Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kontrasepsi merupakan upaya untuk mencegah kehamilan. Jenis-jenis

kontrasepsi yang beredar di masyarakat adalah obat per oral, suntikan, atau

intravaginal; penggunaan alat dalam saluran reproduksi (kondom, alat

kontrasepsi dalam rahim/AKDR); operasi (tubektomi, vasektomi). Hasilnya

masih dikeluhkan oleh masyarakat karena dapat memberikan

ketidaknyamanan pada penggunanya dan masih terdapat kekurangan.

Kontrasepsi sebagian besar dilakukan oleh para wanita. Kurangnya partisipasi

pria disebabkan karena terbatasnya sarana kontrasepsi yang ada (berupa

kondom dan vasektomi). Kelemahan alat kontarsepsi kondom memberikan

ketidaknyamanan pada pasangan, vasektomi (sterilisasi) menyebabkan

terjadinya gangguan pada imunoglobulin. Mengingat masih adanya berbagai

kekurangan yang ditimbulkan oleh metode kontrasepsi tersebut maka

diperlukan suatu sumber bahan kontrasepsi dari bahan alami, terutama dari

tanaman.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati

terbesar yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman. Hingga saat ini

tercatat 7.000 spesies tanaman telah diketahui khasiatnya namun kurang dari

300 tanaman yang digunakan sebagai bahan baku industri farmasi (Mukhriani,

2014). Tanaman obat telah memberikan sumbangan terhadap dunia kesehatan

baik secara individu maupun kolektif. Tanaman obat mengandung bahan aktif

1
penting terutama dari senyawa metabolit sekunder dengan struktur yang unik

dan bervariasi. Beberapa golongan senyawa metabolit sekunder yang bersifat

bioaktif di antaranya alkaloid, tanin, flavonoid. Senyawa bahan alam dalam

tanaman telah menyumbang sekitar 40% dari bahan obat (Alminsyah,2014).

Obat tradisional dari tanaman yang digunakan sebagai antifertilitas belum

banyak diungkap, salah satu tanaman yang berpotensi sebagai antifertilitas

adalah tanaman beluntas (Pluchea indica L.).

Menurut Susetyarini (2011) beluntas (Pluchea indica L.) merupakan

salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai antifertilitas. Daun beluntas

(Pluchea indica L.) mengandung bermacam senyawa aktif yaitu alkaloid,

flavonoid, tannin, minyak atsiri. Tanin ternyata dapat menyebabkan sperma

menggumpal. Hal ini didukung oleh pernyataan Susetyarini (2013), tanin dari

daun beluntas (Pluchea indica L.) segar dapat mempengaruhi kualitas

spermatozoa (motilitas (5%), mortalitas (71,5%), dan abnormalitas (24,25%).

Alkaloid akan menekan sekresi hormon reproduksi, yaitu hormon testosteron

sehingga proses spermatogenesis terganggu, flavonoid akan menghambat

enzim aromatase, yaitu enzim yang mengakatalis konversi androgen menjadi

estrogen yang akan meningkatkan hormon testosteron.

Harapan penggunaan tanaman obat berupa daun beluntas dapat

memberikan pengobatan yang efektif dan murah. Belum ada penggunaan

tanaman obat tradisional yang digunakan sebagai antifertilitas. Sediaan

tanaman obat selain dalam bentuk ekstrak oral juga bisa dikonsumsi dalam

bentuk sediaan sirup. Sediaan sirup merupakan larutan oral yang mengandung

2
sukrosa. Sediaan sirup dipilih karena memiliki beberapa keuntungan yaitu,

absorbsi lebih cepat dibandingkan sediaan oral lain, homogenitas lebih

terjamin, dosis dapat disesuaikan, cocok untuk obat yang mengiritasi lambung,

dan keuntungan yang terakhir adalah mudah ditelan (Dewi, dkk., 2013).

Berdasarkan uraian di atas penulis berinisiatif untuk mencari dan

menemukan suatu formula sirup dari daun beluntas (Pluchea indica L.) yang

berkhasiat sebagai antifertilitas dan melakukan pengujian karakteristik yang

meliputi homogenitas, organoleptik dan pH terhadap formula sediaan sirup

yang dihasilkan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea indica L.) dapat

diformulasikan menjadi sediaan sirup dengan karakteristik yang

dipersyaratkan?

2. Bagaimana karakteristik sirup ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea

indica L.)?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui cara formulasi sirup ekstrak daun beluntas (Pluchea

indica L.) sesuia dengan karakteristik yang dipersyaratkan.

2. Untuk mengetahui karakteristik sirup ekstrak etanol daun beluntas

(Pluchea indica L.).

3
D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai barikut :

1. Bagi pemerintah, sebagai bahan informasi penemuan produk obat baru

yaitu ekstrak daun beluntas (Pluchea indica L.) berkhasiat sebagai

kontrasepsi alami.

2. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi bahwa ekstrak daun beluntas

(Pluchea indica L.) dapat dibuat dalam bentuk sediaan sirup yang

berkhasiat sebagai kontrasepsi untuk pria.

3. Bagi mahasiswa khususnya mahasiswa farmasi, untuk menambah

pengetahuan dan keterampilan dalam pembuatan sediaan.

Anda mungkin juga menyukai