Anda di halaman 1dari 3

Sebagai makhluk ekonomi, manusia akan selalu berusaha untuk memenuhi segala

kebutuhan hidupnya. Keberadaan sebuah pusat perbelanjaan merupakan merupakan salah


satu sarana pemenuhan kebutuhan manusia sebagai makhluk ekonomi. Bukan hanya
kebutuhan primer, Pusat perbelanjaan juga menyediakan kebutuhan sekunder bahkan
kebutuhan tersier manusia. Maka dari itu, sangat tidak mengherankan jika pembangunan
pusat perbelanjaan di Indonesia semakin menjamur.
Pusat perbelanjaan mempunyai peranan yang sangat penting pada roda perekonomian
di Indonesia. Hal ini disebabkan, hampir sebagian besar perputaran rupiah terjadi di pusat
perbelanjaan. Sadar akan hal ini, Indonesia sebagai Negara berkembang terus
memperlihatkan peningkatkan pembangunan pusat perbelanjaan tiap tahunnya baik itu
berupa pasar tradisional maupun modern. Hal ini dapat dilihat dari keterangan yang
disampaikan oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) kepada Surat Kabar Harian
Kompas (2014) bahwa jumlah pasar modern yang ada di seluruh Indonesia mencapai
23.000 unit. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 14% dalam 3 tahun terakhir.
Untuk pasar tradisional sendiri, Berdasarkan data dari Badan Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan Perdagangan (2015) jumlah pasar tradisional di Indonesia
mencapai 13.450 pasar dengan jumlah pedagang sekitar 12,6 juta orang di dalamnya. Dari
dua data diatas dapat kita tarik benang merah bahwa keberadaan pusat perbelanjaan sangat
penting dalam kehidupan perekonomian di Indonesia.
Pertumbuhan pusat perbelanjaan yang terus meningkat di Indonesia juga berbanding
lurus dengan pertumbuhan pusat perbelanjaan di Sulawesi Tenggara. Pertumbuhan itu
tampak sangat jelas di daerah perkotaan, terkhusus pada Kota Kendari sebagai Ibu Kota
Provinsi sekaligus sebagai pusat perekonomian Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara
kuantitas, Kota Kendari mempunyai pusat perbelanjaan yang lebih dari cukup untuk
memenuhi permintaan penduduk terhadap kebutuhan hidup sehari-hari. Pasar tradisional
yang menjadi pemasok utama kebutuhan primer tersebar merata di seluruh Kota Kendari.
Lain halnya dengan Pusat Perbelanjaan seperti retail-retail modern yang terlalu terpusat di
satu area saja. Sebut saja brand-brand pusat perbelanjaan ternama di Kota Kendari seperti
Lippo Plaza, Matahari Department Store, Brylliant Plaza, Ade Swalayan, dan Rabam Mall
semuanya terletak di Kecamatan Wua-wua. Seluruh pusat perbelanjaan yang telah
disebutkan diatas masuk dalam zona titik keramaian Kota Kendari karena ramai
pengunjung. Sehingga tidak mengherankan kemacetan lalu lintas sering terjadi disana.
Di sisi lain, dunia arsitektur terus mengalami perkembangan, salah satunya dari segi
material. Pemanfaatan barang bekas sedang menjadi tren di era modern ini, karena
berkurangnya berbagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui serta lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk proses penguraian mengharuskan kita lebih kreatif
memanfaatkan barang-barang bekas tersebut. Berawal pada Tahun 2005 Shigeru Ban
adalah seorang arsitek papan atas Jepang mendesain kontainer kontainer bekas menjadi
sebuah Museum yang sangat indah, yang sekarang bernama Nomadic Museum. Bangunan
tersebut cukup menarik perhatian dunia, mengingat selama ini kontainer hanya identik
dengan dunia pengiriman ekspor impor saja. ketika kontainer sudah tidak layak pakai, maka
akan dibiarkan begitu saja tanpa ada perlakuan apapun. Namun ketika Nomadic Museum
terbangun dengan keunikannya, memakai kontainer sebagai material yang dominan,
Kontainer-kontainer bekas mulai dilirik oleh para arsitek sebagai bahan material bangunan.
Di Kota Kendari sendiri, pemanfaatan kontainer sebagai material bangunan
tgerbilang masih sangat baru dan sedikit. Sebuah pusat perbelanjaan yang terbuat dari
kontainer akan terdengar sangat baru dan unik di telinga masyarakat Kota Kendari. Dengan
keunikan dan inovasi tersebut, pusat perbelanjaan yang akan dibangun diharapkan mampu
menarik minat masyarakat Kota Kendari untuk berbelanja di tempat baru tersebut. Dengan
demikian, titik keramaian baru akan terbentuk, sehingga tingkat keramaian area Wua-wua
akan berkurang, hingga berujung pada berkurangnya tingkat kemacetan.
Pada umumnya, pembangunan sebuah pusat perbelanjaan pasti akan memakan biaya,
waktu, dan tenaga yang sangat banyak. Namun, akan lain halnya jika pembangunannya
menggunakan kontainer. Kontainer merupakan sebuah barang fabrikasi yang sudah jadi,
sehingga tidak memerlukan perlakuan yang banyak untuk mengubahnya menjadi sebuah
ruang. Dengan demikian, pembanguna pusat perbelanjaan dengan memanfaatkan kontainer
akan menghemat tenaga, waktu dan biaya.
Dari beberapa pemaparan diatas, penulis menyimpulkan bahwa Kota Kendari
membutuhkan setidaknya satu unit/kawasan pusat perbelanjaan yang letaknya di luar area
Wua-wua agar perputaran ekonomi dan keberadaan titik keramaian Kota Kendari lebih
merata. Inovasi pemanfaatan kontainer-kontainer bekas dalam pembangunan pusat
perbelanjaan diharapkan mampu menarik masyarakat Kota Kendari untuk berbelanja di
tempat baru tersebut. Dari seluruh pertimbangan diatas, maka judul “Perencanaan Pusat
Perbelanjaan dengan Pemanfaatan Kontainer Bekas di Kota Kendari” dinilai sangat pantas
digunakan sebagai bahan penelitian tugas akhir dalam rangka meraih gelar Sarjana
Arsitektur.

Anda mungkin juga menyukai