Anda di halaman 1dari 133

Mariyatul Qibtiyah,S.

Si, Apt, SpFRS

• Sekretaris KPRA KEMENKES R.I


• Sekretaris KPRA RSUD Dr.Soetomo
• Koordinator Mutu & DIKLIT Inst.Farmasi RSUD
Dr.Soetomo
• PJ Pelayanan Farmasi IRNA Anak RSUD
Dr.Soetomo
• Supervisor PROMKES RSUD Dr.Soetomo
• Member of ISC-ASP (International Society of
Chemotherapy Antimicrobial Stewardship
Program)
• Pengurus Pusat HISFARSI
• Sekretaris HISFARSI Jawa Timur
• Pengurus Daerah IAI Jawa Timur

MARIYATUL QIBTIYAH 1
Mariyatul Qibtiyah,S.Si,SpFRS,Apt
Instalasi Farmasi-RSUD Dr.Soetomo

MARIYATUL QIBTIYAH 2
Number of deaths per year Causes of Death in the US

Institute of Medicine. To MARIYATUL QIBTIYAH


Err is Human: Building a Safer Health System. 2000. 3
Harvard Medical Practice Study 1990

• 4% penderita yang MRS mengalami adverse


events
• 25% adverse events disebabkan karena
kelalaian
• Dari 14% yang meninggal, 50% karena
kelalaian

MARIYATUL QIBTIYAH 4
Quality in Australian Health Care Study
( Wilson 1995 )

 Review 14.176 RM secara acak pada 31 RS:


 16,6 % adverse events – 50% seharusnya dapat
dicegah (preventable)
13,7 % cacat permanen
 4,9% berakibat kematian
Penyebabnya :
Pembedahan
Kesalahan diagnosis
Kesalahan terapi
Reaksi samping obat

MARIYATUL QIBTIYAH 5
Joint Commission International for Accreditation

3548 sentinel events:


464- inpatient suicide
455- kesalahan lokasi operasi
444- komplikasi operasi / post operasi
358- kesalahan pemberian obat  ME
369- meninggal karena keterlambatan penanganan
189- penderita jatuh

MARIYATUL QIBTIYAH 6
MARIYATUL QIBTIYAH 7
SALAH Komunikasi
• KTD / SE
– Salah tindakan
– Kecacatan (Methergin  Metformin)
– Meninggal (KCL iv drip  iv bolus)

• Konflik  marah ?
– Pasien – petugas
– Petugas – petugas

MARIYATUL QIBTIYAH 8
BUDAYA ......

 Menyalahkan
 Memberikan hukuman
 Menutupi masalah
 Menyembunyikan kesalahan
 Komunikasi tidak terbuka / tidak
jujur
 Tidak berani / tidak mau bertanya
untuk memastikan terapi
 Merasa tidak mungkin berbuat
salah

MARIYATUL QIBTIYAH 10
Program Patient safety
• Suatu upaya pencegahan bahaya yang terjadi
pada pasien untuk menjamin keselamatan
pasien di fasilitas kesehatan
• Target & harapan  “zero accident”
MARIYATUL QIBTIYAH 11
Prinsip
Keselamatan Pasien

Perlu keterbukaan, keberanian untuk melaporkan


adanya insiden
Kalau terjadi insiden..... lakukan
- Asih – Asah – Asuh
- Komunikasi – Informasi – Edukasi
- Segera buat laporan
MARIYATUL QIBTIYAH 13
Medication Error
 Multi-disipliner dokter , tenaga farmasi, perawat,
tenaga administrasi, pabrik farmasi & produknya, pasien
atau keluarganya

 Multi-faktor
 Kurangnya pengetahuan
 Kinerja dibawah standar
 Perilaku
 Kelemahan sistem
 Komunikasi yang tidak baik
 Beban kerja yang berlebihan
MARIYATUL QIBTIYAH 15
Medication errors  prescribing Error

 Obat tidak tepat


 Nama obat membingungkan
 Dosis tidak tepat
 Kekuatan tidak tepat
 Jumlah tidak tepat
 Ada kontra indikasi
 Tulisan tidak dapat dibaca
 Penulisan angka, satuan tidak jelas
 Menggunakan istilah tidak lazim
 Instruksi verbal tidak jelas
MARIYATUL QIBTIYAH 16
Medicatin error dispensing error

 Salah membaca resep/instruksi pengobatan


 Nama obat mirip (LASA)
 Penulisan permintaan tidak dimengerti
 Singkatan yang tidak dimengerti
 Salah mendengar permintaan melalui telpon SBAR
 Salah menghitung dosis
 Salah menyimpan
Salah mengambil obat & meracik
MARIYATUL QIBTIYAH 17
Kemasan mirip, Nama beda

MARIYATUL QIBTIYAH 18
SERUPA TAPI TAK SAMA

MARIYATUL QIBTIYAH 19
Obat “High Alert – LASA”

MARIYATUL QIBTIYAH 21
Medication error  Administration error

 Salah nama pasien (obat tertukar)


 Waktu pemberian tidak tepat
 Dosis tidak tepat
 Memberikan obat yang seharusnya tidak diberikan
Cara pemberian yang tidak benar ( rute, kecepatan)
 Salah mendengar instruksi dokter (melalui telpon)
 Lupa menyerahkan obat

MARIYATUL QIBTIYAH 22
Medication error  Administration error

 Salah memberi etiket


 Peracikan oleh bukan tenaga farmasi
 Menyiapkan >1 produk secara bersamaan
 Tehnik peracikan yang tidak benar
 Tidak membaca etiket obat maupun pelarut yg akan
dicampur

MARIYATUL QIBTIYAH 23
MARIYATUL QIBTIYAH 25
PENGKAJIAN RESEP

1. Pengkajian aspek administrasi


2. Pengkajian aspek farmasetis
3. Pengkajian aspek farmasi klinis

MARIYATUL QIBTIYAH 26
PENGKAJIAN ADMINISTRASI RESEP

1. Nama
2. No rekam medis
3. Tanggal lahir/ usia
4. Jenis kelamin, berat badan pasien
5. Nama dan paraf dokter (berijin)
6. Tanggal Resep
7. Riwayat alergi obat
8. Asal resep: Ruangan/ poli
9. Persyaratan administrasi lainnya sesuai status
pasien ( umum, JKN, asuransi)
MARIYATUL QIBTIYAH 27
PENGKAJIAN FARMASETIS RESEP
1. Nama Obat
2. Bentuk sediaan
3. Kekuatan/ dosis sediaan
4. Jumlah sediaan obat yang
diresepkan
5. Signa / aturan pakai
6. Stabilitas obat
7. Ketersediaan
8. Cara dan tehnik pencampuran
/pembuatan (dispensing)

MARIYATUL QIBTIYAH 28
PENGKAJIAN FARMASI KLINIS RESEP
by Apoteker
1. Kesesuaian penulisan resep dengan FRS/FORNAS
2. Ketepatan indikasi,
3. Dosis regimen (dosis, frekwensi, rute, saat, cara
penggunaan obat, lama pemberian)
4. Duplikasi Terapi
5. Interaksi obat-obat, obat-makanan/minuman,
obat-hasil laboratorium
6. Menanyakan riwayat alergi, poteni efek samping
obat (ESO)

MARIYATUL QIBTIYAH 30
MARIYATUL QIBTIYAH 31
Interpretasi peresepan obat
• Obat yang perlu diwaspadai pada Px Diabet
– Obat dengan salut gula
• Duplikasi terapi
– Gol Analgesik : Antalgin, As. Mefenamat, piroksikam,
Diklofenak diresepkan bersamaan
• Obat yang menurunkan efek hipotensi
– ACE Inhibitor (Captopril), Betabloker (propanaolol)
diresepkan bersamaan dg gol NSAID (As mef, piroxicam,
Diclofenak dll)
• Obat yang bisa menimbulkan presipitat (endapan)
– Ciprofloxacin diresepkan bersamaan Ca Glukonas

MARIYATUL QIBTIYAH 32
Peracikan obat
Hati-hati terhadap obat yang tampilannya
hampir sama (look-alike)
Hati-hati terhadap obat yang lafalnya hampir
sama (Sound-alike)
Obat yang tidak boleh digerus
Perhitungan dosis
Kompatibilitas /stabilitas obat

MARIYATUL QIBTIYAH 33
Obat Yang Tidak Boleh Digerus

 Obat salut enterik (enteric coated)


- Diinginkan diabsorpsi di usus (menghindari
rusaknya obat oleh asam lambung)
 omeprazol, pantoprazol
- Mencegah iritasi lambung
 trombo aspilet, NSAID

 Obat dengan fix dose :


- Menghindari interaksi dgn obat lain
Rimstar 4-FDC, Rimcur 3FDC, Rimcure Paed
(INH+ Rifampisin+ Pirazinamid).

MARIYATUL QIBTIYAH 34
Obat Yang Tidak Boleh Digerus

Obat Lepas Kendali (sustained release)


Mempertahankan kadar dalam darah sehingga
tidak terjadi fluktuasi kadar dalam darah.
Meminimalkan efek samping : Vitalong C
Mengurangi frekuensi pemakaian  kepatuhan
meningkat. : Quibron TSR, Euphyllin Retard,
Gluchopage XR, Rhinos SR, Telfast Plus, Tegretol
SR, Isoptin SR, Adalat Oros, MST (Morfin sustained
release)

MARIYATUL QIBTIYAH 35
Inkompatibilitas dan Kompatibilitas

Kompatibilitas :
a. Fisik :
Tidak ada endapan, tidak ada perubahan warna
dan tidak ada perubahan bau khas aromatis dan
komposisi tidak berubah.
b. Kimia :
Tidak terjadi dekomposisi dalam waktu 24 jam

MARIYATUL QIBTIYAH 37
Inkompatibilitas :
a. Fisik
Terjadinya endapan, adanya pengaruh suhu,
ada perubahan warna
b. Kimia
Terjadi dekomposisi dalam waktu 24 jam

MARIYATUL QIBTIYAH 38
Singkatan
yg sering menyebabkan kesalahan

• MS, MSO4
Diartikan morfin sulfat, maksudnya Magnesium Sulfat
• OD
Diartikan ocula dextra, maksudnya once daily
• QD
Diartikan 4 kali sehari, maksudnya tiap hari
• Vincristin 2,0
Diartikan 20 mg, maksudnya 2 mg
• Dactinomycin ( .5 g)
Diartikan 5 g, maksudnya 0,5 g

MARIYATUL QIBTIYAH 39
Penyerahan Obat dan Informasi

Obat yang diserahkan disertai dengan


Informasi :
 Aturan penggunaan
 Minuman yg diwaspadai
- Susu
- Jus anggur (grapefruit juice)
- Juis jeruk
- Kopi
 Informasi penggunaan obat tetentu

MARIYATUL QIBTIYAH 40
Waktu Minum Obat
• Diminum sebelum makan
- Meningkatkan absorpsi obat
Diminum saat perut kosong (1 jam sbl makan
atau 2 jam ssd makan)
contoh ; captopril, ampicillin, cloxacillin, lincomycin,
rifampicin, INH, erythromycin, tetracycline, dulcolax,
nifedipin, cefixime, penicillin V dll.
- Meningkatkan efektivitas
Obat antimuntah : metoklopramid, vometa
Obat diabet gol sulfonil urea : Glibenclamide,
amaryl, diamicron, (sarapan pagi)
MARIYATUL QIBTIYAH 41
• Diminum pada saat suapan pertama
contoh acarbosa
• Diminum bersamaan atau sesudah makan 
mengurangi ES pd GIT
- Gol NSAID - Bactrim
- Ciprofloxacin - Cephalexin
- Furosemide - Levodopa -
- Penicillin V - Prozac
- Pyrazinmid
• Diminum pada malam hari
- Simvastatin
MARIYATUL QIBTIYAH 42
Obat Yang Tidak Boleh Diminum Bersama Susu

• Tetracycline, Ciprofloxacin, Lefofloxacin,


Norfloxacin : kadar obat dalam darah
berkurang sampai 50 %.
• Dulcolax (salut enterik): obat akan pecah di
lambung, terjadi iritasi lambung.

