Anda di halaman 1dari 9

1.

Islam di Asia Tengah Pra-Runtuhnya Uni Soviet


Islam di Uni Soviet harus memikul satu kasus penganiayaan yang paling buruk dalam
sejarah sejak Revolusi Rusia pada Oktober 1917. Komunis sebagai pewaris Tsar Nicholas II
yang berkuasa melalui Revolusi Bolshevic, melihat Islam sebagai ajaran yang tidak cocok
dengan cita-cita atheisme militan yang mereka propagandakan. Mereka juga melihat ancaman
besar dalam Islam untuk konsolidasi pemerintahannya di tanah-tanah Muslim yang
merupakan bagian dari imperium yang mengalami disintegrasi. Akibatnya, para pemimpin
Bolshevic kembali kepada janji-janji mereka mengenai penentuan nasib sendiri bagi Muslim
di imperium dan terpaksa melakukan pemusnahan para pemimpin Muslim. Konsolidasi
pemerintahan Soviet di wilayah Muslim yang diduduki selama dan sesudah perang saudara
disertai oleh kekuasaan teror melawan Muslim, perusakan dan penutupan masjid-masjid dan
tekanan terhadap semua aktivitas Muslim oleh penguasa setempat. Dari sudut penyebaran
wilayah, 47.330.000 Muslim Soviet mendiami daerah Asia Tengah, daerah Siberia dan Volga
9
Ural pada tahun 1982, jadi membentuk 17,8% dari seluruh penduduk Soviet. dari mereka
10

adalah Muslim Sunni penganut mazhab Hanafi dan berbicara bahasa Turki. Kelompok yang
paling menonjol diantara mereka yaitu Volga Tartar.1
Kebangkitan kembali Islam ini dipelopori oleh gerakan jadidis (metode baru) yang
dimaksudkan sebagai modernisasi mazhab-mazhab Muslim dan adaptasi suatu pendekatan
yang fleksibel terhadap ekonomi dan industri yang sedang berubah waktu itu. Para penganjur
utama gerakan ini adalah para sarjana Muslim Tartar, seperti Kursawi, Marjani, Kulasi,
Gasparali, dan banyak lagi yang mengetahui pentingnya menerima tantangan era industri
mendatang dan mengambil jalan dinamika Islam yang menjadi sifatnya untuk menyesuaikan
dengan kondisi-kondisi baru. Para pemimpin Tartar seperti Mursaid Sultangali, Chelebi
Cihan, Veli Ibrahim, Ismail Gabit, dan lainnya yang memainkan peranan menonjol dalam
periode revolusioner sebelum dibunuh oleh pemerintah Soviet, merupakan ciri khas dari
jadidisme.2
Orang-orang Muslim menderita bentuk penganiayaan yang paling buruk selama era
Stalin. Keadaannya mencapai seperti itu pada situasi mereka sekarang. Sekalipun sikap
sangat kasar pemerintah terhadap Islam tampak membaik. Lembaga-lembaga Islam telah
dilenyapkan secara progresif, dari 26.000 masjid pada tahun 1917. Dari ratusan sekolah-

1
M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa ini, diterjemahkan oleh Zarkowi Soejoeti, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2005), hal. 79-80.
2
M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa ini, diterjemahkan oleh Zarkowi Soejoeti, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2005), hal. 80-81.
sekolah Muslim yang berfungsi pada 1917, hanya tersisa dua sekolah saja di tahun 1982.
Rezim komunis mengadakan kampanye yang tidak tanggung-tanggung melawan budaya dan
agama Islam. Organisasi keagamaan Muslim diletakkan di bawah pengawasan ketat.
Organisasi ini dibagi ke dalam empat direktorat: Rusia, Kaukasus, Transkaukasus, dan Asia
Tengah. Rezim Tsar dulu menyelenggarakan sensus yang meminta menunjukkan afiliasi
keagamaan dan etnis warga negara.3
Penduduk Muslim Uni Soviet dibagi ke dalam dua kategori: Muslim yang berbahasa
Turki, merupakan yang terbanyak. Kebanyakan Muslim ini penganut mazhab Hanafi dan
sebagian mazhab Imami, terutama di wilayah Kaukasus Tenggara. Kebangsaan yang
merupakan kelompok Turki adalah Uzbek, Tartar, Kazakh, Azeri, Kirghiz, Turcoman,
Bashkir, Kara Kalpak, Balkar, Karatchay, Kara Nogay, dan kelompok-kelompok lain dengan
jumlah yang lebih kecil. Dan yang kedua adalah Muslim yang tidak berbahasa Turki.
Mengenai Muslim yang tidak berbahasa Turki adalah Tajik, Tcechen, Ingush, Kabard, Ajar,
Abkhaz, Adighia, Sirkassian, Daghestan, Urdmurt, Mary, Osset, Tchuvast, dan lain-lain.
Semuanya ada 42 kebangsaan Muslim menurut pemerintah Soviet. Berdirinya Uni Soviet
membagi komunitas Muslim ke dalam banyak kebangsaan. Di Uni Soviet ada 15 daerah, 6
diantaranya merupakan kebangsaan Muslim, 5 dari Republik Soviet Muslim di Asia Tengah
(Kazakhstan, Uzbekistan, Turkmenistan, Tajikistan, dan Kirghiztan), dan 1 di Kaukasus
(Azerbaijan).4
Islam sampai di Asia Tengah dan sejumlah besar orang masuk Islam pada abad ke-7
M. Asia Tengah menjadi pusat aktivitas intelektual dunia Muslim yang penting pada abad ke-
14 M. Di antara yang pertama menjadi Muslim adalah orang-orang Bulgar Idel (Volga), yang
membentuk suksesi negara-negara Muslim yang paling maju di abad pertengahan.5
Berkembangnya Islam di Asia Tengah tidak lepas dari berkembangnya Islam di Persia-Iran,
khususnya pada masa Abbasiyah. Sehingga kawasan Asia Tengah di mana asal-usul etnik
Turki berasal, peran Abbasiyah Persia sangat dominan dalam menentukan perjalanan sejarah
berikutnya. Perkembangan etnik Turki di kawasan ini terutama dalam bidang budaya dan
sastra sangat mengesankan, bahkan jauh sebelum penaklukkan oleh Rusia dan China.6

3
M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa ini, diterjemahkan oleh Zarkowi Soejoeti, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2005), hal. 82.
4
M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa ini, diterjemahkan oleh Zarkowi Soejoeti, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2005), hal. 89-92.
5
M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa ini, diterjemahkan oleh Zarkowi Soejoeti, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2005), hal. 83.
6
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam: Perspektif Etno-Limguistik dan Geo-Politik, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), hal. 244-246.
1. Uzbekistan

Deklarasi kemerdekaan Uzbekistan pada 31 Agustus 1991, telah membuang semua


rintangan kaum Muslim di wilayah ini untuk mewujudkan kehidupan spiritual dan sosial serta
menjalankan pendidikan agama yang sudah sekian lama dilarang dan diabaikan. Masjid-
masjid dan madrasah kembali membuka pengajaran Al-Qur’an baik untuk laki-laki maupun
perempuan. Penerbitan keagamaan bangkit kembali dan dijual bebas di toko-toko serta iklan-
iklan darmawisata untuk membawa orang-orang Uzbekistan untuk berziarah ke makam-
makam suci kian hari kian semarak.7
Dalam konteks yang lebih luas kemerdekaan republik-republik Asia Tengah ini
menyebabkan Mufti Tasykent yang diangkat oleh pemerintah kehilangan otoritasnya karena
sejumlah tokoh agama lokal juga bermunculan. Bersamaan dengan itu, hubungan dan
kunjungan duta-duta dari sejumlah negara-negara Muslim Konservatif ke wilayah ini, seperti
Iran dan Arab Saudi, pada satu sisi menyebabkan sebagian orang Uzbekistan termasuk kaum
Muslimnya merasa takut dan khawatir, bahwa setelah tirani Soviet akan digantikan oleh
“fundamentalisme Islam”. Situasi seperti ini cukup memanas terutama di lembah Ferghana di
mana para aktivis Muslim mulai menyusun kekuatannya, termasuk di Tajikistan. Secara
tradisional Uzbek belum sangat toleran terhadap agama-agama lain atau terhadap hak-hak
perempuan. Sebaliknya, orang-orang Asia Tengah selain Uzbekistan, dianggap sudah
moderat dalam mempraktikkan Islam. Islam tidak dipraktikkan secara terbuka di negara ini,
sampai 1991 ketika Uzbekistan memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet. Selama hampir 40
tahun, Dewan Muslim dari Asia Tengah secara resmi disetujui Soviet untuk mengatur
lembaga agama Islam dan melatih para ulama di wilayah tersebut. Dewan Muslim ini
berbasis di Tashkent. Namun, banyak pihak yang menilai organisasi ini berafiliasi dengan
Partai Komunis. Sehingga, umat Islam justru lebih menghormati mullah yang tidak terdaftar

7
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam: Perspektif Etno-Limguistik dan Geo-Politik, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), hal. 253.
daripada yang ada secara resmi sesuai data negara. Dampaknya, umat Islam enggan aktif
dalam berbagai ritual agama secara terbuka.8
Presiden Karimov (pemerintah sekuler sebagai boneka Soviet) diam-diam
mengizinkan pengerahan tentara Rusia untuk mengendalikan situasi tersebut. Oleh karena itu,
orang-orang Uzbekistan akhirnya memilih model Turki yang beraliran Sekuler dalam
mengatur pemerintahannya. Pemerintah sipil presiden Karimov, dalam rangka menahan
gejolak kaum Muslim mengadopsi pemerintahan rangkap; satu sisi ulama resmi (mufti) yang
setia didukung dengan berbagai cara sebagai pertimbangan para aktivis Muslim yang tidak
sah. Karimov juga percaya bahwa negara memiliki minat khusus terhadap agama di luar yang
biasanya ditemukan di masyarakat liberal. Dia berpendapat bahwa agama mengandung
norma-norma perilaku universal yang ditransmisikan dari generasi ke generasi; Agama
adalah dimensi spiritual masyarakat yang mempengaruhi perkembangan budaya. Dia menilai
agama berperan penting, terutama Islam, bermain dalam membantu individu untuk
'mengatasi pencobaan keberadaan manusia serta keterasingan mereka satu sama lain. Pada
sisi lain kekuatan sekuler dipergunakan manakala pengaruh ulama resmi tidak cukup
memadai.9
Perhatian Karimov terhadap agama tidak salah tempat. Gagasan masyarakat sipil yang
minimal membutuhkan seperangkat nilai bersama, bahkan sebagai dasar keragaman dan
toleransi. Dengan runtuhnya Uni Soviet, usaha untuk menciptakan nilai bersama berdasarkan
Marxisme-Leninisme secara formal lenyap, membiarkan ruang hampa untuk diisi oleh
ideologi atau filsafat publik lainnya. Di Uzbekistan, satu-satunya kerangka filosofis yang ada
yang memerintahkan seruan luas untuk memilih adalah Islam. Sementara sekitar 80% warga
Uzbekistan hanya berpenduduk Muslim Sunni, milenium terakhir perkembangan teologis
Islam telah menghasilkan banyak aliran pemikiran religius di Uzbekistan. Perbedaan utama
tampaknya tidak ada kaitannya dengan doktrin teologis dibandingkan dengan etika sosial.
Artinya, ajaran Islam telah dengan gigih berfokus pada kebutuhan moral individu untuk
berkontribusi pada kesejahteraan orang miskin dan negara untuk memperbaiki ketidakadilan
sosial; Namun, ada beragam pendapat tentang bagaimana memenuhi imperatif ini secara
memadai.
Mengingat bahwa akar budaya Islam cukup dalam dan kewajiban etis Islam secara
inheren bersifat politis, banyak pengamat berpendapat bahwa kehadiran Islam di Uzbekistan

8
Islam Bentuk Peradaban di Uzbekistan_Republika Online.html, diakses pada tanggal 21 Oktober 2018 jam
22.35.
9
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam: Perspektif Etno-Limguistik dan Geo-Politik, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), hal. 253-254
sangat penting untuk mengembangkan identitas nasional seperti yang dipersyaratkan oleh
masyarakat sipil. Karimov juga mengakui situasi ini. Dalam perlawanan mereka terhadap
ideologi Soviet, berbagai pemimpin politik dan agama Uzbek sering menarik nilai-nilai moral
dari tradisi mulia yang terdapat dalam literatur sejarah mereka. Dalam upayanya untuk
membuat sebuah kasus untuk mendukung penguasa etis yang adil, Presiden Uzbekistan
Karimov juga sering mengajukan banding ke masa lalu, sering merujuk dan mengutip Abu
Nasr al-Farabi, filsuf Muslim abad ke-10 dan pendiri politik filsafat muslim. Namun, dalam
menuntun transisi negaranya dari absolutisme Soviet, Karimov menjadikan islam untuk
membimbing politik dan membuat kebijakan Uzbek yang lebih jauh ditunjukkan bahwa
Uzbekistan berniat menjadi sebagai masyarakat yang layak.10

2. Tajikistan

Bila ditinjau dari segi politik & demografisnya, Tajikistan secara garis besar terbagi
menjadi 2 wilayah utama. Wilayah pertama adalah wilayah Tajikistan barat yang
etnis mayoritasnya adalah etnis Tajik & cenderung dekat dengan Uni Soviet sehingga ada
banyak simpatisan komunis di daerah tersebut. Wilayah kedua adalah wilayah timur
Tajikistan yang didominasi oleh etnis Pamiri. Sebagai akibat dari wilayah tinggalnya yang
terisolasi dari wilayah Tajikistan lain karena adanya barisan pegunungan yang membentang
di tengah-tengah Tajikistan, etnis Pamiri pun memiliki budaya dan cara pandang yang
berbeda bila dibandingkan dengan rakyat Tajikistan di kawasan barat.11
Di tahun 1991 menyusul krisis internal berkepanjangan yang menimpanya, Uni Soviet
akhirnya runtuh & negara-negara bagian penyusunnya-termasuk Tajikistan memerdekakan
diri di tahun yang sama. Pasca merdekanya Tajikistan, Rakhmon Nabiev yang menganut
paham komunis dan berasal dari kawasan Leninabad, Tajikistan barat, diangkat sebagai

10
Islam Bentuk Peradaban di Uzbekistan_Republika Online.html, diakses pada tanggal 21 Oktober 2018 jam
22.36.
11
http://republik-tawon.blogspot.com/2011/10/perang-sipil-tajikistan-ketika-negeri.html, diakses pada tanggal
23 Oktober 2018 jam 21.48.
presiden baru negara tersebut. Tak lama sesudah diangkat sebagai presiden, Nabiev
menerapkan kebijakan untuk membatasi ruang gerak dari lawan-lawan politiknya. Kebijakan
Nabiev tersebut lantas memunculkan protes dari pihak-pihak berseberangan (umumnya
berasal dari kawasan Garm & Gorno-Badakhshan, Tajikistan timur) yang memutuskan untuk
melakukan aksi demonstrasi besar-besaran sejak bulan Maret 1992.12
Pada periode yang sama, sejumlah anggota milisi Islam (mujahidin) yang bermukim
di Afghanistan mulai berbondong-bondong pergi menuju Tajikistan. Para mujahidin itu
sendiri banyak yang aslinya memang berasal dari Tajikistan, namun secara diam-diam
menyeberang ke Afghanistan dan membantu mujahidin-mujahidin setempat ketika Uni
Soviet menginvasi Afganistan di tahun 1979. Ketika Uni Soviet pada akhirnya runtuh dan
Tajikistan merdeka inilah, mereka memutuskan untuk mendirikan partai politik baru bernama
Partai Renaisans Islam (PRI) di negara asalnya dengan harapan bisa menerapkan ideologi
Islam di ranah politik Tajikistan.13
Bulan Mei 1992, Presiden Nabiev membentuk kelompok Pengawal Presiden yang
anggotanya terdiri dari simpatisan-simpatisan komunis dari kawasan Kulyab, Tajikistan
selatan. Salah satu tujuan dari pembentukan kelompok Pengawal Presiden adalah untuk
membubarkan paksa demonstrasi anti pemerintah. Namun bukannya berhasil meredam aksi
demonstrasi dari pihak lawan, yang terjadi kemudian justru adalah pecahnya kerusuhan besar
antara kelompok pendukung dan penentang rezim Tajikistan. Pasca kerusuhan besar tersebut,
konflik politik di Tajikistan semakin berlarut-larut sehingga pecahnya perang sipil pun hanya
tinggal menunggu waktu.14
Bentrokan yang terjadi di Tajikistan adalah kaum komunis yang memimpin ibukota
Dushanbe dengan daerah-daerah timur dan tengah dimana pengaruh Islamnya paling kuat.15
Hal ini mengakibatkan timbulnya perlawanan. Sehingga, berkobarlah perang saudara
disebabkan oleh praktek politik penindasan yang memaksa presiden meletakkan jabatannya.
Presiden waktu itu ialah Rahman Nabiyev yang memenangkan pemilu karena memberikan
loyalitas kepada partai komunis. Disebabkan oleh banyaknya perselisihan, komunis kembali
berkuasa di bawah pimpinan Imam Ali Rahmanov (pembantu Nabiyev). 16 Pemerintah
menyandarkan dirinya pada Rusia untuk senjata dan tentaranya. Penjaga perbatasan Rusia
bertindak sebagai penyangga antara Afghanistan dan Tajikistan. Ada semacam genjatan

12
13
14
15
H. Mukti Ali, Islam dan Sekularisme di Turki Modern, (Jakarta: Djambatan, 1994), hal. 316-318.
16
Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam, (Jakarta: Akbar Media, 2011), hal. 510.
senjata pada 1994. Pada pemilihan badan legislatif 1995 kira-kira sepertiga wakil dari badan
tersebut berlatar belakang komunis. Oposisi Islam melihat Rakhmanov dan pendukung-
pendukungnya sebagai rezim yang lalim dan korup.
Bulan Mei 1992, perang sipil di Tajikistan akhirnya pecah menyusul timbulnya
kontak senjata antara pasukan simpatisan pemerintah melawan pasukan dari sayap militer
milik partai-partai oposisi di Dushanbe, ibukota Tajikistan. Awalnya pasukan oposisi berada
di atas angin & berhasil memaksa pemerintahan rezim Nabiev untuk membentuk koalisi
pemerintahan yang sebagian anggotanya berasal dari partai-partai oposisi. Seiring
berjalannya waktu, pihak oposisi menjadi semakin dominan di tubuh pemerintahan & bahkan
sempat memaksa Presiden Nabiev untuk meletakkan jabatannya di bawah todongan senjata
pada bulan September 1992. Ketika kondisi politik Tajikistan semakin tidak menguntungkan
bagi kubu Nabiev dan pendukungnya, Rusia memutuskan untuk mengirim pasukan ke
Tajikistan lewat wilayah Uzbekistan. Hasilnya, di bulan Desember 1992 pasukan oposisi
berhasil dipukul mundur keluar Dushanbe dan rezim komunis Nabiev kembali menjadi rezim
yang berkuasa di Tajikistan. Tak lama kemudian, parlemen Tajikistan menggelar pemilu di
mana hasilnya, Emomali Ramon yang berasal dari wilayah Kulyab - wilayah yang rakyatnya
juga merupakan simpatisan eks Presiden Nabiev - terpilih sebagai presiden baru Tajikistan.
Di pihak lawan, pihak-pihak oposisi yang baru dipukul mundur memutuskan untuk
menggabungkan diri dan membentuk kelompok baru yang bernama Oposisi Tajik Bersatu
(OTB).17
Pihak oposisi sendiri bukannya tanpa bantuan asing sepenuhnya. Setelah pasukan
gabungan Rusia dan Tajikistan berhasil mengusir pasukan oposisi keluar Tajikistan, pasukan
oposisi lantas memanfaatkan Afghanistan sebagai markas barunya. Tak hanya itu, banyak
pula anggota mujahidin Afghanistan yang secara sukarela ikut bergabung dengan pasukan
oposisi Tajikistan. Kebetulan jumlah etnis Tajik di Afganistan memang cukup banyak
mengingat etnis Tajik adalah etnis terbesar kedua di Afganistan setelah etnis pashtun.18
Tajikistan pasca perang sipil juga masih sering diwarnai oleh konflik-konflik berskala
kecil. Konflik-konflik tersebut biasanya melibatkan kelompok-kelompok suku atau milisi-
milisi lokal yang ingin berebut pengaruh. Kendati demikian, bayang-bayang ketakutan bahwa
perang sipil akan kembali meletus semakin terkikis menyusul ditutupnya basis-basis militer
OTB di luar Tajikistan dan dileburnya sayap militer milik OTB ke dalam keanggotaan tentara

17
http://republik-tawon.blogspot.com/2011/10/perang-sipil-tajikistan-ketika-negeri.html, diakses pada tanggal
23 Oktober 2018 jam 21.49.
18
nasional Tajikistan. Dengan bantuan finansial dari negara-negara luar, Tajikistan juga mulai
membangun fasilitas-fasilitas baru untuk membantu meningkatkan akses pemasaran produk-
produknya keluar negeri. Hasil akhir dari perang tersebut ialah perang berakhir tanpa
pemenang yang jelas, kelompok-kelompok penyusun OTB berubah menjadi partai politik
legal, Sayap militer OTB dilebur ke dalam tentara nasional Tajikistan.19

3. Turkmenistan

Sangat menyedihkan bila menyaksikan dakwah dan syiar Islam di Turkmenistan.


Sebagai negara dengan jumlah pemeluk agama Islam mayoritas (89%), nuansa keislaman dan
dakwah Islam justru terasa kering. Itulah yang terjadi di negara yang dipimpin oleh
Gurbanguly Berdymukhamedov ini. Ajaran agama Islam hanya dijalankan sebagai sebuah
ritual semata. Bahkan, terkadang Islam cuma sebuah simbol atau pengakuan tanpa bukti
konkret implementasinya. Padahal, negara tetangga mereka, seperti Uzbekistan dan
Afghanistan, agama Islam berkembang dengan baik. Di negara yang terletak di kawasan Asia
Tengah ini, Muslim Sunni merupakan mayoritas, sedangkan Syiah hanya sedikit. Sekitar 9%
penduduk Turkmenistan memeluk agama Kristen Ortodoks. Mungkin semua ini disebabkan
oleh pengaruh ateis karena lamanya negara ini berada dalam cengkraman kekuasaan komunis
Uni Soviet. Turkmenistan baru merdeka pada 1991. Namun, ada pula yang menyebutkan
bahwa kurang berkembangnya syiar dan dakwah Islam di negara tersebut karena tidak adanya
kebijakan tegas dari pemerintah, terutama sejak dipimpin oleh Saparmurat Niyazov.20
Saat Uni Soviet runtuh, Turkmenistan dan sejumlah negara di kawasan Asia Tengah
lainnya mulai cemas. Sebab, mereka membutuhkan kekuatan ekonomi dan pasar umum dari
Uni Soviet untuk bisa mencapai kemakmuran. Karena kondisi yang memaksa, Turkmenistan
mengumumkan kemerdekaannya pada 27 Oktober 1991. Negara ini merupakan republik

19
20
Syahruddin el-Fikri, Turkmenistan Perlu Dorongan dalam Menerapkan Islam, (Islam Digest, 2010).
terakhir Soviet yang memisahkan diri. Pemimpin lama Republik Sosialis Soviet
Turkmenistan, Saparmurat Niyazov, menjadi presiden pertama Turkmenistan. Di bawah
kepemimpinannya, hubungan antara bangsa Rusia dan Turkmenistan sangat dingin. Niyazov
menyebut dirinya sebagai seorang promotor Muslim tradisional dan budaya bangsa Turkmen.
Bahkan, ia menyebut dirinya sebagai Tuerkmenbasy, yang berarti pemimpin semua bangsa
Turkmen. Namun, pemerintahannya justru sangat otoriter. Parahnya lagi, ia mengukuhkan
dirinya sebagai presiden seumur hidup pada 1999.21
Pada awalnya, pemerintahan Niyazov sangat akomodatif dan memberikan
kelonggaran terhadap perkembangan Islam. Namun, itu dilakukannya demi menarik simpati
dari dunia Islam agar mendukung kepemimpinannya. Sekolah-sekolah diperbolehkan
mengajarkan pendidikan keislaman. Demikian pula dengan masjid, makin semarak dengan
kegiatan keagamaan dan pelajaran bahasa Arab. Kebebasan beragama juga mendapat
jaminan. Namun, hal itu tak berlangsung lama. Ketika simpati bermunculan, Niyazov tetap
menekankan Turkmenistan sebagai negara sekuler, dan tidak memiliki agama resmi negara.
Akibatnya muncul friksi dalam pemerintahannya. Awdy Kulyev, mantan Menteri Luar
Negeri Turkmenistan yang pertama, menjadi pemimpin oposisi atas pemerintahan Niyazov.
Ia menuduh upaya Niyazov itu hanya untuk memperkuat posisinya di pemerintahan. Awdy
menyatakan, dengan cara itu, bangsa Turkmen menjadi bangsa yang tidak terlalu religius. Dia
mengkritisi bahwa tipe Islam yang bakal berkembang dan dipraktikkan di Turkmenistan
adalah Islam tanpa ilmu, dan lebih merupakan eksploitas terhadap Islam, bukan Islam yang
sesungguhnya. Ketika Niyazov meninggal dunia pada 21 Desember 2005, pemerintahan
Turkmenistan menyelenggarakan pemilu pada 11 Februari 2007, yang dimenangkan oleh
Gurbanguly Berdymukhamedov. Harapan rakyat muncul akan adanya perubahahan di tangan
Gurbanguly. Namun, kendati pemerintahan sudah berganti, kehidupan umat Islam di negara
itu tetap belum membaik. Bahkan, pada bulan Ramadhan, hampir semua penduduk
Turkmenistan tidak berpuasa.22

21
Ibid
22
Ibid

Anda mungkin juga menyukai