CBT PD Pasien Kanker & Nyeri Kronis PDF
CBT PD Pasien Kanker & Nyeri Kronis PDF
Jihan Rabi’al
Skripsi
Fakultas Keperawatan
Medan, 2009
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Judul : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behavior
Therapy) Relaksasi dan Distraksi Pada Pasien Kanker
dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan
Peneliti : Jihan Rabi’al
Program : S1 Keperawatan
Tahun akademik : 2008/2009
ABSTRAK
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
UCAPAN TERIMAKASIH
Assalamualaikum wr wb
Alhamdulilahirabbil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kepada
ALLAH SWT yang telah menyertai penulis untuk menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behavior Therapy)
Relaksasi dan Distraksi Pada Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di RSUP Haji
Adam Malik Medan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis
untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara dan Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing yang
penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, dan
ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Fatwa Imelda S.Kep. Ns selaku dosen penasehat akademik saya, Ibu
Erniyati, S.Kp, MNS selaku penguji II, dan kepada Bapak Dudut Tanjung
S.Kp, MKep selaku dosen penguji III yang dengan teliti memberikan masukan
yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf
nonakademik yang membantu memfasilitasi secara administratif.
5. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang telah
memberikan izin penelitian.
6. Para responden yang telah bersedia berpartisipasi dan meluangkan waktu
untuk pengisian kuesioner.
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
7. Rekan-rekan mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara, khususnya stambuk 20005 yang telah memberikan semangat dan
masukan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Teristimewa kepada papa (Mahmud M Nur), dan mamaku (Sri Indah),
terimakasih buat doa dan dukungan yang sangat berarti bagi saya. Kepada
suamiku tercinta (Mukhtar), kakakku (kak Iid, kak Hanum), bang Umar,
adikku tersayang (Abi, dan Ali), terimakasih buat cinta, doa, dorongan yang
telah diberikan. Juga kepada teman-temanku: Ida (yang membantuku dan
memberi semangat), Dina, mb Yuli, Aan dll, terimakasih buat dukungan dan
doanya.
9. Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu
persatu yang telah banyak membantu peneliti baik dalam penyelesaian skripsi
ini maupun dalam dalam menyelesaikan perkuliahan di PSIK FK USU
Semoga ALLAH SWT melimpahkan berkatNya kepada semua pihak yang
telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat
bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
DAFTAR ISI
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
3.4 Mekanisme Terapi Perilaku Kognitif ................................... 28
3.5 Terapi Relaksasi dan Distraksi ........................................... 29
4. Terapi Relaksasi dalam Penanganan Nyeri ................................. 29
4.1 Defenisi Terapi Relaksasi ................................................... 29
4.2 Teknik Terapi Relaksasi ..................................................... 30
5. Terapi Distraksi dalam Penanganan Nyeri .................................. 32
5.1 Defenisi Terapi Distraksi .................................................... 32
5.2 Teknik Terapi Distraksi ...................................................... 32
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Lembar persetujuan menjadi responden
2. Kuesioner penelitian
3. Protokol panduan terapi perilaku kognitif relaksasi dan distraksi
4. Jadwal terapi perilaku kognitif relaksasi dan distraksi
5. Surat izin penelitian dari Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan
6. Tabel hasil penelitian
7. Curiculum vitae
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
DAFTAR TABEL
Tabel 3 Hasil Pengukuran Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Terapi Relaksasi
Tabel 4 Hasil Uji Paired t-test Untuk Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah
Terapi Relaksasi
Tabel 5 Hasil Pengukuran Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Terapi Distraksi
Tabel 6 Hasil Uji Paired t-test Untuk Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah
Terapi Distraksi
Tabel 7 Perbedaan Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Terapi Relaksasi dan
Distraksi pada Pasien Kanker Nyeri Kronis
Tabel 8 Hasil Uji Independen t-test Untuk Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah
Terapi Relaksasi dan Distraksi
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
DAFTAR SKEMA
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
BAB 1
PENDAHULUAN
yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis)
adalah pertumbuhan sel tubuh yang tidak normal (tumbuh sangat cepat & tidak
Kanker dapat menyerang siapa saja, tidak peduli status atau golongan
2009). Prevalensi penyakit ini meningkat dari tahun ke tahun terutama di negara-
negara berkembang.
sepuluh juta kasus kanker baru per tahun dan terjadi peningkatan sekitar 20 persen
tiap tahunnya. Prevalensi kanker di Indonesia juga terus meningkat dan terdapat
kasus kematian akibat kanker dari 3,4 persen pada tahun 1980 menjadi 6,0 persen
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
1
pada tahun 2020 terdapat 20 juta kasus baru per tahunnya dan 84 juta orang akan
2009).
Pada penderita kanker, nyeri merupakan masalah utama yang paling sering
dijumpai. Nyeri dapat dibedakan menjadi dua, yakni nyeri akut dan nyeri kronis.
Nyeri akut adalah nyeri yang datang secara tiba-tiba. Jika tidak ditanggulangi
secara benar, nyeri akut bisa berubah menjadi nyeri kronis. Karena itu, perawat
sebaiknya mewaspadai gejala dari nyeri akut tersebut sebelum berubah menjadi
nyeri kronis yang cenderung lebih sulit disembuhkan. Nyeri akut sendiri
datangnya tiba-tiba atau singkat, dapat hilang dengan sendiri, dapat diprediksi,
dan merupakan reaksi fisiologi akan sesuatu yang berbahaya (Dinisari, 2006).
Pada kondisi nyeri hebat, nyeri akan menstimulasi reaksi stres yang dapat
mengalami stres maka tekanan darahnya akan meningkat dan denyut jantung
bekerja semakin cepat, sehingga dapat menurunkan sistem imun yang berdampak
dan non farmakologis. Perilaku dan teknik farmakologis dapat digunakan bersama
terapi non farmakologis untuk mengurangi nyeri pada pasien nyeri kronis adalah
dengan terapi perilaku kognitif. Dalam penggunaan terapi perilaku dan terapi
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Terapi perilaku kognitif didasarkan pada pola pemikiran dan perilaku yang
teknik relaksasi, manajemen stres, distraksi dan cara lain untuk membantu pasien
dalam mengatasi nyeri yang dirasakan. Sebagai contoh ketika pasien merasakan
nyeri yang menakutkan, pasien mungkin merasa bahwa nyeri itu akan semakin
berat dan menyebabkan perubahan fisik dalam tubuh, seperti peningkatan tekanan
darah, pelepasan hormon stres, ketegangan otot, dan merasa lebih nyeri (Keefe,
1996). Beberapa pasien tidak dapat atau tidak akan melaporkan secara verbal
bahwa mereka mengalami nyeri, oleh karena itu perawat juga bertanggung jawab
terhadap pengamatan perilaku non verbal yang dapat terjadi bersama dengan nyeri
Tujuan dari terapi perilaku kognitif adalah untuk merubah cara berfikir
tentang nyeri agar respon tubuh dan pikiran lebih baik ketika mengalami nyeri.
membantu menjadi suatu koping positif bagi pasien terhadap penyakitnya, terapi
kognitif dan perilaku ini sangat berpengaruh terhadap penurunan nyeri (Keefe,
1996).
(Smeltzer & Bare, 2002). Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien di
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan
Pada saat ini penelitian tentang terapi perilaku kognitif untuk mengurangi
nyeri pada pasien nyeri kronis belum begitu diketahui oleh masyarakat khususnya
penelitian tentang efektifitas terapi perilaku kognitif pada pasien nyeri kronis.
nyeri kronis?
nyeri kronis?
nyeri kronis?
nyeri kronis?
dengan terapi relaksasi dan distraksi sebelum dan sesudah terapi relaksasi
dan distraksi?
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
2. Untuk mengidentifikasi intensitas nyeri sebelum terapi distraksi pada
dijadikan sebagai suatu materi latihan dalam menangani pasien nyeri kronis.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bukti nyata akan efek CBT
Hasil penelitian dapat menjadi data dasar untuk penelitian selanjutnya dan
untuk menambah referensi tentang terapi perilaku kognitif juga bisa untuk dapat
kanker.
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kanker
1.1 Defenisi
teratur (Nurcahyo, 2009). Kanker merupakan suatu neoplasma ganas yang berasal
dari sel. Sedangkan Neoplasma adalah massa abnormal dari sel-sel yang
dapat menimpa semua orang, pada setiap bagian tubuh dan pada semua golongan
umur, namun lebih sering menimpa orang yang berusia di atas 40 tahun.
kanker adalah karena adanya sel epitel yang terus berkembang (berproliferasi).
Saat berproliferasi, genetik sel bisa berubah akibat adanya pengaruh agen
proliferasi sel. Pembentukan sel menjadi ganas juga melibatkan gen-gen yang
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
mengatur pembentukan sel, akibatnya sel berkembang tidak terkendali.
ulang dalam jangka waktu yang lama. Tahap ini reversibel, artinya resiko
1.3.1 Karsinoma
Karsinoma adalah jenis kanker yang berasal dari sel yang melapisi
permukaan tubuh atau permukaan saluran tubuh, misalnya jaringan seperti kulit,
testis, ovarium, kelenjar mucus, sel melanin, payudara, leher rahim, kolon,
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
1.3.2 Limfoma
Limfoma adalah jenis kanker yang berasal dari jaringan yang membentuk
darah, misalnya jaringan limfe, lacteal, limfa, berbagai kelenjar limfe, timus, dan
sumsum tulang. Limfoma spesifik antara lain adalah penyakit Hodgkin (kanker
1.3.3 Leukemia
Leukemia adalah jenis kanker yang tidak membentuk massa tumor, tetapi
1.3.4 Sarkoma
permukaan tubuh seperti jaringan ikat, termasuk sel-sel yang ditemukan di otot
dan di tulang.
1.3.5 Glioma
epitel abnormal yang masih terbatas di daerah tertentu sehingga masih dianggap
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
1.4 Penyebab dan Faktor Resiko Kanker
Faktor resiko adalah hal yang membuat seseorang memiliki resiko yang
lebih tinggi untuk mendapatkan suatu penyakit. Beberapa faktor resiko ada yang
bisa diubah dan tidak. Faktor resiko umum kanker meliputi usia, jenis kelamin,
riwayat kanker dalam keluarga, pola hidup, dan lingkungan (Potter, 2005).
Seseorang yang mempunyai faktor resiko, tidak berarti orang tersebut pasti akan
Penyebab kanker biasanya tidak dapat diketahui secara pasti karena penyebab
tinggi untuk menderita kanker tertentu bila dibandingkan dengan keluarga lainnya
(Potter, 2005). Jenis kanker yang cenderung diturunkan dalam keluarga adalah
kanker payudara, kanker indung telur, kanker kulit dan kanker usus besar.
dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir dan ledakan bom atom yang bisa
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
1.4.3 Faktor Makanan yang Mengandung Bahan Kimia
Makanan juga dapat menjadi faktor resiko penting lain penyebab kanker,
1993). Logam berat seperti merkuri yang sering terdapat pada makanan laut yang
tercemar mempengaruhi kinerja hati menjadi lebih berat dan meningkatkan resiko
1.4.4 Virus
kanker antara lain: Virus Papilloma, berbentuk kutil alat kelamin (genitalis) dan
merupakan salah satu penyebab kanker leher rahim pada wanita (Potter, 2005).
kaposi (kanker sistem pembuluh darah yang ditandai oleh lesi kulit berwarna
1.4.5 Infeksi
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
bakteri ini menyebabkan cedera dan peradangan lambung kronis sehingga terjadi
meningkatkan resiko terkena kanker. Perilaku yang dimaksud adalah merokok dan
mengatur perkembangan sel. Kelebihan atau kekurangan salah satu dari sel ini
kanker payudara, kanker leher rahim, dan kanker prostat dan buah zakar pada pria.
Faktor kejiwaan dan emosi yang tidak stabil akan memicu stres pada sel
untuk bekerja lebih hiperaktif. Kinerja sel yang hiperaktif ini dapat menimbulkan
resiko yang tinggi terkena kanker. Semakin tinggi kinerja sel, maka semakin
banyak sel-sel yang mati. Hal ini dikarenakan siklus yang berubah dalam
regenerasi sel.
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
1.4.9 Radikal Bebas
kanker bagi individu yang terkena paparannya. Radikal bebas ini berupa gugusan
atom atau molekul yang mempunyai elektron bebas yang tidak berpasangan
proses metabolisme. Radikal bebas masuk ke dalam tubuh dalam bentuk racun-
racun kimiawi dari makanan, minuman, udara yang terpolusi dan sinar ultraviolet
tumbuhnya penyakit kanker. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan atau tidak
merasakan sakit sama sekali. Terlebih lagi bila tumor atau kanker tumbuh di
1.6 Diagnosis
Kebanyakan kanker dikenali karena tanda atau gejala tampak atau melalui
screening. Beberapa kanker ditemukan secara tidak sengaja pada saat evaluasi
terjadinya kanker. Tes ini dapat mengurangi jumlah kematian akibat kanker,
karena jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, biasanya dapat diobati
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Mendiagnosis adanya kanker dan menentukan jenisnya merupakan hal
yang sangat penting. Hal ini hampir selalu memerlukan pengambilan contoh
menanyakan sejarah medis pasien pribadi dan keluarga. Sebagai tambahan pada
darah, dan seterusnya), pasien penderita kanker biasanya melewati tes-tes darah,
ditemukan. Bila jenis kanker diketahui, akan membantu dokter dalam menentukan
kanker asalnya diobservasi. Kadang kanker asalnya tidak dapat ditemukan. Dokter
biasanya dapat menentukan jenis tumor utamanya dengan melakukan biopsi dari
bagian tubuh yang lain. Staging bisa dilakukan dengan menggunakan Scan
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
(misalnya scan hati atau tulang), Pewarnaan, CT (computed tomography) atau
2. Nyeri
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Keefe,
1996). Batasan atau defenisi nyeri yang diusulkan oleh International Association
for the Study of Pain sebagai berikut: nyeri adalah suatu pengalaman perasaan dan
orang yang mempunyai pengalaman nyeri, keberadaannya ada kapan saja saat Ia
mengatakan nyeri" (Mander, 2003). Rasa nyeri selalu subyektif sifatnya. Setiap
dalam kehidupan. Tidak dapat dipungkiri bahwa nyeri adalah perasaan tubuh atau
Suddarth, 2001).
Teori nyeri yang diterima saat ini salah satunya adalah teori Gate Control.
Menurut teori ini, sensasi nyeri dihantar sepanjang saraf sensoris menuju ke otak
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
dan hanya sejumlah sensasi atau pesan tertentu dapat dihantar melalui jalur saraf
Teori Gate Control menyatakan bahwa sinaps pada akar dorsal yang
meningkatkan atau menurunkan rangsang nyeri dari saraf perifer ke otak. Gerbang
ini terbuka atau tertutup tergantung input dari serabut saraf besar dan kecil.
serabut saraf besar akan menutup pintu gerbang sehingga sensasi nyeri tidak
pada sentuhan ringan dan atau rangsang pergerakan (Isselbacher et all, 1999),
merupakan serat saraf spinalis bermielin dengan ambang tinggi dan berkecepatan
antara 30-90 meter perdetik dalam menghantarkan impuls sedangkan serabut serat
menghantarkan impuls pada kecepatan rendah yaitu antara 6-30 meter perdetik
sedangkan serabut saraf C yang tidak bermielin memiliki kecepatan konduksi 0,5-
20 meter perdetik (Guyton, 1990). Serabut saraf A-Delta dan C berespons secara
maksimal terhadap nyeri. Pada mekanisme teori ini, serabut saraf A-Beta yang
diaktifkan, serabut saraf ini akan berlomba dengan serabut saraf A-Delta maka
gerbang akan tertutup bagi impuls nyeri pada serabut saraf A-Delta sehingga
memblok impuls nyeri. Bila gerbang tertutup impuls nyeri terhambat, bila gerbang
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
terbuka sebagian, beberapa impuls nyeri dapat masuk. Bila gerbang terbuka maka
2.2.Klasifikasi Nyeri
Sumber nyeri bisa berasal dari mana saja yaitu kulit, ligamen, otot dll.
a. Cutaneus/ superfisial
Deep somatic/ nyeri dalam adalah nyeri yang muncul dari ligament,
pembuluh darah, tendon dan saraf. Nyeri menyebar & lebih lama daripada
rongga abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot,
Nyeri yang dialami oleh pasien dapat disebabkan hal-hal tertentu, oleh
karena itu berdasarkan penyebabnya, nyeri dapat dibedakan atas 2 kategori, yakni:
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
a. Fisik
dari bagian tubuh seseorang dan ini terjadi karena stimulus fisik serta nyeri ini
dapat dilihat secara langsung dari morfologi tubuh yang berubah (Contoh: fraktur
femur)
b.Psycogenic
Lama/durasi nyeri yang dialami oleh pasien sangat beraneka ragam, hal ini
tentu sangat mengganggu aktivitas dari penderita nyeri tersebut. Untuk itulah
dibedakan atas:
a. Nyeri akut
melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak
menyenangkan selama enam bulan atau kurang (Carpenito, 1998). Nyeri yang
terjadi segera setelah tubuh terkena cidera atau intervensi bedah dan memiliki
awitan yang cepat, dengan intensitas bervariasi dari berat sampai ringan . Fungsi
nyeri ini adalah sebagai pemberi peringatan akan adanya cidera atau penyakit
yang akan datang. Nyeri ini terkadang bisa hilang sendiri tanpa adanya intervensi
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
medis, setelah keadaan pulih pada area yang rusak. Apabila nyeri akut ini
nyeri. Nyeri akut secara serius mengancam proses penyembuhan pasien, untuk itu
- Batasan Karakteristik :
topeng, fokus menyempit, melaporkan adanya nyeri, adanya bukti nyeri, posisi
menghindari nyeri, perilaku melindungi, dilatasi pupil, fokus pada diri sendiri,
rendah (perubahan persepsi waktu, menarik diri dari hubungan sosial, gangguan
proses fikir), perilaku distraksi (mengerang, menangis, dll), raut wajah kesakitan
(wajah kuyu, meringis), perubahan tonus otot, respon autonom seperti diaforesis,
perubahan tekanan darah dan nadi, dilatasi pupil, penurunan atau peningkatan
b. Nyeri Kronis
biasanya berlangsung lebih dari enam bulan. Nyeri ini disebabkan oleh kanker
yang tidak terkontrol. Nyeri ini bisa berlangsung terus sampai kematian. Sifat
nyeri kronis yang tidak dapat diprediksi membuat pasien menjadi frustasi dan
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
kronis akan timbul perasaan yang tidak aman, karena ia tidak pernah tahu apa
- Batasan Karakteristik :
Karakteristik nyeri kronis terbagi dalam dua golongn, yakni mayor (harus
terdapat) dicirikan dengan individu melaporkan bahwa nyeri telah ada lebih dari 6
frustasi, depresi karena situasi, raut wajah kesakitan, anoreksia, penurunan berat
Berikut ini adalah tabel perbedaan nyeri akut dengan nyeri kronis:
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
2.2.4 Berdasarkan Lokasi/Letak
di dekatnya.
Menurut Torrance & Serginson (1997), ada tiga jenis sel saraf dalam
proses penghantaran nyeri yaitu sel saraf aferen atau neuron sensori, serabut
konektor atau interneuron dan sel saraf eferen atau neuron motorik. Sel-sel saraf
nosiseptor dan sangat khusus dan memulai implus yang merespon perubahan fisik
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
P, dan enzim proteolitik. Zat-zat kimia ini akan mensensasi ujung saraf dan
Serabut saraf perifer yang membawa sensasi ke otak dibedakan atas tiga
bentuk, serabut saraf A-alfa dan A-beta yaitu serabut saraf besar yang bermielin.
Serabut saraf A-delta adalah serabut saraf halus, bermielin. Serabut saraf C, tidak
dibungkus oleh mielin. Serabut ini halus dan hantarannya lambat yang membawa
Agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada sistem asenden harus
diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak
dalam kulit dan organ internal, terdapat interkoneksi neuron dalam kornu dorsalis
2.4.1 Usia
respon rasa nyeri. Seorang anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga
perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang
melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada
nyeri adalah hal yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
2.4.2 Jenis kelamin
2.4.3 Kultur
ternadap nyeri. Suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat
yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak
2.4.5 Ansietas
menyebabkan seseorang cemas. Hal ini merupakan hubungan timbal balik yang
dapat dialami penderita nyeri. Bayangan akan rasa nyeri yang hebat tentu saja
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat
ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya.
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu
perlindungan. Dengan cara pemberian pemahaman tentang apa yang akan dialami
dan kesembuhan yang akan diperoleh setelah menjalani terapi dapat lebih efektif
dalam proses mengatasi nyeri yang dialami oleh pasien (Gill, 1990).
Menurut Perry & Potter (1993), nyeri tidak dapat diukur secara objektif
misalnya dengan X-Ray atau tes darah. Namun tipe nyeri yang muncul dapat
mengkaji nyeri dengan berpatokan pada ucapan dan perilaku pasien. Pasien
ringan, sedang atau berat. Bagaimanapun makna dari istilah tersebut berbeda
antara pasien dan perawat. Tipe nyeri tersebut juga berbeda pada setiap waktu,
oleh karena itu perlu dilakukan waktu pengukuran yang berbeda. Misalnya
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
pengukuran nyeri pada saat belum dilakukan terapi dan setelah pemberian terapi
skala nyeri tidak hanya berguna dalam mengkaji beratnya nyeri, tetapi juga dalam
Ada 3 cara mengkaji intensitas nyeri yang biasanya digunakan, antara lain:
Digunakan garis 10 cm batas antara daerah yang tidak sakit ke sebelah kiri
dan daerah batas yang paling sakit (Mc Kinney et al, 2000).
Sama dengan VAS hanya diberi skor 0-10 daerah yang paling sakit dan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No pain Mild pain Moderate pain Worst possible
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
2.5.3 Kategori sakit
Pada pengukuran nyeri dengan kategori sakit, nyeri terbagi atas tidak sakit,
ringan, moderat, sangat sakit, sakit sekali (very severe) dan sakit yang tak dapat
dibayangkan.
No worst pain Mild possible Moderate pain Severe pain Very pain Worst pain imaginable
Intensitas nyeri mengacu pada kehebatan sensasi nyeri itu sendiri (Stewart,
1996). Untuk menentukan derajat nyeri, perawat dapat menanyakan anda tentang
nyeri yang dirasakan dengan menggunakan skala numerik 0-10 atau skala yang
(Shone, 1995). Nyeri yang ditanyakan pada skala tersebut adalah sebelum dan
al, 2000).
rating scale ialah bentuk tes yang menghendaki jawaban yang berupa uraian
bahasa. Jawaban atau respon yang dimaksud dapat diproyeksikan berupa bahasa
yang diucapkan (oral = lisan), dan dapat pula dinyatakan dengan bahasa tulisan
(Ramali, 2000).
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
3. Terapi Perilaku kognitif(CBT/ Cognitif Behavior Theraphy)
emosi negatif sebagai contoh penafsiran yang tidak akurat terhadap peristiwa
nyeri (Priharjo, 1993). Terapi kognitif perilaku secara umum juga meliputi teknik
relaksasi dan pengalihan perhatian. Telah terbukti terapi kognitif perilaku telah
diterima secara luas, karena efektif terhadap psikoterapi pada yang mengalami
Kognitif adalah proses pemikiran kita yang meliputi ide, keadaan mental,
kepercayaan, dan sikap, terapi kognitif didasarkan pada prinsip yang berfikir
secara pasti untuk mengidentifikasi adanya bahaya dan situasi yang tidak dapat
lain-lain, tapi terdapat masalah lain yaitu masalah fisik, terapi ini membantu
beberapa bahaya yang akan muncul dan tidak dapat tertahankan, dan ide atau
pemikiran yang salah untuk mengubah cara berfikir dengan menghindari ide-ide
itu juga menolong pola berfikir seseorang untuk lebih realistis (Priharjo, 1993).
Terapi perilaku bertujuan untuk merubah perilaku yang dapat membahayakan bagi
penderita nyeri kronis dan nyeri yang tidak dapat ditoleransi. Ada beberapa teknik
menimbulkan cemas. Pada beberapa perilaku orang dengan keadaan fobia dapat
jenis terapi perilaku disebut terapi pembukaan yang mungkin dapat digunakan.
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Terapi ini mengajarkan seseorang bagaimana mengontrol cemas dan memiliki
contoh, dengan menggunakan tarik nafas dalam dan beberapa teknik lainnya
(Priharjo, 1993).
relaksasi, manajemen stres, dan beberapa cara untuk membantu koping seseorang
terhadap nyeri. Terapi perilaku kognitif didasarkan pada pola pemikiran dan
kronis mulai akrab merasakan nyeri atau takut, pasien mungkin mempunyai indra
dapat mendorong seseorang untuk merubah cara dan respon terhadap gejala yang
dapat membantu pada penyakit kronis dengan merubah cara berfikir terhadap
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
3.3. Indikasi Terapi Perilaku Kognitif
pada masalah khusus dan bertujuan untuk mengatasi pola perilaku menyimpang
dari pasien penderita nyeri, yang ditandai dengan serangan panik, gangguan panik,
gangguan stress setelah trauma, kemarahan, masalah dalam tidur, syndrom lemah
kronis, nyeri kronis, fobia. Terapi perilaku kognitif kadang digunakan secara
sendiri dan kadang digunakan dengan tambahan obat tergantung dari tipe dan
membantu pasien penderita nyeri agar dapat mengendalikan masalah nyeri yang
dialaminya. Hal ini membuat pasien lebih mudah untuk bisa keluar dari masalah
nyeri yang sedang dialami yang dapat mempengaruhi pasien penderita nyeri
(Priharjo, 1993).
yang sulit dapat diikuti oleh pikiran, emosi, perasaan, tindakan dan tingkah laku.
Masing-masing bagian itu dapat mempengaruhi satu sama lain. Bagaimana cara
pasien merasakannya secara fisik dan secara emosional hal tersebut juga dapat
merubah hal yang akan anda lakukan mengenai nyeri tersebut (Tamsuri, 2007).
Siklus keadaan ini akan membuat seseorang merasa takut, situasi itu dapat
dimulai dengan perasaan tidak senang terhadap sesuatu pada dirinya sendiri. ini
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
terjadi ketika kita tertekan, kita mungkin lebih menyimpulkan sesuatu dengan
ekstrem. Terapi perilaku kognitif dapat membantu seseorang untuk berhenti dari
siklus keadaan seperti diatas yaitu berhubungan dengan pemikiran, perasaan dan
Terapi relaksasi dan distraksi adalah merupakan bagian dari terapi perilaku
kognitif hal ini dikarenakan kedua metode ini sama-sama merupakan jenis terapi
membuat pasien penderita nyeri dapat mengendalikan rasa nyeri yang dialaminya.
Hal ini tentu sangat berguna dalam proses penyembuhan dan penghilangan
terhadap rasa cemas, takut, dan perilaku menyimpang yang dapat merugikan
yang efektif terutama pada pasien yang mengalami nyeri kronis (McCaffery,
1989).