MARIYATUL QIBTIYAH 43
Obat Yang Tidak Boleh Diminum Bersama Jus Anggur

• Calcium channel blockers :


Felodipin (Plendil), Nifedipin (Adalat, Procardia) 
kadar obat dalam darah meningkat,
ditandai dengan sakit kepala, flushing (muka panas),
light-headedness.
• Terfenadine :
berbahaya pada jantung, irama jantung berubah 
dapat terjadi “torsade de pointes”

MARIYATUL QIBTIYAH 44
Obat Yang Tidak Boleh Diminum
Bersama Dengan KOPI

• Ciprofloxacin, norfloxacin
• Oral kontrasepsi
• Cimetidine
• Theophyllin
 Efek stimulasi meningkat, sehingga
pasien tidak bisa tidur.

MARIYATUL QIBTIYAH 45
Informasi Penggunaan Obat Tertentu

• Tetes mata
• Tetes hidung
• Tetes telinga
• Cuci telinga, misal : H2O2 3 %
• Suppositoria : Dulcolax, Flagyl, Profenid.
• Ovula : Flagystatin, Canesten VT, Candystin.
• Cairan semprot vagina : Betadine Vaginal Douche
• Tablet kunyah (Chewable) : obat maag,
• Tablet hisap (Troches) : FG Troches, Degirol
• Tablet effervescent : Fluimucyl Effervescent tab, CDR,
Redoxon Effervescent.
MARIYATUL QIBTIYAH 46
Tindakan Untuk Meningkatkan Patient Safety

LAKUKAN 3 B
• Baca Label pada saat mengambil obat
dari tempat penyimpanan
• Baca Label sebelum mengeluarkan obat
dari wadah
• Baca Label obat saat memindahkan obat
ke wadah yang lain atau saat
menyerahkan ke pasien

MARIYATUL QIBTIYAH 47
MARIYATUL QIBTIYAH 49
Peran Tenaga
Kefarmasian di
Farmasi Komunitas

Presented By: Novi Dwi R., M. Sc., Apt.


Asapin DPW DIY
Yogyakarta, 5 Agustus 2018
Farmasis
Praktek kefarmasian
Bidang Pekerjaan Kefarmasian

Apotek

Rumah
PBF
Sakit

IKOT

Industri Toko
Farmasi Obat

Klinik Distribusi
Alkes
Pekerjaan Kefarmasian
 Tenaga Kefarmasian

Apoteker IAI
Tenaga
Teknis PAFI
Kefarmasian
• APOTEKER  IAI

Produksi Hisfarin Hisfarinot

Distribusi Hisfardis

Pelayanan Hisfarsi Hisfarma Hisfarkesma


Three dimensions of pharmacist
ETHICAL: PROFESSIONAL/
- Moral COMPETENCE:
- Behaviour - Standard of
Professional Practice
. - Personal Professional
Development

.
. .
LEGAL/ REGULATION:
- Standard of Care
Standar
Kode Etik
Kompetensi

Syarat Standar
Legalitas Praktek
Pratek
Kefarmasian
FASILITAS KEFARMASIAN

Fasilitas
Fasilitas Fasilitas
Distribusi
Produksi Sed. pelayanan
/Penyaluran Sed.
Farmasi kefarmasian
Farmasi
SIPA diberikan Paling banyak untuk SIPA diberikan paling banyak
1 tempat untuk 3 tempat

• Apoteker yang telah memiliki SIPA atau SIKA bds PMK 889/2009, SIPA dan
SIKA berlaku sebagai SIPA sampai habis masa berlakunya
KETENTUAN PEMBERIAN SIPA
Kepemilikan
SIPA bagi
Kepemilikan Pihak yang
Apoteker di
SIPA bagi berwenang
Fasyanfar dan
Apoteker yang Kepemilikan SIA dalam
Instalasi
telah memiliki penerbitan
Farmasi
SIA SIPA/SIPTTK
Pemerintah / TNI
/ POLRI

maksimal Hanya dapat hanya boleh Pemerintah


memiliki mempunyai Kab/Kota
3 SIPA 2 SIPA 1 SIA tempat Tenaga
pada Fasilitas Kefarmasian
Pelayanan menjalankan
Kefarmasian praktiknya.
lain

Untuk permohonan SIA, Apoteker dapat menggunakan SIPA Kesatu, SIPA


Kedua atau SIPA Ketiga.
TATA CARA PEMBERIAN SIPA
APOTEKER PERSYARATAN/ DOKUMEN YANG Kadinkes atau
DIBERIKAN PTSP Kab/Kota
Mengajukan • Surat permohonan sesuai dengan Menerbitkan SIPA
permohonan SIPA format pada formulir 1/2/3 Surat
Edaran tentang Petunjuk pelaksanaan
PMK No.31/2016

• Persyaratan administratif seperti fc


STRA, Surat peretujuan atasan, surat
pernyataan mempunyai tempat praktik
profesi, surat rekomendasi IAI, pas
foto, fotokopi SIPA sebelumnya.

Pengajuan
Pengajuan SIPA Ketiga
SIPA Kedua 
 melampirkan
melampirkan fc SIPA Kesatu
fc SIPA Kesatu dan SIPA
Kedua
Peran dan Tanggung Jawab
Apoteker di Apotek
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai

Pelayanan Farmasi Klinik


Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

Perencanaan Pencatatan
dan
Pelaporan

DMC Pencatatan Pelaporan


USE
di Pengadaan

Apotek Pengadaan
(SP, Faktur) Internal :
Keuangan,
Penyimpanan stok
(kartu stok)

Penyerahan
Penerimaan (nota struk)
Eksternal :
Pemusnahan
Pengendalian Napsa
persediaan Dll sesuai
Pemyimpanan kebutuhan
Pelayanan Resep
Dalam melakkan
praktek pelayanan
kefarmasian Apoteker
dapat mengganti obat
merek dagang dengan
obat generik yang sama
komponen aktifnya atau
merek dagang lain atas
persetujaun dokter
dan/atau pasien
Pelayanan Farmasi Klinik

Dispensing
• Administratif • Three Prime
• Farmasetis • Menyiapkan Questions
• Klinis obat • Health Belief
• Meracik Obat Model
Pengkajian • Etiketing
Konseling
Resep

Pemantauan Monitoring
Home Care
Terapi Obat ESO
Three Prime Question

• Apa yang disampaikan dokter tentang obat


anda
1

• Apa yang dijelaskan dokter tentang cara


pemakaian obat anda
2
• Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang
hasil yang diharapkan setelah menerima
3 terapi obat tersebut
Health Belief Model
• Model psikologis  menjelaskan dan
memprediksi perilaku kesehatan
• Didasarkan pada pemahaman seseorang
akan melakukan tindakan terkait
kesehatan
 merasa kondisi kesehatan negatif dapat
dihindari
 memiliki harapan positif
 percaya  dapat berhasil
Dispensing
 melayani Pelayanan Obat Non Resep

– OWA adalah Obat Keras yang


Fitofarmaka
OWA dapat diserahkan tanpa Resep
dokter kepada Pasien oleh
apoteker di Apotek

Obat Herbal Syarat :


Obat Bebas
Terstandar 1. Memenuhi ketentuan dan Batasan
tiap jenis obat per PX yang
disebutkan dalam OWA Ybs.
Obat
Obat 2. Membuat catatan Px serta obat
Bebas
Herbal
Terbatas yang diserahkan
3. Memberi Informasi meliputi :
Jamu Dosis & aturan Pakai, KI, ESO,
dan lain-lain yang perlu
diperhatikan oleh pasien

- Drug Abuse
- Drug misuse
Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas
(Departemen Kesehatan, 2006)

Batuk Flu Demam Nyeri

Biang
Sakit Maag Cacingan Diare
keringat

Jerawat Panu Ketombe Kudis

Luka iris dan


Kutil Luka Bakar
luka serut
Profesioalitas Bisnis Profesi Bisnis

.
Profesionalisme
Layanan LR
Comunity Farmasi
Pharmacy Technision
KELOMPOK 3
REGULASI PRAKTEK APOTEKER
DI FARMASI KLINIS DAN
KOMUNITAS

Wimbuh Dumadi,S.Si.M.H.,Apt
Ketua PD IAI DIY
OUTLINE

1 SIPA ( Surat izin Praktek Apoteker )

STRA (Surat Tanda Registrasi


2 Apoteker )

3 SKP ( Satuan Kredit Profesi )


SIPA
1
( Surat izin Praktek Apoteker )
Praktik Apoteker Terikat Oleh 3 (Tiga) Aturan

Norma Etik
(sistem Nilai)
Wujudnya Kode etik

Norma Disiplin
Praktek (Sistem otonom)
Profesi Wujudnya Pedoman disiplin

Norma Hukum
(Sistem Hukum)
wujudnya Perundang-
undangan
PERSYARATAN PRAKTEK
PROFESI APOTEKER
Standar Standar
SDM Tindakan

- Sertifikat Kompetensi Standar Profesi, Standar


- STRA Pelayanan Profesi,
Standar Prosedur
- Rekomendasi Ijin Praktik
Operasional, dan etika
dari OP profesi
- SIPA
Dalam Memberikan
Pelayanan Kesehatan
UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 UU Tenaga kesehatan No.36 th 2014

Pasal 24 Pasal 58
....Harus memenuhi ketentuan Tenaga Kesehatan dalam menjalankan
kode etik, standar profesi, hak praktik wajib:
pengguna pelayanan kesehatan, memberikan pelayanan kesehatan
standar pelayanan, dan sesuai dengan Standar Profesi,
standar prosedur operasional. Standar Pelayanan Profesi,
Standar Prosedur Operasional, dan
etika profesi serta kebutuhan kesehatan
Penerima Pelayanan
Kesehatan;
Pasal 44
Nakes yang menjalankan praktik wajib
memiliki STR.
Pasal 46
Nakes yang menjalankan praktik di
bidang pelayanan kesehatan wajib
memiliki izin.
Praktek 3 tempat
• Permenkes Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 -→ hanya untuk
Apoteker pendamping dan apoteker Penanggungjawab di
Puskesmas dapat praktek sebagai aping di fasilitas pelayanan
kefarmasian

• Permenkes Nomor 31 Tahun 2016 → Semua pelayanan


kefarmasian Kecuali di Industri dan Distribusi

• NOMOR HK.02.02/MENKES/24/2017 → Semua pelayanan


kefarmasian Kecuali di Industri dan Distribusi ditambah
apoteker di Instalasi pemerintah kab/ Kota TNI/Polri dan
mempunyai 3 SIPA di fasilitas pelayanankefarmasian
PMK 889/2011 PMK 31/2016

Pasal 17 Pasal 17
(2) Surat izin sebagaimana dimaksud pada (2) Surat izin sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berupa: ayat (1) berupa:
a. SIPA bagi Apoteker penanggungjawab a. SIPA bagi Apoteker; atau
di fasilitas pelayanan kefarmasian. b. SIPTTK bagi Tenaga Teknis
b. SIPA bagi Apoteker pendamping di Kefarmasian
fasilitas pelayanan kefarmasian.
c. SIKA bagi Apoteker yang melakukan
pekerjaan kefarmasian di fasilitas
produksi atau fasilitas
distribusi/penyaluran.
d.SIKTTK bagi Tenaga Teknis
Kefarmasian yang melakukan
pekerjaan kefarmasian pada fasilitas
kefarmasian.
PMK 889/2011 PMK 31/2016
Pasal 18 Pasal 18
(1)SIPA bagi Apoteker penanggungjawab (1) SIPA bagi Apoteker di fasilitas
di fasilitas pelayanan kefarmasian atau kefarmasian hanya diberikan untuk 1
SIKA hanya diberikan untuk 1 (satu) (satu) tempat fasilitas kefarmasian.
tempat fasilitas kefarmasian.
(2)Apoteker penanggungjawab di (2) Dikecualikan dari ketentuan
fasilitas pelayanan kefarmasian berupa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
puskesmas dapat menjadi Apoteker SIPA bagi Apoteker di fasilitas
pendamping di luar jam kerja. pelayanan kefarmasian dapat
diberikan untuk paling banyak 3
(tiga) tempat fasilitas pelayanan
kefarmasian.
(3) SIPA bagi Apoteker pendamping (3)Dalam hal Apoteker telah
dapat diberikan untuk paling banyak 3 memiliki Surat Izin Apotek, maka
(tiga) tempat fasilitas pelayanan Apoteker yang bersangkutan
kefarmasian. hanya dapat memiliki 2 (dua) SIPA
pada fasilitas pelayanan
(4) SIKTTK dapat diberikan untuk paling kefarmasian lain.
banyak 3 (tiga) tempat fasilitas (4) SIPTTK dapat diberikan untuk paling
kefarmasian. banyak 3 (tiga) tempat fasilitas
kefarmasian.
PMK 889/2011 PMK 31/2016
Pasal 19 Pasal 19
SIPA, SIKA, atau SIKTTK sebagaimana SIPA atau SIPTTK sebagaimana dimaksud
dimaksud dalam Pasal 17 dikeluarkan oleh dalam Pasal 17 diberikan oleh pemerintah
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota daerah kabupaten / kota atas rekomendasi
tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan pejabat kesehatan yang berwenang di
kabupaten/kota tempat Tenaga
Kefarmasian menjalankan praktiknya.
Tinjauan Yuridis Praktik 3 tempat
Alasan Pemerintah Menerbitkan PMK 31
1. Untuk menyesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan hukum
terkait izin praktik → SIPA/SIKA→ SIP ( Apoteker)
2. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan Tenaga
Kesehatan(pemerataan);

Kalau Hal diatas yang dimaksud,


Pasal 17 PMK 31 sudah di muat dalam UU
1. UU No36 tahun 2009 pasal 108 → Praktik Kefarmasian
2. UU No.36 tahun 2014 pasal 46 → Nakes yang praktik →wajib SIP

Artinya Sudah Jelas Praktik Kefarmasian-→ Bukan Kerja


PP 51 th 2009 → Pekerjaan Kefarmasian akan tetapi dalam
UU nya yg terbit belakangan bunyinya “ Praktik Kefarmasian “
UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
Pasal 108

1)Praktik kefarmasian yang meliputi pembuatan termasuk


pengendalian mutu sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Ketentuan mengenai pelaksanaan praktik kefarmasian


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
PP
PP No.
Pekerjaan Kefarmasian
51/2009
PP 51 tahun 2009 PMK 31 tahun 2016 pasal 18
Pasal 52 SIPA saja
“penaggungjawab/Pendamping
•SIPA -→ Apoteker dihilangkan diganti Pemegang SIA
penanggungjawab untuk di Apotek
•SIPA -→ Apoteker Pendamping SIPA 1,SIPA 2 dan SIPA 3

SIPA apoteker Penanggungjawab Apoteker dapat menjadi


tidak bisa sebagai penanggungjawab di 3(tiga) fasilitas
Penanggungjawab di Fasilitas pelayanan kefarmasian sekaligus
pelayanan kefarmasian lain (kecuali apoteker pemegang SIA
menjadi apoteker Pemegang SIA
SIPA di distribusi/penyaluran dan ditempat lain)
Industri Farmasi hanya 1 SIPA dan
tidak boleh mempunyai SIPA
apoteker yang bekerja di Instalasi
lainnya
Farmasi (distribusi)
Pemerintah/TNI/POLRI dapat memiliki
paling banyak 3 (tiga) SIPA. (S E
No.HK.02.02/Menkes/24/2017)
Pasal 19 PMK 31
➢ UU 36 tahun 2014 pasal 46 ayat 3
➢ SIP diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota
atas rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di
kabupaten/kota tempat Tenaga Kesehatan menjalankan
praktiknya
➢ Artinya menjadi kewenangan pemerintah Daerah
Kab/Kota akan menunjuk OPD/SKPD mana yang
ditunjuk bisa Dinas Kesehatan,Dinas Perijinan, Badan
Perijinan Terpadu, Perijinan Satu atap atau bentuk lain
yg dibuat oleh Pemerintah Daerah, tetapi harus ada
Rekomendasi Pejabat Kesehatan ( dinas Kesehatan )
kalau yg mengeluarkan bukan Dinas kesehatan
Surat Edaran Nomor Hk.02.02/Menkes/24/2017 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 31 Tahun 2016 ?
➢ bagi apoteker yang bekerja di Instalasi Farmasi
Pemerintah/TNI/POLRI dapat memiliki paling banyak 3
(tiga) SIPA. --→ Kenapa hanya milik pemerintah
/TNI/Polri-→ Bagaimana apoteker di PBF yang sama-
sama Fasilitas distribusi
➢ papan nama praktik yang mencantumkan: Nama
Apoteker;SIPA/SIA; dan Waktu praktik (hari/jam).
➢ UU No. 36 tahun 2014, Praktik Mandiri harus pasang
Papan Nama →sudahkah ada regulasi Praktik Mandiri
untuk Apoteker
2 STRA
(Surat Tanda Registrasi Apoteker )
STRA
• Surat Tanda Registrasi Apoteker yang
selanjutnya disingkat STRA adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh Konsil/Komite
Farmasi Nasional (KFN) kepada Apoteker
yang telah diregistrasi
REGISTRASI TENAGA KEFARMASIAN
(PP No.51 Tahun 2009 Pasal 39)

Wajib memiliki surat tanda registrasi


(STRA atau STRTTK)

yang akan melakukan


pekerjaan kefarmasian

APOTEKER TTK
STR-A/STR-TTK ➔ SIP-A/SIP-TTK

APOTEKER

SERTIFIKAT
KOMPETENSI
REKOMENDASI
STR-A SIP-
A
TENAGA TEKNIS
KEFARMASIAN

SIP-
REKOMENDASI STR-TTK
TTK
• STR-A dan STR-TTK berlaku selama 5 (lima) tahun (PP.51/2009 Pasal 41 dan Pasal 48)
• Registrasi ulang harus dilakukan minimal 6 (enam) bulan sebelum STR-A atau
STR-TTK habis masa berlakunya (PMK.889/2011 Pasal 15 ayat (2))
SYARAT MEMPEROLEH STR-A
SESUAI PP NO.51 TAHUN 2009 Pasal 40 ayat 1)

1. Memiliki ijazah Apoteker


2. Memiliki Sertifikat Kompetensi Profesi
3. Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan
sumpah/janji Apoteker
4. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari
dokter yang memiliki surat izin praktek
5. Membuat pernyataan akan mematuhi dan
melaksanakan ketentuan etika profesi
SYARAT MEMPEROLEH STR-A
SESUAI PMK No.889/Menkes/Per/V/2001 Pasal 12

• Fotokopi Ijazah Apoteker


1

• Fotokopi Surat Sumpah/janji Apoteker


2
• Fotokopi SERTIFIKAT KOMPETENSI PROFESI yang masih
3 berlaku

• Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang


4 memiliki surat izin praktek

• Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan


5 ketentuan etika profesi

• Pasfoto 4x6 dan 2x3 masing-masing 2 (dua) lembar


6
SERTIFIKAT KOMPETENSI PROFESI
APOTEKER
(Sesuai PP No.51 Tahun 2009 Pasal 37 dan PMK 889/2011 Pasal 9 dan
Pasal 10)
• Harus memiliki sertifikat kompetensi
1

• Baru lulus : sertifikat kompetensi diperoleh secara


2 langsung

• SERTIFIKAT KOMPETENSI ➔ dikeluarkan oleh


3 organisasi profesi (IAI) setelah lulus uji kompetensi

• Berlaku 5 tahun ➔ diperpanjang melalui uji


4 kompetensi
Pengurusan SIPA jika STR
Belum jadi
1

2
Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : Kep.xxx/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Penyesuaian
Masa Berlaku Sertifikat Kompetensi

Masa berlaku Sertifikat Kompetensi yang diterbitkan setelah tanggal 1


Juli 2015 akan disesuaikan dengan masa berlaku Surat Tanda
Registrasi Apoteker
SE PP IAI NO.B1. 255/PP.IAI/1418/III/2018
Penjelasan Penyesuaian Sertifikat Kompetensi

Masa Berlaku Jumlah SKP untuk Biaya resertifikasi & Pembagiannya


(Tahun) resertifikasi Jumlah PP PD
6 180 Rp 500.000,00 Rp 400.000,00 Rp 100.000,00
5 150 Rp 500.000,00 Rp 400.000,00 Rp 100.000,00
4 120 Rp 400.000,00 Rp 320.000,00 Rp 80.000,00
3 90 Rp 300.000,00 Rp 240.000,00 Rp 60.000,00
2 60 Rp 500.000,00 Rp 160.000,00 Rp 40.000,00
3
SKP ( Satuan Kredit Profesi )
SKP (Satuan Kredit Profesi)
adalah ukuran atas kegiatan pendidikan
berkelanjutan yang dilakukan oleh
Apoteker selama kurun waktu berlakunya
Sertifikat Kompetensi dan Rekomendasi.
Proporsi SKP
Porsi Nilai Nilai
Pencapain Maksimum Maksimum
No Domain Kegiatan
yang dalam 1 dalam 5
dianjurkan tahun tahun
1. Kinerja Profesional 40 - 50% 12 - 15 60 - 75
Kinerja
2. 40 - 50% 12 - 15 60 - 75
Pembelajaran
Kinerja Pengabdian
3. 5 - 15% 1,5 - 4,5 7,5 – 22,5
Masyarakat
Kinerja Publikasi
4. 0 - 25% 0 - 7,5 0 - 37,5
ilmiah/popular
Kinerja
PEMBOBOTAN SKP
No. Kegiatan Praktik Profesi Alat Bukti
SKP selama 5 tahun
Wajib melaksanakan praktik
Daftar Hadir, Tilikan Skrining
profesi minimal kumulatif 2000
1 30 SKP Resep, PMR, Lembar
jam untuk 5 (lima) tahun yang
Konseling, Informed Consent dll
terdistribusi secara proporsional
Setiap kelebihan dari angka 2000 Daftar Hadir, Tilikan Skrining
2 jam : setiap 100 jam praktik Max 20 SKP Resep, PMR, Lembar
setara dengan 1 SKP. Konseling, Informed Consent dll

3 Monitoring dan melaporkan ESO 2 SKP Laporan MESO


Menjadi Pendamping Minum
4 2 SKP /Pasien / Paket Informed Consent
Obat
Memberi Edukasi Ke Kelompok
5 3 SKP Daftar Hadir, materi edukasi
Pasien (Minimal 10 Orang)
Terlibat Dalam Pokja 2 SKP / Surat Surat Keputusan Institusi yang
6
Kefarmasian Keputusan (SK) berwenang
Standar Prosedur Operasional,
7 Melakukan Penjaminan Mutu 5 SKP untuk 5 tahun
Catatan, Rekaman, Daftar Tilik
Membuat dan menyediakan
8 brosur/leaflet untuk informasi 5 SKP untuk 5 tahun Brosur/leaflet
aktif
Melaksanakan Peraturan Papanisasi, Baju Seragam,
9 5 SKP untuk 5 tahun
Organisasi Larangan Apotek Panel
No. Jenis Kegiatan Pebelajaran Bobot SKP per sesi
Membaca Jurnal Dan Menjawab
1 2 SKP per paket atau modul
Pertanyaan Uji Diri

Peserta (per 2-3 jam)


Nasional = 1 SKP
Internasional = 1,5 SKP
Pembicara(per sesi)
Nasional = 3 SKP
Internasional = 4,5 SKP
2 Partisipasi Dalam Seminar
Moderator(per sesi)
Nasional = 1 SKP
Internasional = 1,5 SKP
Panitia(per kegiatan)
Nasional = 1 SKP
Internasional = 1,5 SKP
No. Jenis Kegiatan Pebelajaran Bobot SKP per sesi
Peserta (per 2-3 jam)
Nasional = 1,5 SKP
Internasional = 2,5 SKP
Pembicara(per sesi)
Nasional = 4,5 SKP
Internasional = 6,5 SKP
3 Partisipasi Dalam Workshop
Fasilitator/Instruktur(per sesi)
Nasional = 3 SKP
Internasional = 4,5 SKP
Panitia(per kegiatan)
Nasional = 1,5 SKP
Internasional = 2,5 SKP
Peserta (per 1 jam)
Nasional = 1 SKP
Internasional = 1,5 SKP
Pembicara (per sesi)
Partisipasi Dalam Kursus atau
4 Nasional = 6 SKP
Pelatihan
Internasional = 9 SKP
Fasilitator/Instruktur (per sesi)
Nasional = 3 SKP
Internasional = 4,5 SKP
TERIMA KASIH
REGULASI PEMERINTAH
TENTANG
REGISTRASI DAN IJIN PRAKTEK
TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN

M. SUHARIYANTO
KETUA PAFI PD D.I.YOGYAKARTA
Disampaikan pada
Seminar Nasional Farmasi 2018
Akademi Farmasi Indonesia Yogyakarta
5 Agustus 2018
Curriculum Vitae
 Nama : Mohammad Suhariyanto
 Jenis Kelamin
: Pria
 Alamat : Dukuh MJ. I / 1657-B Yogyakarta
 Pekerjaan :
- Apotek di Yogyakarta (1986 – 2001)
- PNS di Dinkes DIY (1989 – sekarang)
 Keanggotaan OP : PAFI DIY
- Ketua PD DIY, Periode 2014 – 2019
- Ketua PC Kota Yogyakarta, 2009-2014
 Pendidikan :
- SD, SMP di Banyuwangi
- SMF “Indonesia” Yogyakarta
- S1 Farmasi + Apoteker di UGM
OUTLINE PAPARAN

 DASAR HUKUM

 REGULASI NAKES DALAM PRAKTEK PROFESI

 REGISTRASI TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN

 IJIN PRAKTEK TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN


DASAR HUKUM
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

PP No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian

Permenkes No. 889/MENKES/PER/V/2011


tentang Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian
diubah dengan Permenkes No. 31 Tahun 2016
REGULASI NAKES DALAM
PRAKTEK / KERJA PROFESI
NAKES menjalankan Praktek

Dilakukan sesuai KEWENANGAN

Didasarkan pada KOMPETENSI


Jenis NAKES tertentu yang memiliki LEBIH
DARI SATU JENJANG PENDIDIKAN
memiliki KEWENANGAN PROFESI sesuai
dengan lingkup dan tingkat KOMPETENSI
KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA

TTK
KEWAJIBAN NAKES
1. Memberi pelayanan kes. sesuai dg standart profesi,
standar pelayanan, standar prosedur operasional,
etika profesi serta sesuai kebutuhan penerima
layanan.
2. Memperoleh persetujuan dari penerima layanan /
keluarganya atas tindakan yang diberikan → UKP
3. Menjaga kerahasiaan kesehatan penerima layanan
4. Membuat catatan dan menyimpan catatan ttg
pemeriksaan, asuhan, dan tindakan yang dilakukan →
UKP
5. Merujuk kepada NAKES lain yang mempunyai
Kompetensi dan kewenangan yang sesuai
HAK NAKES DALAM BERPRAKTEK
1. Memperoleh perlindungan hukum
2. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari
Pasien/Keluarga
3. Menerima imbalan
4. Perlindungan atas keselamatan kes. Kerja
5. Mendapat kesempatan mengembangkan profesinya
6. Menolak keinginan penerima layanan kes. atau
pihak lain yang bertentangan dengan standart
profesi, kode etik, standar pelayanan, standar
prosedur operasional dan per-UU.
7. Memperoleh hak sesuai per-UU
SETIAP ORANG YANG TIDAK MEMILIKI
KEAHLIAN DAN KEWENANGAN UNTUK
MELAKUKAN PRAKTEK KEFARMASIAN
DIPIDANA DENGAN PIDANA DENDA PALING
BANYAK Rp. 100JUTA RUPIAH
Setiap Nakes yang
menjalankan praktek wajib
memiliki STR

