkai diturunkan
Faktor yang Berhubungan:
□ Diabetes Melitus
□ Gaya hidup kurang gerak
□ Hipertensi
□ Kurang pengetahuan
tentang factor pemberat
(mis. Merokok, gaya hidup
monoton, trauma, obesitas,
asupan garam, imobilitas)
□ Kurang pengetahuan
tentang proses penyakit
(mis. Diabetes,
hiperlipidemia)
□ Merokok
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
10. Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan ..x.. NIC
Batasan Karakteristik : jam diharapkan pola nafas pasien teratur Oxygen Therapy
□ Bradipnea dengan kriteria : □ Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
□ Dispnea NOC : □ Pertahankan jalan nafas yang paten
□ Fase ekspirasi memanjang Respiratory status : Ventilation □ Siapkan peralatan oksigenasi
□ Ortopnea □ Respirasi dalam batas normal □ Monitor aliran oksigen
□ Penggunaan otot bantu (dewasa: 16-20x/menit) □ Monitor respirasi dan status O2
pernafasan □ Irama pernafasan teratur □ Pertahankan posisi pasien
□ Penggunaan posisi tiga titik □ Kedalaman pernafasan normal □ Monitor volume aliran oksigen dan jenis canul yang
□ Peningkatan diameter □ Suara perkusi dada normal (sonor) digunakan.
anterior-posterior □ Retraksi otot dada □ Monitor keefektifan terapi oksigen yang telah diberikan
□ Penurunan kapasitas vital □ Tidak terdapat orthopnea □ Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
□ Penurunan tekanan ekspirasi □ Taktil fremitus normal antara dada kiri □ Monitor tingkat kecemasan pasien yang kemungkinan
□ Penurunan tekanan inspirasi dan dada kanan diberikan terapi O2
□ Penurunan ventilasi semenit □ Ekspansi dada simetris
□ Pernafasan bibir □ Tidak terdapat akumulasi sputum
□ Pernafasan cuping hidung □ Tidak terdapat penggunaan otot bantu
□ Pernafasan ekskursi dada napas
□ Pola nafas abnormal (mis.,
irama, frekuensi,
kedalaman)
□ Takipnea

Faktor yang berhubungan


□ Ansietas
□ Cedera medulaspinalis
□ Deformitas dinding dada
□ Deformitas tulang
□ Disfungsi neuromuskular
□ Gangguan muskuluskeletal
□ Gangguan Neurologis
(misalnya :
elektroenselopalogram(EEG
) positif, trauma kepala,
gangguan kejang)
□ Hiperventilasi
□ Imaturitas neurologis
□ Keletihan
□ Keletihan otot pernafasan
□ Nyeri
□ Obesitas
□ Posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru
□ Sindrom hipoventilasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
11. Ketidakefektifan NOC Label : NIC Label :
Termoregulasi 1. Thermoregulation 1. Temperature Regulation
(outcome keseluruhan) □ Pasang alat monitor suhu inti secara kontinu, sesuai
Definisi: fluktuasi suhu di antara □ Tidak merasa merinding saat dingin kebutuhan
hipotermia dan hipertermia □ Tidak berkeringat saat panas □ Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai kebutuhan
□ Tidak menggigil saat dingin □ Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermia dan
Batasan karakteristik: □ Mampu melaporkan kenyamanan suhu hipertermia
□ Dasar kuku sianotik □ Tidak terjadi peningkatan suhu kulit □ Monitor suhu dan warna kulit
□ Fluktuasi suhu tubuh di atas □ Ptidak terjadi penurunan suhu kulit □ Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi, sesuai
dan di bawah kisaran normal kebutuhan.
□ Tidak terdapat tanda-tanda hipertermia
□ Hipertensi □ Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat.
□ Tidak terdapat tanda-tanda hipotermia
□ Kejang
□ Tidak terdapat sakit kepala □ Berikan medikasi yang tepat untuk mencegah atau
□ Kulit dingin
□ Tidak terdapat sakit otot mengontrol menggigil.
□ Kulit hangat
□ Tidak terdapat sifat lekas marah □ Diskusikan pentingnya termoregulasi dan kemungkinan
□ Kulit kemerahan
□ Tidak mengantuk efek negatif dari demam yang berlebihan, sesuai
□ Menggigil ringan
□ Tidak menimbulkan perubahan warna kebutuhan.
□ Pengisian ulang kapiler yang
kulit
lambat
□ Tidak terdapat otot berkedut 2. Vital Signs Monitoring
□ Peningkatan frekuensi
□ Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan
pernapasan □ Tidak timbul dehidrasi yang tepat
□ Peningkatan suhu tubuh di □ Monitor suara paru-paru
atas kisaran normal 2. Vital Signs □ Monitor Oksimetri nadi
□ Penurunan suhu tubuh di □ Suhu tubuh dalam rentang: 36 C-37,5 □ Monitor akan adanya kuku clubbing
bawah kisaran normal C □ Monitor warna kulit,suhu, dan kelembaban
□ Piloereksi □ Irama jantung sinus ritem □ Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-
□ Pucat sedang □ Denyut nadi 60-100x/menit tanda vital
□ Takikardia □ Frekuensi pernapasan 15-20x/menit □ Monitor sianosis sentral dan perifer
□ Irama pernapasan teratur
□ Tekanan darah sistolik 100-120 3. Hyperthermia Treatment
mmHg □ Pastikan kepatenan jalan nafas
□ Tekanan darah diastolic 60-90 mmHg □ Berikan oksigen sesuai kebutuhan
□ Tekanan nadi kuat □ Hentikan aktifitas fisik
□ Longgarkan atau lepaskan pakaian pasien
3. Risk Control: Hyperthermia □ Berikan cairan IV, gunakan cairan yang sudah
□ Mampu mencari informasi terkait didinginkan sesuai kebutuhan
hipertermia □ Lakukan pemeriksaan laboratorium, serum elektrolit,
□ Mampu mengidentifikasi factor risiko urinalisis, enzim jantung, enzim hati dan hitung darah
hipertermia lengkap, monitor hasilnya
□ Mampu mengenali faktor risiko □ Monitor hipoglikemi
individu terkait hipertermia
□ Mampu mengenali kondisi tubuh yang □ Monitor urine output
dapat mempercepat produksi panas □ Monitor hasil EKG
□ Mampu memonitor lingkungan terkait □ Monitor AGD
factor yang meningkatkan suhu tubuh □ Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala awal dari
□ Mampu mengetahui hubungan usia kondisi sakit yang berhubungan dengan panas dan kapan
dengan suhu tubuh mencari bantuan petugas kesehatan
□ Mampu memodifikasi lingkungan
sekitar untuk mengontrol suhu tubuh 4. Environmental Management
□ Mampu memonitor perubahan status □ Singkirkan benda-benda yang berbahaya dari pasien
tubuh □ Sediakan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan
□ Mampu memodifikasi intake cairan nyaman
sesuai kebutuhan □ Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien,
□ Mampu memodifikasi aktivitas fisik jika suhu tubuh berubah
untuk mengontrol suhu tubuh □ Hindari dari paparan dan aliran udara yang tidak perlu
□ Mampu memakai pakaian yang sesuai terlalu panas dan terlalu dingin
untuk melindungi kulit □ Edukasi pasien dan pengunjung mengenai
□ Mampu mempertahankan keutuhan perubahan/tindakan pencegahan,sehingga mereka tidak
kulit akan sengaja mengganggu lingkungan yang
□ Mampu berpartisipasi dalam direncanakan
menskrining masalah kesehatan yang
meningkatkan risiko
□ Mampu melakukan tindakan mandiri
untuk mengontrol suhu tubuh
□ Mampu mengenali obat-obatan yang
berefek pada suhu tubuh
□ Mampu mencegah aktivitas berlebih
untuk mengurangi risiko
□ Mampu mencegah konsumsi alkohol

4. Comfort Status: Environment


□ Peralatan yang dibutuhkan berada
dalam jangkauan
□ Lingkungan yang kondusif untuk tidur
□ Adanya kepuasan dengan lingkungan
fisik
□ Terciptanya ketertiban lingkungan
□ Terjaganya kebersihan lingkungan
□ Tidak ada yang berserakan di lantai
□ Perangkat keselamatan digunakan
dengan tepat
□ Pencahayaan ruangan cukup
□ Privasi terjaga
□ Ketersediaan ruang untuk pengunjung
□ Tempat tidur yang nyaman
□ Dapat melakukan kontrol terhadap
suara ribut
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
12. Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Analgesic Administration
Batasan Karakteristik ...x….. jam diharapkan nyeri berkurang □ Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
□ Bukti nyeri dengan dengan kriteria hasil : sebelum pemberian obat
menggunakan standar daftar NOC: □ Cek riwayat alergi terhadap obat
periksa nyeri untuk pasien Pain Level □ Pilih analgesik yang tepat atau kombinasi dari analgesik
yang tidak dapat □ Melaporkan gejala nyeri berkurang lebih dari satu jika diperlukan
mengungkapkannya (mis., □ Melaporkan lama nyeri berkurang □ Tentukan analgesik yang diberikan (narkotik, non-narkotik,
Neonatal Infant Pain Scale, □ Tidak tampak ekspresi wajah atau NSAID) berdasarkan tipe dan keparahan nyeri
Pain Assesment Checklist kesakitan □ Tentukan rute pemberian analgesik dan dosis untuk
for Senior with Limited □ Tidak gelisah mendapat hasil yang maksimal
Ability to Communicate) □ Respirasi dalam batas normal □ Pilih rute IV dibandingkan rute IM untuk pemberian
□ Diaphoresis (dewasa: 16-20 kali/menit) analgesik secara teratur melalui injeksi jika diperlukan
□ Dilatasi pupil □ Evaluasi efektivitas pemberian analgesik setelah dilakukan
□ Ekspresi wajah nyeri (mis., injeksi. Selain itu observasi efek samping pemberian
mata kurang bercahaya, analgesik seperti depresi pernapasan, mual muntah, mulut
tampak kacau, gerakan mata kering dan konstipasi.
berpencar atau tetap pada □ Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
satu focus, meringis) pertama kali
□ Focus menyempit (mis.,
persepsi waktu, proses
berfikir, interaksi dengan
orang dan lingkungan)
□ Focus pada diri sendiri
□ Keluhan tentang intensitas
menggunakan standar skala
nyeri (mis., skala Wong-
Baker FACES, skala analog
visual, skala penilaian
numerik)
□ Keluhan tentang
karakteristik nyeri dengan
menggunakan standar
isntrumen nyeri (mis.,
McGill Pain Questionnaire,
Brief Pain Inventory)
□ Laporan tentang perilaku
nyeri/perubahan aktivitas
(mis., anggota keluarga,
pemberi asuhan)
□ Mengekspresikan perilaku
(mis., gelisah, merengek,
menangis, waspada)
□ Perilaku distraksi
□ Perubahan pada parameter
fisiologis (mis., tekanan
darah, frekuensi jantung,
frekuensi pernafasan,
saturasi oksigen, dan
endtidal karbon dioksida
(CO2))
□ Perubahan posisi untuk
menghindari nyerii
□ Perubahan selera makan
□ Putus asa
□ Sikap melindungi area nyeri
□ Sikap tubuh melindungi
Faktor yang berhubungan :
□ Agens cedera biologis
(mis., infeksi, iskemia,
neoplasma)
□ Agens cedera fisik (mis.,
abses, amputasi, luka bakar,
terpotong, mengangkat
berat, prosedur bedah,
trauma, olahraga
berlebihan)
□ Agens cedera kimiawi
(mis., luka bakar, kapsaisin,
metilen klorida, agens
mustard)
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
13. Penurunan curah jantung/ Risiko Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Cardiac Care
penurunan curah jantung …..x…. jam diharapkan masalah penurunan □ Evaluasi adanya nyeri dada (Intesitas, lokasi, rambatan, durasi,
curah jantung dapat teratasi dengan kriteria serta faktor yang menimbulkan dan meringankan gejala).
Batasan Karakteristik: hasil : □ Monitor EKG untuk perubahan ST, jika diperlukan.
Perubahan Frekuensi/Irama Jantung NOC: □ Lakukan penilaian komprehenif untuk sirkulasi perifer (Cek nadi
□ Bradikardia Cardiac Pump Effectiveness perifer, edema,CRT, serta warna dan temperatur ekstremitas)
□ Perubahan EKG (Contoh : □ Tekanan darah sistolik dalam batas normal secara rutin.
aritmia, abnormalitas konduksi, □ Tekanan darah diastolik dalam batas □ Monitor tanda-tanda vital secara teratur.
iskemia) normal □ Monitor status kardiovaskuler.
□ Palpitasi □ Heart rate dalam batas normal □ Monitor disritmia jantung.
□ Takikardia □ Peningkatan fraksi ejeksi □ Dokumentasikan disritmia jantung.
Perubahan Preload □ Peningkatan nadi perifer □ Catat tanda dan gejala dari penurunan curah jantung.
□ Penurunan tekanan vena sentral □ Tekanan vena sentral (Central venous □ Monitor status repirasi sebagai gejala dari gagal jantung.
(Central venous pressure, CVP) pressure) dalam batas normal □ Monitor abdomen sebagai indikasi penurunan perfusi.
□ Peningkatan tekanan vena □ Gejala angina berkurang □ Monitor nilai laboratorium terkait (elektrolit).
sentral (Central venous □ Edema perifer berkurang □ Monitor fungsi peacemaker, jika diperlukan.
pressure, CVP) □ Gejala nausea berkurang □ Evaluasi perubahan tekanan darah.
□ Penurunan tekanan arteri paru □ Tidak mengeluh dispnea saat istirahat □ Sediakan terapi antiaritmia berdasarkan pada kebijaksanaan unit
(Pulmonary artery wedge □ Tidak terjadi sianosis (Contoh medikasi antiaritmia, cardioverion, defibrilator), jika
pressure, PAWP) diperlukan.
□ Peningkatan tekanan arteri paru Circulation Status □ Monitor penerimaan atau respon pasien terhadap medikasi
(Pulmonary artery wedge □ MAP dalam batas normal antiaritmia.
pressure, PAWP) □ PaO2 dalam btas normal (60-80 mmHg) □ Monitor dispnea, keletihan, takipnea, ortopnea.
□ Edema □ PaCO2 dalam batas normal (35-45 mmHg)
□ Keletihan □ Saturasi O2 dalam batas normal (> 95%) Cardiac Care : Acute
□ Murmur □ Capillary Refill Time (CRT) dalam batas □ Monitor kecepatan pompa dan ritme jantung.
□ Distensi vena jugularis normal (< 3 detik) □ Auskultasi bunyi jantung.
□ Peningkatan berat badan □ Auskultasi paru-paru untuk crackles atau suara nafas tambahan
Perubahan Afterload lainnya.
□ Warna kulit yang abnormal □ Monitor efektifitas terapi oksigen, jika diperlukan.
(Contoh : pucat, kehitam- □ Monitor faktor-faktor yang mempengaruhi aliran oksigen (PaO2,
hitaman/agak hitam, sianosis) nilai Hb, dan curah jantung), jika diperlukan.
□ Perubahan tekanan darah □ Monitor status neurologis.
□ Kulit lembab □ Monitor fungsi ginjal (Nilai BUN dan kreatinin), jika diperlukan.
□ Penurunan nadi perifer □ Administrasikan medikasi untuk mengurangi atau mencegah
□ Penurunan resistensi vaskular nyeri dan iskemia, sesuai kebutuhan.
paru (Pulmonary Vascular
Resistance, PVR)
□ Peningkatan resistensi vaskular
paru (Pulmonary Vascular
Resistance, PVR)
□ Penurunan resistensi vaskular
sistemik Systemic Vascular
Resistance, PVR)
□ Peningkatan resistensi vaskular
sistemik (Systemic Vascular
Resistance, PVR)
□ Dispnea
□ Oliguria
□ Pengisian kapiler memanjang
Perubahan Kontraktilitas
□ Batuk
□ Crackle
□ Penurunan indeks jantung
□ Penurunan fraksi ejeksi
□ Penurunan indeks kerja
pengisian ventrikel kiri (Left
ventricular stroke work index,
LVSWI)
□ Penurunan indeks volume
sekuncup (Stroke volume index,
SVI)
□ Ortopnea
□ Dispnea parokismal nokturnal
□ Bunyi S3
□ Bunyi S4
Perilaku/Emosi
□ Kecemasan atau ansietas
Gelisah
Berhubungan dengan:
□ Perubahan frekuensi jantung
(Heart rate, HR)
□ Perubahan ritme jantung
□ Perubahan afterload
□ Perubahan kontraktilitas
□ Perubahan preload
□ Perubahan volume sekuncup
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
14. Retensi Urin Setelah dilakukan tindakan keperawatan ..x.. Fluid Management
Definisi : jam diharapkan mampu mempertahankan  Monitor status hidrasi (misalnya; membrane mukosa
Pengosongan kandung kemih tidak kebersihan jalan nafas dengan kriteria : lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah ortostatik)
efektif. NOC  Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi
Batasan Karakteristik Urinary Elimination cairan ( misalnya; peningktan berat jenis, peningkatan BUN,
1. Berkemih sedikit □ Pola Eliminasi dalam batas normal penurunan hematokrit, dan peningkatan kadar osmolalitas
2. Distensi kandung kemih ( ±7 kali/hari atau setiap 3-4 jam urin )
3. Disuria sekali,600-1600 ml/24 jam)  Monitor tanda – tanda vital pasien
4. Inkontinensia aliran □ Bau Urine Khas (urine yang segar  Monitor indikasi kelebihan cairan/retensi ( misalnya;
berlebih tidak berbau keras/menyengat) crackles, elevasi CVP, atau tekanan kapiler paru-paru yang
5. Urin menetes □ Mengosongkan kandung kemih terganjal, edema, distensi vena leher dan ascites)
6. Residu urin secukupnya  Monitor perubahan berat badan pasien sebelum dan setelah
7. Sensasi kandung kemih □ Mengenali keinginan untuk berkemih dialysis
8. Sering berkemih □ Tidak nyeri saat kencing  Kaji lokasi dan luasnya edema, jika ada
9. Tidak ada haluaran urin □ Tidak ada rasa terbakar saat berkemih  Berikan terapi IV, seperti yang ditentukan
Faktor yang berhubungan □ Frekuensi berkemih ( ±7 kali/hari
 Monitor asupan gizi
1. Inhibisi arkus refleks atau setiap 3-4 jam sekali,600-1600
 Timbang berat badan dan monitor status pasien
2. Springter kuat ml/24 jam)
 Jaga intake/asupan yang akurat dan catat output (pasien)
3. Sumbatan saluran
 Berikan diuretic yang diresepkan
perkemihan  Tingkatkan asupan oral ( misalnya; memberikan sedotan,
4. Tekanan ureter tinggi menawarkan cairan dia antara waktu makan / mengganti air
es secara rutin menggunakan es untuk jus favorit anak,
potongan gelatin ke dalam jotak yang menyenangkan,
menggunakan cangkir obat kecil ) yang sesuai.
 Berikan penggantia nasogastrik yang diresepkan
berdasarkan output ( pasien )
 Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala
kelebihan volume cairan menetap atau memburuk
 Atur kesediaan produk darah untuk transfuse, jika perlu
 Persiapkan pemberian produk – produk darah ( misalnya;
cek darah dan mempersiapkan pemasangan infuse )
 Berikan produk – produk darah ( misalnya ; trombosit dan
plasma yang baru )
Fluid Monitoring
 Tentukan jumlah dan jenis intake/asupan cairan serta
kebiasaan eliminasi (misalnya, kehilangan albumin, luka
bakar, malnutrisi,, sepsis, sindrom nefrotik, hipertermia,
terapi diuretic, patologi ginjal, gagal jantung, diaphoresis,
disfungsi hati, olahraga berat, paparan panas, infeksi, paska
operasi, poliuria, muntah, dan diare)
 Tentukan apakah pasien mengalami kehausan atau gejala
perubahan cairan (misalnya, pusing, sering berubah pikiran,
melamun, ketakutan, mudah tersinggung, mual, berkedutan)
 Periksa isi ulang kapiler dengan memegang tangan pasien
pada tinggi yang sama seperti jantung dan menekan jari
tengah selama lima detik, lalu lepaskan tekanan dan hitung
waktu sampai jarinya kembali merah (yaitu, harus kurang
dari 2 detik)
 Periksa turgor kulit dengan memegang jaringan sekitar
tulangseperti tangan atau tulang kering, mencubit kulit
dengan lembut, pegang dengan kedua tangan dan lepaskan (
diman, kulit akan turun kembali dengan cepat jika pasien
terhidrasi dengan baik)
 Monitor berat badan
 Monitor asupan dan pengeluaran
 Monitor nilai kadar serum dan elektrolit urin
 Monitor kadar serum albumin dan potein total
 Monitor kadar serum dan osmolalitas urine
 Monitor tekanan darah, denyut jantung dan status
pernapasan
 Monitor tekanan darah ortostatik dan perubahan irama
jantung, dengan tepat
 Monitor parameter hemodinamik invasive
 Catat dengan akurat asupan dan pengeluaran (misalny,
asupan oral, asupan pipa makan, asupan IV, antibiotic,
cairan yang diberikan dengan obat-oatan, tabung nasogastrik
(NG), saluran air, muntah, tabung dubur, pengeluaran
kolostomi dan air seni)
 Cek kembali asupan dan pengeluaran pada semua pasien
dengan terapi intravena , infuse subkutan, makanan enteral,
tabung NGT, kateter urine, muntah, diare, drainase luka,
drainase dada, dan kondisi medis yang mempengaruhi
keseimbangan cairan (misalnya, gagal jantung, gagal ginjal,
malnutrisi, luka bakar, sepsis)
 Monitor membrane mukosa, turgor kulit dan respon haus
 Monitor warna, kuantitas dan berat jenis urine
 Monitor tanda-tanda asietas
 Berikan cairan dengan tepat
 Pastikan bahwa semua IV dan asupan enteral berjalan
dengan benar, terutama jika tidak diatur oleh pompa infuse
 Batasi dan alokasikan asupan cairan
 Konsultasikan ke dokter jika pengeluaran urine kurang dari
0,5ml/kg/jam atau asupan cairan orang dewasa kurang dari
2000 dalam 24 jam
 Berikan agen farmakologi untuk meningkatkan pengeluaran
urine
Urinary Catheterization
 Jelaskan dan rasionalisasi kateterisasi
 Pasang alat dengan tepat
 Berikan privasi dan tutupi pasien dengan baik untuk
kesopanan ( yaitu hanya mengekspos area genetalia )
 Pastikan pencahayaan yang tepat untuk visualisasi anatomi
yang tepat
 Isi bola kateter sebelum pemasangan kateter untuk
memeriksa ukuran dan ketepatan kateter
 Pertahankan teknik aseptic yang ketat
 Pertahankan kebersihan tangan yang baik sebelum, selama
dan setelah insersi atau saat memanipulasi kateter
 Posisikan pasien dengan tepat ( misalnya; perempuan
terlentang dengan kedua kaki direnggangkan atau fleksi
pada bagian panggul dan lutut; laki-laki dengan posisi
terlentang )
 Bersihkan daerah sekitar meatus uretra dengan larutan
antiseptic, saline steril atau air steril sesuai kebijakan
lembaga
 Masukkan dengan lurus atau retensi kateter kedalam
kandung kemih
 Gunakan ukuran kateter terkecil yang sesuai
 Pastikan bahwa kateter yang dimasukkan cukup jauh ke
dalam kandung kemih untuk mencegah trauma pada jaringan
uretra dengan inflasi balon
 Isi bola kateter untuk menetapkan kateter, berdasarkan usia
dan ukuran tubuh sesuai rekomendasi pabrik ( misalnya;
dewasa 10cc, pada anak 5cc )
 Amankan kateter pada kulit dengan plaster yang sesuai
 Tempatkan kantung drainase dibawah permukaan kandung
kemih
 Pertahankan system drainase kemih tertutup dan terhalang
 Monitor intake dan output
 Lakukan atau ajarkan pasien membersihkan selang kateter di
waktu yang tepat
 Lakukan pengosongan kantung kateter jika diperlukan
 Dokumentasikan perawatan termasuk ukuran kateter, jam
dan jumlah pengisian bola kateter
 Pastikan pencabutan kateter segera seperti yang dianjurkan
oleh kondisi pasien
 Ajarkan pasien dan keluarga mengenai perawatan kateter
yang tepat.
Farmacology Management
 Efek obat Tentukan obat apa yang diperlukan, dan kelola
menurut resep dan/atau protocol
 Diskusikan masalah keuangan yang berkaitan dengan
regimen obat
 Tentukan kemampuan pasien untuk mengobati diri sendiri
dengan cara yang tepat
 Monitor efektifitas cara pemberian obat yang sesuai
 Monitor tandan dan gejala toksisitas obat
 Monitor efek samping obat
 Monitor level serum darah ( misalnya; elektrolit, protombin,
obat-obatan ) yang sesuai
 Monitor interaksi obat yang non terapeutik
 Kaji ulang pasien dan/atau keluarga secara berkala mengenai
jenis dan jumlah obat yang dikonsumsi
 Buang obat yang sudah kadaluarsa, yang sudah
diberhentikan atau yang mempunyai kontraindikasi obat
 Fasilitasi perubahan pengobatan dengan dokter
 Monitor respon terhadap perubahan pengobatan dengan cara
yang tepat
 Pertimbangkan pengetahuan pasien mengenai obat-obatan
 Pantau kepatuhan mengenai regimen obat
 Pertimbangkan factor – factor yang dapat menghalangi
pasien untuk mengonsumsi obat yang diresepkan
 Kembangkan strategi bersama pasien untuk meningkatkan
kepatuhan mengenai regimen obat yang diresepkan
 Konsultasi dengan professional perawatan kesehatan lainnya
untuk meminimalkan jumlah dan frekuensi obat yang
dibutuhkan agar didapatkan efek terapiutik
 Ajarkan pasien dan/atau anggota keluarga mengenai metode
pemberian obat yang sesuai
 Ajarkan pasien dan/atau anggota keluarga mengenai
informasi tertulis dan visual untuk meningkatkan
pemahaman diri mengenai pemberian obat yang tepat
 Kembangkan strategi untuk mengelola efek samping obat
 Dapatkan resep dokter bagi pasien yang melakukan
pengobatan sendiri dengan cara yang tepat
 Buat protocol untuk penyimpanan, penyimpanan ulang, dan
pemantauan obat yang tersisa untuk tujuan pengobatan
sendiri
 Selidiki sumber-sumber keuangan yang memungkinkan
untuk memperoleh obat yang diresepkan dengan cara yang
tepat
 Tentukan dampak penggunaan obat pada gaya hidup pasien
 Berikan alternative mengenai jangka waktu dan cara
pengobatan mandiri untuk meminimalkan efek gaya hidup
 Bantu pasien dan anggota keluarga dalam membuat
penyesuaian gaya hidup yang diperlukan terkait dengan (
pemakaian )obat – obat tertentu dengan cara yang tepat
 Anjurkan pasien mengenai kapan harus mencari bantuan
medis
 Identifikasi jenis dan jumlah obat bebas yang digunakan
 Berikan informasi mengenai penggunaan obat bebsa dan
bagaimana obat- obatan tersebut dapat memepengaruhi
kondisi saat ini
 Pertimbangkan apakah pasien menggunakan obat – obatan
berbasis budaya dan kemungkinan adanya efek dari
penggunaan oat bebas dan obat yang diresepkan
 Kaji ulang strategi bersama pasien dalam mengelola obat –
obatan
 Sediakan pasien dengan daftar sumber – sumber untuk (bisa)
dihubungi untuk mendapatkan informasi lebih lanjut
mengenai obat – obatan tersebut
 Hubungi pasien dan keluarga setelah pemulangan pasien
untuk menjawab pertanyaan dan mendiskusikan
kekhawatiran terkait dengan regimen obat
 Dorong pasien untuk ( bersedia dilakukan ) uji skrining
dalam menentukan.
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
15. Risiko Aspirasi Setelah diberikan asuhan keperawatan selama NIC
Definisi : .... x .... jam, diharapkan tidak terjadi aspirasi Respiratory Monitoring
Rentan mengalami masuknya dengan kriteria hasil : □ Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas
sekresi gastrointestinal, sekresi NOC □ Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan
orofaring, benda cair atau padat ke Respiratory Status otot-otot bantu nafas, dan retraksi pada otot supraclaviculas
dalam saluran trakheobronkial yang □ Frekuensi pernapasan normal (16- dan interkosta
dapat mengganggu kesehatan. 20x/menit) □ Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok atau mengi
Faktor risiko : □ Irama pernapasan teratur □ Monitor pola nafas (misalnya, bradipneu, takipneu,
□ Adanya selang oral/nasal □ Kedalaman pernapasan normal hiperventilasi, pernafasan kusmaul, pernafasan 1:1,
(misal : trakea, selang □ Mampu untuk mengeluarkan secret apneustik, respirasi biot, dan pola ataxic)
makan) □ Monitor saturasi oksigen pada pasien yang tersedasi (seperti,
□ Barier untuk mengangkat Respiratory Status : Airway Patency SaO2, SvO2, SpO2) sesuai dengan protokol yang ada
bagian atas tubuh □ Frekuensi pernapasan normal (16- □ Pasang sensor pemantauan oksigen non-invasif (misalnya,
□ Batuk tidak efektif 20x/menit) pasang alat pada jari, hidung, dan dahi) dengan mengatur
□ Gangguan menelan □ Irama pernapasan teratur alarm pada pasien berisiko tinggi (misalnya, pasien yang
□ Pembedahan leher □ Kedalaman inspirasi normal obesitas, melaporkan pernah mengalami apnea saat tidur,
□ Pembedahan mulut □ Suara auskultasi nafas vesikuler mempunyai riwayat penyakit dengan terapi oksigen
□ Pembedahan wajah □ Kepatenan jalan nafas ada menetap, usia ekstrim) sesuai dengan prosedur tetap yang
□ Pemberian makan enteral □ Volume tidal normal (380 ml untuk ada
□ Pemberian medikasi wanita dan 500 ml untuk pria) □ Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
□ Pengosongan lambung yang □ Pencapaian tingkat insentif spirometri □ Perkusi torak anterior dan posterior, dari apeks ke basis
lambat □ Kapasitas vital paru, kanan dan kiri
□ Peningkatan residu lambung □ Saturasi oksigen normal (95%-100% □ Catat lokasi trakea
□ Peningkatan tekanan □ Tes faal paru □ Monitor kelelahan otot-otot diapragma dengan pergerakan
intragastrik parasoksikal
□ Penurunan motilitas Aspiration Prevention □ Auskultasi suara nafas, catat area dimana terjadi penurunan
gastrointestinal □ Mengidentifikasi adanya faktor-faktor atau tidak adanya ventilasi dan keberadaan suara nafas
□ Penurunan refleks muntah risiko tambahan
□ Penurunan tingkat □ Menghindari faktor-faktor risiko □ Kaji perlunya penyedotan pada jalan nafas dengan auskultasi
kesadaran □ Mempertahankan kebersihan mulut suara nafas ronki di paru
□ Rahang kaku □ Memposisikan tubuh untuk tetep tegak □ Auskultasi suara nafas setelah tindakan, untuk dicatat
□ Sfringter esofagus bawah ketika makan dan minum □ Monitor nilai fungsi paru, terutama kapasitas vital paru,
inkompeten □ Memposisikan tubuh untuk miring volume inspirasi maksimal, volume ekspirasi maksimal
□ Trauma leher ketika makan dan minum jika selama 1 detik (FEV1), dan FEV1/FVC sesuai dengan data
□ Trauma mulut dibutuhkan yang tersedia

□ Trauma wajah □ Memilih makanan sesuai dengan □ Monitor hasil pemeriksaan ventilasi mekanik, catat
kemampuan menelan peningkatan tekanan inspirasi dan penurunan volume tidal
□ Memilih makanan dan cairan dengan □ Monitor peningkatan kelelahan, kecemasan dan kekurangan
konsistensi yang tepat udara pada pasien
□ Menggunakan cairan yang dipadatkan □ Catat perubahan pada saturasi O2, volume tidal akhir CO2,
jika dibutuhkan dan perubahan nilai analisa gas darah dengan tepat
□ Mempertahankan tubuh dalam posisi □ Monitor kemampuan batuk efektif pasien
tegak selama 30 menit setelah makan □ Catat onset, karakteristik, dan lamanya batuk
□ Monitor sekresi pernafasan pasien
□ Monitor secara ketat pasien-pasien yang berisiko tinggi
mengalami gangguan respirasi (misalnya, pasien dengan
terapi opioid, bayi baru lahir, pasien dengan ventilasi
mekanik, pasien dengan luka bakar di wajah dan dada,
gangguan neuromuskular)
Airway Management
□ Buka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw thrust,
sebagaimana mestinya
□ Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
□ Identifikasi kebutuhan aktual/potensial pasien untuk
memasukkan alat membuka jalan nafas
□ Masukkan alat nasopharingeal airway (NPA) atau
oropharingeal airway (OPA), sebagaimana mestinya
□ Lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya
□ Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan
batuk atau menyedot lendir
□ Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar, dan
batuk
□ Intrusikan bagaiaman agar bisa melakukan batuk efektif
□ Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun
atau tidak ada dan adanya suara tambahan
□ Kelola pemberian bronkodilator sebagaimana mestinya
□ Posisikan untuk meringankan sesak nafas
□ Monitor status pernafasan dan oksigenasi, sebagaimana
mestinya

Vital Signs Monitoring


□ Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan
dengan tepat.
□ Catat gaya dan fluktuasi yang luas pada tekanan darah.
□ Monitor tekanan darah saat pasien bebaring, duduk, dan
berdiri sebelum dan sesudah perubahan posisi.
□ Monitor tekanan darah setelah pasien minum obat jika
memungkinkan.
□ Auskultasi tekanan darah di kedua lengan dan bandingkan.
□ Monitor tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan
sebelum, selama, dan setelah beraktivitas dengan tepat.
□ Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermia dan
hipertermis.
□ Monitor keberadaan dan kualitas nadi.
□ Ambil nadi apikal dan radial secara simultan dan perhatikan
perbedaannya dengan tepat.
□ Monitor terkait dengan nadi paradoksas.
□ Monitor terkait dengan nadi alternatif
□ Monitor tekanan darah yang melebar atau menyempit
□ Monitor irama dan tekanan jantung
□ Monitor nada jantung
□ Monitor irama dan laju pernapasan (misalnya, kedalaman
dan kesimetrisan)
□ Monitor suara paru-paru
□ Monitor oksimetri nadi
□ Monitor pola pernapasan abnormal (misalnya, obeyne,
scokes, kusmaul, biot, apneustic, ataksia, dan bernapas
berlebihan)
□ Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban
□ Monitor sianosis sentral dan perifer
□ Monitor akan adanya kuku (dengan bentuk) dubbing
□ Monitor terkait dengan adanya tiga tanda Caushing reflex
(misalnya, tekanan nadi lebar, bradikardia, dan peningkatan
tekanan darah sistolik)
□ Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda
vital
□ Periksa secara berkala keakuratan instrumen yang digunakan
untuk perolehan data.
Airway Suctioning
□ Lakukan tindakan cuci tangan
□ Lakukan tindakan pencegahan umum (universal precaution)
□ Gunakan alat pelindung diri (sarung tangan, kaca mata,
masker), sesuai dengan kebutuhan
□ Tentukan perlunya suction mulut atau trakhea
□ Auskultasi suara napas sebelum dan setelah tindakan suction
□ Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang
pentingnya tindakan suction
□ Aspirasi nasopharynx dengan kanul suction sesuai dengan
kebutuhan
□ Berikan sedatif sebagaimana mestinya
□ Masukkan nasopharingeal airway untuk melakukan suction
nasotracheal sesuai kebutuhan
□ Instruksikan kepada pasien untuk menarik napas dalam
sebelum dulakukan suction nasotracheal dan gunakan
oksigen sesuai dengan kebutuhan
□ Hiperoksigenasi dengan oksigen 100% selama minimal 30
detik, menggunakan ventilator atau resusitator sebelum dan
setelah tindakan suction
□ Hiperinflasi dengan menggunakan volume tidal yang sesuai
dengan berat badan pasien, sesuai dengan kebutuhan
□ Gunakan closed-system suctioning sesuai indikasi
□ Gunakan alat steril setiap tindakan suction trachea
□ Pilih kanul suction yang diameternya separuh dari diameter
pipa endotrakeal, pipa trakeostomi atau jalan napas pasien
□ Instruksikan kepada pasien untuk mengambil napas dan
dalam selama kanul suction masuk melalui jalur nasotrakeas
□ Biarkan pasien tersambung ke ventilator selama prosedur
suction jika menggunakan sistem suction tertutup atau jika
perangkat adaptor insuflasi oksigen sedang digunakan
□ Gunakan angka terendah pada dinding suction yang
diperlukan untuk membuang sekret
□ Monitor adanya nyeri
□ Monitor status oksigenasi pasien, status neurologis, status
mentasl, tekanan intra kranial, tekanan perfusi serebral dan
status hemodinamik segera sebelumnya, selama dan setelah
melakukan suction
□ Berdasarkan durasi setiap suction trakea buang sekret dan
cek respon pasien terhadao suction
□ Lakukan suction orofaring setelah menyelesaikan suction
trakea
□ Bersihkan area sekitar stoma trakea setelah menyelesaikan
suction trakea, sebagaimana mestinya
□ Hentikan suction trakea dan sediakan oksigen tambahan jika
pasien pernah mengalami bradikardia, peningkatan ektopi
ventrikel dan atau denaturasi
□ Variasikan teknik suction berdasarkan respon klinis pasien
□ Monitor dan catat warna, jumlah dan konsistensi sekret
□ Kirimkan sampel sekret untuk tes kultur dan sensitivitas
sebagaimana mestinya
□ Instruksikan pasien dan atau keluarga untuk melakukan
suktion jalan napas, sebagaimana mestinya.
Aspiration Precautions
□ Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk, gag reflex,
kemampuan menelan
□ Skrining adakah disfagia, dengan tepat
□ Pertahankan (kepatenan) jalan nafas
□ Minimalisir penggunaan narkotik dan sedatif
□ Minimalisir penggunaan obat-obatan yang diketahui
memperlambat pengosongan lambung, dengan tepat
□ Monitor status pernafasan
□ Monitor kebutuhan perawatan terhadap saluran cerna
□ Posisikan (kepala pasien) tegak lurus, sama dengan atau
lebih tinggi dari 30 sampai 90 derajat (pemberian makan
dengan NGT) atau sejauh mungkin
□ Jaga kepala tempat tidur ditinggikan 30-45 menit setelah
pemberian makan
□ Jaga manset trakea tetap terpasang, dengan tepat
□ Jaga peralatan suksion tetap tersedia
□ Pantau (cara) makan atau bantu jika diperlukan
□ Beri makanan dalam jumlah sedikit
□ Periksa posisi NGT atau selang gastronomi sebelum
pemberian makan
□ Periksa residu pada selang atau gastronomi sebelum
pemberian makan
□ Jangan beri makan jika residu terlalu banyak (misalnya,
lebih besar dari 250 cc pada selang makanan atau lebih besar
100 cc pada selang PEG)
□ Letakkan pompa NGT sesuai gravitas, jika diperlukan
□ Gunakan agen-agen prokinetik yang sesuai
□ Hindari pemberian cairan atau penggunaan zat yang kental
□ Tawarkan makanan atau cairan yang bisa dibentuk di dalam
bolus sebelum ditelan
□ Potong makanan menjadi potongan-potongan kecil
□ Minta obat-obatan dalam bentuk elixir
□ Haluskan obat-obatan dalam bentuk pil sebelum pemberian
□ Inspeksi kavitas oral terkait dengan obat-obatan maupun
makanan yang tertahan
□ Berikan perawatan mulut
□ Sarankan konsultasi pada terapis bicara patologis dengan
tepat
□ Sarankan untuk menelan kue barium/ barium cookie atau
video fluoroscopy, yang sesuai
Positioning
□ Tempatkan (pasien) diatas matras/ tempat tidur terapeutik
□ Berikan matras yang lembut
□ Jelaskan pada pasien bahwa (badan) pasien akan dibalik
□ Dorong pasien untuk terlibat dalam perubahan posisi
□ Monitor status oksigenasi (pasien sebelum dan setelah
perubahan posisi)
□ Berikan obat sebelum membalikkan (badan) pasien, dengan
tepat
□ Tempatkan pasien dalam posisi terapeutik yang sudah
dirancang
□ Masukkan posisi tidur yang diinginkan ke dalam rencana
perawatan jika tidak ada kontraindikasi
□ Posisikan (pasien) sesuai dengan kesejajaran tubuh yang
tepat
□ Imobilisasi atau sokong bagian tubuh yang terkena dampak,
dengan tepat
□ Tinggikan bagian tubuh yang terkena dampak
□ Posisikan (pasien) untuk mengurangi dyspnea (misalnya,
posisi semi fowler)
□ Sokong bagian tubuh yang oedem (misalnya, dengan
menempatkan bantal dibawah lengan atau di bawah
skrotum)
□ Posisikan (pasien) untuk memfasilitasi ventilasi/perfusi
(“good lung down”)
□ Dorong latihan ROM aktif dan pasif
□ Sokong leher (pasien) dengan tepat
□ Jangan menempatkan pasien pada posisi yang bisa
meningkatkan nyeri
□ Jangan menempatkan (bagian tubuh) yang diamputasi pada
posisi fleksi
□ Minimalisir gesekan dan cedera ketika memposisikan dan
membalikkan tubuh pasien
□ Gunakan papan untuk kaki/footboard bagi pasien (menuju)
tempat tidur
□ Balikkan tubuh (pasien) dengan menggunakkan teknik
gelindingkan dan gulung/log roll technique
□ Posisikan (pasien) unuk meningkatkan drainase urin
□ Jangan memposisikan (pasien) dengan penekanan pada luka
□ Sangga dengan sandaran yang sesuai
□ Tinggikan anggota badan yang terkena dampak setinggi 20
derajat atau lebih, lebih tinggi dari jantung, untuk
meningkatkan aliran balik vena
□ Instruksikan pasien bagaimana menggunakan postur tubuh
dan mekanika tubuh yang baik ketika beraktivitas
□ Monitor peralatan traksi terhadap penggunaan yang sesuai
□ Pertahankan posisi dan integritas traksi
□ Tinggikan kepala tempat tidur
□ Balikkan tubuh pasien sesuai dengan kondisi kulit
□ Kembangkan jadwal tertulis terkait dengan reposisi (tubuh)
pasien
□ Balikkan pasien yang tidak sadar setiap 2 jam atau sesuai
dengan jadwal
□ Gunakan alat-alat yang tepat dalam menyokong anggota
tubuh pasien (misalnya, gulungan tangan/ hand roll dan
trokanter gulungan/trochanter roll)
□ Tempatkan barang secara berkala dalam jangkauan (pasien)
□ Tempatkan perubah posisi tempat tidur dalam jangkauan
(pasien)
□ Tempatkan lampu pemanggil dalam jangkauan (pasien)
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
16. Resiko Ketidakefektifan Perfusi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC :
Gastrointestinal …x… jam diharapkan resiko ketidakefektifan Bleeding Reduction : Gastrointestinal
a. Definisi perfusi gastrointestinal tidak terjadi dengan □ Evaluasi respon psikologis pasien terhadap perdarahan dan
Berisiko terhadap kriteria hasil : persepsinya mengenai kejadian tersebut
penurunan sirkulasi NOC : □ Pertahankan jalan nafas jika diperlukan
gastrointestinal, yang dapat Blood Loss Severity □ Monitor indikasi penyaluran oksigen dalam jaringan (misalnya
menganggu kesehatan □ Tidak terlihat kehilangan darah PaO2, SaO2, dan level hemoglobin dan kardiak output), jika
b. Faktor risiko □ Tidak terjadi hematuria tersedia
□ Anemia □ Tidak terlihat darah keluar dari anus □ Monitor tanda dan gejala perdarahan yang terus menerus
□ Aneurisme aorta abdomen □ Tidak terjadi hemoptysis (misalnya periksa semua sekresi terhadap adanya darah)
□ Diabetes Melitus □ Tidak terjadi hematemesis □ Monitor status cairan, termasuk intake dan output, jika
□ Disfungsi hati (mis. Sirosis, □ Tidak ada distensi abdomen diperlukan
hepatitis) □ Tidak ada perdarahan paska pembedahan □ Berikan cairan intravena jika diperlukan
□ Hemoragi gastrointestinal □ Tekanan darah sistolik 100-130 mmHg □ Monitor tanda-tanda syok hipovolemik (misalnya penurunan
akut □ Tekanan darah diastolic 60-90 mmHg kardiak output, nadi yang cepat dan lemah, pernafasan
□ Infark miokardium □ Denyut nadi 60-100x/menit meningkat, keringat dingin, kelemahan, kulit dingin dan
□ Jenis kelamin wanita □ Suhu tubuh 36,50C-37,5oC lembab)
□ Ketidakseimbangan □ Ukur lingkar abdomen, jika diperlukan
□ Kelembaban membrane mukosa
hemodinamika □ Tes semua sekresi terhadap adanya darah dan perhatikan
□ Koagulasi intravaskulal □ Turgor kulit elastis adanya darah dalam muntahan, sputum, feses, urin, drainase
diseminata □ Cemas berkurang NGT, drain luka, jika diperlukan
□ Koagulopati (mis. Anemia □ Hemoglobin (Hgb) □ Dokumentasikan warna, jumlah dan karakter dari feses
sel sabit) Laki : 14-18 gf/dl □ Monitor pemeriksaan pembekuan darah dan hitung darah
□ Masa protombin abnormal Perempuan : 12-16 gf/dl lengkap (CBC) dengan diferensiasi sel darah putih, jika
□ Masa tromboplastin parsial □ Hematokrit (Hct) diperlukan
abnormal Laki : 40-48% □ Hindari penggunaan antikoagulan
□ Merokok Perempuan : 37-43% □ Monitor pemeriksaan pembekuaan darah/koagulasi, termasuk
□ Penurunan kinerja ventrikel Gastrointestinal Function protrombin time (PT), PTT, fibrinogen, degradasi fibrin, dan
kiri □ Toleransi (terhadap) makanan yang hitung platelet jika memang diperlukan
□ Penyakit gastrointestinal lembek □ Berikan pengobatan (misalnya laktulosa atau vasopressin), jika
(mis. Ulkus duodenum atau □ Nafsu makan membaik diperlukan
ulkus lambung, kolitis □ Frekuensi BAB 1 x sehari □ Hindari pH lambung yang terlalu ekstrim dengan memberikan
iskemik, pankreatitis □ Warna feses kuning-coklat, tidak ada medikasi yang sesuai (misalnya antasida atau agen penghambat
iskemik) darah maupun nanah histamin 2), jika diperlukan
□ Penyakit ginjal (mis., ginjal □ Konsistensi feses lembek □ Masukkan selang nasogastrik untuk menghisap dan memonitor
polikistik, stenosis arteri □ Bising usus 3 x permenit sekresi, jika diperlukan
ginjal, gtagal ginjal) □ Warna cairan lambung jernih, tidak ada □ Pertahankan tekanan dalam manset/balon nasogastrik, jika
□ Penyakit vaskular darah maupun nanah diperlukan
□ Program pengobatan □ Jumlah residu cairan lambung ketika □ Lakukan bilas lambung, jika diperlukan
□ Sindrom kompartemen aspirasi <50 cc □ Hindari stres
abdomen □ pH cairan lambung dalam batas normal □ Kaji status nutrisi pasien
□ Stroke (1-2 hingga 4-5) □ Bangun hubungan yang mendukung dengan pasien dan
□ Trauma □ Serum albumin dalam batas normal (3,4- keluarga
□ Usia >60 tahun 5,4 g / dL) □ Instruksikan pasien dan keluarga untuk mengurangi dan
□ Varises gastroesofagus □ Hematokrit dalam batas normal (37 – 48 meningkatkan aktivitas fisiknya
%) □ Instruksikan pasien dan keluarga mengenai prosedur (misalnya
□ Glukosa darah (puasa: 55-110 mg/dl, 2 endoskopi, sklerosis, dan pembedahan), jika diperlukan
jam PP: 55-115 mg/dl, sewaktu: 70-115 □ Instruksikan pasien dan atau keluarga mengenai kebutuhan
mg/dl) penggantian darah, jika memang diperlukan
□ Sel darah putih (4500-10000 sel/mm3) □ Instruksikan pasien dan atau keluarga untuk menghindari
Circulation system penggunaan obat anti inflamasi (misalnya aspirin, dan
□ Tekanan darah sistol normal = 100-130 ibuprofen)
mmHg □ Koordinasikan konseling bagi pasien dan atau keluarga
(misalnya clergy, alkoholik anonimus), jika diperlukan.
□ Tekanan darah diastol normal = 60-90
mmHg
Gastrointestinal Instubation
□ Tekanan Vena Sentral normal (0-8 □ Pilih jenis dan ukuran selang nasogastric dengan
mmHg) mempertimangkan penggunaan dan rasionalisasi dilakukan
penyisipan
□ Frekuensi nadi normal (60-100 x/m)
□ Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai alas an
□ Tekanan PaO2 normal (Tekanan parsial menggunakan selang gastrointestinal
karbondioksida dalam darah arteri) □ Masukkan selang sesuai dengan protocol institusi
(80,00-100,00 mmHg) □ Berikan pasien segeas air atau kepingan es untuk menelan
selama penyisipan (silakukan)
□ Tekanan PaCO2 normal (Tekanan parsial
□ Posisikan pasien di sisi kanan atau memfasilitasi pergerakan
karbondioksida dalam darah arteri)
selangg ke (arah) abdomen
(35,00-45,00 mmHg)
□ Berikan obat-obatan yangs esuai untuk meningkatkan
□ Saturasi oksigen (95%-100%) peristaltic (usus)
□ Tentukan penempatan selang yang benar dengan engamati
□ Urine output normal (30-50 ml/jam)
tanda dan gejala (selang masuk ke trakea, memeriksa warna
□ Capyllary refill (≤ 2detik) dan/atau tingkat pH aspirasi, memeriksa rongga mulut dan/atau
mencatat penempatan film x-ray, jika diperlukan
□ Tidak terjadi hipotensi ortostastik
Hemodynamic Control
□ Tidak terdapat suara nafas tamabahan □ Lakukan penilaian komprehensif terhadap status hemodinamik
(yaitu, memeriksa tekanan darah , denyut jantung, denyut nadi,
□ Tidak terdapat distensi vena leher
tekanan vena jugularis , tekenan vena sentral , atrium kiri dan
□ Tidak terdapat edema perifer kanan, tekanan ventrikel dan tekanan arteri pulmonalis),
dengan tepat.
□ Tidak terdapat asites
□ Gunakkan beberapa parameter untuk menentukan status klinis
□ Tidak terjadi kelelahahan pasien (yaitu tekanan nadi proposional dianggap sebagai
parameter definitif)
□ Tidak terjadi peningkatan berat badan
□ Monitor dan dokumentasikan tekanan nadi proposional ( yaitu,
(IMT normal 18,5-25,00 kg/m2) tekanan darah sistolik-tekanan darah diastolik dibagi dengan
tekanan darah sistolik sehingga mengahasilkan persentase yang
□ Tidak terjadi gangguan kongnisi
proposional.
□ Wajah tidak pucat □ Berikan pemeriksaan fisik berkala pada populasi berisiko
(misalnya pasien gagal jantung)
□ Tidak terdapat kemerahan pada kaki
□ Kurangi kecemasan dengan memebrikan informasi yang akurat
akibat posisi kaki tergantung/dipendent
dan perbaiki setiap kesalah pahaman.
rubor
□ Arahkan pasien dan keluarga mengenai pemantauan
□ Klaudikasi intermiten hemodinamik (misalnya obat-obatan terapi tujuan perawatan)
□ Jelaskan tujuan keperawatan dan bagaiamana kemajuan akan
□ Suhu tubuh (36,50C-37,5oC)
diukur
□ Tidak terjadi pingsan □ Identifikasi adanya tanda dan gejala
□ Peringatakn dini sistem hemodinamik yang dikompromikan
□ Tidak terdapat luka ekstremitas bawah
(misalnya dispnea penururnan kemampuan untuk olahraga,
□ Tidak terjadi mati rasa pada bagian ortopnea, sangat kelelahan, pusing, melamun, endema, palpitasi
ekstremkitas atas atau bawah , dispnea paroxyimal nocturnal, perubahan berat badan tiba-
tiba)
□ Pertimbangakan status volume (yaitu, apakah pasien
hipervolumi, hipovolemi atau berada pada rentang cairan yang
seimbang)
□ Monitor adanya tanda dan gejala masalah status volume
(misalnya distensi vena, peningkatan di vena jugularis interna
kanan, reflek vena jugularis positif ,pada abdomen endema,
asites, krekles, dispnea, ortopne, dipsnea paroxymal nocturnal)
□ Tentukan status perfusi (yaitu apakah pasien terasa dingin
suam-suam kuku atau hangat?)
□ Monitor adanya tanda dan gejala pada status perfusi ( misalnya
hipotensi simvtomatik, dingin diujung kaki dan tangan,
termasuk lengan dan kaki; mental obtundation atau mengantuk
terus; elevasi ditingkat serum kreatinin BUN, hiponatremia;
tekanan nadi sempit, dan tekanan nadi proposional 25% atau
kurang
□ Lakukan auskultasi pada paru untuk mencari ada bunyi atau
susara nafas tambahan lainnya.
□ Ingat bahwa suara paru tambahan bukan satu-satunya indikator
hemodinamik
□ Lakukan auskultasi pada jantung
□ Monitor dan catat tekanan darah, denyut jantung, irama dan
denyut nadi
□ Monitor apakah alat jantung berfungsi
□ Moinitor resistensi sistemik pembuluh darah dan paru
□ Monitor curah jantung, indeks cardiac dan indeks kerja stroke
ventrikuler, yang sesuai
□ Berikan obat-obat inotropik positif dan obat-obat kontraktilitas
□ Berikan obat antiaritmia
□ Monitor efek obat
□ Monitor denyut nadi perifer, pengisisan kapiler, suhu dan
warna ekstrimitas
□ Tinggikan kepala tempat tidur
□ Tinggikan kaki tempat tidur
□ Monitor apa ada endema perifer, distensi vena jugularis;bunyi
jantung S3 S4; dispnea; penambahan berat badan; dan distensi
organ, terutama di paru-paru atau jantung
□ Monitor kapiler paru, tekanan arteri sekitar, tekanan vena
sentral dan atrium kanan
□ Monitor kadar elektrolit
□ Jaga keseimbangan dengan memberikan cairan IV atau diuretik
□ Berikan obat vasodilator dan vasokonstriktor
□ Monitor asupan dan pengeluaran, output urine , dan berat
badan pasien
□ Evaluasi efek terapi cairan
□ Pasasng kateter urine
□ Minimalkan stres lingkungan
□ Berkolaborasi dengan dokter, sesuai indikasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
17 Risiko Ketidakefektifan Perfusi Setelah melakukan asuhan keperawatan Blood Products Administration
Ginjal selama … x … diharapkan agar kemampuan □ Cek kembali intruksi dokter
ginjal pasienn untuk mengatur cairan tubuh, □ Dapatkan riwayat transfuse pasien
Definisi : Rentan terhadap menyaring dan membersihkan hasil □ Dapatkan atau verifikasi kesediaan pasien
penurunan sirkulasi darah ke ginjal, pembuangan melalui pembentukan urine □ Cek kembali bahwa produk darah telah disiapkan dan
yang dapat mengganggu membaik. dicocokan
kesehatan. □ Cek kembali pasien dengan benar tipe darah,tipe rh,jumlah
NOC : unit,waktu kadaluwarsa
Batasan karakteristik : Kidney Function □ Intruksi pasien mengenai tanda dan gejala reaksi terhadap
□ Perubahan tekanan darah di luar □ Urine output selama 8 jam ( Normal > transfuse
parameter yang dapat diterima 0,5 – 1 ml/kgBB/jam) Perkiraan produksi
□ Siapkan sistem pemberian dengan filter yang tepat untuk
□ Peningkatan rasio urin: Neonatus : 10-90 ml/kgBB/hari,
produk darah
BUN/kreatinin Bayi : 80-90 ml/kgBB/hari, Anak :
□ Hindari tranfusi satu atau lebih unit unit darah atau produk
□ Hematuria 50 ml/kgBB/hari, Remaja : 40
darah pada satu produk
□ Oliguria/anuria ml/kgBB/hari, Dewasa : 30
□ Monitor tanda-tanda vital
ml/kgBB/hari
□ Monitor adanya reaksi tranfusi
Faktor risiko : □ Keseimbangan intake dan output selama
□ Monitor adanya kelebihan cairan
□ Bypass kardiopulmonal 24 jam ( 2300- 2500ml/24 jam)
□ Tahan dulu dari memberikan pengobatan atau cairan IV
□ Diabetes mellitus □ Turgor Kulit Elastis ( CRT < 2 detik.)
□ Embolisme vascular □ Berat jenis urine (Normal : 1,015 - □ Dokumentasikan waktu tranfusi
□ Gangguan metabolism 1,025) □ Hentikan transfuse jika terjadi reaksi darah dan pertahankan
□ Glomerulonephritis □ Warna urine (Normal : urine berwarna vena teteap terbuka dengan saline
□ Hipertensi kuning muda hingga tua) □ Berikan saline ketika transfuse diselesaikan
□ Hipertensi maligna □ pH urine (Normal : 4,8 – 7,4). Circulatory care : Arterial Insufficiency
□ Hipoksemia □ Elektrolit urine ( Normal : Na = 137-
+
□ Lakukan pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler atau
147 mEq/L, Cl- = 95-108 mEq/L, K+ = penilaian yang komprehensif pada sirkulasi perifer
□ Hipoksia
3,5-5,5 mEq/L, Ca = 8,5 – 10,5 mEq/L,
2+
□ Tentukan indeks ankle bracial
□ Hipovolemia
Mg = 1,5-2,5 mEq/L, PO4 = 1,7 – 2,6
2+ 3-
□ Evaluasi edema dan denyut
□ Infeksi
mEq/L)
□ Jenis kelamin wanita □ Inpeksi kulit untuk adanya luka pada arteri atau kerusakan
□ Bikarbonat darah arteri/HCO3 ( Normal :
□ Keganasan jaringan
22-26 mEq/L)
□ Lanjut usia □ Monitor tingkat ketidaknyamanan atau nyeri saat olahraga di
□ Ph arteri (Normal : 7,35 – 7,45)
□ Luka bakar malam hari
□ Nitrogen urea darah/blood urea nitrogen
□ Merokok □ Tempatkan ujung kaki dan tangan dalam posisi tergantung
dalam batas normal (Normal : 6-20
□ Nefritis interstitial dengan tepat
mg/dl)
□ Nekrosis kortikal bilateral □ Berikan obat antikoagulan (pengencer darah)
□ Kreatinin serum dalam batas normal
□ Pajanan terhadap nefrotoksin □ Ubah posisi pasien setidaknya setiap 2 jam
(Normal : 50-100 mg/hari)
□ Pembedahan jantung Shock Management
□ Potaseum serum dalam batas normal
□ Monitor tanda-tanda vital
□ Penyakit ginjal (missal : ginjal (Normal : 3,5 -5,5 mEq/L)
polikistik, stenosis arteri ginjal, □ Posisikan pasien untuk mendapatkan perfusi yang optimal
□ Tidak ada peningkatan protein urine
gagal ginjal) (<10mg/dl) □ Buat dan pertahankan kepatenan jalan nafas, sesuai
□ Penyalahgunaan zat □ Sel darah putih dalam batas normal kebutuhan
□ Polinefritis (Dewasa 4000-10.000 /mm3) □ Berikan oksigen dan atau ventilasi mekanik
□ Program pengobatan □ Hematuria (pada kondisi normal □ Monitor EKG
□ Sindrom kompartemen biasanya ditemukan 0-3sel eritrosit/LPK) □ Ambil gas darah arteri
abdomen □ Tidak ada keton urine □ Monitor nilai CO2 sublingal
□ Sindrom respons inflamasi □ Tidak ditemukan mikroskopis urine yang □ Monitor timbulnya gejala gagal napas
sistemik abnormal
□ Pasang dan pertahankan akses di vena besar
□ Trauma □ Tidak terjadi pembentukan batu ginjal
□ Berikan cairan IV sementara melakukan monitor tekanan
□ Tidak terjadi peningkatan berat badan
□ Vaskulitis hemodinamik dan urin output sesuai kebutuhan
□ Tidak terjadi hipertensi
□ Berikan vasopressor,sesuai kebutuhan
(>140/100mmHg)
□ Berikan agen anti aritmia, sesuai kebutuhan
□ Tidak ada mual
□ Monitor serum glukosa dan atasi nilai abnormalitas,sesuai
□ Tidak terjadi kelelahan
kebutuhan
□ Tidak ada tanda malaise
□ Monitor status cairan
□ Tidak ada anemia
□ Monitor fungsi ginjal
□ Tidak ada edema
□ Berikan diuretic,sesuai kebutuhan
□ Berikan terapi lajutan pengganti renal atau hemodialisa,
sesuai kebutuhan
□ Berikan trombolitik,sesuai kebutuhan
□ Berikan rekomendasi aktivasi protein C,sesuai kebutuhan
Infection Control
□ Alokasikan kesesuaian luas ruang per pasien,seperti yang
diindikasikan oleh pedoman pusat pengendalian dan
pencegahan penyakit (centers for disease control and
prevention/CDC)
□ Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk
setiap pasien
□ Ganti peralatan perawatan per pasien sesuai protokol
institusi
□ Isolasi orang yang terkena penyakit menular
□ Tempatkan isolasi sesuai tindakan pencegahan yang sesuai
□ Pertahankan teknik isolasi yang sesuai
□ Batasi jumlah pengunjung
□ Ajarkan cara cuci tangan bagi tenaga kesehatan
□ Anjurkan pasien mengai teknik mencuci tangan dengan
tepat
□ Anjurkan pengunjung untuk cuci tangan pada saat
memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
□ Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan yang sesuai
□ Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien
□ Lakukan tindakan-tindakan pencegahan yang bersifat
universal
□ Pakai sarung tangan sebagai mana dianjurkan oleh
kebijakan pencegahan universal/universal precautions
□ Pakai pakian ganti atau jubah saat menangani bahan-bahan
yang infeksius
□ Pakai sarung tangan steril dengan tepat
□ Gosokam kulit pasien dengan agen antibakteri yang sesuai
□ Cukur dan siapkan daerah untuk persiapan prosedur invasif
dan/atau operasi sesuai indikasi
□ Jaga lingkungan aseptik yang optimal selama penusukan di
samping tempat tidur dari saluran penghubung
□ Jaga lingkungan aseptik saat mengganti tabung dan botol
TPN
□ Jaga sistem yang tertutup saat melakukan monitor
hemodinamik invasif
□ Ganti IV perifer dan tempat saluran penghubung serta
balutannya sesuai dengan pedoman CDC saat ini
□ Pastikan penanganan aseptik dari semua saluran IV
□ Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
□ Gunakan kateterrisasi intermiter untuk mengurangi kejadian
infeksi kandung kemih
□ Ajarkan pasien untuk mendapatkan spesimen urin aliran
tengah yang sesuai pada saat tenda pertama dari kembalinya
gejala
□ Dorong batuk dan bernafas dalam yang tepat
□ Tingkatkan intake nutrisi yang tepat
□ Dorong intake cairan yang sesuai
□ Dorong untuk beristirahat
□ Berikan terapi antibiotik yang sesuai
□ Berikan imunisasi yang sesuai
□ Anjurkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala
infeksi dan kapan harus melaporkannya kepada penyedia
perawatan kesehatan
□ Ajarkan pasien dan anggota kelurga mengenai bagaimana
menghindari infeksi
□ Promosikan persiapan dan pengawetan makanan yang aman
Electrolyte Management
□ Pantau kadar serum elektrolit yang abnormal seperti yang
tersedia
□ Monitor perubahan status paru atau jantung yang
menunjukkan kelebihan cairan atau dehidrasi
□ Pantau adanya tanda dan gejala overhidrasi yang memburuk
atau dehidrasi (misalnya ronki basah di lapangan paru
terdengar, poliuria atau oliguria, perubahan perilaku, kejang
saliva berbusa dan kental, mata cekung atau edema, napas
dangkal dan cepat)
□ Dapatkan specimen laboratorium untuk pemantauan
perubahan cairan atau elektrolit (misalnya hematokrit, BUN,
protein, natrium dan kadar kalium) yangsesuai
□ Timbang berat badan harian dan pantau gejala
□ Berikan cairan yang sesuai
□ Tingkatkan intake/asupan cairan per oral (misalnya member
cairan oral sesuai preferensi pasien, tempatkan cairan di
tempat yang mudah dijangkau, member sedotan dan
menyedakan air segar) yang sesuai
□ Berikan cairan pengganti nasogastrik dengan normal saline,
sesuai kebijakan lembaga dan indikasi
□ Berikan serat yang diresepkan untuk pasien dengan selang
makan untuk mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit
melalui diare
□ Minimalkan pemberian konsumsi kepingan es atau kuangi
jumlah asupan oral pada pasien dengan selang lambung
yang terhubung ke suksion
□ Minimalkan aupan makan dan minuman dengan diuretic
atau pencahar (misalnya teh, kopi, plum, suplemen herbal)
□ Jaga infuse intravena yang tepat, transfuse darah dan laju
aliran enteral terutama jika tidak diatur oleh pompa
□ Pastikan bahwa larutan intravena yang mengandung
elektrolit diberikan dengan aliran yang konstan dan sesuai
□ Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan
keseimbangan cairan (misalnya hematokrit, BUN, albumin,
protein total, osmolalitas serum dan urin spesifik tingkat
gravitasi)
□ Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi
cairan (misalnya peningkatan berat jenis, peningkatan BUN,
penurunan hematokrit, dan peningkatan adar osmolalitas
urin)
□ Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP
dan tingkat PCWP jika ada
□ Jaga pencatatan intake/asupan dan output yang akurat
□ Pantau adanya tanda dan gejala retensi cairan
□ Batasi asupan air secara bebas pada kasus adanya
pengenceran hiponatremia dengan serum natrium dibawah
130 mEq per liter
□ Batasi cairan yang sesuai
□ Monitor tanda-tanda vital yang sesuai
□ Perbaiki dehidrasi pra oerasi dengan benar
□ Monitor respon pasien terhadap terapi elektrolit yang
diresepkan
□ Mnitor manifestasi dari ketidakseimbangan elektrolit
□ Berikan resep diet yang tepat untuk cairan tertentu atau pada
ketidakseimbangan elektrolit (misalnya rendah sodium,
cairan dibatasi ginjal, dan tidak menambahkan garam)
□ Berikan suplemen eletrolit tambahan yang diresepkan
□ Berikan elektrolit terkait resin yang diresepkan dengan tepat
□ Monitor efek samping dari suplemen elektrolit yang
diresepkan (misalnya mual, muntah, diare)
□ Amati membrane bukal pasien, sclera dan kulit terhadap
indikasi perubahan cairan dan keseimbangan elektrolit
(misalnya kekeringan, sianosis dan jaundice)
□ Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala
ketidakseimbangan cairan dan/atau elektolit menetap atau
memburuk
□ Lakukan tindakan-tindakan untuk mengontrol kehilangan
elektrolit yang berlebihan (misalnya dengan
mengistirahatkan usus, mengubah jenis diuretic, atau
pemberian antipiretik) yang sesuai
□ Lakukan tindakan-tindakan untuk mengistirahatkan saluran
cerna (yaitu membatasi makanan atau mengurangi
intake/asupan cairan dari produk susu) jika sesuai
□ Ikuti aksi glukosa cepat dengan karbohidrat dan protein
yang berdurasi aksi yang lama unuk manajemen
hipoglikemia akut yang sesuai
□ Siakan pasien untuk dialysis (misalnya dengan membantu
penempatan kateter untuk dialysis ) yang sesuai
□ Monitor kehilangan cairan (misalnya perdarahan, muntah,
diare, keringat dan takipnea)
□ Tingkatkan citra tubuh dan harga diri yang positif jika
kekhawatiran diekspresikan sebagai akibat dari retensi
cairan berlebihan
□ Bnatu pasien dengan gangguan fungsi mental atau fisik
(misalnya disfagia, gangguan kognitif, mental, penurunan
kekuatan fisik atau koordinasi) untuk mencapai
keseimbangan cairan yang adekuat
□ Bantu pasien dengan gejala sisa yang tidak diinginkan dari
peresepan rejimen terapi (misalnya pasien dengan rasa takut
frekuensi BAK atau inkontinensia akibat diuretic yang
memiliki batasan asupan cairan) untuk mencapai
keseimbangan yang memadai
□ Instruksikan pasien dan keluarga mengenai alasan untuk
pembatasan cairan, tindakan hidrasi atau administrasi
elektrolit tambahan seperti yang ditunjukkan.
Acid-Base Monitoring
□ Ambil specimen yang diminta untuk pemeriksaan
laboratorium keseimbangan asam basa (missal : analisa gas
darah, urine, dan serum ) pada pasien yang berisiko, sesuai
kebutuhan
□ Analisa kecenderungan serum pH pada pasien yang
mengalami kondisi dengan efek yang lambat pada nilai Ph
(missal : pasien hiperventilasi, pasien ketoasidosis diabetic,
pasien sepsis)
□ Analisa kecenderungan serum pH pada pasien yang
berisiko (seperti : pasien dengan status pernafasan yang
berbahaya, gangguan ginjal, diabetes mellitus, diare atau
muntah yang memanjang, sindrom cushing)
□ Catat apakah nilai Ph arteri pada sisi alkaline atau asidosis
(7,35-7,45)
□ Catat tingkat PaO2 apakah menunjukkan asidosis respiratori,
alkalosis respiratori, atau normal
□ Catat tingkat HCO3 apakah menunjukkan asidosis
metabolik, alkalosis metabolik, atau normal
□ Cek tingkat PH dengan nilai PaCO2 dan HCO3 untuk
menentukan apakah asidosis/alkalosis terkompensasi atau
tidak terkompensasi
□ Catat nilai PaO2, SaO2, dan Hb untuk menentukan
keadekuatan oksigenasi arterial
□ Monitor kadar CO2
□ Monitor kenaikan anion gap (> 14 mEq/L) sebagai tanda
peningkatan produksi atau penurunan ekskresi asam
□ Monitor tanda dan gejala kekurangan HCO3 dan asidosis
metabolik : nafas Kussmaul, kelemahan, disorientasi, sakit
kepala, anoreksia, koma, PH urine < 6, kadar HCO3 plasma
< 22 mEq/L, PH plasma < 7,35, BE < -2 mEq/L,
hiperkalemia, dan defisit CO2
□ Monitor penyebab kekurangan HCO3 seperti diare, gagal
ginjal, hipoksia jaringan, asidosis laktat, ketoasidosis
diabetik, malnutrisi, dan kelebihan salisilat
□ Monitor tanda dan gejala kelebihan HCO3 dan alkalosis
metabolik : kesemutan di ekstremitas, hipertonik otot,
bradikardi, tetani, kadar PH urin > 7, kadar HCO3 plasma >
26 mEq/L, kadar PH plasma > 7,45, BE > 2 mEq/L,
hipokalemia, retensi CO2
□ Monitor penyebab kelebihan HCO3, seperti muntah, suksion
lambung, hiperaldosteron, terapi diuretik, hipokloremia,
kelebihan masukan makanan atau obat yang mengandung
HCO3
□ Monitor tanda dan gejala kekurangan asam karbonat dan
alkalosis respiratori, banyak nafas panjang dan menguap,
tetani, parestesi, palpitasi, kesemutan, rasa mengantuk,
penglihatan kabur, berkeringat banyak, mulut kering,
kejang, kadar PH > 7,45, PaCO2 < 35 mmHg,
hiperkloremia, dan defisit kadar HCO3
□ Monitor penyebab kekurangan asam karbonat dan
hiperventilasi seperti nyeri, lesi pada otak, demam, dan
ventilasi mekanik
□ Monitor tanda gejala kelebihan asam karbonat dan asidosis
respiratorik : tremor pada tangan dengan lengan ekstensi,
bingung, penurunan kesadaran sampai koma, pusing, mual,
muntah, takikardia, ekstremitas hangat dan berkeringat,
kadar PH < 7,35, kadar PaCO2> 45 mmHg, hipokloremia,
kelebihan HCO3
□ Monitor penyebab kelebihan asam karbonat dan asidosis
respiratorik seperti obstruksi jalan nafas, depresi ventilasi,
depresi susunan saraf pusat, penyakit neurologi, penyakit
paru kronik, penyakit muskuloskeletal, trauma dada, infeksi,
gagal jantung, dan obat pendepresi pernafasan
□ Bandingkan kondisi saat ini dengan sebelumnya untuk
mendeteksi adanya perbaikan dan penurunan kondisi pasien
□ Mulai dan/ ubah perawatan medis untuk mempertahankan
parameter pasien dalam batas yang diperintahkan oleh
dokter, menggunakan protocol yang ada
Vital Sign Monitoring
□ Monitor tekanan darah, nadi,suhu dan status pernafasan
dengan tepat
□ Catat gaya dan fluktuasi yang luas pada tekanan darah
□ Monitor tekanan darah saat pasien berbaring, duduk, dan
berdiri sebelum dan setelah perubahan posisi
□ Monitor tekanan darah setelah minum obat
□ Auskultasi tekanan darah di kedua lengan dan bandingkan
□ Monitor tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan
sebelum, selama, dan setelah beraktivitas dengan tepat
□ Inisiasi dan pertahankan perangkat pemantauan suhu tubuh
secara terus menerus dengan tepat
□ Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermia dan
hipertermia
□ Monitor keberadaan dan kualitas nadi
□ Mambil nadi apical dan radial secara simultan dan
perhatikan perbedaannya dengan tepat
□ Monitor terkait nadi paradoksus
□ Monitor terkait dengan nadi alternative
□ Monitor tekanan nadi yang yang meebar atau menyempit
□ Monitor irama dan tekanan jantung
□ Monitor nada jantung
□ Monitor irama dan laju pernapasan (misalnya kedalaman
dam kesimetrisan)
□ Monitor suara paru-paru
□ Monitor oksimetri nadi
□ Monitor pola pernapasan abnormal (misalnya cheyne-
stokes, kusmaul, biot, apneustic, ataksia, dn bernafas
berlebihan)
□ Monitor warna kulit, suhu, dan kelembapan
□ Monitor sianosis sentral dan perifer
□ Monitor akan adanya kuku (dengan bentuk) clubbing
□ Monitor terkait dengan adanya tiga tanda Cushing reflex
(misalnya tekanan nadi lebar, bradikardia, dan peningkatan
tekanan darah sistolik)
□ Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda
vital
Periksa secara berkala keakuratan instrument yang
digunakan untuk perolehan data pasien
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
18. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Cerebral perfusion promotion
Jaringan Otak ...x... jam tidak terjadi peningkatan tekanan □ Konsultasi dengan dokter untuk menentukan parameter
Faktor Risiko: intra kranial dengan kriteria hasil : hemodinamik, dan mempertahankan hemodinamik dalam
□ Agens farmaseutikal NOC : rentang yg diharapkan
□ Aterosklerosis aortic Tissue Perfusion: Cerebral □ Monitor MAP
□ Baru terjadi infark □ Tekanan darah (sistolik dan diastolik) □ Berikan agents yang memperbesar volume intravaskuler
miokardium dalam batas normal misalnya (koloid, produk darah, atau kristaloid)
□ Diseksi arteri □ MAP dalam batas normal □ Konsultasi dengan dokter untuk mengoptimalkan posisi kepala
□ Embolisme □ Sakit kepala berkurang/hilang (15-30 derajat) dan monitor respon pasien terhadap pengaturan
□ Endocarditis infektif □ Tidak gelisah posisi kepala
□ Fibrilasi atrium □ Tidak mengalami muntah □ Berikan calcium channel blocker, vasopressin, anti nyeri, anti
□ Hiperkoleterolimia □ Tidak mengalami penurunan coagulant, anti platelet, anti trombolitik
□ Hipertensi kesadaran □ Monitor nilai PaCO2, SaO2 dan Hb dan cardiac out put untuk
□ Kardiomiopati dilatasi menentukan status pengiriman oksigen ke jaringan
□ Katup prostetik mekanis
□ Koagulasi intravascular
diseminata
□ Koagulapati (mis. Anemia
sel sabit)
□ Masa prothrombin abnormal
□ Masa trombaplastin parsial
abnormal
□ Miksoma atrium
□ Neoplasma otak
□ Penyalahgunaan zat
□ Segmen ventrikel kiri
akinetic
□ Sindrom sick sinus
□ Stenosis carotid
□ Stenosis mitral
□ Terapi trombolitik
□ Tumor otak (mis. Gangguan
serebrovaskular, penyakit
neurologis, trauma, tumor)
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
19. Risiko Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Electrolyte Management
elektrolit ...x... jam kadar elektrolit seimbang dengan □ Monitor gejala ketidakseimbangan elektrolit.
Faktor Risiko : kriteria hasil : □ Pertahankan kepatenan saluran intravena.
□ Diare NOC : □ Menjaga intake dan output yang adekuat
□ Disfungsi pengaturan endokrin Electrolyte Balance □ Pertahankan cairan elektrolit per intravena dengan kecepatan
(mis. Intoleransi glukosa,, □ Nilai pemeriksaan natrium dalam konstan, secara tepat.
peningkatan insulin growth batas normal □ Atur elektrolit tambahan.
factor 1 [IGF-1], androgen, □ Nilai pemeriksaan klorida dalam batas □ Konsul dengan ahli dalam pemberian medikasi elektrolit secara
dehydroepiandrosterone normal tepat.
[DHEA], dan kortisol) □ Nilai pemeriksaan kalsium dalam □ Ambil specimen untuk analisis tingkat elektrolit secara tepat.
□ Gangguan mekanisme batas normal □ Monitor banyak kehilangan cairan elektrolit.
pengaturan □ Nilai pemeriksaan magnesium dalam □ Konsul pada ahli jika tanda dan gejala dari cairan dan elektrolit
□ Kekurangan volume cairan batas normal tetap atau memburuk.
□ Disfungsi ginjal □ Nilai pemeriksaan fosfat dalam batas Electrolyte Monitoring
□ Kelebihan volume cairan normal □ Monitor faktor yang berhubungan dengan keseimbangan asam-
□ Muntah □ Nilai pemeriksaan klorida dalam batas basa.
□ Program pengobatan normal □ Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan
□ Nilai pemeriksaan kalium dalam batas elektrolit.
normal □ Catat dan lapor perubahan ketidak seimbangan elektrolit.
□ Monitor kehilangan cairan dan faktor yang berhubungan dengan
kehilangan elektrolit, secara tepat.
□ Monitor mual, muntah dan diare.
□ Identifikasi pengobatan yang dapat mengubah status elektrolit
seperti GI suction, diuretic, antihipertensitas, dan Calsium
channel blocker.
□ Monitor pengobatan yang mendasari penyakit yang dapat
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
20. Risiko Ketidakseimbangan Setelah diberika asuhan keperawatan selama NIC :
Volume Cairan ….x… jam diharapkan masalah Risiko Fluid management
Faktor Risiko: ketidakseimbangan Volume Cairan tidak □ Timbang popok/pembalut jika diperlukan
□ Asites terjadi dengan criteria hasil: □ Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
□ Berkeringat NOC: □ Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi
□ Luka bakar Fluid balance adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
□ Obstruksi intestinal □ Tekanan darah sistolik 100-130 □ Monitor hasill Ab yang sesuaidengan retensi cairan (BUN ,Hmt
□ Pankreatitis mmHg , osmolalitasurin )
□ Program pengobatan □ Tekanan darah diastolic 60-90 mmHg □ Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori
□ Sepsis □ Turgor kulit Elastis harian
□ Trauma □ Kelembaban Membrane mukosa □ Kolaborasi pemberian cairan IV
□ Elektrolit serum □ Berikan cairan
□ Hematokrit ( Pria dewasa 40 – 48 % □ Berikan diuretik sesuai interuksi
Wanita dewasa 37 – 43 % ) Electrolyte management
□ Keseimbangan input dan output cairan □ Pertahankan pemberian cairan IV
selama 24 jam □ Monitor ketidaknormalan hasil elektrolit serum
Electrolyte balance □ Monitor hilangnya banyak cairan (diare, drainase)
□ Klorida serum dalam batas normal
(Dewasa 95-105 mEq/L) (Anak 98-
110 mEq/L) (Bayi 95 -110 mEq/L)
□ kalsium serum dalam batas normal
(Dewasa 9-11 mg/dl (di serum) ; <150
mg/24 jam (di urin & diet rendah Ca)
; 200 – 300 mg/24 jam (di urin & diet
tinggi Ca))
□ Natrium dalam batas normal (Dewasa
135-145 mEq/L) (Anak 135-145
mEq/L) (Bayi 134-150 mEq/L)
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
21. Risiko ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Hyperglicemia Management
glukosa darah. ...x... jam kadar gula darah terkontrol dengan □ Monitor glukosa darah, sesuai idikasi.
Faktor risiko : kriteria hasil : □ Monitor tanda dan gejala hiperglikemia seperti poliuri, polipagi,
□ Asupan diet tidak cukup NOC: lemah, letargi, malaise, penglihatan kabur, dan sakit kepala.
□ Gangguan status kesehatan Hyperglycemia Severity □ Monitor tekanan darah secara ortostastik, sesuai indikasi.
fisik □ Pandangan mata tidak kabur □ Monitor status cairan secara tepat.
□ Gangguan status mental □ Mual berkurang □ Pertahankan akses IV, secara tepat.
□ Kehamilan □ Sakit kepala berkurang □ Konsul pada ahli apabila tanda dan gejala hiperglikemia tetap
□ Keterlambatan perkembangan □ Tidak terjadi penurunan kesadaran atau memburuk.
kognitif □ Tidak terjadi peningkatan kadar □ Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemi.
□ Kurang kepatuhan pada glukosa darah □ Antisipasi situasi yang memerlukan peningkatan insulin.
rencana management diabetes NOC:
□ Kurang pengetahuan tentang Hypoglycemia Severity Hypoglicemia Management
manajemen penyakit □ Tidak gemetar □ Monitor glukosa darah, sesuai indikasi.
□ Manajemen diabetes tidak □ Tidak berkeringat dingin □ Monitor tanda dan gejala hipoglikemi (goyah, tremor, keringat
tepat □ Pandangan tidak berkunang-kunang dingin, gelisah, ansietas, palpitasi, takikardi, lapar, pucat)
□ Manajemen medikasi tidak □ Tidak mengalami penurunan glukosa □ Atur pemberian glukosa melalui intravena, sesuai indikai.
efektif darah □ Pertahankan akses IV, secara tepat.
□ Pemantauan glukosa darah □ Tidak mengalami penurunan □ Pertahankan kepatenan jalan nafas.
tidak adekuat kesadaran
□ Penambahan berat badan
berlebihan
□ Penurunan berat badan
berlebihan
□ Periode pertumbuhan cepat
□ Rata-rata aktivitas harian
kurang dari yang dianjurkan
menurut jenis kelamin dan usia
□ Stres berlebihan
□ Tidak menerima diagnosis
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
22. Resiko Perdarahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC
Definisi : selama ..x.. jam diharapkan perdarahan tidak Bleeding Precautions
Rentan mengalami penurunan terjadi dengan kriteria : □ Monitor dengan ketat resiko terjadinya perdarahan pada
volume darah yang dapat NOC : pasien
mengganggu kesehatan. Blood Loss Severity □ Catat nilai hemoglobin dan hematokrit sebelum dan setelah
Faktor risiko: □ Tidak terjadi kehilangan darah yang pasien kehilangan darah sesuai indikasi
□ Aneurisme terlihat □ Monitor tanda dan gejala perdarahan menetap (contoh : cek
□ Gangguan fungsi hati (mis, □ Tidak terjadi hematuria semua sekresi darah yang terlihat jelas maupun yang
sirosis hepatis) □ Tidak ada darah yang terlihat keluar tersembunyi/ for frank or accult blood)
□ Gangguan gastrointestinal dari anus □ Monitor komponen koagulasi darah (termasuk Protrombin
(mis, penyakit ulkus □ Tidak terjadi hemoptysis time (PT), Partial Thromboplastin Time (PTT), fibrinogen,
lambung, polip, varises) □ Tidak terjadi hematemesis degradasi fibrin/ split products, dan trombosit hitung dengan
□ Koagulopati inheren (mis, □ Tidak terjadi distensi abdomen cara yang tepat
trombositopenia) □ Tidak terjadi perdarahan vagina □ Monitor tanda-tanda vital ortostatik, termasuk tekanan darah
□ Koagulopati intavaskular □ Tidak terjadi perdarahan paska □ Pertahankan agar pasien tetap tirah baring jika terjadi
diseminata pembedahan perdarahan aktif
□ Komplikasi kehamilan (mis, □ Tidak terjadi penurunan tekanan darah □ Berikan produk-produk penggantian darah (misalnya,
pecah ketuban dini, plasenta sistol (< 90 mmHg) trombosit dan Plasma Beku Segar (FFP)) denga cara yang
previa/ abrupsio, kehamilan □ Tidak terjadi penurunan tekanan darah tepat
kembar) diastolic (< 70 mmHg) □ Lindungi pasien dari trauma yang dapat menyebabkan
□ Komplikasi pascapartum □ Tidak terjadi peningkatan denyut nadi perdarahan
(mis, atoni uterus, retensi apical (> 100x/menit) □ Hindarkan pemberian injeksi (IV, IM atau Subkutan) dengan
plasenta) □ Suhu tubuh dalam batas normal cara yang tepat
□ Kurang pengetahuan (36,5˚C – 37,5˚C) □ Instruksikan pasien-pasien yang masih bisa berjalan untuk
tentang kewaspadaan □ Kulit dan membrane mukosa tidak selalu menggunakan sepatu
perdarahan pucat □ Gunakan sikat gigi yang berbulu lembut untuk perawatan
□ Program pengobatan □ Pasien tidak cemas rongga mulut
□ Riwayat jatuh □ Tidak terjadi penurunan kognisi □ Gunakan alat cukur elektrik daripada menggunakan silet
□ Sirkumsisi □ Tidak terjadi penurunan hemoglobin □ Beritahu pasien untuk pencegahan tindakan-tindakan
□ Trauma (Hgb) invasive, jika tidak dapat dihindari, monitor dengan ketat
□ Tidak terjadi penurunan hematokrit tanda-tanda perdarahan
(Hct) □ Lakukan prosedur invasive bersamaan dengan pemberian
transfuse trombosit (TC) atau plasma segar beku (FFP), jika
Submissive Behavior Recommended dibutuhkan
Treatment □ Hindari mengangkat benda berat
□ Membuat daftar semua obat-obatan □ Berikan obat-obatan (misalnya, antasida) jika diperlukan
dengan dosis dan frekuensi pemberian □ Instruksikan pasien untuk menghindari konsumsi aspirin
□ Memperoleh obat yang dibutuhkan atau obat-obatan antikoagulan
□ Menginformasikan professional □ Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang kaya
kesehatan mengenai semua obat yang vitamin K
sudah dikonsumsi □ Cegah konstipasi (misalnya, memotivasi untuk
□ Mengonsumsi semua obat sesuai meningkatkan asupan cairan dan mengonsumsi pelunak
interval yang ditentukan feses) jika diperlukan
□ Minum obat sesuai dosis □ Instruksikan pasien dan keluarga untuk memonitor tanda-
□ Memodifikasi dosis sesuai instruksi tanda perdarahan dan mengambil tindakan yang tepat jika
□ Mengonsumsi obat dengan atau tanpa terjadi perdarahan (misalnya, lapor kepada perawat )
makanan yang seperti yang ditentukan Bleeding Reduction
□ Menghindari alcohol jika ada □ Identifikasi penyebab perdarahan
kontraindikasi □ Monitor pasien akan perdarahan secara ketat
□ Menghindari makanan dan minuman □ Beri penekanan langsung atau penekanan pada balutan, jika
jika ada kontraindikasi sesuai
□ Mengelola obat topical dengan benar □ Beri kompres es pada daerah yang terkena dengan tepat
□ Mengikuti tindakan kehati-hatian □ Monitor jumlah dan sifat kehilangan darah
terkait obat-obatan □ Monitor ukuran dan karakter hematoma, jika ada
□ Memantau efek terapeutik obat □ Perhatikan kadar hemoglobin/ hematokrit sebelum dan
□ Memantau efek samping obat sesudah kehilangan darah
□ Memantau efek yang berlawanan dari □ Monitor kecenderungan dalam tekanan darah serta
obat parameter hemodinamik, jika tersedia (misalnya, tekanan
□ Menggunakan strategi untuk vena sentral dan kapiler paru/ artery wedge pressure)
mengurangi efek samping obat □ Monitor status cairan, termasuk asupan (intake) dan haluaran
□ Melaporkan respon terapi kepada (output)
professional kesehatan □ Monitor tinjauan koagulasi, termasuk waktu prothrombin
□ Melaporkan efek lanjut terapi kepada (Prothrombin Time / PT), waktu thromboplastin parsial
professional kesehatan (Partial Thrombioplastin Time / PTT), fibrinogen, degradasi
□ Menyimpan obat dengan tepat Fibrin/ produk split, dan jumlah trombosit dengan tepat
□ Mengatur isi ulang untuk memastikan □ Monitor penentu dari jaringan pelepasan oksigen (misalnya,
pasokan yang cukup PaO2, SaO2, dan kadar hemoglobin dan cardiac output), jika
□ Memantau tanggal kadaluarsa obat tersedia
□ Membuang obat dengan benar □ Monitor fungsi neurologis
□ Membuang jarum suntik dan jarum □ Periksa perdarahan dari selaput lendir, memar setelah trauma
dengan benar minimal, mengalir dari tempat tusukan, dan adanya peteki
□ Mengelola obat suntikan dengan tepat □ Monitor tanda dan gejala perdarahan peristen (yaitu : periksa
□ Mengelola obat subkutan dengan tepat semua sekresi darah yang tampak ataupun yang tersembunyi
□ Mengelola obat intramuskuler dengan / okultisme)
tepat □ Atur ketersediaan produk-produk darah untuk transfuse, jika
□ Mengelola obat intravena dengan tepat perlu
□ Mempertahankan tindakan asepsis □ Pertahankan kepatenan akses IV
dengan obat non parenteral □ Beri produk-produk darah (misalnya, trombosit dan plasma
□ Memantau area insersi injeksi beku segar), dengan tepat
□ Menggilirkan lokasi insersi injeksi □ Lakukan hematest semua kotoran dan amati darah pada
□ Mempertahankan persediaan yang emesis, dhak, tinja, urin, drainase NG, dan drainase luka,
dibutuhkan dengan tepat
□ Menyimpan suplai dengan benar □ Lakukan tindakan pencegahan yang tepat dalam menangani
□ Membuang benda tajam dengan benar produk darah atau sekresi yang berdarah
□ Mendapatkan tes laboratorium yang □ Evaluasi respon psikologis pasien terhadap perdarahan dan
diperlukan persepsinya pada peristiwa (perdarahan)
□ Instruksikan pasien dan keluarga akan tanda-tanda
Gastrointestinal function perdarahan dan tindakan yang tepat (yaitu, memberitahu
□ Toleransi [terhadap] makanan yang perawat), bila perdarahan lebih lanjut terjadi
lembek □ Instruksikan pasien akan pembatasan aktivitas
□ Nafsu makan baik □ Instruksikan pasien dan keluarga mengenai tingkat
□ Frekuensi BAB dalam batas normal keparahan kehilangan darah dan tindakan-tindakan yang
(minimal 1 x/hari) tepat untuk dilakukan
□ Warna feses normal (kuning Medication Management
kecoklatan) □ Tentukan obat apa yang diperlukan, dan kelola menurut
□ Konsistensi feses lembek resep dan/ atau protocol
□ Bising usus dalam batas normal □ Diskusikan masalah keuangan yang berkaitan dengan
(dewasa : 5 – 35x/menit, anak : 5 – 15 regimen obat
x/menit) □ Tentukan kemampuan pasien untuk mengobati diri sendiri
□ Warna cairan lambung tidak merah dengan cara yang tepat
□ Jumlah residu cairan ketika aspirasi □ Monitor efektifitas cara pemeberian obat yang sesuai
dalam batas normal (10 ml) □ Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat
□ pH cairan lambung dalam batas □ Monitor tanda dan gejala toksisitas obat
normal (1,5-3,5) □ Monitor efek samping obat
□ Serum albumin (3.80 – 5.10 g/dL) □ Monitor level serum darah (misalnya, elektrolit, protrombin,
□ Hematokrit dalam batas normal ( Pria obat-obatan) yang sesuai

