Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh normal. Parameter demam

dinilai apabila suhu tubuh dilakukan pengukuran lebih dari 38° Celsius. Suhu tubuh dapat

dilakukan pengukuran melalui oral, rektal maupun aksila. Penentuan tinggi rendah suhu

tubuh dapat diukur dengan alat ukur suhu, yakni termometer (Ismoejianto, 2000).

Dahulu demam dianggap menjadi suatu penyakit yang harus segera disembuhkan,

sehingga akhirnya dalam dunia klinis diperkenalkan pertama kali penggunaan

termometer oleh Sanctorius di abad ke-17. Wunderlich yang kemudian meneliti

termometri medical, setelah dua ratus tahun Sanctorius memperkenalkan termometer di

dunia klinis. Hal ini membuat anggapan bahwa demam adalah penyakit, berakhir.

Demam hanya gejala dari suatu penyakit (Pujiarto, 2008).

Demam dapat terjadi karena berbagai aspek. Bagian dari tumbuh kembang anak

dapat diiringi demam, khususnya pada balita yang kerap mengalami demam. Balita

cenderung rentan terhadap infeksi virus. Infeksi virus yang sering menyerang balita

seperti infeksi saluran pernafasan atas atau ISPA (common cold/flu) (Pujiarto, 2008).

Demam juga merupakan keluhan yang bisa dikatakan paling sering dikelukan

oleh orang tua. Keluhan tersebut dikeluhkan mulai dari ruang praktek dokter sampai pada

unit gawat darurat (UGD). Kunjungan untuk kasus demam pada ruang praktek dokter dan

unit gawat darurat (UGD) terhitung sebanyak 10-30% dari jumlah kunjungan pasien.

(Kania, 2017). Sebagian pasien yang berobat ke dokter anak merupakan anak yang
menderita demam. Terhitung sekitar 19-30% anak berobat ke dokter dengan kasus

demam ( Kliegman RM et al, 1992).

Orang tua dan pengasuh di Eropa secara umum dikatakan sering terjadi fobia

demam. Fobia demam ini muncul ketika orang tua merasakan kekhawatiran ketika

anaknya demam. Orang tua cenderung kurang memberikan perhatian dan kesulitan

penanganan ketika demam anak tidak kunjung dapat diturunkan. Beberapa kurun waktu

banyak literatur mengenai gambaran kekhawatiran orang tua terhadap penanganan

demam dan kesalahan penanganan demam yang telah dipublikasikan. Berkembangnya

media informasi dan teknologi seperti buku, majalah maupun internet, menjadi tujuan

pencarian informasi orang tua mengenai cara penanganan demam. Bahkan orang tua juga

mencari informasi cara penanganan demam kepada keluarga, teman, dan profesi medis.

Perkembangan ini sangat membantu orang tua dalam menangani demam pada anak dan

telah terbukti efektif (Diniyanti et al, 2011).

Perawatan medis yang tidak tepat yang terjadi ketika pasien melakukan

pengambilan obat yang tidak perlu atau berlebihan disebut juga overmedication. Keadaan

demam pada anak sering terjadi overmedication. Overmedication dapat disebabkan

karena beberapa hal. Hal pertama dan paling sering terjadi pada kasus demam anak yaitu

kepanikan orang tua dan pemikiran orang tua mengenai demam. Pemicu hal ini adalah

tingkat pemahaman orang tua tentang demam. Bila dilihat dari sisi medis, keinginan

dokter untuk segera mengobati dalam arti melenyapkan demam, menjadi hal kedua yang

memicu penyebab overmedication. Tata laksana demam di kalangan medis seringkali

tidak berdasarkan proses pengaturan suhu tubuh di otak dan patogenesis demam. Pemicu
overmedication lainnya adalah iklan obat demam. Iklan obat demam tidak sepenuhnya

bersifat edukatif (Pujiarto, 2008).

Yayasan Orangtua Peduli (YOP) melakukan survei pola peresepan dengan

anggota mailling list sehat atau sehat@yahoogroups.com sebagai responndennya.

Responden yang diambil senyak 160 responden. Pola peresepan yang diteliti oleh

Yayasan Orangtua Peduli (YOP) merupakan peresepan terhadap demam sebanyak 43

responden, ISPA sebanyak 55 responden, diare sebanyak 27 responden, dan batuk tanpa

demam sebanyak 41 responden. Kasus demam dengan 43 responden diperoleh total

jumlah obat sebanyak 186 obat yang digunakan untuk kasus demam. Nilai tengah data

yang diperoleh adalah 4 obat dan nilai maksimum data yang diperoleh adalah 9 obat.

Data tersebut diolah dan didapat obat yang paling banyak diresepkan selain antipiretik

adalah antibiotik sebanyak 86%. Selanjutnya diikuti pemberian antikonvulsan sebanyak

55,8%, antihistamin sebanyak 53,5% dan steroid yang umumnya diberikan adalah

triamsinolon sebanyak 42%. Penambahan suplemen pada kasus demam anak juga diteliti

sebanyak 34,9%. Dokter maupun orang tua jika memiliki pemahaman yang baik tentang

demam, maka anak akan terhindar dari peresepan diatas. Penelitian telah membuktikan

bahwa edukasi terhadap orang tua berpengaruh terhadap peningkatan rasionalitas

penanganan demam pada anak (Pujiarto, 2008).

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh intervensi penyuluhan penanganan demam anak terhadap

pengetahuan masyarakat di Dusun Ponggok Pande, Trimulyo, Jetis, Bantul, Yogyakarta?


C. Tujuan Penelitian

Mengetahui intervensi penyuluhan penanganan demam anak terhadap pengetahuan

masyarakat di Dusun Ponggok Pande, Trimulyo, Jetis, Bantul, Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat penelitian untuk masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat terkait gambaran, pengertian, sikap

dan penanganan demam pada anak, sehingga pengetahuan masyakarakat terhadap

penanganan demam pada anak meningkat. Mengurangi kesalahan penanganan

demam sehingga kasus demam tidak lagi menjadi bagian dari kepanikan

masyarakat.

2. Manfaat untuk peneliti

Memperoleh data dari intervensi penyuluhan untuk mengindentifikasi seberapa

besar pengetahuan masyarakat mengenai penanganan demam pada anak.

Menambah ilmu pengetahuan, pengalaman dan pemahaman dari informasi dan

fakta intervesi penyuluhan yang dilakukan. Melatih tanggungjawab dengan

bekerja keras karena hasil penelitian harus dipertanggungjawabkan kebenarannya,

sehingga dapat bermanfaat bagi yang lainnya.

3. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Karya tulis ilmiah ini dapat menjadi gambaran bagi peneliti selanjutnya, sehingga

dapat dikembangkan menjadi lebih baik sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai