Anda di halaman 1dari 6

Weight In Motion (WIM) adalah suatu metode pengukuran beban kendaraan yang dilakukan

dengan kendaraan melintasi alat timbang dengan kecepatan tertentu tanpa kendaraan diberhentikan,
sehingga proses penimbangan tidak mengganggu arus lalu lintas. Alat ini memiliki kemampuan dapat
mendeteksi jenis kendaraan, beban dan konfigurasi sumbu kendaraan. Pengumpulan data beban sumbu
kendaraan dengan metode WIM dilakukan secara otomatis dengan menggunakan alat pembaca beban
dan dimensi kendaraan yang dipasang diatas permukaan perkerasan jalan, alat ini akan bekerja
membaca dan menimbang setiap kendaraan yang melintasinya.

Sumber : Pusjatan, 2018


Gambar 2.1 Ilustrasi Sistem Wieght In Motion
Bagian-bagian yang terdapat pada alat Wieght In Motion (WIM) adalah sebagai berikut:
1. WIM Strip
Salah satu teknologi dasar sensor WIM yang sering digunakan adalah piezoelectric, sensor ini
banyak digunakan untuk keperluan pengambilan data. Sensor ini berbentuk WIM Strip seperti
terlihat pada Gambar 2.6. WIM Strip berbentuk pelat alumunium yang dibalut karet sehingga dapat
diletakkan dan direkatkan pada permukaan perkerasan. Cara kerja dari sensor ini adalah saat
tekanan diberikan pada material piezoelectric, arus listrik akan terpoduksi.
Sumber : Pusjatan , 2010
Gambar 2.2 Aplikasi Weigh In Motion (WIM) Piezoelectric Bentuk WIM Strip
2. Loop
Untuk keperluan pengumpulan data yang lebih lengkap, pada umumnya sensor WIM dipasang
dengan kelengkapan dua putaran induktif (loop) dan dua sensor pada setiap lajur yang dipantau.
Sensor dipasang di perkerasan jalan dengan orientasi tegak lurus arah lalu lintas, sementara kedua
putaran induktif (loop) dipasang di perkerasan jalan dengan letak di depan dan belakang
sensor WIM yang digunakan.
Fungsi loop adalah pengukur kecepatan kendaraan yang melintas dengan cara mendeteksi roda
saat melintasi bagian awal loopkemudian menghitung waktu tempuh sampai roda tersebut
melintasi bagian akhir loop, sehingga kecepatan kendaraan dapat dihitung sebagai fungsi jarak
antar bagian loop dengan waktu tempuh kendaraan melintasi loop tersebut.
Semua kelengkapan sensor WIM tersebut kemudian dihubungkan dengan data logger yang
mencatat berupa data jumlah gandar kendaraan, jarak antar gandar kendaraan, berat setiap gandar dan
berat total kendaraan tersebut. Data hasil pengukuran dari setiap kendaraan dan interval waktu akan
direkam dan disimpan kedalam memori. Interval waktu yang digunakan dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan pengambilan data, misal interval harian, yaitu data yang direkam akan disalin setiap hari
(24 jam) kedalam 1 file. Proses pencatatan data yang digunakan adalah vehicle by vehicle sehingga
alat akan mencatat setiap kendaraan yang melintasi sensor. Layout tipikal penempatan sensor dan alat
(data logger) dapat dilihat pada Gambar 2.7.
Gambar 2.3 Layout Tipikal Weigh In motion

Kendaraan rencana dikelompokkan menjadi 8 kategori menurut Bina Marga antara lain:

1. Golongan 1:
Sepeda motor (MC) dengan 2 atau 3 roda (meliputi sepeda motor dan kendaraan roda 3 sesuai
sistem klasifikasi Bina Marga).

2. Golongan 2:
Sedan, jeep dan station wagon (sesuai sistem klasifikasi Bina Marga)

3. Golongan 3:
Opelet, pick-up oplet, combi dan minibus (sesuai sistem klasifikasi Bina Marga)

a. Kecuali combi, umumnya sebagai kendaraan penumpang umum, maksimum 12 tempat duduk,
seperti : mikrolet, angkot, minibus
b. Pick-up yang diberi penaung, kanvas/ pelat dengan route dalam kota atau angkutan pedesaan
4. Golongan 4:
Pick-up, micro truck dan mobil hantaran atau pick-up box (sesuai sistem klasifikasi Bina Marga)

a. Umumnya sebagai kendaraan barang, maksimal beban sumbu belakang 3,5 ton dengan bagian
belakang sumbu tunggal roda tunggal (STRT)