dewasa 40 – 48 %, Wanita dewasa 37 □ Monitor interaksi obat yang non terapeutik

– 43 % ) □ Kaji ulang pasien dan/atau keluarga secara berkala mengenai

□ Glukosa darah dalam batas normal jenis dan jumlah obat yang dikonsumsi

(puasa: 55-110 mg/dl, 2 jam PP: 55- □ Buang obat yang sudah kadaluarsa, yang sudah

115 mg/dl, sewaktu: 70-115 mg/dl) diberhentikan atau yang mempunyai kontraindikasi obat

□ Tidak ada nyeri perut □ Fasilitasi perubahan pengobatan dengan dokter

□ Tidak terjadi distensi perut □ Monitor respon terhadap perubahan pengobatan dengan cara

□ Perut melunak yang tepat

□ Tidak terjadi regurgitasi □ Pertimbangkan pengetahuan pasien mengenai obat-obatan

□ Tidak terjadi refluks lambung □ Pantau kepatuhan mengenai regimen obat

□ Tidak terdapat darah pada feses □ Pertimbangkan faktor-faktor yang dapat menghalangi pasien

□ Sel darah putih dalam batas normal untuk mengonsumsi obat yang diresepkan

(4.1-11.0 x 103µL) □ Kembangkan strategi bersama pasien unuk meningkatkan

□ Tidak terjadi dispepsia kepatuhan mengenai regimen obat yang diresepkan

□ Tidak ada mual □ Konsultasi dengan professional perawatan kesehatan lainnya

□ Tidak ada muntah untuk meminimalkan jumlah dan frekuensi obat yang

□ Tidak terjadi hematemesis dibutuhkan agar didapatkan efek terapeutik

□ Tidak terjadi diare □ Ajarkan pasien dan/anggota keluarga mengenai metode


□ Tidak terjadi konstipasi pemberian obat yang sesuai
□ Tidak terjadi penurunan berat badan □ Berikan pasien dan anggota keluarga mengenai informasi
□ Tidak terjadi perdarahan tertulis dan visual untuk meningkatkan pemahaman diri
gastrointestinal mengenai pemberian obat yang tepat
□ Kembangkan strategi untuk mengelola efek samping obat
Status Maternal Antepartum □ Dapatkan resep dokter bagi pasien yang melakukan
□ Terjadi ikatan emosional ke janin pengobatan sendiri dengan cara yang tepat
□ Mampu menentukan koping □ Buat protocol untuk penyimpanan, penyimpanan ulang, dan
ketidaknyamanan dari kehamilan pemantauan obat yang tersisa untuk tujuan pengobatan sendi
□ Tidak terjadi kelabilan alam perasaan □ Tentukan dampak penggunaan obat pada gaya hidup pasien
□ Perubahan berat badan dalam batas □ Berikan alternative mengenai jangka waktu dan cara
normal (peningkatan = 9-13kg) pengobatan mandiri untuk meminimalkan efek gaya hidup
□ Tidak terjadi penurunan status kognitif □ Bantu pasien dan anggota keluarga dalam membuat
□ Tidak terjadi penurunan ketajaman penyesuaian gaya hidup yang diperlukan terkait dengan
visual [pemakaian] obat-obat tertentu dengan cara yang tepat
□ Tidak terjadi penurunan refleks □ Anjurkan pasien mengenai kapan harus mencari bantuan
neurologis medis
□ Tekanan darah dalam batas normal □ Identifikasi jenis dan jumlah obat bebas yang digunakan
(sistolik 90-120 mmHg, diastolic 70- □ Berikan informasi mengenai penggunaan obat bebas dan
90 mmHg) bagaimana obat-obatan tersebut dapat mempengaruhi
□ Tingkat denyut nadi radial dalam kondisi saat ini
batas normal (60-100 x/menit) □ Pertimbangkan apakah pasien menggunakan obat-obatan
□ Tingkat pernapasan dalam batas berbasis budaya dan kemungkinan adanya efek dari
normal (dewasa: 16-20x/menit) penggunaan obat bebas dan obat yang diresepkan
□ Suhu tubuh dalam batas normal □ Kaji ulang strategi bersama pasien dalam mengelola obat-
(36,5˚C – 37,5˚C) obatan
□ Protein urin dalam batas normal □ Sediakan pasien dengan daftar sumber-sumber untuk [bisa]
□ Glukosa urin dalam batas normal dihubungi untuk mendapatkan informasi lebih lanjut
□ Gula darah dalam batas normal mengenai obat-obatan tersebut
 Sebelum makan: 70 - 130 mg/dL. □ Hubungi pasien dan keluarga setelah pemulangan pasien
 Dua jam setelah makan: kurang untuk menjawab pertanyaan dan mendiskusikan
dari 180 mg/dL. kekhawatiran terkait dnegan regimen obat
 Setelah tidak makan (puasa) selama □ Dorong pasien untuk [bersedia dilakukan] uji skrining dalam
setidaknya delapan jam: kurang menentukan efek obat
dari 100 mg/dL. Bleeding reduction: gastrointestinal
 Menjelang tidur: 100 – 140 mg/dL. □ Evaluasi respon psikologis pasien terhadap perdarahan dan
□ Hemoglobin dalam batas normal persepsinya mengenai kejadian tersebut.
(wanita = 12-16 gr/dL) □ Pertahankan jalan nafas jika diperlukan
□ Pemeriksaan Enzim hati □ Monitor indikasi penyaluran oksigen dalam jaringan
□ Pemeriksaan jumlah darah (misalnya, PaO2, SaO2, dan level hemoglobin dan kardiak
output), jika tersedia
□ Tidak terjadi edema □ Monitor tanda dan gejala perdarahan yang terus menerus
□ Sakit kepala terkontrol (misalnya, periksa semua sekresi terhadap adanya darah)
□ Tidak terjadi aktivitas kejang □ Monitor status cairan, termasuk intake dan output, jika
□ Mual terkontrol diperlukan
□ Muntah terkontrol □ Berikan cairan intravena jika diperlukan
□ Nyeri abdomen terkontrol □ Monitor tanda-tanda syok hipovolemik (misalnya,
□ Nyeri epigastrium terkontrol penurunan kardiak output, nadi yang cepat dan lemah,
□ Tidak terjadi pendarahan di vagina pernafasan meningkat, keringat dingin, kelemahan, kulit
□ Dada nyeri akibat mulas terkontrol dingin dan lembab)
□ Tidak terjadi sembelit □ Ukur lingkar abdomen, jika diperlukan
Maternal Status: Postpartum □ Tes semua sekresi terhadap adanya darah dan perhatikan
□ Keseimbangan alam perasaan adanya darah dalam muntahan, sputum, feses, urin, drainase
□ Kenyamanan alam perasaan NGT, drain luka, jika diperlukan
□ Tekanan darah dalam batas normal □ Dokumentasikan warna, jumlah dan karakter dari feses
(sistolik 90-120 mmHg, □ Monitor pemeriksaan pembekuan darah dan hitung darah
Diastolic 70-90 mmHg) lengkap (CBC) dengan diferensiasi sel darah putih, jika

□ Apikal denyut jantung dalam batas diperlukan

normal □ Hindari penggunaan antikoagulan

□ Tingkat denyut nadi radial dalam batas □ Monitor pemeriksaan pembekuan darah/ koagulasi, termasuk

normal (60 – 100x / menit) protrombin time (PT), PTT, fibrinogen, degradasi fibirn, dan

□ Terjadi sirkulasi perifer hitung platelet jika memang diperlukan


□ Berikan pengobatan (misalnya, laktulosa atau vasopressin),
□ Tinggi fundus uteri dalam batas normal
(bayi lahir = setinggi pusat, akhir kala III jika diperlukan
= 2 jari di bawah pusat) □ Hindari pH lambung yang terlalu ekstrem dengan
□ Lokea normal memberikan medikasi yang sesuai (misalnya, antasida atau
(lokea rubra, sanguinolenta, serosa, alba agen penghambat histamin 2), jika memang diperlukan
) □ Masukan selang nasogastrik untuk menghisap dan
□ Terjadi kepenuhan ASI memonitor sekresi, jika diperlukan
□ Terasa kenyamanan pada payudara □ Pertahankan tekanan dalam manset / balon nasogastrik, jika

□ Penyembuhan perineum diperlukan

□ Penyembuhan insisi □ Lakukan bilas lambung jika diperlukan

□ Suhu tubuh dalam batas normal (36,5˚C □ Hindari stres

– 37,5˚C) □ Kaji status nutrisi pasien


□ Bangun hubungan yang mendukung dengan pasien pasien
□ Eliminasi kemih lancar
dan keluarga
□ Eliminasi usus lancar
□ Instruksikan pasien dan keluarga untuk mengurangi atau
□ Jumlah asupan makanan dan cairan
meningkatkan aktivitas fisiknya
sesuai kebutuhan
□ Instruksikan pasien dan keluarga untuk mengenai prosedur
□ Pemeriksaan kolonisasi kultur urin
(misalnya, endoskopi, sklerosis, dan pembedahan), jika
□ Mampu melakukan aktivitas fisik
diperlukan
□ Daya tahan tubuh meningkat
□ Instruksikan pasien dan atau keluarga mengenai kebutuhan
□ Pemeriksaan enzim hati
penggantian darah, jika memang diperlukan
□ Hemoglobin dalam batas normal (12-16
□ Insruksikan pasien dan atau keluarga untuk menghindari
gr/dL) penggunaan obat anti inflamasi (misalnya, aspirin dan
□ Jumlah darah putih dalam batas normal ibuprofen)
(4000-10.000/mm3) □ Koordinasikan konseling bagi pasien dan atau keluarga
□ Gula darah dalam batas normal : misalnya, clergy, alkoholik anonimus), jika diperlukan
 Sebelum makan: 70 - 130 mg/dL.
 Dua jam setelah makan: kurang Bleeding Reduction : Antepartum Uterus
dari 180 mg/dL. □ Dapatkan riwayat klien kehilangan darah (misalnya, onset,
 Setelah tidak makan (puasa) selama jumlah, adanya nyeri, dan adanya bekuan)
setidaknya delapan jam: kurang □ Tinjau faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan
dari 100 mg/dL. perdarahan pada kehamilan (misalnya, abrupsio plasenta,
 Menjelang tidur: 100 – 140 mg/dL. merokok, penggunaan kokain, hipertensi akibat kehamilan,
dan plasenta previa)
Risk Detection □ Dapatkan suatu perkiraan yang akurat mengenai usia janin
□ Mengenali tanda dan gejala yang dengan menggunakan laporan terakhr periode menstruasi,
mengindikasikan risiko laporan penentuan tanggal dari ultrasound sebelumnya, atau

□ Mengidentifikasi kemungkinan risiko sejarah kandungan, jika informasi tersedia

kesehatan □ Periksa perineum untuk mengetahui jumlah dan karakteristik

□ Memvalidasi risiko kesehatan yang ada perdarahan

□ Melakukan pemeriksaan mandiri sesuai □ Monitor tanda-tanda vital ibu sesuai dengan kebutuhan,

waktu yang dianjurkan berdasarkan jumlah kehilangan darah


□ Monitor denyut jantung janin secara elektrik
□ Melakukan skrining sesuai waktu yang
dianjurkan □ Palpasi kontraksi uterus atau peningkatan tonus uterus
□ Mengetahui riwayat penyakit dalam □ Observasi janin dari catatan elektronik untuk mendapatkan
keluarga bukti insufisiensi uteroplasenta (misalnya, deselerasi lambat,
□ Selalu memperbaharui data tentang penurunan variabilitas jangka panjang, dan tidak adanya
kesehatan diri akselerasi)
□ Memnfaatkan sumber- sumber untuk □ Lakukan resusitasi janin, dengan cara yang tepat, jika
mengetahui risiko kesehatan pribadi terdapat tanda-tanda abnormal (yang tidak menenangkan)

□ Memonitor perubahan status kesehatan dari insufisiensi uteroplasenta

□ Menggunakan fasilitas kesehatan sesuai □ Tunda pemeriksaan serviks digital sampai lokasi plasenta

dengan kebutuhan telah diverifikasi (misalnya dengan laporan USG)

