Anda di halaman 1dari 6

MANUAL

Air merupakan substansi paling penting di kehidupan manusia. Air digunakan


untuk keperluan manusia sehari-hari seperti minum, mandi, memasak, mencuci, dan
keperluan lainnya. Air dapat diperoleh dari mata air, air permukaan dan dari air
tanah(sumur). Kebutuhan masyarakat akan air bersih sudah mulai tidak tercukupi,
dikarenakan sudah banyaknya air yang tercemar. Air yang tercemar berbahaya bagi
kesehatan jika mengandung unsur-unsur tertentu, seperti pestisida, arsenik alam, atau
mengandung zat besi dan mangan (Herlambang, 2010), dan bakteri patogen seperti E.
coli. Salah satu sumber air baku yang tercemar adalah air sungai, karena masih
banyaknya masyarakat yang membuang limbah ke sungai (Soehartono, 2013) dan
menggunakan air sungai sebagai MCK. Air sungai bila ingin digunakan atau dikonsumsi
masyarakat harus diolah terlebih dahulu untuk mencegah agar tidak membahayakan
kesehatan masyarakat yang mengonsumsinya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 492 tahun 2010, air minum
adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi
syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Sehingga untuk mengolah air baku
tersebut menjadi air bersih yang berkualitas sesuai dengan ketetapan PERMENKES No.
492 Tahun 2010, diperlukan beberapa metode proses pengolahan, baik secara fisis,
kimiawi, maupun biologi (Permatasari, 2013). Salah satu metode pengolahan air baku
yang dapat dilakukan adalah filtrasi. Filtrasi adalah teknologi penyaringan dengan
berbagai macam media (multi-filter) seperti kerikil, pasir, dan ijuk. Filtrasi bertujuan
untuk menghilangkan material pencemar yang ada dalam air atau mengurangi kadarnya
agar air menjadi layak untuk digunakan atau dikonsumsi. Filtrasi yang optimal dapat
menggunakan media adsorpsi seperti Granular Activated Carbon (GAC) dan zeolit
(Untari, 2015). Media adsorpsi sering kali berfungsi sebagai bahan penghilang bau,
warna, logam berat, amonia, nitrit, dan fenol. Karbon aktif selain untuk media adsorpsi
juga dapat digunakan sebagai anti racun dan untuk mengatasi diare yang disebabkan oleh
zat-zat dalam makanan ataupun bakteri patogen seperti E. coli yang sering terdapat pada
air. Bahan lain yang dapat mengurangi adanya bakteri E. coli adalah biji buah pepaya.
Masyarakat Indonesia sering mengonsumsi buah pepaya. Bunga, daun, dan akar
buah pepaya sering dimasak atau dijadikan obat tradisional. Namun, biji buah pepaya
masih jarang digunakan oleh masyarakat karena belum banyak yang mengetahui
fungsinya. Biji buah pepaya diketahui mengandung berbagai senyawa seperti
tocophenol, terpenoid, flavonoid, alkaloid seperti karpain, dan berbagai enzim seperti
enzim papain, enzim khimoprotein, dan lisozim (Paramesti, 2014). Kandungan terpenoid,
karpain, dan flavonoid dalam biji pepaya telah diteliti memiliki aktivitas antibakteri yang
dapat membunuh bakteri dengan merusak integritas membran sel bakteri itu.
Berdasarkan latar belakang di atas, diharapkan adanya penelitian uji efektivitas biji
pepaya terhadap pertumbuhan Escherichia coli pada air, dan menyelidiki apakah
efektivitas biji pepaya terhadap pertumbuhan Escherichia coli tidak memperburuk
kualitas air yang dihilangkan bakteri Escherichia coli-nya.

Daftar Pustaka

Herlambang, Arie. 2010. Jurnal Teknologi Penyediaan Air Minum Untuk Keadaan
Tanggap Darurat. Jakarta:BPPT.
Paramesti, Niken N. 2014. Efektivitas Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya) sebagai
Anti Bakteri Terhadap Bakteri Escherichia coli. Jakarta:Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
Permatasari, Tri Juliana dan Erna Apriliani. 2013. Jurnal Optimasi Penggunaan
Koagulan Dalam Proses Penjernihan Air. Surabaya:ITS.
Setyowati, Endang. 2008. Jurnal Meningkatkan Kualitas Air Sungai dengan
Katalisator Batuan dan Arang Kasus Pemukiman Pinggir Kota di Dusun
Grobogan.Yogyakarta:Universitas Widya Mataram.
Soehartono. 2013. Jurnal Penjernihan Air Dengan Saringan Pasir dan Desinfektan
Alami. Semarang:Universitas Pandanaran.
Untari, Tanti dan Joni Kusnandi. 2015. Jurnal Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Air
Layak Konsumsi di Kota Malang Dengan Metode Modifikasi Filtrasi
Sederhana. Malang:Universitas Brawijaya.
REFERENCES

Air merupakan substansi paling penting di kehidupan manusia. Air digunakan


untuk keperluan manusia sehari-hari seperti minum, mandi, memasak, mencuci, dan
keperluan lainnya. Air dapat diperoleh dari mata air, air permukaan dan dari air
tanah(sumur). Kebutuhan masyarakat akan air bersih sudah mulai tidak tercukupi,
dikarenakan sudah banyaknya air yang tercemar. Air yang tercemar berbahaya bagi
kesehatan jika mengandung unsur-unsur tertentu, seperti pestisida, arsenik alam, atau
mengandung zat besi dan mangan (Herlambang, 2010), dan bakteri patogen seperti E.
coli. Salah satu sumber air baku yang tercemar adalah air sungai, karena masih
banyaknya masyarakat yang membuang limbah ke sungai (Soehartono, 2013), dan
menggunakan air sungai sebagai MCK. Air sungai bila ingin digunakan atau dikonsumsi
masyarakat harus diolah terlebih dahulu untuk mencegah agar tidak membahayakan
kesehatan masyarakat yang mengonsumsinya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 492 tahun 2010, air minum
adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi
syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Sehingga untuk mengolah air baku
tersebut menjadi air bersih yang berkualitas sesuai dengan ketetapan PERMENKES No.
492 Tahun 2010, diperlukan beberapa metode proses pengolahan, baik secara fisis,
kimiawi, maupun biologi (Permatasari, 2013). Salah satu metode pengolahan air baku
yang dapat dilakukan adalah filtrasi. Filtrasi adalah teknologi penyaringan dengan
berbagai macam media (multi-filter) seperti kerikil, pasir, dan ijuk. Filtrasi bertujuan
untuk menghilangkan material pencemar yang ada dalam air atau mengurangi kadarnya
agar air menjadi layak untuk digunakan atau dikonsumsi. Filtrasi yang optimal dapat
menggunakan media adsorpsi seperti Granular Activated Carbon (GAC) dan zeolit
(Untari, 2015). Media adsorpsi sering kali berfungsi sebagai bahan penghilang bau,
warna, logam berat, amonia, nitrit, dan fenol. Karbon aktif selain untuk media adsorpsi
juga dapat digunakan sebagai anti racun dan untuk mengatasi diare yang disebabkan oleh
zat-zat dalam makanan ataupun bakteri patogen seperti E. coli yang sering terdapat pada
air. Bahan lain yang dapat mengurangi adanya bakteri E. coli adalah biji buah pepaya.
Masyarakat Indonesia sering mengonsumsi buah pepaya. Bunga, daun, dan akar
buah pepaya sering dimasak atau dijadikan obat tradisional. Namun, biji buah pepaya
masih jarang digunakan oleh masyarakat karena belum banyak yang mengetahui
fungsinya. Biji buah pepaya diketahui mengandung berbagai senyawa seperti
tocophenol, terpenoid, flavonoid, alkaloid seperti karpain, dan berbagai enzim seperti
enzim papain, enzim khimoprotein, dan lisozim (Paramesti, 2014). Kandungan terpenoid,
karpain, dan flavonoid dalam biji pepaya telah diteliti memiliki aktivitas antibakteri yang
dapat membunuh bakteri dengan merusak integritas membran sel bakteri itu.
Berdasarkan latar belakang di atas, diharapkan adanya penelitian uji efektivitas biji
pepaya terhadap pertumbuhan Escherichia coli pada air, dan menyelidiki apakah
efektivitas biji pepaya terhadap pertumbuhan Escherichia coli tidak memperburuk
kualitas air yang dihilangkan bakteri Escherichia coli-nya.

DAFTAR PUSTAKA

Bibliography
Herlambang, A. (2010). Teknologi Penyediaan Air Minum Untuk Keadaan Tanggap Darurat.
JAI , 6 (1), 2.

Paramesti, N. N. (2014). Efektivitas Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L) Sebagai Anti
Bakteri Terhadap Bakteri Escherichia coli. Jakarta.

Permatasari, T. J. (2013). Optimasi Penggunaan Koagulan dalam Proses Penjernihan Air.


Jurnal Sains dan Seni POMITS , 2 (1).

Soehartono. (2013). Penjernihan Air dengan Saringan Pasir dan Desinfektan Alami.