Efek positif relaksasi pada anda yang menderita nyeri kronis adalah,
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
koping terhadap nyeri, meningkatkan efektifitas terhadap tindakan lain untuk
Ada tiga hal utama yang diperlukan dalam relaksasi, yaitu : posisi yang
tepat, pikiran beristirahat, lingkungan yang tenang. Posisi pasien diatur senyaman
mungkin dengan semua bagian tubuh disokong (misal; bantal menyokong leher),
persendian fleksi, dan otot-otot tidak tertarik (misal; tangan dan kaki tidak
sepanjang jendela, dll. Membuat kondisi lebih nyaman, pasien dianjurkan sedikit
berikut:
dengan udara
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
d.Pasien menarik napas dalam lagi dan menghembuskan pelan-pelan
dan membiarkan hanya kaki dan telapak kaki yang kendor. Perawat
kemudian lemaskan
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
5. Terapi Distraksi dalam Penanganan Nyeri
stimulus yang lain (Tamsuri, 2007). Priharjo (1993) mengatakan, teknik distraksi
stimulus nyeri. Jika seseorang menerima input sensori yang berlebihan dapat
endorfin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh pasien menjadi berkurang.
individu, banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam
stimulasi, oleh karena itu, stimulasi otak akan lebih efektif dalam menurunkan
perhatian pasien terhadap rasa nyeri yang dialaminya, jenis teknik distraksi itu
antara lain :
mengurangi stress dan meningkatkan perasaan tenang dan damai serta merupakan
obat penenang untuk situasi yang sulit dalam kehidupan. Imajinasi terbimbing
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
atau imajinasi mental merupakan suatu teknik untuk mengkaji kekuatan pikiran
saat sadar maupun tidak sadar untuk menciptakan bayangan gambar yang
sehingga manfaat dari teknik ini pada umumnya sama dengan manfaat dari teknik
distraksi yang lain. Para ahli dalam bidang teknik imajinasi terbimbing
(Holistic-online,2006).
Teknik ini ditemukan oleh psikoleuner. Pada teknik ini pasien dianjurkan
sumber konflik.
2. Autogenic Abeaction
Dalam teknik ini pasien diminta untuk memilih sebuah perilaku negatif
yang ada dalam pikirannya kemudian pasien mengungkapkan secara verbal tanpa
batasan. Bila berhasil akan tampak perubahan dalam hal emosional dan raut muka
pasien
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
3. Covert sensitization
bahwa proses imajinasi dapat dimodifikasi berdasarkan pada prinsip yang sama
imajinasi terbimbing yaitu Guided Walking Imagery. Teknik yang dilakukan yaitu
yang indah dan sejuk seperti sedang berada di pegunungan atau di tepi pantai,
dan lain-lainnya.
yang disayangi.
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
efektivitas dari dua jenis terapi, yakni terapi perilaku kognitif relaksasi dan terapi
yang diawali dengan pemeriksaan kondisi awal atau sebelum dilakukannya terapi
serta konsekuensinya pada perilaku. Jadi bila ingin mengubah perilaku yang
maladaptif dari manusia, maka tidak hanya sekedar mengubah perilakunya saja,
berbagai prosedur pelatihan, termasuk di dalamnya antara lain terapi relaksasi dan
distraksi.
terutama pasien dengan nyeri kronis. Nyeri merupakan suatu keadaan subjektif
dimana seseorang memperlihatkan rasa tidak nyaman secara verbal atau non
verbal.
sebelum dan setelah pasien mendapatkan terapi perilaku kognitif relaksasi dan
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
terapi perilaku kognitif distraksi pada pasien nyeri kronis yang dilakukan oleh
peneliti.
Terapi perilaku
kognitif:
Relaksasi Pre Test
Nyeri
Kronis
Terapi perilaku Post Test
kognitif:
Distraksi
sehingga klien merasa nyeri berkurang. Terapi ini dilakukan selama 3 minggu dan
didalam satu minggu dilakukan 3 kali terapi dengan durasi terapi lebih kurang 40
menit.
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Terapi perilaku kognitif distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian
terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Teknik distraksi dapat mengatasi nyeri
terapi distraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mendengarkan
musik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengalihkan perhatian pasien seperti
mendengar musik klasik. Terapi ini dilakukan selama 3 minggu dan didalam satu
minggu dilakukan 3 kali terapi dengan durasi terapi lebih kurang 30 menit sampai
1 jam (Arikunto, 1998). Dalam penelitian ini teknik distraksi yang digunakan
nyeri kronis.
nyeri kronis.
nyeri kronis.
nyeri kronis.
5. Terdapat perbedaan intensitas nyeri pada pasien nyeri kronis sebelum dan
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen, pre
test, post test desain pada kedua kelompok intervensi yang bertujuan untuk
menjalani masa pengobatan dan dirawat di ruang Rindu B2 RSUP H. Adam Malik
Medan.
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan nyeri kronis yang
derajat ketetapan (α = level of significant) sebesar 0,05 dan effect size sebesar 0,60
power 0,80 sehingga didapatkan besar sampel 16 orang (Polit & Hungler, 1999)
dari total tersebut maka dikategorikan menjadi dua yakni sampel yang
purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel sesuai dengan yang
populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2003), yaitu sampel yang
diambil adalah sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun kriteria
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
inklusi yang ditentukan dalam penelitian yaitu panik, depresi, gangguan makan,
trauma, kemarahan, masalah dalam tidur, syndrom lemah kronis, nyeri kronis,
fobia.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan tepatnya di ruang Rawat Inap B2 RSUP H. Adam Malik Medan. Alasan
peneliti memilih rumah sakit ini karena rumah sakit tersebut merupakan rumah
sakit pendidikan dan diperkirakan jumlah populasi yang cukup banyak sehingga
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2009 dan membutuhkan
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari program studi ilmu
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Menurut Nursalam (2003),
ada beberapa pertimbangan etik yang harus diperhatikan pada penelitian ini, yaitu:
1. Self Determination
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
2. Ananomity
3. Informed Consent
4. Confidentiality
Responden bebas dari rasa sakit, baik secara fisik dan tekanan psikologis
diluar dari nyeri kronis yang tengah dialami. Apabila nyeri pasien kanker
nyeri kronis bertambah hebat, maka terapi segera dihentikan dan melapor
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data demografi
dan kuisioner skala pengukuran nyeri. Data demografi terdiri dari umur, jenis
kelamin, suku dan agama. pada kuesioner skala pengukuran intensitas nyeri
menggunakan verbal numerical rating scale. Terdiri dari skor 0 – 10 daerah yang
paling sedikit dan kemudian diberi skala. Mulai dari skor ( 0 – 1) tidak ada nyeri,
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
4.6 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam mendukung penelitian ini adalah
yang akan dilakukan. Peneliti memilih imajinasi terbimbing sebagai alat dalam
menggunakan MP4 (Multimedia Player 4) yakni sejenis alat elektronik yang bisa
data yang dapat diukur maka peneliti telah menyediakan angket atau kuesioner
dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
diketahuinya.
distraksi dan relaksasi selanjutnya, hal ini dilakukan selama 10 menit. Kemudian
tahap kedua pemberian terapi relaksasi diakhiri dengan diskusi dan evaluasi
selama 30 menit. Pelaksanaan terapi relaksasi ini dilakukan oleh peneliti sendiri
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
memberikan terapi distraksi tentang pengetahuan nyeri menurut literatur dan
distraksi selanjutnya, hal ini dilakukan selama 10 menit. Kemudian tahap kedua
pemberian terapi distraksi diakhiri dengan diskusi dan evaluasi selama 30 menit.
Pelaksanaan terapi distraksi ini dilakukan oleh peneliti sendiri dan dilakukan
Medan.
(3) Setelah mendapat izin dari rumah sakit, peneliti melakukan pengumpulan
data penelitian.
(4) Menjelaskan kepada calon responden dan keluarga calon responden tentang
persetujuan.
selama 40 menit.
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
(8) Peneliti memberikan terapi perilaku kognitif distraksi yaitu berupa
selama 40 menit.
(9) Setelah terapi selesai, peneliti meminta kembali kepada responden untuk
(10) Data yang didapatkan merupakan hasil terapi yang dilakukan terhadap 1
orang responden sebanyak 3 kali yakni sebelum terapi, pada saat terapi dan
setelah terapi.
(1) Persiapan yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas data responden
(2) Tabulasi yaitu mengklarifikasi data dengan mentabulasikan data yang telah
dikumpulkan.
deskriptif (nilai rata – rata, standar deviasi, frekuensi dan persentase) dan uji
inferensial (paired sample t-test) dan independen sample t-test. Uji Paired sampel
t-test digunakan untuk membandingkan intensitas nyeri pre dan post relaksasi,
nyeri post relaksasi, jika dari kedua uji tersebut diperoleh nilai P < 0,05 maka
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Analisa data terapi distraksi dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu :
(1) Persiapan yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas data responden
(2) Tabulasi yaitu mengklarifikasi data dengan mentabulasikan data yang telah
dikumpulkan.
deskriptif (nilai rata – rata, standar deviasi, frekuensi dan persentase) dan uji
inferensial (paired sample t-test) dan independen sample t-test. Uji Paired sampel
t-test digunakan untuk membandingkan intensitas nyeri pre dan post distraksi,
nyeri post distraksi, jika dari kedua uji tersebut diperoleh nilai P < 0,05 maka
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
BAB 5
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian efektivitas terapi perilaku
kognitif (Cognitive Behavior Therapy) relaksasi dan distraksi pada pasien kanker
dengan nyeri kronis di RSUP H Adam Malik Medan. Penelitian ini dilaksanakan
mulai dari tanggal 30 Juli sampai dengan 3 Agustus 2009 di RSUP H Adam Malik
sesudah terapi relaksasi dan distraksi serta perbedaan intensitas nyeri antara terapi
Jumlah responden dalam penelitian ini lebih dari dua perlima adalah
berusia 35-44 tahun (43.8%, n=7) dan mayoritas responden adalah perempuan
(81.2%, n=13). Lebih dari tiga perlima dari jumlah responden menganut agama
Kristen (67.3%, n=9) sedangkan sisanya adalah agama Islam yaitu (43.8%, n=7).
adalah SMU (37.5%, n=6), dan hampir setengah responden adalah ibu rumah
tangga (43.8%, n=7). Jenis kanker yang paling banyak diderita oleh responden
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Karakteristik responden di RSUP H Adam Malik Medan
(N=16)
No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
1 Usia
21-34 tahun 3 18.8
35-44 tahun 7 43.8
45-60 tahun 6 37.5
2. Jenis Kelamin
Laki-laki 3 18.8
Perempuan 13 81.2
3. Agama
Islam 7 43.8
Kristen Protestan 7 43.8
Kristen Katolik 2 12.5
Hindu - -
Budha - -
4. Pendidikan Terakhir
Tidak Sekolah - -
SD 1 6.2
SMP 5 31.2
SMU 6 37.5
Diploma/Perguruan 4 25.0
Tinggi - -
5. Suku
Batak 10 62.5
Jawa 2 12.5
Mandailing 3 18.8
Minang 1 6.2
6. Jenis kanker
Payudara 7 43.8
Serviks 3 18.8
Tiroid 2 12.6
Lain-lain 4 25.0
5.1.2 Intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi relaksasi pada pasien kanker nyeri
kronis
nyeri yang dirasakan. Berdasarkan pengukuran nyeri yang dilakukan sebelum terapi,
lebih dari sepertiga responden menunjukkan nyeri pada rentang 8-10 (berat) (37.5%,
M=6.38, SD=2.13). Sedangkan sesudah terapi, nyeri yang dirasakan oleh responden
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
berkurang skalanya sehingga nyeri pada rentang 8-10 (berat) adalah 0% (M=3.75,
SD=1.58). Hasil pengukuran intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi relaksasi lebih
Tabel 3. Hasil Pengukuran Intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi relaksasi
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa intensitas nyeri
nyeri ini diperoleh dari pengukuran nyeri sebelum dan sesudah terapi relaksasi
dengan menggunakan uji paired t-test. Hasil rata – rata uji paired t-test ini adalah
2.625 dan Standard deviasinya 0.916. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai p<0.05
hasil uji paired t-test tersebut diketahui bahwa terapi relaksasi efektif terhadap
penurunan intensitas nyeri. Hasil uji paired t-test untuk intensitas nyeri sebelum
Tabel 4. Hasil Uji Paired t-test untuk Intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi
relaksasi
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Intensitas nyeri 2.625 0.916 8.104 0.000
5.1.3 Intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi distraksi pada pasien kanker nyeri
kronis
responden. Dari hasil pengukuran diperoleh bahwa lebih dari sepertiga responden
menunjukkan nyeri pada rentang 8-10 (berat) (37.5%, M=6.38, SD=2.13) dan hanya
seperdelapan responden menunjukkan nyeri pada rentang 2-4 (ringan) (12.5%, M=6.38,
SD=2.13). Sedangkan sesudah dilakukan terapi diperoleh bahwa jumlah responden yang
menunjukkan skala nyeri pada rentang 8-10 (berat) menjadi tidak ada (0%, M=3.75,
SD=1.58), dan jumlah responden pada rentang nyeri 2-4 (ringan) bertambah hingga lebih
dari tiga perlima (62.5%, M=3.75, SD=1.58). Hasil Pengukuran Intensitas nyeri sebelum
dan sesudah terapi distraksi lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Pengukuran Intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi distraksi
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa intensitas nyeri yang
dirasakan pasien menurun sesudah terapi distraksi diberikan. Penurunan nyeri ini
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
diperoleh dari pengukuran nyeri sebelum dan sesudah terapi distraksi dengan
menggunakan uji paired t-test. Hasil rata – rata uji paired t-test ini adalah 2.375 dan
Standard deviasinya 0.518. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai p<0.05 (0.000) yang
berarti terdapat perbedaan yang signifikan/bermakna. Maka dari hasil uji paired t-test
tersebut diketahui bahwa terapi relaksasi efektif terhadap penurunan intensitas nyeri.
Hasil uji paired t-test untuk Intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi distraksi dapat
Tabel 6. Hasil Uji Paired t-test untuk Intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi
distraksi
5.1.4 Perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi relaksasi dan distraksi
diperoleh bahwa sebanyak seperempat responden menunjukkan nyeri pada rentang 2-4
(ringan) (25%), tiga perdelapan responden menunjukkan nyeri pada rentang 5-7
(sedang) (37.5%), dan sisanya menunjukkan nyeri pada rentang 8-10 (berat) (37.5%).