□ Mendapatkan informasi terkait □ Lakukan USG untuk mengetahui lokasi plasenta

perubahan gaya hidup untuk kesehatan □ Lakukan atau bantu dengan pemeriksaan speculum untuk
melihat kehilangan darah dan status serviks

Self Management : Anticoagulation □ Timbang tampon untuk memperkirakan kehilangan darah

Therapy secara akurat


□ Periksa pakaian, seprai-seprai, atau tampon-tampon apabila
□ Mampu mencari informasi tentang terapi
terdapat kejadian perdarahan
antikoagulasi
□ Mulai prosedur-prosedur darurat untuk perdarahan
□ Mampu mencari informasi tentang cara
antepartum, dengan cara yang tepat (misalnya, terapi
kerja obat antikoagulasi
oksigen, terapi IV, dan jenis dan lintas/cross)
□ Ikut berpartisipasi pada keputusan
□ Ambil darah untuk tes diagnostic, dengan cara yang tepat
kesehatan
□ Menggunakan obat sesuai resep (misalnya, Kleihauer-Betke, ABO, Rh, CBC, dan tinjauan
□ Mencari informasi tentang komplikasi pembekuan darah)
yang potensial terjadi □ Beri Rho (D) immunoglobulin, dengan cara yang tepat
□ Mencari informasi tentang hasil □ Catat intake dan output
laboratorium untuk waktu pembekuan □ Tinnggikan ekstremitas bawah untuk meningkatkan perfusi

□ Dapatkan pemeriksaan laboratorium pada organ-organ vital dan janin

□ Monitor tanda dan gejala troboemboli □ Berikan produk-produk darah, dengan cara yang tepat

□ Monitor tanda dan gejala pendarahan □ Mulai tindakan-tindakan keamanan (misalnya, istirahat
tidur/ bed rest yang ketat dan posisi lateral)
□ Monitor tanda dan gejala atrial fibrilasi
□ Instruksikan pasien untuk melaporkan peningkatan
□ Monitor tanda dan gejala stroke
perdarahan vagina (misalnya, menyembur, pembekuan dan
□ Monitor tanda dan gejala transient
menetes) selama rawat inap
ischemic attack
□ Ajari pasien untuk membedakan antara perdarahan tua dan
□ Laporkan gejala komplikasi
segar
□ Memberitahukan kepada profesi
□ Instruksikan klien pada perubahan-perubahan gaya hidup
kesehatan tentang terapi antikoagulasi
untuk mengurangi kemungkinan perdarahan lebih lanjut,
□ Menggunakan strategi untuk mencegah
dengan cara yang tepat (misalnya, bantuan penghentian
pembekuan vena
merokok, pantangan seksual, istirahat di tempat tidur,
□ Menggunakan strategi untuk mencegah
manajemen konstipasi, manajemen nutrisi, dan peningkatan
perdarahan internal.
koping)
□ Berikan perencanaan pulang, termasuk rujukan untuk
perawatan di rumah
□ Jadwalkan tindak lanjut pengawasan janin antepartum
□ Diskusikan penggunaan system medis darurat untuk
transportasi, dengan cara yang tepat

Bleeding reduction : Postpartum Uterus


□ Kaji riwayat obstetrik dan catatan persalinan terkait dengan
faktor risiko perdarahan postpartum (misalnya ,. Riwayat
perdarahan post partum sebelumnya, persalinan yang lama
induksi, pre-eklamsi , kala dua lama, persalinan dengan
bantuan, kelahiran kembar, SC, atau persalinandengan dipacu )
□ Letakkan es di fundus
□ Tingkatkan frekuensi pijatan fundus
□ Evaluasi adanya distensi kandung kemih pada kandung kemih
yang menegang
□ Observasi karakteristik lokhia ( misalnya , warna bekuan dan
jumlah)
□ Timbang jumlah darah yang keluar
□ Mintalah perawat tambahan untuk membantu pada saat
diperlukan prosedur gawat darurat dan untuk merawat bayi
yang baru lahir
□ Tinggikan tungkai
□ Pasang infus IV
□ Pasang infus yang kedua , jika diperlukan
□ Berikan oksitosin IV atau IM sesuai protokol atau order
□ Beritahu dokter terkait status pasien
□ Monitor tanda-tanda vital maternal setiap 15 menit atau lebih
sering, jika diperlukan
□ Tutupi dengan selimut hangat
□ Monitor warna maternal , tingkat kesedaran dan nyeri
□ Berikan terapi oksigen awitan 6-8 liter melalui masker wajah
(face mask)
□ Pasang foley kateter dengan urometer atau mengukur urin
output
□ Perintahkan laborat emergensi atau darah
□ Berikan produk darah , jika diperlukan
□ Bantu dokter untuk mengepak uterus, mengambil bekuan
darah atau menjahit laserasi , jika diperlukan
□ Pastikan klien dan keluarga tetap mendapatkan informasi
tentang kondisi klinis dan manajemen ( yang dilakukan)
□ Sediakan perawatan perineal, jika diperlukan
□ Siapkan untuk dilakukan histerektomi emergensi,jika
dibutuhkan
□ Diskusikan kondisi yang ada dengan tim perawat untuk
penyediaan layanan dalam mengawasi status ibu.
Risk Identification
□ Kaji ulang riwayat kesehatan masa lalu dan dokumentasikan
bukti yang menunjukkan adanya penyakit medis , diagnosa
keperawatan serta perawatannya.
□ Kaji ulang data yang didapatkan dari pengkajian risiko
secara rutin
□ Pertimbangkan ketersediaan dan kualitas sumber sumber
yang ada ( misalnya , psikologis, finansial , tingkat
pendidikan , keluarga , dan komunitas.
□ Identifikasi adanya sumber- sumber agensi untuk
mnurunkan faktor risiko
□ Pertahankan pencatatan dan statistik yang akurat
□ Identifikasi risiko biologis, lingkungan dan perilaku serta
hubungan timbal balik
□ Identifikasi strategi koping yang digunakan / khas
□ Pertimbangkan fungsi dimasa lalu dan saat ini
□ Pertimbangkan status pemenuhan kebutuhan sehari-hari
□ Pertimbangkan sumber-sumber di komunitas yang sesuai
dengan kebutuhan kesehatan dan pemenuhan kbutuhan
sehari-hari
□ Pertimbangkan pemenuhan terhadap perawatan dan medis
dan keperawatan
□ Instruksikan faktor risiko dan rencana untuk mengurangi
faktor risiko
□ Gunakan rancangan tujuan yang saling menguntungkan
dengan tepat
□ Pertimbangkan kriteria yang berguna dalam
memprioritaskan area- area untuk mengurangi faktor risiko(
misalnya , tingakat kesadaran dan motivasi , efektivitas ,
biaya , kelayakan , pilihan - pilihan , kesetaraaan , stigma,
dan keparahan hasil jika faktor risiko masih belum
terselesaikan).
□ Diskusikan dan rencanakan aktivitas –aktivitas pengurangan
risiko berkolaborasi dengan individu atau kelompok
□ Implementasikan aktivitas- aktivitas pengurangan risiko
□ Inisiasi rujukan kepada personil kesehatan dan / tau agensi
dengan tepat
□ Rencanakan monitor risiko kesehatan dalam jangka panjang
□ Rencanakan tindak lanjut strategi dan aktivitas pengurangan
risiko jangka panjang
Thrombolytic Therapy Management
□ Identifikasi identitas pasien
□ Dapakatkan riwayat atau kondisi dan riwayat medis
□ Lakukan pemeriksaan fisik ( misalnya , penampilan umum ,
denyut nadi, tekan darah , frekuensi pernafasan , suhu ,
tingkat nyeri , tinggi badan dan berat badan) jelaskan semua
prosedur pada pasien dan orang yang penting bagi pasien
□ Ijinkan orang yang penting bagi pasien berada di sisi tempat
tidur, jika memungkinkan.
□ Dapatkan tekanan oksimetri dan berikn oksigen , dengan
tepat
□ Lakukan pengkajian yang ditargetkan pada sistem yang
diindikasikan oleh riwayat dan penyakit saat ini.
□ Dapatkan 12 –lead EKG , dengan tepat.
□ Mulai pasang selang intravena dan dapatkan sample darah
untuk tes laboratorium
□ Dapatkan stat computeried tomography head scan, dengan
tepat
□ Pertimbangkan petunjuk sebagai kandidat ( misalnya, yang
masuk kriteria inklusi dan eksklusi dari terapi)
□ Tentukan jika pasien akan menerima terapi
□ Dapatkan ijin tertulis / informed consent
□ Siapkan terapi trombolitik jika diindikasikan
□ Dapatkan area untuk akses intravena tambahan
□ Hindari pengambilan sample pada arteri untuk menghindari
komplikasi pendarahan
□ Siapkan agen trombolitik , sesuai protokol di situ
□ Berikan agen trombolitik sesuai dengan petunjuk khusus
untuk pemberian
□ Berikan pengobatan tambahan sesuai yang diresepkan
□ Lanjutkan monitor irama jantung , tanda vital, tingkat nyeri ,
suara jantung dan paru , tingkat kesadaran, perfusi perifer ,
intake dan output , perubahan dalam status neurologi dan
resolusi dari gejala sesuai dengan indikasi
□ Amati tanda- tanda adanya pendarahan
□ Dapatkan tes radiologi tambahan sesuai indikasi( misalnya
x-tray)
□ Persiapkan untuk memulai tindakan dukungan hidup dasar
dan lanjut , jika diindikasikan )
□ Siapkan untuk memindahkan pada perawatan definitive
(misalnya , cardiac catheterization lab, ICU)
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
23. Risiko syok Setelah diberikan asuhan keperawatan selama NIC:
Faktor risiko : …..x…. jam diharapkan tidak terjadi syok Shock Prevention
□ Hipoksemia dengan kriteria hasil : □ Monitor tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, RR)
□ Hipoksia NOC: □ Posisikan pasien untuk memaksimalkan perfusi
□ Hipotensi Shock Severity: Anaphylactic □ Perbaiki jalan napas pasien jika diperlukan
□ Hipovolemia □ Tidak terjadi penurunan sistolik secara □ Monitor tanda-tanda kegagalan pernapasan (PaO2 rendah,
□ Infeksi drastis PaCO2 tinggi)
□ Sepsis □ Tidak terjadi penurunan diastolik secara □ Kolaborasi pemberian O2 atau ventilasi mekais jika
□ Sindrom respons inflamasi drastis diperlukan
sistemik (systemic □ Tidak terjadi peningkatan heart rate □ Kolaborasi pemberian cairan infus
inflammatory response secara drastis □ Lakukan pemeriksaan EKG pada pasien
syndrome (SIRS)) □ Tidak ada aritmia Anaphylaxis Management
□ Tidak ada suara napas tambahan □ Kolaborasi pemberian epinephrine yang diencerkan 1:1000
(wheezing dan stridor) disesuaikan dengan usia pasien
□ Tidak ada dispneu □ Monitor tnda-tanda syok seperti kesulitan bernapas,
□ Edema berkurang/hilang aritmia, kejang, dan hipotensi
□ Tidak terjadi penurunan kesadaran □ Kolaborasi pemberian spasmolitik, anti histamin atau
NOC: kortikosteroid jika ada reaksi alergi (urtikaria, angioedema,
Shock Severity: Cardiogenic atau bronkospasme)
□ MAP dalam batas normal (60-100) Cardiac care
□ Tidak terjadi penurunan tekanan sistolik □ Monitor status kardiovaskuler
secara drastis □ Monitor pernapasan untuk tanda gejala dari gagal jantung
□ Tidak terjadi penurunan tekanan □ Evaluasi kejadian nyeri dada sebelum masuk rumah sakit
diastolik secara drastis □ Lakukan pengkajian komperhensif pada sirkulasi perifer
□ CRT < 3 detik □ Monitor hasil laboratorium (mis. elektrolit)
□ Tidak terjadi peningkatan heart rate Bleeding reduction
secara drastis □ Identifikasi penyebab perdarahan
□ Nadi teraba kuat □ Monitor jumlah perdarahan
□ Nyeri dada berkurang □ Monitor kadar hematokrit
□ Tidak ada peningkatan RR secara □ Kolaborasi pemberian transfusi darah
drastis
□ Tidak ada sianosis
□ Kadar PO2 dan PCO2 dalam batas
normal

