Anda di halaman 1dari 3

TUGAS MATA KULIAH

PDH LITIGASI PERDATA (KONTRAK & MOU)

Nama : Theresita Rizki Amalia


NIM : 15 21 031
Kelas : A-2015

Buat perbandingan jangka waktu antara Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang
No 22 Tahun 2017 tentang Penetapan Batas Waktu Penggunaan Surat Kuasa
Membebankan Hak Tanggungan Untuk Menjamin Pelunasan Kredit Tertentu, dengan
Pasal 15 UU No 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta Benda-
benda yang berkaitan dengan Tanah. Berikan pendapat!

Jawaban:

Pasal 15 UU No. 4 Tahun 1996 Permen ATR No. 22 Tahun 2017


(3) Surat Kuasa Membebankan Hak Pasal 2
Tanggungan mengenai hak atas tanah yang Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan
sudah terdaftar wajib diikuti dengan untuk menjamin pelunasan
pembuatan Pemberian Hak Tanggungan kredit/pembiayaan/pinjaman berlaku sampai
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sesudah dengan berakhirnya perjanjian pokok yaitu
diberikan. sebagai berikut:
(4) Surat Kuasa Membebankan Hak a. Kredit/Pembiayaan/Pinjaman yang
Tanggungan mengenai hak atas tanah yang diberikan kepada nasabah Usaha Mikro
belum terdaftar wajib diikuti dengan dan Usaha Kecil, dalam lingkup
pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan pengertian usaha produktif milik
selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sesudah perorangan dan/atau badan usaha
diberikan. perorangan.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada b. Kredit/Pembiayaan/Pinjaman yang
ayat (3) dan ayat (4) tidak berlaku dalam hal ditujukan untuk pengadaan perumahan
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan yaitu:
diberikan untuk menjamin kredit tertentu 1) Kepemilikan atau perbaikan rumah
yang ditetapkan dalam peraturan perundang- inti, rumah sederhana atau rumah
undangan yang berlaku. susun dengan luas tanah maksimum
200 m² (dua ratus meter persegi) dan
luas bangunan tidak lebih dari 70 m²
(tujuh puluh meter persegi); dan
2) Kepemilikan atau perbaikan
Kapling Siap Bangun (KSB) dengan
luas tanah 54 m² (lima puluh empat
meter persegi) sampai dengan 72 m²
(tujuh puluh dua meter persegi) dan
kredit yang diberikan untuk
membiayai bangunannya.
c. Kredit/Pembiayaan/Pinjaman produktif
lainnya dengan plafon sampai dengan
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

Pasal 3
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan
yang berlaku sampai 3 (tiga) bulan, terhadap
hak atas tanah yang sertipikatnya sedang
dalam masa pengurusan, dengan kriteria
sebagai berikut:
a. Kredit/Pembiayaan/Pinjaman produktif
untuk Usaha Mikro/Usaha Kecil dengan
plafon kredit Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan
Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh
juta rupiah).
b. Kredit/Pembiayaan/Pinjaman yang
ditujukan untuk pengadaan rumah toko
oleh Usaha Mikro/Usaha Kecil dengan
paling luas sebesar 200 m² (dua ratus
meter persegi) dan luas bangunan paling
luas sebesar 70 m² (tujuh puluh meter
persegi) dengan plafon kredit/
pembiayaan/pinjaman tidak melebihi
Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh
juta rupiah) yang dijamin dengan hak atas
tanah yang dibiayai pengadaannya
dengan kredit/pembiayaan/pinjaman
tersebut.

HASIL PERBANDINGAN
Pasal 15 UU No. 4 Tahun 1996 Permen ATR No. 22 Tahun 2017
Jangka waktu berlakunya SKMHT terbagi Jangka waktu berlakunya SKMHT terbagi
dua yakni 1 bulan untuk hak atas tanah yang dua yakni hingga berakhirnya perjanjian
sudah terdaftar & 3 bulan untuk hak atas pokok & 3 bulan untuk hak atas tanah yang
tanah yang belum terdaftar. sertifikatnya dalam pengurusan.
Masing-masing pengaturan jangka waktu Masing-masing pengaturan jangka waktu
tersebut di atas berlaku bagi seluruh jenis tersebut di atas berlaku bagi jenis-jenis kredit
kredit, tidak terbatas pada jenis kredit tertentu yang tercantum jelas di dalam pasal.
tertentu (Pasal 15 angka (5) UU No. 4 Tahun
1996)

Setelah membaca dengan seksama isi pasal dari kedua peraturan tersebut, berikut dengan
penjelasannya, pada dasarnya perbedaan antar kedua peraturan ini adalah pada: 1) Jangka
waktu berlakunya SKMHT 2) Atas kredit apa jangka waktu tersebut berlaku. UU No. 4
Tahun 1996 tidak mengatur jangka waktu berlakunya SKMHT untuk jenis kredit tertentu,
karena sejatinya peraturan ini berjalan selaras dengan Peraturan Menteri yang mengatur jenis
kredit tertentu yang dimaksud pada Pasal 15 angka (5) UU No. 4 Tahun 1996. Guna
memperluas akses layanan keuangan dan pengaturan kredit oleh lembaga keuangan
perbankan dan non perbankan, muncullah Peraturan Menteri ATR No. 22 Tahun 2017
sebagai penyempurnaan dari Peraturan Menteri terdahulu. Hal ini merupakan bentuk
perhatian pemerintah bagi kepentingan golongan ekonomi lemah, mengingat jenis kredit
tertentu yang tercantum adalah bagi kepentingan golongan ekonomi lemah.

Anda mungkin juga menyukai