Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN WAHAM

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II

Dosen pengampu : Ns.Zumrotul Choiriyah,S.Kep.,M.Kes

Di susun oleh :

Kelompok 2

1. Ani Triyanti (010116A001)


2. Cun Fariyanti (010116A017)
3. Eza Nagita Pramudita (010116A033)
4. Hafidz Delby (010116A041)
5. Ida Kusumawati (010116A045)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Tahun Ajaran 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan kebesaran Allah SWT dengan maha pengasih lagi maha penyayang,
kami panjatkan rasa puji syukur atas hidayah-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
nikmat dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Waham”. Makalah ini ditulis guna untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II yang di ampu oleh Ns.Zumrotul
Choiriyah,S.Kep.M.Kes.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangannya


oleh karena itu mohon kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan teman-teman yang
membutuhkannya.

Ungaran, 11 September 2018

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan
secara kuat atau terus- menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham
adalah termasuk gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa dirinya
adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham sering ditemui
pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering
ditemukan pada penderita skizofrenia. Kebanyakan pasien skizofrenia daya
tiliknya berkurang dimana pasien tidak menyadari penyakitnya serta
kebutuhannya terhadap pengobatan, meskipun gangguan pada dirinya dapat
dilihat oleh orang lain.
Waham terjadi karena munculnya perasaan terancam oleh
lingkungan, cemas, merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi
sehingga individu mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek
realitas dengan menyalah artikan kesan terhadap kejadian, kemudian
individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada lingkungan
sehingga perasaan, pikiran, dan keinginan negatif tidak dapat diterima
menjadi bagian eksternal dan akhirnya individu mencoba memberi
pembenaran personal tentang realita pada diri sendiri.
Gangguan berpikir umumnya dikenali dari pembicaraan dan tulisan.
Hal ini dapat disimpulkan dari ketidakmampuan untuk menyelesaikan
tugas. Inti dari gagasan isi pikiran dalah keyakinan dan bentuk pendirian
yang abnormal. Perkembangan dari ketidaknormalan mengenai keyakinan
dan pendirian harus mempertimbangkan kultur seseorang.

B. Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang bagaimana konsep waham
(Definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis , proses terjadinya waham)
dan asuhan keperawatan yang harus diterapkan pada pasien waham.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
B. Etiologi
C. Klasifikasi
Berdasarkan Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa (2006),
Waham diklasifikasikan menjadi beberapa, yaitu :
1. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “Saya ini pejabat di departemen kesehatan lho, atau saya
punya tambang emas “.
2. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencurigai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak
sesuai kenyataan.
Contoh : “Saya tahu..seluruh saudara saya ingin menghancurkan
hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”.
3. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : Kalau saya mau masuk surga sya harus menggunakan
pakaian putih setiap hari”.
4. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu /terserang
penyakit, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
Contoh : “ Saya sakit kanker”, setelah pemeriksaan laboratorium
tidak ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus mengatakan
bahwa ia terserang kanker.

4
5. Waham nihilistik
Meyakni bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh : “Ini kan alam kubur saya, semua yang ada disini adalah
roh-roh”.
D. Manifestasi Klinis/ Tanda dan gejala
E. Proses Terjadinya Waham
Waham terjadi sebagai manifestasi dari adanya keinginan atau usaha
seseorang untuk memasukkan material fantasi dengan kenyataan hidup
sehari – hari. Ada teori yang disebut khayalan termotivasi atau defensif.
Yang satu ini menyatakan bahwa beberapa dari mereka orang-orang
yang cenderung akan menderita timbulnya gangguan delusional di saat-
saat ketika menghadapi kehidupan dan menjaga harga diri yang tinggi
menjadi tantangan signifikan. Dalam hal ini, pandangan orang lain
sebagai penyebab kesulitan pribadi mereka dalam rangka melestarikan
pandangan positif tentang diri sendiri.
Teori lain dari pembentukan waham adalah proses kognitif
disfungsional yang menyatakan bahwa delusi mungkin timbul dari
terdistorsi cara orang menjelaskan hidup untuk diri mereka sendiri.
Selain itu, stres terus-menerus telah dihubungkan dengan kemungkinan
yang lebih tinggi delusi berkembang.
Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu:
1. Fase Lack of Human Need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat
terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat
terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk
melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara
sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti
dengan self ideal sangat tinggi.

5
2. Fase Lack of Self Esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar
lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
3. Fase Control Internal External
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-
apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan
tidak sesuai dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien
adalah suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui,
kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi
prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien
itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan
hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan
orang lain.
4. Fase Environment Support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam
lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama
kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut
sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari
sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi
perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien

6
menyendiri dan lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri
dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase Improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap
waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema
waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu
atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).
Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
Pohon Masalah Waham

Resiko tinggi mencederai diri


Kerusakan komunikasi sendiri, orang lain dan
lingkungan

Perubahan isi pikir :


Waham

Gangguan konsep diri: Harga


diri rendah

(Nita Fitria, 2010)

7
Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

- Pikiran logis - Pikiran kadang - Gangguan Proses


- Persepsi akurat menyimpang ilusi Pikir: Waham
- Emosi konsisten - Reaksi Pikiran - Halusinasi
dengan kadang - Kerusakan emosi
pengalaman menyimpang ilusi - Perilaku tidak
- Perilaku sosial - Reaksi emosional sesuai
- Hubungan sosial berlebihan dan - Ketidakteraturan
kurang isolasi sosial
- Perilaku tidak
sesuai
- Menarik diri (Budi Anna Kelliat, 2009)
- emosional
F. Mekanisme Koping
berlebihan dan
Mekanisme koping dapat di bedakan menjadi 2 yaitu:
kurang
- Perilaku
1. Reaksi yang berorientasi tidak
pada tugas
Yaitu upaya yang disesuai
dasari dan berorientasi pada tindakan untuk
- Menarik diri
memenuhi secara reakstik tuntunan situasi stres seperti perilaku
menyerang dan menarik diri.
2. Mekanisme pertahanan ego
Yaitu mekanisme yang dapat membantu mengatasi cemas, jika
berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan
disorientasi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon
maladaptif terhadap stres.
(Anonymous, 2009)
G. Asuhan Keperawatan pasien dengan Waham
Berbagai macam masalah kehilangan dapat terjadi pada individu,
baik itu kehilangan harta benda, keluarga maupun orang yang bermakna.
Kehilangan ini merupakan stresor yang menyebabkan stress pada

8
mereka yang mengalaminya. Bila stress ini berkepanjangan dapat
memicu masalah gangguan jiwa dan pasien dapat mengalami waham.
1. Pengkajian
Berikut adalah beberapa contoh pertanyaan yang dapat
digunakan sebagai panduan untuk mengkaji pasien dengan waham :
a. Apakah pasien memiliki pikiran yang berulang-ulang
diungkapkan dan menetap ?
b. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau
apakah pasien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau
kesehatannya ?
c. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda di
sekitarnya aneh dan tidak nyata ?
d. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar
tubuhnya ?
e. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh
orang lain ?
f. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya
dikontrol oleh orang lain atau kekuatan dai luar ?
g. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik
atau kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat
membaca pikirannya ?
Selama pengkajian saudara harus mendengarkan dan
memperhatikan semua informasi yang diberikan oleh pasien
tentang wahamnya. Untuk mempertahankan hubungan saling
percaya yang telah terbina jangan menyangkal, menolak, atau
menerima keyakinan pasien.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan proses pikir : Waham
3. Tindakan Keperawatan
a. Tindakan keperawatan untuk pasien
 Tujuan :

9
1) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
2) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
3) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan
lingkungan
4) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
 Tindakan :
1) Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara
harus membina hubungan saling percaya terlebih dahulu
agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi
dengan saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam
rangka membina hubungan saling percaya adalah :
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali
bertemu pasien.
2) Bantu orientasi realita
a) Bantu mendukung atau membantah waham pasien
b) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
c) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas
sehari-hari
d) Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya
dengarkan tanpa memberikan dukungan atau
menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya.
e) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien
sesuai dengan realitas
3) Diskusikan kebutuhan psikologi/emosional yang tidak
terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan
marah.

10
4) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik
dan emosional pasien
5) Berdiskusi tentang kamampuan positif yang dimiliki
6) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
7) Berdiskusi tentang obat yang diminum
8) Melatih minum obat yang benar

Beberapa Strategi Pelaksanaan (SP) yang dilakukan pada


pasien:

1) SP 1 Pasien :
- Membina hubungan saling percaya
- Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara
memenuhi kebutuhan
- Mempraktekkan pemantauan kebutuhan yang tidak
terpenuhi
2) SP 2 Pasien :
- Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu
mempraktekkannya
3) SP 3 Pasien :
- Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga
 Tujuan :
1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
2) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi
kebutuhan yang dipenuhi oleh wahamnya
3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan
pasien secara optimal
 Tindakan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat
pasien di rumah

11
2) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami
pasien
3) Diskusikan dengan keluarga tentang :
a) Cara merawat pasien waham dirumah
b) Follow up dan keteraturan pengobatan
c) Lingkungan yang tepat untuk pasien
4) Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat,
dosis, frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat )
5) Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang
memerlukan konsultasi segera
6) Latih cara merawat
7) Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga

Beberapa Strategi Pelaksanaan (SP) yang diberikan pada


keluarga:

1) SP 1 Keluarga :
- Membina hubungan saling percaya dengan keluarga
- Mengidentifikasi masalah menjelaskan proses terjadinya
masalah
- Obat pasien
2) SP 2 Keluarga :
- Melatih keluarga cara merawat pasien
3) SP 3 Keluarga :
- Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
4. Evaluasi
a. Kemampuan pasien dan keluarga
b. Kemampuan Perawat
5. Terapi aktivitas kelompok
Terapi aktivitas kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien
dengan waham adalah :
1. TAK orientasi realitas

12
TAK orientasi realitas terdiri dari tiga sesi yaitu :
a. Sesi 1 : Pengenalan orang
b. Sesi 2 : Pengenalan tempat
c. Sesi 3 : Pengenalan waktu
2. TAK sosialisasi
TAK sosialisasi terdiri dari tujuh sesi yaitu :
a. Sesi 1 : Kemampuan memperkenalkan diri
b. Sesi 2 : Kemampuan berkenalan
c. Sesi 3 : Kemampuan bercakap-cakap
d. Sesi 4 : Kemampuan bercakap-cakap topik tertentu
e. Sesi 5 : Kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
f. Sesi 6 : Kemampuan bekerjasama
g. Sesi 7 : Evaluasi kemampuan sosialisasi
6. Pertemuan Kelompok Keluarga
Asuhan keperawatan untuk kelompok keluarga ini dapat
diberikan dengan melaksanakan pertemuan keluarga baik dalam
bentuk kelompok kecil dan kelompok besar.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Waham adalah termasuk gangguan isi pikiran. Pasien meyakini bahwa
dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya. Waham terjadi
karena munculnya perasaan terancam oleh lingkungan, cemas, merasa
sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi sehingga individu mengingkari
ancaman dari persepsi diri atau objek realitas dengan menyalah artikan
kesan terhadap kejadian, kemudian individu memproyeksikan pikiran dan
perasaan internal pada lingkungan sehingga perasaan, pikiran, dan
keinginan negatif tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal dan
akhirnya individu mencoba memberi pembenaran personal tentang
realita pada diri sendiri.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca mampu memahami lebih
dalam mengenai konsep waham dan asuhan keperawatan serta mampu
mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan waham secara
baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa (MPKP
Jiwa). Jakarta : FIK UI & WHO indonesia

15

Anda mungkin juga menyukai