5. Golongan 5a: Bus Kecil

a. Sebagai kendaraan penumpang umum dengan tempat duduk 16-26 buah seperti : kopaja,
metromini, elf dengan bagian belakang sumbu tunggal roda ganda (STRG), panjang kendaraan
maksimal 9 m, dengan sebutan bus ¾
Golongan 5b: Bus Besar
a. Sebagai kendaraan penumpang umum dengan tempat duduk 30-56 buah seperti : bus malam, Bus Kota,
Bus Antar Kota dengan bagian belakang sumbu tunggal roda ganda (STRG)

6. Golongan 6a: Truck 2 sumbu 4 roda


a. Kendaraan barang dengan muatan sumbu terberat 5 ton (MST-5, STRT) pada sumbu belakang
dengan as depan 2 roda dan as belakang 2 roda

Golongan 6b: Truck 2 sumbu 6 roda

a. Kendaraan barang dengan muatan sumbu terberat 8-10 ton (MST 8-10, STRG) pada sumbu
belakang dengan as depan 2 roda dan as belakang 4 roda

7. Golongan 7a: Truck 3 sumbu


a. Kendaraan barang dengan 3 sumbu yang tata letaknya STRT (Sumbu Tunggal Roda Tunggal)
dan SGRG (Sumbu Ganda Roda Ganda)
Golongan 7b: Truck gandengan

a. Kendaraan nomor 6 atau 7 yang diberi gandengan bak truck dan dihubungkan dengan batang
besi segitiga disebut juga Full Trailler Truck
Golongan 7c: Truck semi trailler

a. Atau disebut truck tempelan, adalah kendaraan yang terdiri dari kepala truck dengan 2-3 sumbu
yang dihubungkan secara sendi dengan pelat dan rangka bak yang beroda belakang, yang
mempunyai 2 atau 3 sumbu pula
8. Golongan 8:
a. Kendaraan bertenaga manusia atau hewan di atas roda (meliput sepeda, becak, kereta kuda dan
kereta dorong sesuai sistem klasifikasi Bina Marga). Catatan: dalam hal ini kendaraan bermotor
tidak dianggap sebagai unsur lalu-lintas, tetapi sebagai unsur hambatan samping.

Berdasarkan UU RI No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, bahwa yang


dimaksud dengan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala
bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukan bagi lalu-lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan
air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Sedangkan menurut Shirley
L Hendarsin (2000) dalam ”Perencanaan Teknik Jalan Raya”, jaringan jalan raya
merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan penting pada
sektor perhubungan darat terutama untuk kesinambungan distribusi barang dan jasa.
2.1. JARINGAN JALAN
Sesuai Undang-Undang tentang Jalan No. 38 Tahun 2004 dan Peraturan
Pemerintah No. 34 tahun 2006, Jalan dikelompokkan menurut peran dan fungsinya
sebagai berikut:

2.2.1. Peranan Sistem Jaringan Jalan

Sistem Jaringan Jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan dan
mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh
pelayanannya dalam satu hubungan hierarkis. Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan
jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder.

2.2.1.1. Sistem Jaringan Jalan Primer


Merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi untuk
pengembangan semua wilayah, yang menghubungkan simpul jasa distribusi yang
berwujud kota, yang dibagi dalam :
a. Jalan Arteri Primer, adalah ruas jalan yang menghubungkan antar kota
jenjang kesatu yang berdampingan, atau menghubungkan kota jenjang
kesatu dengan kota jenjang kedua.
b. Jalan Kolektor Primer, adalah ruas jalan yang menghubungkan antar kota
jenjang kedua dengan kota jenjang kedua, atau kota jenjang kesatu
dengan kota jenjang ketiga.
c. Jalan Lokal Primer, adalah ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang
kesatu dengan persil, kota jenjang kedua dengan persil, kota jenjang
ketiga dengan kota jenjang ketiga lainnya, kota jenjang ketiga dengan
kota jenjang di bawahnya.

2.2.1.2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder


Merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang
dan jasa untuk masyarakat didalam kawasan perkotaan yang terdiri atas :
a. Jalan Arteri Sekunder, adalah ruas jalan yang menghubungkan kawasan
primer dengan kawasan sekunder kesatu, atau menghubungkan kawasan
sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu lainnya, atau kawasan
sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
b. Jalan Kolektor Sekunder, adalah ruas jalan yang menghubungkan
kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua lainnya, atau
menghubungkan kawasan sekunder ketiga.

c. Jalan Lokal Sekunder, adalah ruas jalan yang menghubungkan kawasan


Sekunder kesatu dengan perumahan, atau kawasan sekunder kedua dengan
perumahan, atau kawasan sekunder ketiga dan seterusnya dengan perumahan.
2.3 KLASIFIKASI JALAN
Menurut Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, jalan menurut peruntukannya
dibedakan menjadi dua, yaitu jalan umum dan jalan khusus. Jalan umum adalah jalan yang
diperuntukkan bagi lalu lintas yang dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status, dan
kelas. Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan,
atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.

2.3.1. Klasifikasi Menurut Sistem

Anda mungkin juga menyukai