Anda di halaman 1dari 4

F4 – Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN HIV/AIDS

I. LATAR BELAKANG

Indonesia termasuk negara dengan jumlah penduduk yang besar. Penduduk yang
besar, sehat dan produktif merupakan potensi dan kekuatan efektif bangsa. Begitu
pula sebaliknya penduduk yang besar tetapi sakit-sakitan, tidak sehat, dan tidak
produktif akan menjadi beban negara. Kesehatan tidak saja penting untuk
kesejahteraan hidup individu akan tetapi lebih penting lagi untuk kelangsungan hidup
bangsa. Kesehatan bukanlah komoditi yang bisa dilayankan oleh seseorang kepada
orang lain, kesehatan dapat diperoleh dengan usaha yang nyata, serta keterlibatan
aktif dari individu. Di banyak negara berkembang seperti Indonesia upaya kesehatan
lebih mengutamakan pelayanan kesembuhan penyakit dari pada upaya peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit.
Indonesia sebagai negara berkembang dihadapkan pada lingkungan yang terus
menerus berubah yang menuntut penyesuaian diri yang terus menerus pula.
Perubahan masyarakat agraris ke masyarakat industrial diwarnai perkembangan
teknologi dan perubahan sosial tersebut berpengaruh terhadap fisik atau mental yang
berkaitan dengan penyakit spesifik dan perilaku perilaku bermasalah misalnya
perilaku sex bebas, penyalahgunaan narkoba yang beresiko terkena HIV/AIDS.
HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan menjadi
masalah global yang melanda dunia. Menurut data WHO (World Health Organization)
tahun 2012, penemuan kasus HIV (Human Immunodeficiency Virus) di dunia pada
tahun 2012 mencapai 2,3 juta kasus, dimana sebanyak 1,6 juta penderita meninggal
karena AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dan 210.000 penderita berusia
dibawah 15 tahun (WHO, 2012).
Jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun di seluruh bagian dunia terus
meningkat meskipun berbagai upaya preventif terus dilaksanakan (Komisi
Penanggulangan AIDS Nasional, 2006). Estimasi penduduk dunia yang menderita
HIV pada tahun 2008 menurut United Nation Programme on HIV/AIDS (UNAIDS)
adalah sekitar 33,4 juta orang dengan angka kematian sekitar 2 juta orang. Benua
Afrika adalah benua dengan penderita HIV/AIDS terbanyak (25,5 juta kasus) dimana
Afrika Utara sebagai negara dengan HIV/AIDS terbanyak (sekitar lima juta kasus)
F4 – Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

(Depkes RI, 2007). Asia Tenggara menunjukkan negara dengan kasus HIV/AIDS
terbanyak diikuti oleh Thailand, Myanmar, Indonesia, dan Nepal (UNAIDS, 2010).
Fenomena gunung es dalam kasus HIV dan AIDS di Indonesia menjadi
masalah yang perlu mendapat perhatian. Pada tahun 2007, perkembangan epidemi
HIV menunjukkan peningkatan yang sangat tajam. Jumlah kasus HIV dan AIDS
meningkat terus, dan dilaporkan pada akhir tahun 2007 terdapat 11.141 pasien AIDS
dan 6.066 orang HIV positif. Jumlah ini diperkirakan hanya dari 10 persen dari
seluruh orang yang terinfeksi HIV di Indonesia (Sudikno, Simanungkalit, &
Siswanto, 2011).
Menurut data Depkes (2012) dari bulan Januari hingga Desember tahun 2012,
jumlah kasus HIV di Indonesia sebanyak 21.511 kasus dan AIDS sebanyak 5.686
kasus yang tersebar di 386 dari 498 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia,
dengan kasus terbanyak berasal dari Provinsi Papua. Menurut data komulatif kasus
HIV/AIDS terbanyak pada usia 20-29 tahun sebanyak 45,4% dan terendah pada usia
40-49 tahun sebanyak 9,9%, dengan faktor risiko terbanyak adalah melalui
heteroseksual.

II. PERMASALAHAN DI MASYARAKAT


Kecamatan Bua merupakan salah satu kecamatan di Belopa dengan jumlah
penduduk yang cukup banyak. Data tahun 2016 menunjukkan jumlah penduduk
sebanyak 31.393 jiwa. Di mana kebanyakan penduduknya pada usia sekolah. Kini
menjadi sorotan, beberapa remaja telah banyak yang terlibat dalam perilaku sex
bebas dan penyalahgunaan narkoba. Seperti yang diketahui bahwa kedua hal ini
merupakan cara penularan HIV/AIDS. Dan kasus HIV/AIDS kini telah memasuki
daerah kecamatan Bua, dalam setahun terakhir jumlah pasien yang terjangkit
HIV/AIDS dan terdata oleh puskesmas sebanyak 2 orang dengan usia rentang 20-29
tahun.

III. PEMILIHAN INTERVENSI

Oleh Karena permasalahan yang terjadi di atas, dan seperti yang kita ketahui
bahwa penyakit HIV/AIDS ini seperti fenomena gunung es sehingga demi
mencegahnya peningkatan kasus HIV/AIDS maka kami bermaksud mengadakan
penyuluhan kesehatan tentang Bahaya HIV//AIDS kepada masyarakat kecamatan
Bua.
F4 – Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

IV. PELAKSANAAN

Kegiatan ini dilakukan di Beberapa Desa di Kecamatan Bua pada tanggal 27


November sampai 13 Desember 2017

1. Tahap Perkenalan dan Penggalian Pengetahuan Peserta


Setelah memberi salam dan perkenalan pemateri terlebih dahulu menyampaikan
maksud dan tujuan diberikan penyuluhan sebelum materi disampaikan.

2. Tahap Penyajian Materi


Penyajian materi sesuai dengan materi penyuluhan (jadwal materi penyuluhan
terlampir). Disela-sela materi yang disampaikan, pemateri memberikan kesempatan
pada peserta untuk bertanya langsung apabila ada materi yang tidak dimengerti.

V. EVALUASI
 Evaluasi Struktur
Penyuluhan dilakukan di Desa-desa Kecamatan Bua .

 Evaluasi Proses

Peserta yang hadir kurang dari 30 orang. Selama proses pelaksanaan


penyuluhan feedback dari peserta penyuluhan di sebagian desa, seperti di desa Bukit
Harapan, desa Puty, desa barowa, dan desa Tiromanda, sudah sesuai dengan harapan.
Masyarakatnya aktif bertanya, memberikan saran/sharing, serta menjawab
pertanyaan dari dokter yang melakukan penyuluhan. Namun di beberapa desa yang
lain, peserta penyuluhan kurang antusias mengajukan pertanyaan.

 Evaluasi Hasil
Lebih dari 75% dari masyarakat yang hadir mampu menjawab pertanyaan dari
Dokter tentang materi yang disampaikan. Hal ini membuktikan bahwa peserta
memperhatikan materi yang disampaikan.

Belopa , Deember 2017


F4 – Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Peserta Internsip Dokter Pendamping III


(Puskesmas Bua)

dr. H. Bunadi Kadir, M.Kes


dr. Chrysnawati Lidia Ratnasari NIP. 19700519 200012 1 002

Anda mungkin juga menyukai