1. CEREBRAL OEDEM
Cerebral oedem disebabkan karena penurunan ATP pada pompa NA+/K+. Penurunan
ini disebabkan karena suplai aliran darah ke otak menurun. Na intrasel menjadi
semakin banyak dan akhirnya menarik air ke parenkim otak. Hal ini dapat
menyebabkan cell death.
2. HIPERTENSI REAKTIF:
TIK pada stroke menyebabkan terjadinya penekanan pada batang otak sehingga
batang otak mengalami iskemi, kemudian neuron penghambat simpatis di batang otak
menjadi tidak aktif, kerja saraf simpatis meningkat akibatnya tekanan sistemik
meningkat.
3. HIPERGLIKEMI REAKTIF
Terjadi gangguan regulasi darah sebagai reaksi non-spesifik terhadap stres jaringan.
Dalam keadaan stres pada stroke terjadi aktivasi sistem saraf otonom simpatis yang
menyebabkan pelepasan katekolamin yang mempunyai efek glikogenolisis dan
glukoneogenesis di hati sehingga meningkatkan pelepasan glukosa ke dalam sirkulasi.
Selain itu organ adrenal juga terangsang untuk mengluarkan cortisol yang memicu
glukoneogenesis. Gula darah dalam serum dapat mencapai 250mg yang berangsur –
angsur turun
4. SINDROMA PSEUDOBULBAR
Kondisi ini disebabkan kerusakan pada jaras yang berjalan dari cortex cerebri ke
batang otak. Hal ini dapat disebabkan karena stroke berulang pada 2 sisi otak.
5. FROZEN SHOULDER
Kelainan ini diakibatkan oleh imobilisasi sendi dalam jangka waktu yang lama. Pada
pasien stroke hal ini sering terjadi karena tidak adanya perbaikan fungsi motoris dan
jarang melakukan fisioterapi. Akibatnya terjadi pertumbuhan jaringan ikat pada
capsul sendi yang menyebabkan sendi sulit digerakkan
6. SPASTIK
8. PHLEBITIS
9. SEKUELE
Sekuele atau gejala sisa merupakan manifestasi defisit neurologis yang tidak hilang
setelah stroke. Biasanya hal ini berhubungan dengan lokasi dan fungsi kerusakan sel
di otak.
Pasien dengan stroke dapat mengalami stroke berulang bila terjadi sumbatan lagi di
pembuluh darah otak. Hal ini diakibatkan dari perubahan struktur pembuluh darah dan
kecenderungan untuk pembentukan arteroma.
1. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi
otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen
suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hemotokrit pada tingkat dapat diterima
akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
2. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas
pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus menjamin penurunan
vesikositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi atau hipotensi ekstrem
perlu perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi
meluasnya area cedera.
3. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dari
katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah keotak dan selanjutnya
menurunkan aliran darah serebral.
Menurut Junaidi (2011) komplikasi yang sering terjadi pada pasien stroke yaitu:
a. Dekubitus merupakan tidur yang terlalu lama karena kelumpuh dapat mengakibatkan
luka/lecet pada bagian yang menjadi tumpuan saat berbaring, seperti pinggul, sendi kaki,
pantat dan tumit. Luka dekubitus jika dibiarkan akan menyebabkan infeksi.
b. Bekuan darah merupakan bekuan darah yang mudah terjadi pada kaki yang lumpuh dan
penumpukan cairan.
c. Kekuatan otot melemah merupakan terbaring lama akan menimbulkan kekauan pada otot
atau sendi. Penekanan saraf peroneus dapat menyebabkan drop foot. Selain itu dapat terjadi
kompresi saraf ulnar dan kompresi saraf femoral.
d. Osteopenia dan osteoporosis, hal ini dapat dilihat dari berkurangnya densitas mineral pada
tulang. Keadaan ini dapat disebabkan oleh imobilisasi dan kurangnya paparan terhadap sinar
matahari.
e. Depresi dan efek psikologis dikarenakan kepribadian penderita atau karena umur sudah
tua. 25% menderita depresi mayor pada fase akut dan 31% menderita depresi pada 3 bulan
paska stroke s dan keadaan ini lebih sering pada hemiparesis kiri.
g. Spastisitas dan kontraktur pada umumnya sesuai pola hemiplegi dan nyeri bahu pada
bagian di sisi yang lemah. Kontraktur dan nyeri bahu (shoulder hand syndrome) terjadi pada
27% pasien stroke.