PEMBAHASAN
Portugis dan Spanyol menyadari kerugian yang ditimbulkan akibat persaingan itu.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pada tahun 1534 keduanya menyepakati
diadakanlah Perjanjian Saragosa. Isi perjanjian itu antara lain;
Maluku menjadi daerah pengaruh dan kegiatan Portugis
Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan diri di Filipina
Perjanjian ini semakin mengokohkan kedudukan Portugis di Maluku.
Dalam melaksanakan monopoli perdagangan, Portugis juga memiliki ambisi untuk
menanamkan kekuasaan di Maluku. Itulah sebabnya, rakyat dan raja Ternate kemudian
menentang Portugis.
Pada awalnya, kedatangan pasukan Jepang disambut dengan hangat oleh bangsa
Indonesia. Namun dalam kenyataannya, Jepang tidak jauh berbeda dengan Negara
imperialis lainnya. Jepang termasuk negara imperialis baru, seperti Jerman dan Italia.
Sebagai Negara imperialis baru, Jepang membutuhkan bahan-bahan mentah untuk
memenuhi kebutuhan industrinya dan pasar bagi barang-barang industrinya. Oleh
karena itu, daerah jajahan menjadi sangat penting artinya bagi kemajuan industri
Jepang. Apalah arti kemajuan industry apabila tidak didukung dengan bahan mentah
(baku) yang cukup dengan harga yang murah dan pasar barang hasil industri yang luas.
Dengan demikian, jelas bahwa tujuan kedatangan Balatentara Jepang ke Indonesia
adalah untuk menanamkan kekuasaannya, untuk menjajah Indonesia. Artinya,
pengakuan sebagai ‘saudara tua’ merupakan semboyan yang penuh kepalsuan. Hal itu
dapat dibuktikan dari beberapa kenyataan yang terjadi selama pendudukan Balatentara
Jepang di Indonesia. Bahkan, perlakuan pasukan Jepang lebih kejam sehingga bangsa
Indonesia mengalami kesengsaraan.
Perlawanan lain yang terkenal lainnya adalah perlawanan PETA di daerah Blitar,
Jawa Timur. Perlawanan ini dipimpin oleh Syodanco Supriyadi, Syodanco Muradi, dan
Dr. Ismail. Perlawanan ini disebabkan karena persoalan pengumpulan padi, Romusha
maupun Heiho yang dilakukan secara paksa dan di luar batas perikemanusiaan. Sebagai
putera rakyat para pejuang tidak tega melihat penderitaan rakyat. Di samping itu sikap
para pelatih militer Jepang yang angkuh dan merendahkan prajurit-prajurit Indonesia.
Perlawanan PETA di Blitar merupakan perlawanan yang terbesar di Jawa. Tetapi
dengan tipu muslihat Jepang melalui Kolonel Katagiri (Komandan pasukan Jepang),
pasukan PETA berhasil ditipu dengan pura-pura diajak berunding. Empat perwira
PETA dihukum mati dan tiga lainnya disiksa sampai mati. Sedangkan Syodanco
Supriyadi berhasil meloloskan diri.
Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan
proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan ‘hadiah’ dari Jepang. Setelah
mendengar Jepang menyerah pada tanggal 14 Agustus 1945, golongan muda mendesak
golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun
golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya
pertumpahan darah pada saat proklamasi. Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo
kemudian ke rumah Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara. Maeda
menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di
Dalat.
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo
melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar
Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh.
Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda
untuk tidak terburu – buru memproklamasikan kemerdekaan.
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan
Pelopor yang dipimpin S. Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui
perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno
mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan
amanat singkat kepada mereka.
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan
persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama.