Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PROFESIONALISME DALAM PENGELOLAAN MADRASAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan

Disusun oleh kelompok (3)

Indah :1611114

Kesi sundari :1611116

Heldia :1611113

Iswanto :1611115

Galih :1611112

Dosen Pengampu: Syarifah H.R.Dg Tujuh M.A

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYAIKH


ABDURRAHMAN SIDDIK BANGKA
BELITUNGTAHUN 2018/2019.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia keilmuan islam, pendidikan merupakan bagian terpenting
dalam kehidupan manusia, karena dengan pendidikanlah manusia akan bisa
eksis dan berjaya di muka bumi ini. Melalui tindakan-tindakan guru, nasib
pendidikan kita bergantung kepadanya. Sementara itu, diketahui bahwa dewasa
ini tugas guru semakin berat. Hal ini terjadi antara lain karena kemajuan di
bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta perubahan cara pendang dan pola
hidup masyarakat yang menghendaki strategi pendekatan dalam proses belajar
mengajar yang berbeda-beda, disamping materi pengajaran itu sendiri. Dengan
keadaan perkembangan masyarakat yang sedemikian itu, maka mendidik
merupakan tugas berat dan memerlukan seseorang yang cukup memiliki
kemampuan yang sesuai dengan jabatan tersebut. Mendidik adalah pekerjaan
profesional yang tidak dapat diserahkan kepada sembarang orang, karena hal ini
akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik dalam kehidupannya, begitu juga terhadap lembaga
pendidikan di mana ia mengabdikan dirinya untuk profesi yang diembannya.
Untuk mewujudkan profesionalisme dalam pribadi seseorang guru tidaklah
mudah, karena hal tersebut memerlukan proses yang cukup panjang dan biaya
yang cukup banyak. Disamping itu, diperlukan pula penyadaran akan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai cita-cita dari masyarakat terhadap hasil
pembelajarannya yang dilakukan bersama muridnya dapat tercapai, sehingga
tercipta kualitas dan mutu out put yang bisa dipertanggung jawabkan secara
intelektual, memiliki keterampilan yang tinggi dan memiliki akhlaqul karimah
yang mapan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian profesionalisme?
2. Bagaimanakah pandangan islam tentang profesionalisme?
3. Bagaimana profesionalisme dalam pendidikan?
4. Bagaimanakah cara menerapkan profesionalisme dalam madrasah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya riwayat, pekerjaan,
pekerjaan tetap, pencaharian, pekerjaan yang merupakan sumber penghidupan.
Menurut bahasa profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian (ketrampilan, kejujuran, dsb.) sedang menurut istilah bahwa profesi
adalah merupakan seorang yang menampilkan suatu tugas yang mempunyai
tingkat kesulitan dan mempersyaratkan waktu persiapan dan pendidikan cukup
lama untuk menghasilkan pencapaian pendidikan kemampuan ketrampilan dan
pengetahuan berkadar tinggi.1
Profesionalisme menurut Ahmad Tafsir adalah paham yang mengajarkan
bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional. Orang yang
profesional ialah orang yang memiliki profesi. Sedangkan menurut Istilah
profesionalisme berasal dari profesion. Profession mengandung arti yang sama
dengan kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang
diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus. Dengan kata lain, profesi dapat
diartikan sebagai suatu bidang keahlian yang khusus untuk menangani lapangan
kerja tertentu yang membutuhkannya. Profesionalisme berarti suatu pandangan
bahwa suatu keahliaan tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang mana
keahlian itu hanya diperoleh melalui pendidikan khusus atau latihan khusus.2
Selanjutnya istilah profesionalisme memang juga merupakan bentuk kata
kerja dari kata benda profesi (profesion), hanya saja berikut maknanya selama
ini jarang dikemukakan, terutama pada saat di Indonesia masih banyak orang
yang berpendapat bahwa ilmu itu bebas nilai (seperti keyakinan yang pernah
dianut orang barat). Oleh karena itu, profesi adalah jabatan atau pekerjaan yang
diakibatkan oleh penguasaan suatu ilmu bebas nilai yang mengandung makna
seolah-olah seorang profesional tidak bertanggung jawab atas penggunaan hasil

1
Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di sekolah, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2010), hlm. 89.
2
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 1992), hlm. 48.
kerjanya karena hal itu menjadi tanggung jawab dan resiko pemesannya. Hal itu
juga ternyata merupakan pendapat usang, bahkan tidak berlaku lagi.3
Sedangkan profesionalisme adalah proses usaha menuju ke arah
terpenuhinya persyaratan suatu jenis model pekerjaan ideal berkemampuan,
mendapat perlindungan, memiliki kode etik profesionalisasi, serta upaya
perubahan struktur jabatan sehingga dapat direfleksikan model profesional
sebagai jabatan elit. Sedangkan profesi itu sendiri pada hakekatnya adalah sikap
bijaksana (informed responsiveness) yaitu pelayanan dan pengabdian yang
dilandasi oleh keahlian, kemauan, teknik dan prosedur yang mantap diiringi
sikap kepribadian tertentu.
B. Pandangan Islam tentang Profesionalisme
Pekerjaan (profesi adalah pekerjaan) menurut islam harus dilakukan
karena Allah. “Karena Allah” maksudnya adalah karena diperintahkan Allah.
Jadi, profesi dalam islam harus dijalani karena merasa bahwa itu adalah perintah
Allah. Dalam kenyataannya pekerjaan itu dilakukan untuk orang lain, tetapi niat
yang mendasarinya adalah perintah Allah. Dari sini kita mengetahui bahwa
pekerjaaan profesi di dalam islam dilakukan untuk atau sebagai pengabdian
kepada dua objek, yaitu: pengabdian kepada Allah dan sebagai pengabdian atau
dedikasi kepada manusia atau kepada yang lain sebagai objek pekerjaaan itu.
Jelas pula bahwa kriteria “pengabdian” dalam islam lebih kuat dan lebih
mendalam dibandingkan dengan pengabdian dalam kriteria yang diajarkan diatas
tadi. Pengabdian dalam islam, selain demi kemanusiaan, juga dikerjakan demi
Tuhan, jadi unsur transenden ini dapat menjadikan pengalaman profesi dalam
islam lebih tinggi nilai pengabdiannya dibandingkan dengan pengalaman profesi
yang tidak didasari oleh keyakian iman kepada Tuhan.4
Dalam islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional, dalam arti
harus dilakukan secara benar. Itu hanya mungkin dilakukan oleh orang yang
ahli. Rasulullah SAW, mengatakan bahwa: “ bila suatu urusan dikerjakan oleh
orang yang tidak ahli, maka tunggulah kehancuran”. “Kehancuran” dalam hadits
ini dapat diartikan secara terbatas dan dapat diartikan secara luas. Bila seorang

3
Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), hlm. 156-
157.
guru mengajar tidak dengan keahlian, maka yang “hancur” adalah muridnya. Ini
dalam pengertian yang terbatas. Murid-murid itu kelak mempunyai murid lagi
dan murid-murid itu kelak berkarya, kedua-duanya dilakukan dengan tidak benar
(karena telah dididik tidak benar), maka akan timbullah “kehancuran”.
Kehancuran apa? Ya, kehancuran orang-orang yaitu murid-murid itu, dan
kehancuran sistem ini kebenaran karena mereka mengajarkan pengetahuan yang
dapat saja tidak benar. Ini kehancuran dalam arti luas. Maka benarlah apa yang
diajarkan Nabi: Setiap pekerjaan (urusan) harus dilakukan oleh orang yang ahli.
“Karena Allah” saja tidaklah cukup untuk melakukan suatu pekerjaan. Yang
mencukupi ialah “karena Allah” dan “keahlian”. Dengan uraian yang singkat itu
jelaslah pandangan islam tentang profesi, bahkan juga pandangan islam tentang
profesionalisme. Islam mementingkan profesionalisme. Akan tetapi, bagaimana
penerapan profesionalisme ini dalam masyarakat islam sekarang, khususnya
dalam bidang pengelolaan sekolah.5
C. Profesionalisme dalam Pendidikan Madrasah
Dalam Islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional. Dalam
arti harus dilakukan dengan benar. Itu hanya bisa dilakukan oleh orang ahli.
Penerapan paham profesionalisme ini akan menghasilkan efek yang positif.
1. Meningkatkan profesionalisme akan mendapatkan pendidikan yang lebih
bermutu. Penigkatan itu akan dinikmati oleh masyarakat dan pada gilirannya
mutu masyarakat muslim juga akan meningkat. karena mutu yang baik maka
peminat memasuki lembaga pendidikan itu juga akan meningkat. Mahasiswa
atau murid akan meningkat jumlahnya.6
2. Dari mahasiswa atau murid yang banyak itu akan masuk uang yang lebih
banyak. Dari uang yang banyak itu dapat menggunakannya sebagian untuk
lebih meningkatkan mutu. Penerapan profesionalisme akan menimbulkan
suatu sinergi kearah lebih baik. Sinergi ini perlu dipahami karena selama ini

4
Mujamil Qomar. Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta : Erlangga, 2007) hlm. 129-141.
5
Djamaludin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, ( Bandung : Pustaka Setia, 1999 ) hlm. 34.
6
Imam Suprayogo, Quo Vadis Madrasah, ( Yogyakarta : Hikayat, 2007 ) hlm 47-48.
seringkali pengelola sekolah bingung dari mana harus dimulai untuk
meningkatkan mutu pendidikan.7
D. Cara Menerapkan Profesionalisme dalam Madrasah
Tidak ada orang yang menghendaki sekolah-sekolah mutunya rendah.
Untuk menerapkan profesionalisme dalam pengelolaan pendidikan agaknya
dapat diikuti sekurang-kurangnya dipertimbangkan pikiran berikut ini:8
1. adanya profesionalisme pada tingkatan yayasan. Biasanya sekolah berada di
bawah pengelolaan dan tanggung jawab yayasan. Yayasan tidak hanya
mengurus sekolah, kadang-kadang yayasan juga membuat kegiatan lain,
yaitu sebuah yayasan mengurus rumah sakit, rumah anak-anak yatim,
koperasi sekolah, dan lain-lain. Dalam hal ini, pengurus yayasan cukup
memenuhi syarat satu saja yaitu rasa pengabdian yang besar kepada
masyarakat. Oleh karena itu, ia senang berbuat untuk masyarakat. Dalam hal
seperti ini maka yayasan harus menugaskan seseorang yang profesional
untuk setiap bidang garapan. Untuk mengelola sekolah harus ada paling
sedikit satu orang yang memiliki profesi pendidikan (tegasnya sekolah) yang
duduk pada tingkat yayasan. Orang ini sebaiknya tidak merangkap jabatan
sebagai salah seorang seorang pengurus yayasan dan kepala sekolah, cukup
mengurusi sekolah saja. Mengapa demikian? Karena ia harus memikirkan
perkembangan sekolah, dari suatu sekolah menjadi banyak sekolah. Jadi,
pikirannya tidak boleh hanya tertuju pada satu sekolah. Hubungan kerjanya
lebih banyak dengan pengurus lengkap yayasan dan dengan masyarakat,
sekolah hanya salah satu titik saja dalam pemikirannya dan pemikirannya
akan lebih luas, tidak terlibat dalam persoalan-persoalan rutin yang biasanya
selalu ada setiap sekolah.
2. menerapkan profesionalisme pada tingkat pimpinan sekolah. Dalam hal ini
yang benar-benar harus diperhatikan oleh pengurus yayasan ialah memilih
yayasan kepala sekolah yang benar-benar profesional, dengan keahliannya
itu ia dapat meningkatkan mutu tenaga guru. Akan tetapi, bila katakanlah

7
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996) hlm.
104.
8
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta : Erlangga, 2007) hlm, 156.
guru-guru profesional, tetapi kepala sekolah tidak profesional, yang akan
terjadi adalah bentrokan kebijakan.
3. penerapan profesionalisme pada tingkat tenaga pengajar. Ini harus dimulai
dalam penerimaan tenaga guru. Kadang-kadang ada yayasan dan kepala
sekolah yang berpendapat bahwa “untuk sementara terima saja, bila sekolah
ini sudah stabil, kita ganti guru yang tidak profesionalisme itu!” Kebijakan
ini yang sangat keliru. Kenyataannya ialah memecat guru tidaklah semudah
itu.
4. profesionalisasi tenaga tata usaha sekolah. Kebutuhan pegawai tata usaha
untuk suatu sekolah sesungguhnya tidak banyak. Banyaknya pegawai tata
usaha tidak menjamin beresnya tata usaha sekolah yang menjamin adalah
tingkat profesionalisme yang tinggi. Apalagi pada zaman sekarang ini tatkala
peralatan bantu seperti komputer sudah semakin canggih. Perencanaan
ketatausahaan sekolah seluruhnya adalah tugas kepala sekolah, mencakup
jumlahnya dan bidang tugasnya. Tidak dibuat teori baku tentang jumlah dan
tugas tata usaha sekolah. Ini disebabkan oleh kondisi dan program sekolah
tidak sama. Yang dapat diteorikan ialah bahwa tata usaha sekolah harus
mampu memberikan pelayanan selengkap-lengkapnya terhadap kepala
sekolah, guru, murid, orang tua murid. Maka, tugas tata usaha sekolah
adalah melakukan semua tugas yang diperintahkan oleh kepala sekolah,
yang mana kepala sekolah harus orang yang profesional. Hambatan utama
untuk menerapkan profesionalisme dalam pengelolaan sekolah ialah
kekurangan biaya, demikian pendapat umum di kalangan pengelola sekolah .
Oleh karena itu, sekolah banyak yang rendah mutunya. Pendapat ini umum
dianut dan kelihatannya banyak sekali orang yang percaya pada pendapat
seperti itu.
BAB III
KESIMPULAN
Profesionalisme menurut Ahmad Tafsir (2004) adalah paham yang mengajarkan
bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional. Pekerjaan (profesi
adalah pekerjaan) menurut islam harus dilakukan karena Allah. “Karena Allah”
maksudnya adalah karena diperintahkan Allah. Jadi, profesi dalam islam harus dijalani
karena merasa bahwa itu adalah perintah Allah. Dalam Islam, setiap pekarjaan harus
dilakukan secara profesional. Dalam arti harus dilakukan dengan benar. Itu hanya bisa
dilakukan oleh orang ahli. Penerapan paham profesionalisme ini akan menghasilkan
efek yang berganda, yaitu:
1. Dengan meningkatkan profesionalisme akan mendapatkan pendidikan yang
lebih bermutu.
2. Dari mahasiswa atau murid yang banyak itu akan masuk uang yang lebih
banyak.
3. Karena mutu yang baik maka peminat memasuki lembaga pendidikan itu juga
akan meningkat.
Untuk menerapkan profesionalisme dalam pengelolaan pendidikan agaknya
diikuti sekurang-kurangnya dipertimbangkan pikiran berikut ini:
a) Adanya profesionalisme pada tingkatan yayasan
b) Menerapkan profesionalisme pada tingkat pimpinan sekolah
c) Penerapan profesionalisme pada tingkat tenaga pengajar
d) Profesionalisasi tenaga tata usaha sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 1992. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Arifin, Muzayyin. 2009. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.

Djamaludin. 1999. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung : Pustaka Setia.

Hasbullah.1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Imam Suprayogo. 2007. Quo Vadis Madrasah. Yogyakarta : Hikayat.

Suryosubroto. 2010. Manajemen Pendidikan di sekolah. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Qomar, Mujamil. 2007. Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai