Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses menua (aging) adalah proses alami yang dihadapi manusia
dimana dalam proses menua ini terdapat perubahan kondisi fisik, psikologis
maupun sosial. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan secara fisik maupun kesehatan jiwa (Sarwono, 2010). Masalah
kesehatan jiwa yang sering timbul pada lansia meliputi kecemasan, depresi,
insomnia dan demensia (Maryam, 2008). Kecemasan pada lansia dapat
berupa kecemasan akan kematian karena dalam hal ini proses menua
merupakan tahap akhir dari alur kehidupan manusia. Cemas juga dapat
disebabkan karena ketakutan lansia akan kehilangan atau ditinggalkan oleh
orang-orang terdekatnya (Thamer dkk, 2009).
Nugroho (2014) menyatakan jumlah lansia di dunia saat ini lebih dari
629 juta jiwa ( 1dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun ) dan pada tahun
2025 diperkirakan jumlah lansia akan mencapai 1,2 milyar. Hasil sensus
penduduk 1971, jumlah penduduk lansia di Indonesia sekitar 5,31 juta jiwa.
Jumlah tersebut meningkat pada tahun 2010 menjadi hampir 4 kali lipat
yaitu sekitar 18,04 juta jiwa (BPS RI,2010 ). Populasi lansia di Bali yaitu
sebanyak 9 % sehingga Bali memasuki era penduduk berstruktur tua karena
jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas telah melebihi tujuh persen
(Dinkes Provinsi Bali, 2014). Kota Denpasar sebagai salah satu Kabupaten
di Bali juga memiliki populasi lansia lebih dari tujuh persen yaitu sebesar
8,4% pada tahun 2014 (Dinkes Kota Denpasar, 2014 ).
Menurut National sleep foundation tahun 2010 sekitar 67% dari 1.508
lansia di Amerika usia 65 tahun keatas melaporkan mengalami insomnia
dan sebanyak 7,3% lansia mengeluhkan gangguan memulai tidur dan
mempertahankan tidur atau insomnia. Di Indonesia insomnia yang
menyerang sekitar 50% orang yang berusia 65 tahun, setiap tahun
diperkirakan sekitar 20-50% lansia melaporkan adanya insomnia dan

1
sekitar 17% mengalami insomnia. Di Provinsi Bali tahun 2012 jumlah lansia
sekitar 680.114 jiwa tiap tahun 20%-40% orang dewasa dan lansia
mengalami insomnia. Di kabupaten Gianyar, jumlah lansia pada tahun 2013
mencapai sekitar 1452 (10,95%) dari jumlah seluruh jumlah lansia (Dinas
Kesehatan Provinsi Bali, 2013).
Perubahan fisiologis membuat lansia lebih rentan terhadap beberapa
penyakit salah satunya adalah Insomnia yang disebabkan karena adanya
perubahan neurologis, akibat penurunan jumlah neuron maka fungsi
neurotransmitter berkurang. Sehingga lansia sering mengeluh kesulitan
untuk tidur, kesulitan untuk tetap terjaga, kesulitan untuk tidur kembali
setelah terbangun di malam hari, dan tidur siang yang berlebihan. (Potter &
Perry, 2009).
Perubahan pola tidur atau Insomnia pada lansia saat ini masih cukup
tinggi, banyak hal yang bisa menyebabkan terjadinya Insomnia. Baik berupa
faktor dari dalam (intrisik) yaitu: Kecemasan, motivasi, dan umur. Maupun
faktor dari luar (ekstrinsik) yaitu: berupa gaya hidup, penggunaan obat-
obatan, gangguan medis dan lingkungan. (Stanley & Beare 2006)
Gangguan pola istirahat dan tidur seperti insomnia di karenakan
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun
kuantitasnya, gangguan tidur umumnya ditemui pada individu yang sudah
lanjut usia Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau bisa juga karena
faktor mental seperti adanya perasaan gundah ataupun gelisah. (Surilena,
2009).
Gangguan mental yang erat hubungannya dengan gangguan tidur atau
Insomnia adalah kecemasan. Kecemasan merupakan pengalaman subjektif
dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan
suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik (Suliswati, 2012). Rasa
cemas yang dialami oleh individu akan menjadi pengganggu yang sama
sekali tidak diharapkan, salah satu dampak dari kecemasan tersebut adalah
insomnia (Stanley, 2007).

2
Dampak Insomnia pada lansia misalnya mengantuk berlebihan di
siang hari, gangguan memori, mood dan depresi, sering terjatuh,
penggunaan hipnotik yang tidak semestinya, dan penurunaan kualitas hidup.
Beberapa gangguan tidur dapat mengancam jiwa baik secara langsung
maupun tidak langsung misalnya kecelakaan akibat gangguan tidur. (WHO,
2012).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan


oktober 2016 di PSTW Wana Seraya Denpasar, diperoleh data jumlah
keseluruhan lansia sebanyak 53 orang yang terdiri dari 11 orang laki-laki
dan 42 perempuan. Lansia yang tinggal disana disebabkan karena tidak
mempunyai keluarga, sengaja dititipkan oleh anggota keluarganya, namun
ada juga lansia yang tinggal disana karena terlantar dalam kehidupan sehari-
harinya sehingga mereka dimasukan ke panti oleh masyarakat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumitra dan Larasati


menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan gangguan
tidur atau insomnia pada lansia yaitu paling banyak lansia yang mengalami
insomnia dengan kategori tinggi sebanyak 46,7%, kelompok umur paling
banyak adalah 55 - 74 tahun (57,1%), jenis kelamin perempuan 87,7%,
kebiasaan minum kopi 78,6%, memiliki kebiasaan merokok 64,36% , 57,1%
mengalami kecemasan ,78,6% tidak nyaman dengan kondisi lingkungannya
dan 78,6% status kesehatan yang kurang

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dhin 2015 mengatakan dari
40 responden yang paling banyak mengalami kecemasan adalah kategori
kecemasan ringan yaitu sebanyak 23 responden (57,5%). Kemudian
sebanyak 12 responden (30%) dalam kategori tidak ada kecemasan,
sebanyak 3 responden (7,5%) dalam kategori kecemasan sedang dan
responden yang paling sedikit mengalami kecemasan berat sebanyak 2
responden (5,0%). Sedangkan dari 40 responden tersebut yang mengalami
insomnia sebanyak 36 responden (90%) dan yang tidak mengalami
insomnia sebanyak 4 responden (10%). Dari hasil penelitian tersebut Dhin

3
menyimpulkan adanya hubungan positif yaitu semakin tinggi tingkat
kecemasan pada lanjut usia mengakibatkan insomnia. Begitu pula
sebaliknya, semakin rendah tingkat kecemasan pada usia lanjut maka akan
semakin terhindar dari kejadian insomnia.

Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 5 lansia, peneliti


menemukan bahwa 3 orang mengatakan bahwa sebenarnya mereka lebih
senang tinggal bersama keluarganya dan kecemasan sering muncul pada
saat penyakit yang diderita oleh para lansia kambuh, dimana lansia tersebut
memiliki penyakit seperti hipertensi. Mereka juga mengatakan sering
merasa khawatir, merasa kesepian karena jauh dari keluarga. Walaupun
setiap harinya mereka berada dipanti dan mengikuti setiap kegiatan yang
telah dijadwalkan namun mereka masih merasa cemas, kesepian dan
memikirkan keluarganya sehingga mereka sering mengalami kesulitan
untuk tidur, sering terbangun dimalam hari dan tidak dapat tidur kembali.
Hal-hal tersebut merupakan gejala awal kecemasan yang dapat
menyebabkan gangguan pola tidur pada lansia. Berdasarkan latar belakang
diatas peneliti tertarik untuk mengetahui ”Hubungan tingkat kecemasan
dengan insomnia pada lansia di PSTW Wana Seraya Denpasar “

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, khususnya tentang kesehatan
lanjut usia terutama pada masalah insomnia adapun rumusan masalah
yang diangkat dalam penelitian ini yaitu “Adakah hubungan antara tingkat
kecemasan dengan insomnia pada lansia di PSTW Wana Seraya Denpasar
Tahun 2016?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara


tingkat kecemasan dengan insomnia pada lansia di PSTW Wana
Seraya Denpasar Tahun 2016.

4
2. Tujuan khusus
a) Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada lansia di PSTW Wana
Seraya Denpasar Tahun 2016.
b) Mengidentifikasi insomnia pada lansia di PSTW Wana Seraya
Denpasar Tahun 2016.
c) Menganalisa hubungan anatara tingkat kecemasan dengan
insomnia pada lansia di PSTW Wana Seraya Denpasar Tahun
2016.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang keperawatan gerontik terkait
dengan kecemasan dan Insomnia yang terjadi pada kalangan lansia
2. Manfaat praktis
a. Peneliti
Penelitian ini dapat dijadikan sebuah pengalaman yang
menambah wawasan dan pengetahuan terkait dengan masalah pada
lansia
b. Panti werdha
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sumber informasi
dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam meningkatkan perawatan
lansia terkait dengan masalah kecemasan dan Insomnia yang sering
terjadi pada lansia.
c. Masyarakat
Bagi masyarakat umum, hasil penelitian ini dapat
menambah informasi masyarakat tentang mengaja kualitas hidup
lansia

Anda mungkin juga menyukai