Sesudah terapi relaksasi diberikan, pengukuran intensitas nyeri dilakukan kembali. Dari
hasil pengukuran nyeri tersebut diperoleh bahwa tiga perlima responden menunjukkan
intensitas nyeri pada rentang 2-4 (ringan) (62.5%). Jumlah responden ini bertambah jika
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
responden yang menunjukkan intensitas nyeri pada rentang 5-7 (sedang) adalah 37.5%
dan responden yang menunjukkan intensitas nyeri pada rentang 8-10 (berat) menjadi
tidak ada (0%). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah responden yang menunjukkan nyeri
pada rentang 8-10 (berat) berkurang, untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada tabel3.
dilakukan diperoleh bahwa sebanyak 12.5% responden menunjukkan nyeri pada rentang
2-4 (ringan), setengah responden menunjukkan nyeri pada rentang 5-7 (sedang) (50%),
dan sisanya menunjukkan nyeri pada rentang 8-10 (berat) (37.5%). Sesudah terapi
distraksi diberikan, pengukuran intensitas nyeri juga dilakukan kembali. Dari hasil
intensitas nyeri pada rentang 2-4 (ringan) (62.5%). Hasil pengukuran ini menunjukkan
bahwa responden yang menunjukkan intensitas nyeri pada rentang 2-4 (ringan)
bertambah. Jumlah responden yang menunjukkan intensitas nyeri pada rentang 5-7
(sedang) adalah 37.5%, dan pada rentang 8-10 (berat) menjadi 0%, untuk lebih jelasnya
Dari hasil pengukuran nyeri yang dirasakan responden sebelum dan sesudah
dilakukan terapi relaksasi dan distraksi diperoleh bahwa jumlah responden pada rentang
nyeri 2-4 (ringan) bertambah hingga 62.5% baik pada terapi relaksasi maupun distraksi.
Sedangakan responden yang mengalami nyeri berat sebelum diberikan terapi relaksasi
dan distraksi adalah sebanyak 37.5%, dan sesudah diberikan terapi menjadi 0%. Hasil
analisa data ini menunjukkan bahwa terapi relaksasi dan distraksi sama-sama efektif
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
tetapi tidak ditemukan perbedaan pada tingkat keefektifan kedua terapi tersebutl, untuk
Tabel 7. Perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi relaksasi dan distraksi
pada pasien kanker nyeri kronis
Untuk melihat perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi relaksasi
dan distraksi pada pasien kanker nyeri kronis digunakan uji independen test. Tabel 7
hanya memaparkan intensitas nyeri sebelum dan sesudah terpai ralaksasi dan distraksi.
Pada tabel 8 terlihat hasil uji independen t-tes dengan nilai rata-rata terapi relaksasi
sebelum 6.38 dengan SD=2.134 dan sesudah 3.75 dengan 1.581. Sedangkan pada terapi
Tabel 8. Hasil Uji Independen t-test untuk Intensitas nyeri sebelum dan sesudah
terapi relaksasi dan distraksi
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Dari hasil uji independen t-tes pada tabel 8diperoleh nilai p sebelum terapi
relaksasi dan distraksi 0.896 (p>0,05) dan sesudah 0.868 (p<0.05). Dengan demikian
dapat disimpulkan, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara terapi relaksasi
5.2 Pembahasan
adalah perempuan (81.2%) namun menurut Gill (1990) tidak ada perbedaan yang
signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam merespon nyeri. Usia responden
dalam penelitian ini lebih dari setengah berada pada rentang usia 35-44 tahun
(43.8%) yang adalah kelompok usia dewasa yang mana berdasarkan pendapat Gill
(1990) orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan
terhadap nyeri yang dirasakannya. Individu dapat merespon nyeri dengan kegiatan
spiritual seperti berdoa, beribadah, dan kegiatan spiritual lainnya. Kurang dari dua
pendidikan juga mempengaruhi individu dalam merespon nyeri. Hal ini terkait
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
dikarenakan kanker dan jenis kanker yang lebih dominan adalah kanker payudara
(43.8%). Lima perdelapan responden adalah suku batak (62.5%). Suku batak
Hal ini didukung oleh Gill (1990) yang menyatakan bahwa orang belajar dari
menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena
mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
5.2.2 Intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi relaksasi pada pasien kanker
nyeri kronis
responden berkurang skalanya sehingga nyeri pada rentang 8-10 (berat) adalah
menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan. Karena terapi relaksasi adalah teknik
persepsi seseorang terhadap nyeri yang dirasakan. Hal ini merupakan hubungan
timbal balik yang dapat dialami penderita nyeri. Bayangan akan rasa nyeri yang
hebat tentu saja membuat cemas. Terapi relaksasi ini merupakan metode yang
efektif terutama pada pasien yang mengalami nyeri kronis (McCaffery, 1989).
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
5.2.3 Intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi distraksi pada pasien kanker
nyeri kronis
menunjukkan nyeri pada rentang 8-10 (berat) (37.5%, M=6.38, SD=2.13) dan
jumlah responden yang menunjukkan skala nyeri pada rentang 8-10 (berat)
menjadi tidak ada (0%, M=3.75, SD=1.58), dan jumlah responden pada rentang
nyeri 2-4 (ringan) bertambah hingga lebih dari tiga perlima (62.5%, M=3.75,
SD=1.58). Hasil ini menunjukkan bahwa intensitas nyeri menurun setelah terapi
pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Teknik
5.2.4 Perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi relaksasi dan distraksi
Dari hasil penelitian pada terapi relaksasi yang dianalisa dengan uji paired t-
test, secara signifikan terdapat penurunan intensitas nyeri pada responden tersebut
dengan nilai p<0,05 yaitu 0,000. Hasil ini juga didukung oleh pendapat
McCaffery (1989) bahwa terapi relaksasi ini merupakan metode yang efektif
dalam menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan pasien terutama pada pasien
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
skeletal dan menurunkan kecemasan sehingga pasien lebih relaks dan fokus
terhadap nyeri yang dirasakannya berkurang (Ramali, 2000). Efek positif terapi
relaksasi pada pasien yang menderita nyeri kronis adalah memperbaiki kualitas
meningkatkan kepercayaan diri dan self control dalam koping terhadap nyeri,
Berdasarkan hasil uji paired t-tes pada responden yang mendapatkan terapi
p<0,05 yaitu 0,000. Hasil ini didukung oleh pendapat Priharjo (1993) bahwa
stimulus nyeri.
endorfin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh pasien menjadi berkurang.
individu, banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam
stimulasi, oleh karena itu, stimulasi otak akan lebih efektif dalam menurunkan
signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p>0,05 yaitu 0.868. Dari hasil ini
dapat dibuat analisa bahwa tidak ada perbedaan antara terapi relaksasi dengan
distraksi dalam menurunkan intensitas nyeri dan kedua terapi sama-sama efektif
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
dalam menurunkan intensitas nyeri. Terapi relaksasi dan distraksi adalah
merupakan bagian dari terapi perilaku kognitif hal ini dikarenakan kedua metode
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Therapy) Relaksasi dan Distraksi Pada Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji paired t-test, terdapat perbedaan yang bermakna pada
nilai p<0.05 yaitu 0.000. Sedangkan pada kelompok responden yang mendapatkan
terapi distraksi diperoleh nilai p<0.05 yaitu 0.000 yang artinya ada terdapat
perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah terapi. Hasil uji
independen t-test sebelum dan sesudah terapi relaksasi dan distraksi menunjukkan
nilai p>0.05 yaitu 0.896 dan 0868. yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang
nyeri.
Dari hasil kedua uji di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa terapi relaksasi
dan distraksi sama- sama efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pada pasien
kanker dan tidak ada perbedaan keefektifan antara kedua terapi tersebut.
2. Rekomendasi
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang baru
dalam penekanan materi terutama sebagai terapi modalitas dunia pendidikan
keperawatan
2.2 Bagi Praktek Keperawatan
(Cognitive Behavior Therapy) relaksasi dan distraksi pada pasien kanker dengan
nyeri kronis maka diharapkan perawat dapat menjadi motivator dan fasilitator
bagi pasien kanker dengan nyeri kronis demi membantu menurunkan nyeri yang
penelitian ini mempunyai kelemahan yaitu lama pelaksanaan terapi hanya 3 kali
terapi dapat dilakukan selama 3 minggu dan didalam satu minggu dilakukan 3 kali
terapi. Hasil penelitian juga ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
penelitian selanjutnya dengan topik dan ruang lingkup yang sama dengan
penelitian ini.
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1998. Prosedur suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Benedetti, 1996. Review of Medical Physiology, 6th Ed., Lange Medical Publ.
Beta, L.C. & Sowden, A.L. 2002. Keperawatan Pediatric : Ahli Bahasa, Yan
Tambayong ; editor edisi Bahasa Indonesia, Sari Kurnia Ningsih, Manica
este, Jakarta : EGC.
Carpenito, L.J. (1995) Diagnosa keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis (ed.
Indonesia). Ed. 6 Jakarta: EGC.
Donny, Arif. 2009. Kapita selekta kedokteran Jilid 1 Edisi ke tiga. Jakarta: Media
Aesculapius.
Dharmono, 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.:
Balai Penerbit FKUI.
Isselbachter et all, 1999. Review of Medical Physiology, 6th Ed., Lange Medical
Publ.
Keefe, F.J. (1996) Cognitive Behavioral Therapy For Managung The Clinical
Psychologist, 49 (3), 4-5.
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Kozier, B. Et. All. 1991. (5th edition). Fundamental of Nursing Concepts
Processan Practise. Canada : Eddison – Wasley.
Muttaqin, 2008. Pocket Guide to Basic Skill and Procedurs. St Louis, The CV
Mosby Company
Potter, P.A. & Perry. A.G. 2005. Fundamental of nursing : concepts, process and
practice. St. Lois Missiouri : Mosby Company.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2001, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah,
Brunner and Suddarth. (8th edition) : editor, Suzanne. C. Smeltzer, Brenda
G. Bare ; Ahli Bahasa, Agung Waluyo, dkk, editor bahasa Indonesia,
Monica Ester, Ellen Pangabean. Jakarta : EGC.
Suddarth & Brunner, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Jakarta :EGC
Wong, D.L. Waley, L.F. 1999. Nursing Care of Infant and Children. St. Louis
Missouri : Mosby Company.
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Lampiran 1
Oleh :
Jihan Rabi’al
Tanda tangan
Tanggal :
No. Respondnen :
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk Pengisian
Bapak/Ibu diharapkan :
1. Menjawab tiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda
contreng (√ ) pada tempat yang disediakan.
2. Semua pernyataan diharapkan dijawab.
3. Bila ada yang kurang mengerti dapat ditanyakan pada peneliti.
A. Data Demografi
Kode (di isi peneliti) :
Usia responden : tahun
Jenis kelamin : ( ) Laki-laki
( ) Perempuan
Jenis kanker :
B. Pengukuran Nyeri
Verbal Numerical Rating Scale (VNRS)
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Sama dengan VAS hanya diberi skor 0 – 10 daerah yang paling sakit dan
kemudian diberi skala.
1. Intensitas nyeri yang dirasakan sebelum terapi perilaku kognitif relaksasi
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tdk ada Nyeri Nyeri sedang Nyeri berat
nyeri minimal
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tdk ada Nyeri Nyeri sedang Nyeri berat
nyeri minimal
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk Pengisian
Bapak/Ibu diharapkan :
1. Menjawab tiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda
contreng (√ ) pada tempat yang disediakan.
2. Semua pernyataan diharapkan dijawab.
3. Bila ada yang kurang mengerti dapat ditanyakan pada peneliti.
C. Data Demografi
Kode (di isi peneliti) :
Usia responden : tahun
Jenis kelamin : ( ) Laki-laki
( ) Perempuan
Jenis Kanker :
D. Pengukuran Nyeri
Verbal Numerical Rating Scale (VNRS)
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Sama dengan VAS hanya diberi skor 0 – 10 daerah yang paling sakit dan
kemudian diberi skala.
1. Intensitas nyeri yang dirasakan sebelum terapi perilaku kognitif distraksi
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tdk ada Nyeri Nyeri sedang Nyeri berat
nyeri minimal
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tdk ada Nyeri Nyeri sedang Nyeri berat
nyeri minimal
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Lampiran 3 A
Protokol Relaksasi :
tentang terapi yang akan diberikan kepada pasien, memberikan leaflet berupa
penjelasan tentang terapi yang akan diberikan kepada pasien, meminta kesediaan
Teknik/cara pertama :
tersebut
dan membiarkan hanya kaki dan telapak kaki yang kendor. Perawat
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
5.Pasien mengulang langkah ke-4 dan mengkonsentrasikan pikiran
dan cepat.
Teknik/cara kedua :
kemudian lemaskan
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Lampiran 3 B
Protokol Distraksi :
tentang terapi yang akan diberikan kepada pasien, memberikan leaflet berupa
penjelasan tentang terapi yang akan diberikan kepada pasien, meminta kesediaan
Teknik-teknik Distraksi :
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
6. Setelah pasien selesai di terapi, peneliti melakukan pencatatan
Lama (waktu) terapi lebih kurang 40 menit per terapi, untuk sesi
sangat dibutuhkan.
Alat :
- Lembar Kuesioner
- Leaflet
- MP4
Prosedur Tindakan:
Persiapan
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
- Peneliti menyiapkan alat
pemberian terapi.
Penutup
- Kriteria hasil:
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
Lampiran 4
II 1 40 10 30
III 1 40 10 30
II 1 40 10 30
III 1 40 10 30
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.
CURRICULUM VITAE
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan :
Jihan Rabi’al : Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy) Relaksasi dan Distraksi pada
Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, 2010.