Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS TINDAKAN KEPERAWATAN ANAK

POLIKLINIK MOTHER AND CHILD


RUMAH SAKIT Dr WAHIDIN SUDIROHUSODO

OLEH
ANDI SURIANI
R014172008

Mengetahui,

Perseptor Klinik Perseptor Institusi

( ) (Dr. Kadek Ayu Erika, S.Kep., Ns., M.Kes)

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN ANAK


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
Analisis Tindakan

1. Tindakan yang dikerjakan: Terapi Bermain

2. Justifikasi tindakan

Terapi bermain diberikan pada anak yang mengalami masalah sosial atau

emosional dari trauma yang pernah dialaminya seperti anak korban atau menyaksikan

KDRT dan kekerasan seksual,anak-anak yang terjebak dalam krisis keluarga, hingga

anak-anak yang memiliki kondisi medis tertentu atau harus menjalani perawatan di

Rumah Sakit dalam jangka waktu yang lama. Selama tindakan terapi bermain, anak akan

diberikan ruangan khusus yang aman dan nyaman untuk bermain apapun sesuka hatinya.

Hal ini bertujuan untuk mendorong kebiasaan anak berekspresi.

3. Teori singkat tindakan

Terapi bermain merupakan suatu metode yang diberikan kepada anak-anak usia 3

sampai 12 tahun untuk mengekspresikan pikiran, perasaan atau emosi mereka dengan

lebih baik lewat beragam permainan. Selain itu, terapi bermain dapat dijadikan bentuk

komunikasi dengan anak-anak yang lebih mampu mengekpresikan dirinya melalui

aktivitas fisik daripada lewat komunikasi verbal. Terapi bermain juga dapat membantu

anak-anak yang memiliki masalah akademik seperti gangguan belajar, gangguan perilaku

seperti kesulitan pengendalian emosi, gangguan kejiwaan seperti kecemasan dan depresi

hingga beragam spectrum autism (Iswandiari, 2017)

4. Hasil tindakan

Pasien atas nama anak G usia 3 tahun 11 bulan 29 hari (28/06/2014) jenis kelamin

laki-laki datang ke Poliklinik Mother and Child (bagian nefrologi) dengan diagnose

Sindrom Nefrotik, pasien datang untuk melakukan konsultasi ke dokter terkait penyakit

yang dialami. Hasil pengkajian didapatkan data BB: 16 kg, TB: 95 cm.
Dari hasil terapi bermain yang diberikan pada pasien, nampak pasien aktif dalam

bermain, dapat mengekspresikan emosi yang dirasakan melalui permainan tersebut dan

terlihat keterampilan dalam menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih positif.

Pasien dapat menyusun lego dan menyalurkan emosi melalui cara bermain, pasien dapat

kembali merapikan alat bermain setelah merasa puas untuk bermain

5. Analisa tindakan

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Palmer, Pratt, & Goodway (2017)

menunjukkan bahwa konsekuensi jangka panjang dari penyakit yang dialami oleh

seseorang akan berdampak mahal pada ekonomi dan emosional untuk keluarga dan

pasien, pemberian terapi bermain memegang janji untuk memberikan intervensi

terapeutik yang sesuai dengan perkembangan dengan biaya yang efektif dan berpusat

pada keluarga (Palmer, Pratt, & Goodway, 2017)

Selain itu, hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Aizah & Wati (2014)

menunjukkan bahwa terapi bermain dengan aktivitas mewarnai gambar dapat

menurunkan tingkat stress dari hospitalisasi pada anak. Ketika anak mulai melakukan

sebuah permainan, emosi yang dirasakan terkait hospitalisasi akan teralihkan ke

permainannya dan relaksasi melalui kesenangannya dalam melakukan permainan

6. Hambatan

Hambatan yang dihadapi yaitu sifat anak yang tidak mudah untuk tertarik,

sehingga butuh kesabaran untuk dapat menarik perhatian anak tersebut untuk bisa

diberikan terapi bermain


7. Kesimpulan dan saran

Kesimpulan: pemberian terapi bermain pada anak dapat dijadikan interventi yang

tepat bagi anak yang telah lama menjalani perawatan di Rumah Sakit, sehingga anak

tersebut tidak merasa bosan berada di Rumah Sakit selama proses pengobatan

berlangsung

Saran: pemberian intervensi dapat dilakukan pada semua anak yang menjalani

perawatan di Rumah Sakit, sehingga anak merasa nyaman berada dalam lingkungan

Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Aizah, S., & Wati, S. E. (2014). Upaya Menurunkan Tingkat Stress Hospitalisasi dengan
Aktivitas Mewarnai Gambar pada Anak Usia 4-6 Tahun di Ruang Anggrek RSUD
Gambiran Kediri. Efektor, 6-10.

Iswandiari, Y. (2017, November 9). Manfaat Terapi Bermain untuk Membantu Anak
Berkebutuhan Khusus. Hello Health Group.

Palmer, E. N., Pratt, K. J., & Goodway, J. (2017). A Review of Play Therapy Intervention for
Chronic Illness: Applications to Childhood Obesity Prevention and Treatment.
International Journal of Play Therapy, 125-137.
ANALISIS TINDAKAN KEPERAWATAN ANAK
POLIKLINIK MOTHER AND CHILD
RUMAH SAKIT Dr WAHIDIN SUDIROHUSODO

OLEH
ANDI SURIANI
R014172008

Mengetahui,

Perseptor Klinik Perseptor Institusi

( ) (Dr. Kadek Ayu Erika, S.Kep., Ns., M.Kes)

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN ANAK


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
Analisis Tindakan

1. Tindakan yang dikerjakan: Pengkajian DDST

2. Justifikasi tindakan

Pengkajian DDST dilakukan pada anak berusia 0-6 tahun untuk mengetahui adanya

masalah pada proses perkembangan anak tersebut. Selama kegiatan pengkajian, terdapat

aspek yang dilihat langsung dari anak tersebut seperti halnya menyusun kubus, berbicara,

menunjukkan kata benda, menyuruh anak menirukan sesuatu dan terdapat pula aspek

yang dikaji dari laporan ibu atau keluarga yang mengantar anak tersebut ke Rumah Sakit.

3. Teori singkat tindakan

Pengkajian Denver Development Screening Test (DDST/Denver II) merupakan

salah satu metode pengkajian yang dilakukan pada anak usia 0-6 tahun yang

merefleksikan presentase kelompok anak usia tertentu yang dapat menampilkan tugas

perkembangan tertentu untuk kemudian dibandingkan dengan perkembangan anak yang

seusia.

DDST menilai 4 sektor perkembangan, yaitu

a. Personal sosial: anak dinilai bagaimana penyesuaian dirinya untuk kebutuhan pribadi

dan bagaiaman anak tersebut menyesuaikan diri di lingkungan sekitar/masyarakat.

b. Motoric halus: anak dinilai bagaimana koordinasi antara mata dan tangan,

kemampuan memainkan dan menggunakan benda-benda kecil serta pemecahan

masalah

c. Bahasa: anak dinilai terkait mendengar, mengerti dan penggunaan bahasa sehari-hari

d. Motoric kasar: dinilai bagaimana anak tersebut dapat menggunakan otot besar seperti

duduk, berjalan dan melakukan gerakan-gerakan umum lainnya.


4. Hasil tindakan

Pasien atas nama anak M.A usia 3 tahun, 0 bulan, 15 hari (14/06/2015) jenis

kelamin laki-laki datang ke poliklinik Mother and Child bagian Kardiologi dengan

diagnose Congenital Malformation of Heart, pasien datang pertama kali di poliklinik

untuk dilakukan sebuah tindakan .

Hasil pengkajian didapatkan data BB: 10 Kg, TB: 82 cm, Lingkar Lengan: 13 cm,

Lingkar Kepala: 48 cm, Lingkar Perut: 45 cm. Adapun hasil pengkajian DDST yang telah

dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan anak tersebut dari ke empat

aspek penilaian Denver II, pada bagian personal sosial terdapat dua kegagalan yang

dilakukan oleh anak tersebut yaitu memakai baju dan memakai T-Shirt, namun hal

tersebut bisa terus dilatih pada anak untuk dapat melakukannya. Peran kedua orang tua

sangat penting dalam hal tersebut untuk perkembangan anak sesuai dengan umur.

5. Analisa tindakan

Sebelum dilakukan pengkajian, terlebih dahulu telah dilakukan bina hubungan

saling percaya kepada ibu dan anak yang akan dikaji, menjelaskan manfaat dilakukannya

pengkajian, kemudian dilakukan kontrak waktu dan tempat pengkajian. Waktu

pengkajian dilakukan ≤ 15 menit di ruang poliklinik tumbuh kembang anak..