Untari, T. (2015). Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Air Layak Konsumsi di Kota Malang
dengan Metode Modifikasi Filtrasi Sederhana. Jurnal Pangan dan Agroindustri , 3 (4).
MENDELEY

Air merupakan substansi paling penting di kehidupan manusia. Air digunakan


untuk keperluan manusia sehari-hari seperti minum, mandi, memasak, mencuci, dan
keperluan lainnya. Air dapat diperoleh dari mata air, air permukaan dan dari air
tanah(sumur). Kebutuhan masyarakat akan air bersih sudah mulai tidak tercukupi,
dikarenakan sudah banyaknya air yang tercemar. Air yang tercemar berbahaya bagi
kesehatan jika mengandung unsur-unsur tertentu, seperti pestisida, arsenik alam, atau
mengandung zat besi dan mangan (Herlambang, Lingkungan, Pengkajian, & Bppt,
2010), dan bakteri patogen seperti E. coli. Salah satu sumber air baku yang tercemar
adalah air sungai, karena masih banyaknya masyarakat yang membuang limbah ke
sungai (Alami, n.d.) dan menggunakan air sungai sebagai MCK. Air sungai bila ingin
digunakan atau dikonsumsi masyarakat harus diolah terlebih dahulu untuk mencegah
agar tidak membahayakan kesehatan masyarakat yang mengonsumsinya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 492 tahun 2010, air minum
adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi
syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Sehingga untuk mengolah air baku
tersebut menjadi air bersih yang berkualitas sesuai dengan ketetapan PERMENKES No.
492 Tahun 2010, diperlukan beberapa metode proses pengolahan, baik secara fisis,
kimiawi, maupun biologi (Permatasari et al., 2013). Salah satu metode pengolahan air
baku yang dapat dilakukan adalah filtrasi. Filtrasi adalah teknologi penyaringan dengan
berbagai macam media (multi-filter) seperti kerikil, pasir, dan ijuk. Filtrasi bertujuan
untuk menghilangkan material pencemar yang ada dalam air atau mengurangi kadarnya
agar air menjadi layak untuk digunakan atau dikonsumsi. Filtrasi yang optimal dapat
menggunakan media adsorpsi seperti Granular Activated Carbon (GAC) dan zeolit
(Untari & Kusnadi, 2015). Media adsorpsi sering kali berfungsi sebagai bahan
penghilang bau, warna, logam berat, amonia, nitrit, dan fenol. Karbon aktif selain untuk
media adsorpsi juga dapat digunakan sebagai anti racun dan untuk mengatasi diare yang
disebabkan oleh zat-zat dalam makanan ataupun bakteri patogen seperti E. coli yang
sering terdapat pada air. Bahan lain yang dapat mengurangi adanya bakteri E. coli adalah
biji buah pepaya.
Masyarakat Indonesia sering mengonsumsi buah pepaya. Bunga, daun, dan akar
buah pepaya sering dimasak atau dijadikan obat tradisional. Namun, biji buah pepaya
masih jarang digunakan oleh masyarakat karena belum banyak yang mengetahui
fungsinya. Biji buah pepaya diketahui mengandung berbagai senyawa seperti
tocophenol, terpenoid, flavonoid, alkaloid seperti karpain, dan berbagai enzim seperti
enzim papain, enzim khimoprotein, dan lisozim(Paramesti, 2014). Kandungan terpenoid,
karpain, dan flavonoid dalam biji pepaya telah diteliti memiliki aktivitas antibakteri yang
dapat membunuh bakteri dengan merusak integritas membran sel bakteri itu.
Berdasarkan latar belakang di atas, diharapkan adanya penelitian uji efektivitas biji
pepaya terhadap pertumbuhan Escherichia coli pada air, dan menyelidiki apakah
efektivitas biji pepaya terhadap pertumbuhan Escherichia coli tidak memperburuk
kualitas air yang dihilangkan bakteri Escherichia coli-nya.

DAFTAR PUSTAKA
Alami, D. A. N. D. (n.d.). * Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Pandanaran.
Herlambang, A., Lingkungan, P. T., Pengkajian, B., & Bppt, T. (2010). TEKNOLOGI
PENYEDIAAN AIR MINUM UNTUK KEADAAN TANGGAP DARURAT, 6(1).
Paramesti, N. N. (2014). ( Carica papaya L ) SEBAGAI ANTI BAKTERI TERHADAP
BAKTERI Escherichia coli.
Permatasari, T. J., Apriliani, E., Matematika, J., Matematika, F., Alam, P., Ii, K., & Di, I. I. I.
(2013). Optimasi Penggunaan Koagulan Dalam Proses Penjernihan Air, 2(1).
Untari, T., & Kusnadi, J. (2015). PEMANFAATAN AIR HUJAN SEBAGAI AIR LAYAK
KONSUMSI DI KOTA MALANG DENGAN METODE MODIFIKASI FILTRASI
SEDERHANA Utilization Rainwater As A Viable Water Consumption In The Malang
City With A Simple Filtration Modification Method, 3(4), 1492–1502.

Anda mungkin juga menyukai