Anda di halaman 1dari 4

III.

Pemeriksaan Laboratorium
III. 1. Urinalisis
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang sering dilakukan pada kasus-
kasus urologi yang meliputi uji :
 Makroskopik dengan menilai warna, bau, berat jenis urin.
 Kimiawi meliputi pemeriksaan derajat keasaman, protein, dan gula dalam urin.
 Mikroskopik untuk mencari kemungkinan adanya sel-sel, cast (silinder) atau bentukan lain di
dalam urin.
Urin mempunyai pH rata-rata 5,5-6,5. jika didapatkan pH yang terlalu basa kemungkinan terdapat infeksi
oleh bakteri pemecah urea, sedangkan jika pH terlalu asam kemungkinan terdapat asidosis pada tubulus
ginjal.Didapatkannya eritrosit di dalam darah secara bermakna (>2 per lapangan pandang) menunjukkan
adanya cedera pada sistem saluran kemih, dan didapatkannya leukosituria bermakna (>5 per lapangan
pandang) atau piuria merupakan tanda dari inflamasi saluran kemih.Jika ditemukan adanya cast
(silinder) di dalam pemeriksaan sedimen urin menandakan adanya kerusakan pada parenkim ginjal.
III.2. Pemeriksaan Darah
III. 2. a. Darah Rutin
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin, leukosit, laju endap darah, hitung
jenis leukosit, dan hitung trombosit.
III. 2. b. Faal Ginjal
Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah pemeriksaan kadar kreatinin, kadar ureum atau BUN
(Blood Urea Nitrogen) dan klirens kreatinin.Kenaikan nilai BUN atau ureum tidak spesifik, karena selain
disebabkan oleh kelainan fungsi ginjal dapat juga disebabkan oleh dehidrasi, asupan protein yang tingi,
proses katabolisme yang meningkat seperti pada infeksi atau demam. Sedangkan kadar kreatinin relatif
tidak banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor tadi. Klirens kreatinin menunjukkan kemampuan filtrasi
ginjal, dalam menilai faal ginjal pemeriksaan ini lebih peka daripada pemeriksaan kreatinin/BUN. Klirens
kreatinin dihitung melalui rumus :
K= UV X 1,73 K= nilai klirens kreatinin (mL/menit).
P L U= kadar kreatinin dalam urin (mg/dL).
V = jumlah urin dala 24 jam (mL).
P = Kadar kreatinin dalam serum (mg/dL).
L = Luas permukaan tubuh (m)
Nilai klirens normal pada orang dewasa adalah 80 – 120 mL/menit.
III. 2. c. Elektrolit : K, Na, Ca, P
Pemeriksaan elektrolit berguna untuk mengetahui faktor predisposisi pembentuk batu saluran kemih
(kalsium, fosfat, urat, atau oksalat), mendeteksi adanya hiponatremi akibat intoksikasi air pada pasien
pasca menjalani TURP, atau untuk mendeteksi adanya sindroma paraneoplastik yang dapat terjadi pada
tumor Grawitz.
III. 2. d. Faal Hepar
Ditujukan untuk mencari adanya metastasis suatu keganasan atau untuk melihat fungsi hepar secara
umum.
III. 2. e. Faktor Pembekuan atau Faal Hemostasis
Pemeriksaan ini sangat penting untuk mempersiapkan pasien dalam menjelang operasi besar yang
diduga banyak menimbulkan perdarahan.
III. 2. f. Pemeriksaan Penanda Tumor (Tumor marker)
Pemeriksaan penanda tumor antara lain :
o PAP (Prostatic Acid Phosphatase) dan PSA (Prostate Spesific Antigen). Yang sering berguna untuk
mendiagnosa karsinoma prostat.
o AFP (α fetoprotein) dan β HCG (Human Chorionic Gonadotropin) untuk mendeteksi adanya tumor
testis jenis non seminoma.
o VMA (Vanyl Mandelic Acid) dalam urin untuk mendeteksi tumor neuroblastoma.
III. 3. Analisis Sperma
Pemeriksaan analisis sperma dikerjakan pada pasien varikokel atau infertilitas pria untuk membantu
diagnosis atau mengikuti perkembangan hasil pasca terapi padainfertilitas pria.
III. 4. Analisis Batu
Kegunaannya adalah untuk mengetahui jenis batu guna mencegah terjadinya kekambuhan di
kemudian hari. Pencegahan itu dapat berupa pengaturan diet atau pemberian obat-obatan.
III. 5. Kultur Urin
Diperiksa untuk mencari adanya infeksi saluran kemih, menentukan jenis
kuman dan sensitivitas kuman terhadap beberapa antibiotika yang diujikan.
III. 6. Sitologi Urin
Merupakan pemeriksaan sitopatologi sel-sel urotelium yang terlepas dan ikut dalam urin. Derajat
perubahan sel-sel itu diklasifikasikan dalam 5 klas yaitu normal,sel-sel yang mengalami peradangan, sel-
sel atipik, diduga menjadi sel ganas, dan sel-sel yang sudah mengalami perubahan morfologi menjadi sel
ganas.
IV. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ini meliputi foto polos, foto dengan kontras, ultrasonografi,pemeriksaan dengan
radionuklir, CT-scan, dan MRI.
IV. 1. Foto Polos Abdomen
Merupakan foto skrining untuk pemeriksaaan kelainan-kelainan urologi. Menurut Blandy, cara
membaca foto yang harus diperhatikan adalah ”4S” yaitu :
 Slide : diperiksa apakah penempatan sisi kanan dan sisi kiri sudah benar.
 Skeleton : perhatikan tulang-tulang vertebra, sakrum, kosta serta sendi sakro- iliaka. Adakah kelainan
bentuk atau perubahan densitas tulang akibat dariproses metastase.
 Soft tissue : perhatikan adanya pembesaran hepar, ginjal, buli-buli akibat retensi urin atau tumor buli
serta perhatikan bayangan garis psoas.
 Stone : perhatikan adanya bayangan opak dalam sistem urinaria.Selain itu, perhatikan bayangan
radioopak yang lain seperti susuk atau bayangan klip untuk menjepit pembuluh darah.
IV. 2. Pielografi Intravena (PIV)
Merupakan foto yang dapat menggambarkan keadaan sistem urinaria melalui bahan kontras
radioopak. Pencitraan ini dapat menunjukkan adanya kelainan anatomi dan kelainan fungsi ginjal. Teknik
pelaksanaannya yaitu pertama kali dibuat foto polos abdomen sebagai kontrol kemudian bahan kontras
yodium (dosis 1 mL/kgBB atau 300 mg/kgBB) disuntikkan secara intravena dan dibuat foto serial
beberapa menit hingga satu jam, dan foto setelah miksi. Jika terdapat keterlambatan fungsi ginjal,
pengambilan foto diulangi setelah jam ke-2, jam ke-6, atau jam ke-12. Hati-
hati penggunaan kontras, dapat menyebabkan reaksi alergi berupa syok anafilaktik sampai timbulnya
laringospasmus. Bahan kontras dapat menyebabkan kerusakan ginjal karena bersifat nefrotoksik.
IV. 3. Sistografi
Merupakan pencitraan buli-buli dengan memakai kontras. Dari sistogram dapat dikenali adanya tumor
atau bekuan darah di dalam buli-buli yang ditunjukkan adanya filling defect, adanya robekan buli-buli
yang terlihat sebagai ekstravasasi kontras keluar dari buli-buli, adanya divertikel buli-buli, buli-buli
neurogen, dan kelainan buli-buli yang lain. Pemeriksaan ini dapat untuk menilai adanya inkontinensi
stress pada wanita dan untuk menilai adanya refluks vesikoureter.
IV. 4. Uretrografi
Merupakan pencitraan uretra dengan menggunakan bahan kontras dimana bahan kontras
dimasukkan langsung melalui meatus uretra eksternus sehingga dapa diketahui jika ada striktur uretra,
adanya ekstravasasi kontras pada trauma uretra, atau adanya filling defect jika terdapat tumor uretra.
IV. 5. Pielografi Retrograd (RPG)
Merupakan pencitraan sistem urinaria bagian atas (dari ginjal samapi ureter) dengan cara
memasukkan bahan kontras radioopak langsung melewati kateter ureter yang dimasukkan transuretra.
Foto ini dilakukan jika terdapat kontraindikasi untuk pembuatan foto PIV atau jika PIV belum bisa
menjelaskan keadaan ginjal maupun ureter, antara lain ginjal non-visualized.
IV. 6. Pielografi anterograd
Merupakan pencitraan sisten urinari bagian atas dengan cara memasukkan kontras melalui sistem
saluran (kaliks) ginjal.
IV. 7. Ultrasonografi (USG)
USG banyak digunakan untuk mencari adanya kelainan-kelainan pada ginjal, buli-buli, testis, prostat,
dan pemeriksaan kasus keganasan.Pada ginjal dipergunakan untuk mendeteksi keberadaan dan keadaan
ginjal(hidronefrosis, kista, massa atau pengerutanm ginjal), sebagai penuntun pada saat melakukan
pungsi ginjal atau nefrostomi perkutan, sebagai pemeriksaan penyaring pada dugaan adanya trauma
ginjal derajat ringan.Pada buli-buli untuk menghitung sisa urin pasca miksi dan mendeteksi adanya batu
atau tumor.Pada kelenjar prostat melalui pendekatan transrektal (TRUS) untuk mencari nodul pada
keganasan prostat dan menentukan volume atau besarnya prostat. Pada testis berguna untuk
membedakan antara tumor testis dan hidrokel testis serta kadang-kadang mendeteksi letak testis
kriptokorkid yang sulit diraba dengan palpasi.
Pada keganasan untuk mengetahui adanya massa padat pada organ primer dan kemungkinan
adanya metastase pada hepar atau kelenjar paraaorta.
IV. 8. CT-Scan dan MRI
Pemeriksaan ini lebih baik daripada USG tetapi harganya sangat mahal. Kedua pemeriksaan ini
banyak dipakai dalam bidang onkologi untuk menentukan batas-batas tumor, invasi ke organ di sekitar
tumor dan mencari adanya metastase ke kelenjar limfe serta ke organ lain.
IV. 9. Sintigrafi
Pemeriksaan ini menggunakan bahan isotop yang diikat dengan bahan radiofarmaka tertentu yang
banyak digunakan di bidang urologi, antara lain untuk mengetahui faal ginjal (renografi), mengetahui
anatomi ginjal pada pielonefritis kronik, untuk mencari adanya refluks vesikoureter, varikokel, torsio
testis, dan dibidang onkologi untuk mencari metastase karsinoma prostat pada tulang.

Anda mungkin juga menyukai