NOC:
Shock Severity: Hypopholemic
□ MAP dalam batas normal (60-100)
□ Tidak terjadi penurunan tekanan sistolik
secara drastis
□ Tidak terjadi penurunan tekanan
diastolik secara drastis
□ Tidak terjadi peningkatan heart rate
secara drastis
□ CRT < 3 detik
□ Nadi teraba kuat
□ Tidak ada peningkatan RR secara
drastis
□ Tidak ada sianosis
□ Kadar PO2 dan PCO2 dalam batas
normal
□ Hematocrit dalam batas normal
□ Tidak terjadi penurunan kesadaran
NOC:
Shock Severity: Neurogenic
□ Tidak terjadi penurunan tekanan sistolik
secara drastis
□ Tidak terjadi penurunan tekanan
diastolik secara drastis
□ Nadi teraba kuat
□ Tidak ada perubahan RR secara drastis
□ Kadar PO2 dan PCO2 dalam batas
normal
□ Tidak terjadi penurunan kesadaran
□ Tidak terjadi penurunan suhu tubuh
NOC:
Shock Severity: Septic
□ Tidak terjadi penurunan tekanan sistolik
secara drastis
□ Tidak terjadi penurunan tekanan
diastolik secara drastis
□ Nadi teraba kuat
□ Tidak ada peningkatan RR secara
drastis
□ Tidak terjadi penurunan kesadaran
□ Tidak terjadi perubahan suhu tubuh
secara drastic
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
24. Risiko perilaku kekerasan terhadap Setelah dilakukan tindakan keperawatan ..x.. Pencegahan Bunuh Diri
diri sendiri jam diharapkan mampu mempertahankan □ Tentukan resiko bunuh diri yang ada dan tingkat resiko
Definisi : dengan kriteria : bunuh diri
Rentan melakukan perilaku yang NOC : □ Atasi dan tangani penyakit psikiatrik atau gejala-gejala
individu menunjukkan bahwa ia Menahan diri dari bunuh diri yang mungkin menempatkan pasienpada resiko bunuh diri
dapat membahayakan dirinya □ Mengekspresikan perasaan (misalnya gangguan alam perasaan, halusinasi,delusi,
sendiri secara fisik, emosional, □ Membina hubungan saling percaya panic, penyalahgunaan zat, berduka, gangguan
dan/atau seksual. dengan komunikasi terapeutik kepribadian, gangguan organic, krisis)
Faktor Risiko : □ Mengontrol diri dari kumpulan alat untuk □ Berikan pengobatan untuk mengatasi kecemasan, agitasi
□ Gangguan psikologis bunuh diri atau psikosis dan menstabilkan alam peraaan, dengan tepat
□ Ide bunuh diri □ Mengontrol diri dari menimbulkan □ Monitor efek samping pengobatan dan outcome yang di
□ Isolasi social cedera serius inginkan
□ Isyarat perilaku ( mis., □ Mengontrol diri dari menggunakan zat □ Instruksikan pasien melakukan strategi-strategikoping
menulis catatan cinta yang tanpa resep yang menggangu alam (misalnya latihan asertif, control terhadap impulse, dan
sedih menunjukkan pesan perasaan relaksasi progresif)
kemarahan pada orang □ Mengontrol diri dari percobaan bunuh □ Lakukan tindakan untuk mencegah individu
terdekat yang telah menolak diri membahayakan diri atau membunuh dirinya ( misalnya
dirinya, memberikan benda observasi ditingkatkan, memindahkan objek yang dapat
□ Menggunakan kelompok dukungan
pribadi kepada orang lain, digunakan untuk membahayakan/menyakiti dirinya
sosial dari keluarga,teman dll yang dapat
mengambil polis asuransi memotivasi px □ Berinteraksi dengan pasien dengan menggunakan interval
jiwa yang besar ) □ Menggunakan pelayanan kesehatan jiwa (waktu) teratur untuk menunjukkan kepedulian dan
□ Konflik hubungan yang tersedia keterbukaan dan untuk memberikan kesempatan pada
interpersonal pasien membicarakan perasaannya
□ Konflik orientasi seksual Kontrol diri terhadap impuls □ Gunakan pendekatan langsung, tidak menghakimi dalam
□ Kurang sumber personal ( □ Mengidentifikasi perilaku impulsif yang mendiskusikan mengenai (perilaki) bunuh diri
mis., pencapaian, wawasan, berbahaya □ Observasi, catat dan laporkan perubahan alam perasaan
afwk buruk dan tidak □ Mengetahui risiko yang ada di atau perilaku yang mungkin secara bermakna
terkendali ) lingkungan meningkatkan resiko bunuh diri
□ Masalah kesehatan fisik □ Menggunakan dukungan sosil yang ada □ Fasilitasi dukungan bagi pasien dari keluarga dan teman
□ Masalah kesehatan mental ( □ Mempertahankan kontrol diri tanpa temanya
mis., depresi, psikosis, pengawasan □ Libatkan keluarga dalam perencanaan pulang (misalnya
gangguan kepribadian, ajarkan penyakit/pengobatan, pengenalan peningkatan
penyalahgunaan obat ) Menahan Diri dari Kekerasan resiko bunuh diri, renca pasien untuk mengatasi pikiran
□ Masalah pekerjaan ( mis., □ Mengidentifikasi kapan (merasa) marah membahayakan/menyakiti diri)
menganggur, kehilangan/ □ Rujuk pasien pada penyedia layanan perawatan kesehatan
□ Mengidentifikasi kapan (merasa) frustasi
kegagalan pekerjaan yang mental untuk mengevaliuasi dan menangani ide dan
□ Mengidentifikasi tanda-tanda awal
sekarang ) perilaku bunuh diri
marah
□ Menjalani tindakan seksual
□ Memberikan konseling sesuai kebutuhan
autoerotik Latihan Kontrol Impuls
□ Mempertahankan pengendalian diri
□ Pekerjaan ( mis., eksekutif,
dengan distraksi atau relaksasi nafas □ Pilih strategi pemecahan masalah yang tepat sesuai dengan
administrator/ pemilik dalam tingkat perkembangan pasien dan fungsi kongnitif
bisnis, professional, □ Gunakan rencana modifikasi prilaku sesuai kebutuhan
pekerjaan semi terampil ) Tingkat Kecemasan untuk mendukung strategi pemecahan masalah yang sudah
□ Petunjuk verbal ( mis., □ Mendapatkan istirahat dengan tenang diajarkan
bicara tentang kematian, □ Perasaan gelisah berkurang □ Bantu pasien mengidentifikasi masalah atau situasi yang
“lebih baik bila tanpa saya”, □ Mengendalikan rasa panik membutuhkan tindakan yang menguras pikiran
mengajukan pertanyaan □ Tekanan darah sistolik dalam rentang □ Bantu pasien untuk memilih tindakan yang paling
tentang dosis obat normal (90-120 mmHg) menguntungkan
mematikan ) □ Tekanan darah diastolik normal (70-90 □ Bantu pasien untuk mengevaluasi hasil dari serangkaian
□ Pola kesulitan dalam mmHg) tindakan yang sudah dilakukan
keluarga ( mis., kekacauan □ Sediakan dukungan positif ( missal: pujian dan hadiah)
atau konflik, riwayat bunuh terhadap usaha yang berhasil
diri ) Koping □ Sediakan kesempatan bagi pasien untuk mempratikkan
□ Rencana bunuh diri □ Mengidentifikasi pola koping yang pemecahan masalah (bermain peran) dalam lingkungan
□ Riwayat upaya bunuh diri efektif yang terapeutik
berulang
□ Mendapatkan bantuan dari professional □ Dukung pasien untuk mempraktikkan pemecahan masalh
□ Status pernikahan ( mis.,
kesehatan dalam situasi social dan interpersonal di luar lingkungan
lajang, janda, cerai )
□ Melaporkan peningkatan kenyamanan terpeutik yang diikuti dengan evaluasi
□ Usia ≥45 tahun
psikologis Bantuan Kontrol Marah
□ Usia 15-19 tahun
□ Bangun rasa percaya dan hubungan yang dekat dan
Perilaku penghentian Penyalahgunaan Obat harmonis dengan pasien
teralang □ Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
□ Mengekspresikan keinginan untuk □ Monitor agresi yang di ekspresikan dengan cara tidak tepat
berhenti menggunakan obat teralang dan lakukan intervensi sebelum ( agresi ini ) diekspresikan
□ Mengekspresikan keyakinan untuk □ Berikan pendidikan mengenai metode untuk mengatur
mampu menghentikan penggunaan obt pengalaman emosi yang sangat kuat ( misalnya, latihan
terlarang asertif, teknik relaksasi, menulis jurnal, distraksi )
□ Menyingkirkan penggunaan obat yang □ Dukung penggunaan kolaborasi dalam rangka
berbahaya menyelesaikan masalah
□ Berikan obat – obatan oral, dengan cara yang tepat
Kesadaran diri □ Bantu pasien mengidentifikasi sumber dari kemarahan
□ Mengakui kemampuan fisik pribadi □ Dukung pasien untuk mengimplementasikan strategi
□ Mengenali kemampuan emosional mengontrol kemarahan dan dengan menggunakan ekspresi
pribadi kemarahan yang tepat
□ Mengenali keterbatasan pribadi secara Pengurangan Kecemasan
fisik □ Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
□ Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan
dirasakan yang mungkin dialami klien selama prosedur
□ Berikan informasi factual terkait diagnosis, perawatan dan
prognosis
□ Dorong keluarga untuk mendampingi klien
□ Dengarkan klien
□ Ciptakan rasa aman untuk meningkatkan kepercayaan
□ Identifikasi saat terjadi perubahan tingkat kecemasan
□ Berikan aktivitas pengganti yang bertujuan untuk
mengurangi tekanan
□ Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan
□ Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
□ Atur penggunaan obat obatan untuk mengurangi
kecemasan
□ Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan
Peningkatan Koping
□ Bantu pasien dalam mengidentifikasi tujuan jangka pendek
dan jangka panjang yang tepat
□ Bantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan cara
yang konstruktif
□ Dukung psien untuk mengidentifikasikan deskripsi yang
realistic terhadap adanya perubahan dalam peran
□ Berikan penilaian mengenai permasalahan pasien terhadap
proses penyakit
□ Dukung sikap ( pasien ) teerkait dengan harapan yang
realistis sebagai upaya untuk mengatasi perasaan
ketidakberdayaan
□ Dukung kesabaran dalam mengembangkan suatu hubungan
□ Dukung aktivitas – aktivitas social dan komunitas ( agar
bisa dilakukan )
□ Dukung ( kemampuan dalam ) penerimaan terhadap
keterbatasan orang lain
□ Dukung keterlibatan keluarga, dengan cara yang tepat
□ Dukung keluarga untuk memverbalisasikan perasaan
mengenai sakitnya anggota keluarga
□ Berikan ketrampilan social yang tepat
□ Bantu pasien untuk mengklarifikasi kesalah pahaman
□ Dukung pasien utuk mengevaluasi perilakunya sendiri
Perawatan Penggunaan Zat Terlarang
□ Tingkatkan hubungan saling percaya dengan membuat
batasan yang jelas (misalnya memberikan dengan hati-hati
mengenai fakta yang jelas mengenai terjadinya disfungsi,
tetap berfokus pada ketergantungan dan penyalahgunaan zat
serta meningkatkan harapan)
□ Pertimbangkan adanya penyakit penyerta maupun adanya
penyakit jiwa atau kondisi medis menyertai yang membuat
adanya perubahan dalam hal perawatan
□ Bantu klien memahami penyakit sebagai yang berkaitan
dengan banyak faktor (misalnya faktor genetic, psikologis,
dan situasi-situasi tertentu
□ Berikan manajemen gejala selama periode detoksifikasi
□ Berikan obat-obatan sebagaimana diindikasikan (misalnya
disulfiram, acamprosate, methadone, naltrexone, nicotine,
patches atau permen karet atau buprenophine)
□ Bantu pasien dalam mengembangkan diri, mendorong
upaya positif dan motivasi
□ Dorong keluarga untuk berpartisipasi dalam upaya
pemulihan
□ Berikan rujukan
Peningkatan Kesadaran Diri
□ Dukung pasien untuk mengenal dan mendiskusikan pikiran
dan perasaannya
□ Bantu pasien untuk menyadari bahwa setiap orang adalah
unik
□ Bantu pasien untuk mengidentifikasi nilai yang
berkontribusi pada konsep diri
□ Bantu pasien untuk mengidentifikasi perasaan yang biasa
dirasakan mengenal dirinya
□ Bantu pasien untuk mengidentifikasi prioritas hidup
□ Bantu pasien untuk mengidentifikasi dampak dari penyakit
pada konsep diri
□ Bantu pasien untuk menerima ketergantungan pada orang
lain dengan tepat
□ Observasi ,mengenai status emosi pasien saat ini
□ Bantu pasien untuk mengidentifikasi sumber motivasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NIC)
25. Resiko perilaku kekerasan terhadap Setelah dilakukan tindakan keperawatan ..x.. Behavior Management
orang lain. jam diharapkan pasien mampu menunjukan □ Berikan pasien tanggung jawab terhadap perilakunya
Faktor Risiko : prilaku yang adaptif (tidak membahayakan sendiri
□ Bahasa tubuh negative (mis., orang lain) dengan kriteria : □ Atur batasan bersama pasien
postur tubuh kaku, NOC : □ Batasi Rutinitas
mengepalkan jari atau Abusive Behavior Self-Restraint □ Tingkatkan Aktivitas fisik dengan cara yang tepat
mengunci rahang, □ Melakukan pengobatan yang diperlukan □ Batasi jumlah pemberi perawatan
hiperaktivitas, terburu-buru, □ Berpartisipasi dalam cara pengobatan yang □ Gunakan suara bicara yang lembut dan rendah
cara berdiri mengancam) diperlukan □ Jangan memojokkan pasien
□ Gangguan fungsi kognitif □ Mengidentifikasi perilaku kekerasan □ Alihkan perhatian ke sumber yang menyebabkan agitasi
□ Gangguan neurologis (mis., □ Mengidentifikasi factor yang berhubungan □ Hindari proyeksi dari gambaran yang dirasakan
elektroensefalogram [EEG] dengan perilaku kekerasan mengancam pasien
positif, trauma kepala, □ Tidak menunjukan perilaku frustasi □ Hindari mendebat pasien
gangguan kejang) □ Mengatakan harapan sesuai dengan tingkat □ Acuhkan perilaku yang tidak tepat
□ Gangguan psikosis perkembangan □ Berikan penghargaan apabila pasien dapat mengonntrol
□ Impulsif □ Menunjukan rasa harga diri diri
□ Intoksikasi patologis □ Menggunakan mekanisme koping □ Lakukan pengekangan pada tangan/kaki/dada. sesuai
□ Kejam pada hewan alternative untuk mengatasi stress dengan kebutuhan
□ Ketersediaan senjata □ Mampu mengontrol impulse
□ Komplikasi perinatal □ Menggunakan peran perilaku yang benar Anger Control Assistance
□ Komplikasi prenatal □ Menggunakan teknik perawatan yang □ Bangun rasa percaya dan hubungan yang dekat dan
□ Menyalakan api sesuai harmonis dengan pasien
□ Pelanggaran kendaraan □ Menahan diri dari perilaku kekerasan fisik □ Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
bermotor □ Menahan diri dari perilaku kekerasan □ Batasi akses terhadap situasi yang membuat frustasi
□ Perilaku bunuh diri emosional sampai pasien dapat mengekspresikan kemarahan
□ Pola ancaman kekerasan (mis., □ Menahan diri dari perilaku kekerasan dengan cara yang adaptif
ancaman verbal terhadap seksual □ Dukung pasien untuk mencari bantuan dari staf
orang/masyarakat, ancaman □ Menahan diri dari pengabaian pemenuhan perrawat atau yang bertanggung jawab merawat pasien
social, sumpah serapah, kebutuhan dasar selama terjadinya penimgkatan ketegangan
membuat catatan/ surat □ Cegah menyakiti secara fisik jika marah diarahkan pada
ancaman, ancaman seksual) Aggression Self-Restrain diri atau orang lain (misalnya dengan menggunakan
□ Pola perilaku kekerasan □ Mengidentifikasi kapan (merasa) marah pengekangan dan memindahkan senjata yang
antisosial (mis., mencuri, □ Mengidentifikasi kapan (merasa) frustasi mematikan.
meminjam dengan paksa, □ Mengidentifikasi situasi yang dapat □ Berikan pendidikan mengenai metode untuk mengatur
memaksa meminta hak memicu permusuhan pengalaman emosi yang sangat kuat (misalnya latihan
istimewa, memaksa □ Mengidentifikasi tanggung jawab untuk asertif, teknik relaksasi, meneulis jurnal, distraksi)
mengganggu, menolak untuk memepertahankan kendali diri □ Gunakan kontrol ekternal (misalnya pengekangan fisik,
makan/minum obat □ Mengidentifikasi alternative untuk manual, waktu jeda, dan seklusi) sesuai kebutuhan
□ Pola perilaku kekerasan memaki/berteriak sebagai usaha terakhir untuk menenangkan pasien yang
terhadap orang lain (mis., □ Mengidentifikasi keterampilan resolusi mengekspresdikan marah dengan perilaku maladaptif
memukul/menendang/meludah konflik yang efektif □ Bantu pasien mengidentifikasi sumber masalah
i/mencakar orang lain, □ Mengekspresikan kebutuhan dengan cara □ Identifikasi konsekuensi dari kemarahan yang tidak
melempar objek, menggigit non-destruktif tepat
orang, menggigit seseorang, □ Menunjukan perasaan negative dengan □ Dukung pasien untuk mengimplementasikan srategi
percobaan perkosaan, cara tidak merusak mengontrol kemarahan dengan menggunakan ekspresi
pelecehan seksual, □ Menahan diri dari memaki/berteriak kemarahan yang tepat
mengencingi/membuang □ Mengindari merusak ruang personal orang
kotoran pada orang lain) lain. Security Enhancement
□ Riwayat melakukan kekerasan □ Menahan diri dari menyerang orang lain □ Sediakan lingkungan yang tidak mengancam
tak-langsung (mis., merobek □ Menahan diri dari membahayakan orang □ Tunjukkan ketenangan
objek di dinding, mengencingi lain □ Luangkan waktu bersama pasien
atau mengotori lantai dengan □ Menahan diri dari membahayakan □ Berada disisi pasien dan sediakan jaminan keamanan
feses, mengetuk-ngetuk kaki, binatang selama periode kecemasan
temper tantrum, melempar □ Menahan diri dari menghancurkan barang- □ Diskusikan perubahan-perubahan yang akan terjadi
objek, memecahkan jendela, barang (misalnya memindahkan pasien ke bangsal lain)
membanting pintu, agresif □ Mengendalikan rangsangan sebelum aktivitas ini dilakukan
seksual) □ Menggunakan aktivitas fisik untuk □ Tetap nyalakan lampu di malam hari sesuai dengan
□ Riwayat menyaksikan perilaku mengurangi energy yang terpendam. kebutuhan
kekerasan dalam keluarga □ Menggunakan teknik untuk □ Diskusikan situasi khusus atau individu yang
□ Riwayat penganiayaan pada mengendalikan amarah mengancam pasien atau keluarga
masa kanak-kanak □ Menggunakan teknik untuk mengontrol □ Jelaskan semua prosedur pada pasien atau keluarga
□ Riwayat penyalahgunaan zat frustasi □ Jawablah semua pertanyaan mengenai status kesehatan
□ Mematuhi perjanjian untuk membatasi dengan perilaku jujur
perilaku agresif □ Bantu pasien/ keluarga mengidentifikasikan faktor apa
□ Mempertahankan pengendalian diri tanpa yang meningkatkan rasa keamanan
supervise □ Bantu pasien mengidentifikasikan respon koping yang
Anger Self-Restraint biasanya.
□ Mengidentifikasi kapan [merasa] marah Physical Restraint
□ Mengidentifikasi kapan [merasa] frustasi □ Identifikasi pasien dan orang yang berarti bagi pasien
□ Mengidentifikasi tanda-tanda awal marah mengenai perilaku yang menyebabkan diperlukannya
□ Mengidentifikasi situasi yang dapat intervensi pengekangan.
memicu amarah □ Jelaskan prosedur, tujuan dan periode waktu intervensi
□ Membuat pendekatan dengan situasi yang pada pasien dan keluarga dalam Bahasa yang mudah
tak terduga dengan pikiran terbuka dipahami.
□ Mengidentifikasi alam perasaan marah □ Monitor respon pasien terhadap prosedur
□ Bertanggung jawab terhadap perilaku diri □ Berikan kenyamanan psikologis pada pasien sesuai
□ Menggunakan ketrampilan resolusi konflik kebutuhan
yang efektif □ Monitor warna, suhu dan sensasi secara berkala pada
□ Mengekspresikan kebutuhan dengan cara ekstremitas yang diikat.
yang konstruktif □ Atur posisi pasien untuk memfasilitasi kenyamanan dan
□ Mencurahkan perasaan negative dengan mencegah aspirasi serta kulit lecet.
cara yang tidak mengancam □ Berikan kesempatan untuk melakukan pergerakan
□ Memantau manifestasi perilaku dari ekstremitas pada pasien
kemarahan □ Bantu perubahan posisi tubuh secara teratur
□ Memantau manifestasi fisik dari □ Sediakan alat pemanggil bantuan (mis., bel atau lampu
kemarahan panggilan)
□ Menggunakan aktivitas fisik untuk □ Evaluasi penggunaan intervasi yang teratur, terkait dengan
mengurangi rasa marah yang tertahan kebutuhan pasien untuk melanjutkan intervensi
□ Menahan diri dari kebimbanagn antara pengekangan
menunjukan kemarahan secara lemas □ Libatkan pasien jika sesuai, dalam pengambilan keputusan
kendali dengan pasif untuk merubah bentuk intervensi pengekangan
□ Menghindari diri dari memaksakan nilai- □ Lepaskan pengekangan secara bertahap
nilai pribadi kepada orang lain. □ Monitor respon pasien untuk melepaskan pengekangan
□ Membagi perasaan marah dengan orang □ Implementasikan alternative untuk mengekang sesuai
lain secara baik kebutuhan
□ Menggunakan strategi untuk □ Ajari keluarga mengenai resiko dan keuntungan
mengendalikan amarah pengekangan dan pengurangan pengekangan
□ Menggunakan strategi untuk
mengendalikan frustasi
□ Menggunakan konseling sesuai kebutuhan
□ Mempertahankan pengendalian diri tanpa
supervise
Abuse Cessation
□ Bukti bahwa kekerasan fisik telah
diberhentikan
□ Bukti bahwa kekerasan emosi telah
diberhentikan
□ Bukti bahwa kekerasan seksual telah
diberhentikan

Anda mungkin juga menyukai