Lembar pengkajian DDST/Denver II paling sering digunakan untuk mengkaji

perkembangan anak usia 0-6 tahun, baik di Rumah Sakit yang ada di dalam negeri

maupun di luar negeri. Penelitian yang telah dilakukan oleh Celikkiran, Bozkurt, &

Coskun (2015) menunjukkan hasil penelitian dari 1000 anak yang menjadi subjek,

ditemukan 74.1% anak yang memiliki perkembangan yang normal, 14% anak memiliki

risiko perkembangan yang tidak normal dan 11.9% anak memiliki perkembangan yang

abnormal.
Anak yang lebih tua usia 2-4 tahun memiliki persentase temuan abnormal yang

lebih tinggi pada hasil DDST dibandingkan dengan anak-anak yang lebih muda usia 0-2

tahun, diperkirakan hal tersebut karena administrasi barang-barang DDST karena ada

lebih banyak barang yang diberikan pada anak yang lebih tua dibandingkan anak yang

lebih muda (Celikkiran, 2015).

Setelah dilakukan pengkajian, didapatkan data mengenai perkembangan anak

tersebut. Ibu yang sebelumnya tidak mengetahui bagaimana cara mengetahui

perkembangan anak menjadi tahu tentang perkembangan anaknya.

6. Hambatan

Hambatan yang dihadapi saat proses wawancara pada ibu anak tersebut yaitu

sesekali ibu kurang focus dan kembali mengonfirmasi ulang pertanyaan yang ditanyakan

oleh pengkaji. Hal itu disebabkan karena ibu sambil menunggu nama antrian untuk

dipanggil masuk konsultasi ke ruangan.

7. Kesimpulan dan saran

a. Kesimpulan

Hasil pengkajian yang telah dilakukan, anak atas nama M.A memiliki proses

perkembangan yang normal sesuai dengan umur seharusnya

b. Saran

Penting dilakukan pengkajian DDST pada anak usia 0-6 tahun untuk

mengetahui ada tidaknya masalah pada perkembangan anak tersebut. Selain itu, ibu

juga harus diberi informasi mengenai proses perkembangan anak, seperti halnya

mengajarkan tata cara bahasa yang baik dan benar pada anak, memperbaiki

kesalahan penggunaan bahasa


DAFTAR PUSTAKA

Celikkiran, S., Bozkurt, H., & Coskun, M. (2015). Denver Developmental Test Findings and
Their Realtionship with Sociodemographic Variabels in a Large Community Sample of 0-
4 Year Old Children. NORO PRIKIYATRI ARSIVI, 180-184.

Jacob, A., R, R., & Tarachnand, J. S. (2014). Buku Ajar Clinical Nursing Procedures. Tangerang
Selatan: Bina Rupa Aksara.
ANALISIS TINDAKAN KEPERAWATAN ANAK
POLIKLINIK MOTHER AND CHILD
RUMAH SAKIT Dr WAHIDIN SUDIROHUSODO

OLEH
ANDI SURIANI
R014172008

Mengetahui,

Perseptor Klinik Perseptor Institusi

( ) (Dr. Kadek Ayu Erika, S.Kep., Ns., M.Kes)

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN ANAK


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
Analisis Tindakan

1. Tindakan yang dikerjakan: Terapi Nebulisasi

2. Justifikasi tindakan

Nebulisasi diberikan pada anak yang mengalami gangguan pernapasan seperti

adanya secret pada saluran napas atau paru-paru yang sulit dikeluarkan oleh anak

tersebut, terdengarnya bunyi rochi pada bagian paru-paru. Selama tindakan, anak

diposisikan sesuai dengan kenyamanan anak tersebut, namun posisi yang paling efektif

yaitu dalam keadaan duduk tenang kemudian diberikan sungkup muka sederhana yang

telah disambungkan ke alat dan diberikan NaCl 0.9 % atau obat yang telah diresepkan.

3. Teori singkat tindakan

Nebulisasi merupakan proses memencarkan obat cair menjadi partikel-partikel

mikroskopik (aerosol) dan memasukkannya ke paru-paru ketika pasien melakukan

inspirasi (Jacob, R, & Tarachnand, 2014). Pemberian terapi nebulisasi menggunakan

sebuah alat yang disebut dengan nebulizer, dilengkapi dengan sambungan ke listrik

disertai dengan tombol on/off untuk menjalankan alat tersebut. Untuk menghirup cairan

yang diberikan, digunakan sungkup muka sederhana/simple mask yang sesuai dengan

ukuran wajah pasien. Namun pada kasus-kasus tertentu seperi pada pasien yang terpasang

tracheostomy, nebulisasi langsung pada tracheostomy pasien.

Tujuan pemberian nebulisasi untuk mengurangi kesulitan mengeluarkan secret

pernapasan yang kental dan lengket, meringankan sesak napas dan meningkatkan

kapasitas vital. Nebulizer bekerja dengan cara memencarkan obat cair menjadi partikel-

partikel halus (aerosol) yang kemudian akan dihirup oleh pasien hingga mencapai paru-

paru sehingga mampu mengencerkan dahak yang dapat mempermudah dahak tersebut

untuk dikeluarkan (Jacob, R, & Tarachnand, 2014).


4. Hasil tindakan

Pasien atas nama R usia 3 tahun 4 bulan 1 hari (25/02/2015) jenis kelamin laki-

laki datang ke poliklinik Mother and Child (bagian respirasi) dengan diagnose TB Paru

on Treatment dan memiliki Asma. Pasien datang untuk kontrol dan diberikan tindakan

terapi nebulisasi. Pasien nampak kurang kooperatif dan perhatiannya selalu teralihkan

oleh hal-hal yang ada disekitarnya sehingga sedikit sulit untuk membuatnya tenang untuk

diberikan terapi nebulisasi.

Dari hasil terapi nebulisasi yang diberikan pada pasien selama ± 10 menit, pasien

terlihat lebih nyaman saat bernapas, sesak berkurang dari 36x/i berkurang menjadi 30x/i

dan hasil auskultasi bunyi rochi berkurang pada bagian paru-paru.

5. Analisa tindakan

Pemberian terapi nebulisasi pada anak R dengan diagnose TB paru on treatment

& asma diberikan untuk membebaskan jalan napas dari secret sehingga tidak terjadi

ketidakefektifan bersihan jalan napas. Cairan yang diberikan pada anak tersebut saat

dilakukan nebulisasi yaitu NaCl 0.9% dan dilakukan selama ±10 menit.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Lumbantobing (2017) menemukan

bahwa terapi nebulisasi menggunakan Ipratropium pada penderita asma menunjukkan

peningkatan SpO2 sebesar 3.750 dibanding penggunaan Fenoterol. Ipratorium

mempunyai efek memperbaiki fisiologi paru dan dapat menurunkan risiko perawatan

rumah sakit secara bermakna.

Selain penelitian diatas, terdapat pula penelitian lain yang meneliti tentang

pemberian salbutamol yang diencerkan dengan NaCl 0.9% untuk pemberian terapi

nebulisasi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan arus puncak

ekspirasi pada pasien asma akut sedang yang diberikan terapi nebulisasi, pemberian
salbutamol yang diencerkan dengan NaCl 0.9% dibandingkan pemberian hanya salbuta

mol memberikan nilai saturasi oksigen lebih rendah pada menir ke 40 (Idrus, et.al.,

2012).

6. Hambatan

Sikap anak yang kurang kooperatif saat ingin diberi tindakan terapi nebulisasi.

7. Kesimpulan dan saran

Sebaiknya untuk menarik perhatian anak agar menjadi kooperatif saat diberikan

intervensi, perlu dipancing dengan sesuatu yang dapat menjadi fokusnya yang

menurutnya menari sehingga membuatnya menjadi tenang dan langsung diberi tindakan

nebulisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Idrus, I. S., Yunus, F., Andarini, S. L., & Setiawati, A. (2012). Perbandingan Efek Salbutamol
dengan Salbutamol yang Diencerkan dengan NaCl 0.9% pada Pasien Dewasa dengan
Asma Akut Sedang di RS Persahabatan. J Respir Indo, 32, 167-177.

Jacob, A., R, R., & Tarachnand, J. S. (2014). Buku Ajar Clinical Nursing Procedures. Tangerang
Selatan: Bina Rupa Aksara.

Lumbantobing, V. B. (2017). Efektivitas Terapi Nebulizer dengan Ipratropium dan Fenoterol


terhadap Saturasi Oksigen. Jurnal Keperawatan BSI, Vol. 5, No. 1, 59-64.
ANALISIS TINDAKAN KEPERAWATAN ANAK
POLIKLINIK MOTHER AND CHILD
RUMAH SAKIT Dr WAHIDIN SUDIROHUSODO

OLEH
ANDI SURIANI
R014172008

Mengetahui,

Perseptor Klinik Perseptor Institusi

( ) (Dr. Kadek Ayu Erika, S.Kep., Ns., M.Kes)

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN ANAK


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
Analisis Tindakan

1. Tindakan yang dikerjakan: Pengukuran Antropometri

2. Justifikasi tindakan

Pengukuran antropometri dilakukan untuk menilai tinggi badan, berat badan,

lingkar lengan, lingkar kepala dan lingkar perut untuk mengetahui perkembangan

pertumbuhan klien sehingga dapat dihitung kesesuaian ukuran tersebut dengan umur

klien yang seharusnya.

3. Teori singkat tindakan

Antropometri berarti ukuran dari tubuh. Pengukuran antropometri digunakan

untuk mengukur pertumbuhan secara umum atau menyeluruh. Adapun peralatan yang

dibutuhkan untuk melakukan pengukuran antropometri yaitu timbangan untuk mengukur

berat badan, pita ukur untuk mengukur lingkar kepala, lengan dan perut, alat pengukur

panjang badan/tinggi badan. Dalam melakukan pengukuran antropometri, perlu ketelitian

dalam melihat ukuran yang dihasilkan oleh klien karena dapat mempengaruhi interpretasi

yang akan dibuat oleh orang yang mengkaji

4. Hasil tindakan

Pasien atas nama anak G usia 3 tahun 11 bulan 29 hari (28/06/2014) jenis kelamin

laki-laki datang ke poliklinik Mother Child (bagian nefrologi) dengan diagnose Sindrom

Nefrotik, pasien datang untuk melakukan konsultasi ke dokter terkait penyakit yang

dialami. Adapun hasil pengkajian pengukuran antropometri yaitu BB: 16 kg, TB: 95 cm,

Lingkar kepala: 49 cm, Lingkar lengan 17 cm dan Lingkar perut: 58 cm.


5. Analisa tindakan

Tindakan pengukuran antropometri yang dilakukan selama ±10 menit dilakukan

untuk menentukan status gizi serta kekurangan micronutrient pada anak. Selain untuk

mengetahui hal tersebut, terdapat penelitian yang dilakuka oleh Sitoayu & Sudiarti

(2016) menemukan model prediksi baru untuk menghitung persentasi lemak tubuh pada

seseorang dengan sensitivitas 84%, spesifitas 85%, nilai prediksi positif 85%, nilai

prediksi negative 84% yaitu dengan menggunakan prediksi Sitoayu yang dapat digunakan

pada populasi dengan karakteristik yang sama.

Setelah dilakukan tindakan, didapatkan data dari grafik growth chart anak G untuk

penilaian TB/U: -2 SD sampai dengan 2 SD kategori normal dan untuk penilaian

BB/U: -2 SD sampai dengan 2 SD kategori gizi baik.

6. Hambatan

Kurangnya rasa tertarik pada anak untuk dilakukan sebuah tindakan

7. Kesimpulan dan saran

Kesimpulan

Tindakan pengukuran antropometri penting untuk dilakukan untuk mengetahui

status gizi pasien, tinggi seharusnya sesuai umur saat dilakukan pengkajian dan untuk

mengetahui tinggi badan dan berat badan normal sesuai umur pasien.

Saran

Pengukuran antropometri seharusnya dilakukan tiap pasien, baik itu pasien yang

rawat inap maupun pasien yang rawat jalan. Untuk pasien rawat jalan atau menjalani

konsul, sebaiknya dilakukan antropmetri ketika pasien datang untuk konsul


DAFTAR PUSTAKA

Jacob, A., R, R., & Tarachnand, J. S. (2014). Buku Ajar Clinical Nursing Procedures. Tangerang
Selatan: Bina Rupa Aksara.

Sitoayu, L., & Sudiarti, T. (2016). Studi Validasi Pengukuran Antropometri dan Model Prediksi
Terhadap Persen Lemak Tubuh Bia pada Siswa MTS dan MA Multiteknik Yayasan Asih
Putera Cimahi Tahun 2012. Forum Ilmiah, 64-73.
POLIKLINIK MOTHER AND CHILD
RUMAH SAKIT Dr WAHIDIN SUDIROHUSODO

OLEH
ANDI SURIANI
R014172008

Mengetahui,

Perseptor Klinik Perseptor Institusi

( ) (Dr. Kadek Ayu Erika, S.Kep., Ns., M.Kes)

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN ANAK


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
Analisis Tindakan

1. Tindakan yang dikerjakan: Pengukuran Antropometri

2. Justifikasi tindakan

Pengukuran antropometri dilakukan untuk menilai tinggi badan, berat badan,

lingkar lengan, lingkar kepala dan lingkar perut untuk mengetahui perkembangan

pertumbuhan klien sehingga dapat dihitung kesesuaian ukuran tersebut dengan umur

klien yang seharusnya.

3. Teori singkat tindakan

Antropometri berarti ukuran dari tubuh. Pengukuran antropometri digunakan

untuk mengukur pertumbuhan secara umum atau menyeluruh. Adapun peralatan yang

dibutuhkan untuk melakukan pengukuran antropometri yaitu timbangan untuk mengukur

berat badan, pita ukur untuk mengukur lingkar kepala, lengan dan perut, alat pengukur

panjang badan/tinggi badan. Dalam melakukan pengukuran antropometri, perlu ketelitian

dalam melihat ukuran yang dihasilkan oleh klien karena dapat mempengaruhi interpretasi

yang akan dibuat oleh orang yang mengkaji

4. Hasil tindakan

Pasien atas nama anak E.S usia 0 tahun 9 bulan 13 hari (11/09/2017) jenis kelamin

laki-laki datang ke poliklinik Mother Child (bagian respirasi) Adapun hasil pengkajian

pengukuran antropometri yaitu BB: 5.6 kg, PB: 67 cm, Lingkar kepala: 36 cm, Lingkar

lengan 14 cm dan Lingkar perut: 36 cm.

5. Analisa tindakan

Tindakan pengukuran antropometri yang dilakukan selama ±10 menit dilakukan

untuk menentukan status gizi serta kekurangan micronutrient pada anak. Selain untuk

mengetahui hal tersebut, terdapat penelitian yang dilakuka oleh Sitoayu & Sudiarti
(2016) menemukan model prediksi baru untuk menghitung persentasi lemak tubuh pada

seseorang dengan sensitivitas 84%, spesifitas 85%, nilai prediksi positif 85%, nilai

prediksi negative 84% yaitu dengan menggunakan prediksi Sitoayu yang dapat digunakan

pada populasi dengan karakteristik yang sama.

Setelah dilakukan tindakan, didapatkan data dari grafik growth chart anak E.S

untuk penilaian PB/U: -3 SD sampai dengan < -2 SD kategori pendek dan untuk penilaian

BB/U: < -3 SD kategori gizi buruk.

6. Hambatan

Anak selalu bergerak ketika di lakukan penimbangan berat badan

7. Kesimpulan dan saran

Kesimpulan

Tindakan pengukuran antropometri penting untuk dilakukan untuk mengetahui

status gizi pasien, tinggi seharusnya sesuai umur saat dilakukan pengkajian dan untuk

mengetahui tinggi badan dan berat badan normal sesuai umur pasien.

Saran

pengukuran antropometri seharusnya dilakukan tiap pasien, baik itu pasien yang

rawat inap maupun pasien yang rawat jalan. Untuk pasien rawat jalan atau menjalani

konsul, sebaiknya dilakukan antropmetri ketika pasien datang untuk konsul


DAFTAR PUSTAKA

Jacob, A., R, R., & Tarachnand, J. S. (2014). Buku Ajar Clinical Nursing Procedures. Tangerang
Selatan: Bina Rupa Aksara.

Sitoayu, L., & Sudiarti, T. (2016). Studi Validasi Pengukuran Antropometri dan Model Prediksi
Terhadap Persen Lemak Tubuh Bia pada Siswa MTS dan MA Multiteknik Yayasan Asih
Putera Cimahi Tahun 2012. Forum Ilmiah, 64-73.

Anda mungkin juga menyukai