Setiap Tenaga Kesehatan yang pidana denda paling


dengan sengaja menjalankan banyak Rp 100.000.000
praktik tanpa memiliki STR (seratus juta rupiah).
 STR :
Bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil
masing-masing Tenaga Kesehatan kepada
NAKES yang telah diregistrasi

 STR berlaku 5 tahun dan dapat diregistrasi


ulang
STR TTK

 Permenkes No. 889/MENKES/V/2011


 Penerbitan oleh Kemenkes, dilimpahkan kepada
Dinas Kesehatan Provinsi

Konsil Kefarmasian → KFN


(Sesuai UU 36/2014, kedepan akan diterbitkan oleh KFN)
Syarat mendapatkan STR-TTK, yang pertama
Permen 889/PERMEN/V/2011
jo. 31/2016 UU 36 / 2014

1. Memiliki ijazah 1. Memiliki Ijazah pendidikan


2. Memiliki Surat bidang kesehatan
keterangan sehat fisik 2. Memiliki Serkom / Sertifikat
dan mental Profesi
3. Surat pernyataan 3. Memiliki Surat Keterangan
akan mematuhi Per- Sehat Fisik dan Mental
UU dan 4. Memiliki Surat Pernyataan
melaksanakan etika Telah mengucapkan sumpah
kefarmasian; / Janji Profesi
5. Membuat Pernyataan
4. Surat rekomendasi
Mematuhi dan melaksanakan
kemampuan etika profesi
STRTTK ULANG
Permen 889/PERMEN/V/2011
jo. 31/2016 UU 36 / 2014

1. Memiliki ijazah 1. Memiliki STR Lama


2. Memiliki Sertifikat
2. Memiliki STR lama Kompetensi atau Sertifikat
Profesi
3. Memiliki Surat 3. Memiliki Surat Keterangan
keterangan sehat fisik sehat fisik dan mental
dan mental 4. Membuat pernyataan
mematuhi dan melaksanakan
4. Surat pernyataan akan ketentuan etika profesi
mematuhi Per-UU dan 5. Telah mengabdikan diri
sebagai tenaga profesi atau
melaksanakan etika vokasi di bidangnya
kefarmasian; 6. Memenuhi kecukupan dalam
kegiatan pelayanan,
5. Surat rekomendasi pendidikan, pelatihan,
kemampuan dan/atau kegiatan ilmiah
lainnya
Setiap Nakes yg
menjalankan praktek
bidang pelayanan kesehatan
wajib memiliki Izin
Pasal 86

Setiap Tenaga Kesehatan yang pidana denda paling


banyak Rp 100.000.000
menjalankan praktik tanpa
memiliki izin (seratus juta rupiah).
 Surat Ijin Praktek :
Bukti tertulis yang diberikan oleh Pemda Kab/Kota
kepada NAKES sebagai pemberian KEWENANGAN
untuk menjalankan praktik

 Masa berlaku :
 STR masih berlaku
 Tempat praktek sesuai yg tercantum dalam SIP

 SIKTTK (Permenkes 889/MENKES/V/2011) :


Surat Izin Praktik yang diberikan kepada TTK untuk dapat melaksanakan
pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian
 Diubah dengan Permenkes 31/2016 :
Nomenklatur surat ijin kerja harus dibaca dan dimaknai Surat Ijin
Praktek
SIP/SIK TTK

 Permenkes No. 889/MENKES/V/2011


 Penerbitan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota

PEMDA KAB/KOTA
(Sesuai UU 36/2014)
Syarat memperoleh IZIN PRAKTEK (SIP)

Permen 889/PERMEN/V/2011
Permen No. . 31/2016 UU 36 / 2014

1. STR TTK yang masih 1. STRTTK yang masih


berlaku berlaku
2. Rekomendasi OP 2. Rekomendasi dari
3. Surat Pernyataan OP
Kerja 3. Tempat praktek
Permenkes 26 Tahun 2018
TENTANG
PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA TERINTEGRASI
SECARA ELEKTRONIK SEKTOR KESEHATAN
▪ Perizinan Berusaha adalah pendaftaran yang diberikan kepada
pelaku usaha untuk memulai dan menjalankan usaha dan/atau
kegiatan dan diberikan dalam bentuk persetujuan yang dituangkan
dalam bentuk surat/keputusan atau pemenuhan persyaratan dan
/atau komitmen.

▪ Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online


Single Submission yang selanjutnya disingkat OSS adalah Perizinan
Berusaha yang diterbitkan oleh lembaga OSS untuk dan atas nama
menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota
kepada pelaku usaha melalui sistem elektronik yang terintegrasi.
Izin Toko Obat (Pasal 31)
 Toko Obat diselenggarakan oleh Pelaku Usaha
perseorangan.
 Pelaku Usaha perseorangan tersebut sekurang-kurangnya
tenaga teknis kefarmasian.
 Persyaratan untuk memperoleh lzin Toko Obat :
 STRTTK;
 Surat izin praktik tenaga teknis kefarmasian sebagai
penanggungjawab teknis (SIP TTK);
 denah bangunan;
 d. daftar sarana dan Prasarana; dan
 Berita Acara pemeriksaan.
Persyaratan Penanggungjawab
 UKOT
 Penanggungjawab Paling Rendah TTK; atau
 Minimal sekurang-kurangya TTK dengan pelatihan untuk
produksi kapsul dan/atau cairan
 UMOT
 Penanggungjawab teknis minimal TTK
 Produksi Kosmetika Gol. B
 Penanggungjawab teknis minimal TTK

 Persyaratan :
 KTP, Ijazah, STR, Pernyataan sanggup berkerja penuh
waktu, dan Surat Perjanjian Kerja dengan Pelaku Usaha
Masa Berlaku Perizinan Berusaha
 lzin Usaha berlaku selama Pelaku Usaha
menjalankan usaha dan / atau kegiatannya.

 lzin Komersial atau Operasional berlaku untuk


jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang selama memenuhi persyaratan

Anda mungkin juga menyukai