Anda di halaman 1dari 33

AMDAL PULAU H

OLEH :
M INDRA ATPIANTO
RIKONO
ARDI KRISTANTO
MAHESA
STEVANO VANJAY
Kawasan Pantai Utara Jakarta yang mempunyai panjang
pantai sekitar 32 km merupakan kawasan strategis bagi
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Berdasarkan
Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2030 sebagaimana
diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012
telah ditetapkan bahwa Kawasan Pantai Utara Jakarta
sebagai Kawasan Strategis dan juga yang mencakup
konsep reklamasi pulau dan konsep revitalisasi pantai
lama yang dimuat di dalam Keputusan Presiden Nomor
52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Kawasan Pantura
Jakarta telah diakomodasi ke dalam Peraturan Presiden
Nomor 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang.
1. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk
mewujudkan kota Jakarta sebagai kota pelayanan yang
strategis dan mewujudkan keseimbangan kepentingan
kesejahteraan
2. Terselenggarannya pemanfaatan ruang berwawasan
lingkungan dengan memperhatikan pemanfaatan ruang
kawasan lindung dan kawasan budidaya
3. Mengendalikan pertumbuhan kota dan melindungi daerah
resapan air Jakarta ke arah Selatan.
4. Mendukung Pemerintah DKI Jakarta dalam
mengembangkan program penyediaan dan penyiapan
lahan hasil reklamasi
5. Kontribusi dalam rangka perbaikan dan peningkatan
kualitas lingkungan (revitalisasi) sekitar
 Bagi Pemerintah
1. Mendukung program Pemerintah Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
2. Mendorong kemajuan sikap, pengetahuan dan ketrampilan masyarakat;
3. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM)
 Bagi Masyarakat
1. Membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar proyek
2. Memenuhi kebutuhan lahan reklamasi bagi masyarakat yang lebih
berkualitas
3. Memelihara kelestarian lingkungan pantai
 Bagi Perusahaan (Pemrakarsa)
1. Kegiatan reklamasi sebagai lahan yang potensial sebagai sebuah
usaha/investasi (bisnis) jangka panjang;
2. Memberi kontribusi bagi peningkatan pendapatan asli daerah (PAD)
3. Mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi swasta
4. Hasilkan tata ruang terpadu yang berhasil guna dan berdaya guna, serta
meningkatkan fungsi sistem pengendalian banjir.
Nama Pemrakarsa : PT. Taman Harapan Indah
Pelaksana Studi AMDAL : PT. Geo Mitrasamaya

Lokasi Kegiatan Reklamasi Pulau H terletak di perairan


laut dangkal di sisi Utara Kelurahan Pluit, Kecamatan
Penjaringan, Kota Administrasi Jakarta Utara seluas ± 63 Ha,
dengan batas sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Perairan Pantai Utara Jakarta sampai
kedalaman -8 meter.
b. Sebelah Timur : Perairan Kawasan Ancol
c. Sebelah Selatan : Kawasan Pantai Mutiara
d. Sebelah Barat : Perairan Muara Karang

 Tahap Pra Konstruksi
 Tahap Konstruksi
1. Rekrutmen dan Aktivitas Tenaga Kerja
2. Mobilisasi Alat dan Bahan
3. Reklamasi
a) Pengurugan
1. Pengerukan dan Proses Pengangkutan
2. Uraian Proses Pengurugan
3. Penahapan Pembangunan, Kendala Akibat Stabilitas
b) Pekerjaan Tanggul
c) Pekerjaan Causeway
 Tahap Pasca Konstruksi
1. Keberadaan Causeway
2. Keberadaan Lahan Reklamasi
3. Demobilisasi Peralatan
DAMPAK PENTING HIPOTETIK :
Tahapan
Komponen Kegiatan Dampak Potensial Yang Ditimbulkan
Kegiatan
Pra Konstruksi Penetapan Lokasi Proyek Perubahan persepsi masyarakat
Konstruksi Rekrutmen dan Aktivitas Tenaga Kerja Penurunan Kualitas Air Laut
Peningkatan Volume Sampah Padat
Gangguan Fauna
Gangguan Biota Laut


Terbukanya Kesempatan Kerja
Terbukanya Kesempatan Berusaha
Gangguan Estetika Lingkungan
Gangguan Sanitasi Lingkungan
Gangguan Kamtibmas
Perubahan Persepsi Masyarakat
Mobilisasi Alat dan Bahan Penurunan Kualitas Udara
Peningkatan Kebisingan
Gangguan Kamtibmas
Perubahan Persepsi Masyarakat
Gangguan Transportasi Darat
Gangguan Transportasi Laut
Reklamasi Penurunan Kualitas Air Laut
Gangguan Utilitas
Gangguan Biota Laut
Gangguan Aktivitas Nelayan
Gangguan Kamtibmas
Perubahan Persepsi Masyarakat
Gangguan Transportasi Laut
Pekerjaan Causeway Gangguan Aktivitas Nelayan
Perubahan Persepsi Masyarakat
Gangguan Transportasi Laut
Pasca Konstruksi Keberadaan Causeway Penurunan Kualitas Air Laut
Gangguan Biota Laut
Gangguan Aktivitas Nelayan
Keberadaan Lahan Reklamasi Peningkatan Kuantitas Air Permukaan (Banjir)
Perubahan Pola Arus
Perubahan Pola Gelombang
Abrasi dan Sedimentasi
Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence)
Gangguan Aktivitas Nelayan
Matriks Interaksi Antara Komponen Kegiatan dan Komponen Lingkungan

Konstruksi

Konstruksi
Konstruksi
Tahap Pra

Tahap
Tahap

Pasca
Rekrutmen dan Aktivitas Tenaga Kerja

Komponen Kegiatan

Keberadaan Lahan Reklamasi


Mobilisasi Alat dan Bahan
Penetapan Lokasi Proyek

Demobilisasi Peralatan
Keberadaan Causeway
Pekerjaan Causeway
Reklamasi
No.

FISIK KIMIA
1. Penurunan Kualitas Udara X
2. Peningkatan Kebisingan X
3. Penurunan Kualitas Air Laut X X X
4. Peningkatan Kuantitas Air Permukaan (Banjir) X
5. Perubahan
KomponenPola Arus
Lingkungan X
6. Perubahan Pola Gelombang X
7. Abrasi dan Sedimentasi X
8. Peningkatan Volume Sampah Padat X
9. Gangguan Utilitas X
10. Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence) X
BIOLOGI
1. Gangguan Fauna X
2. Gangguan Biota Laut X X X
SOSEKBUD – KESEHATAN MASYARAKAT
1. Terbukanya Kesempatan Kerja X
2. Terbukanya Kesempatan Berusaha X
3. Gangguan Estetika Lingkungan X
4. Gangguan Sanitasi Lingkungan X
5. Gangguan Aktivitas Nelayan X X X X X
6. Gangguan Kamtibmas X X X X
7. Perubahan Persepsi Masyarakat X X X X X X X
TATA RUANG
1. Gangguan Transportasi Darat X X
2. Gangguan Transportasi Laut X X X X
Operasional Skor Dampak Penting Hipotetik :
(Block, 1999)

Peluang Dampak
Skor Keseriusan Dampak Frekuensi Dampak


Terdeteksi
1 Tidak serius ≤ 10 % (sangat kecil) Jarang, 1x per 6 bulan
2 Kurang serius 11 – 30 % (kecil) Kadang-kadang, 1x per 3 bulan
3 Sedang, dapat dipulihkan 31 – 69 % (sedang) Berulang, 1x per bulan
4 Serius, sulit dipulihkan 70 – 89 % (besar) Sering, 1x per minggu
5 Sangat Serius/Katastrofik ≥ 90 % (sangat besar) Kontinyu, > 1x per minggu

Penilaian sifat penting menggunakan hasil perkalian skor ketiga


kriteria tersebut, dengan median kemungkinan nilai perkalian
sebagai batasan suatu dampak potensial dikatakan dampak penting
hipotetik atau tidak.
Batas Wilayah Studi :
1. Batas Proyek
 Batas-batas proyek Reklamasi Pulau H ini adalah perairan Teluk Jakarta
seluas ± 63 Ha,
2. Batas Ekologis
 Batas Ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan menurut media transportasi limbah (air dan udara).
3. Batas Sosial
 Batas sosial ditetapkan dengan membatasi batas-batas terluar dengan
memperhatikan hasilidentifikasi komunitas masyarakat
4. Batas Administrasi
 Batas administrasi adalah ruang dimana masyarakat dapat secara leluasa
melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai.
RONA LINGKUNGAN HIDUP

2.1. KOMPONEN FISIKA-KIMIA


DATA IKLIM DIPEROLEH DARI BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN
GEOFISIKA STASIUN TANJUNG PRIOK. UNTUK MEMBERIKAN DESKRIPSI RONA
AWAL CURAH HUJAN, SUHU UDARA, ARAH DAN KECEPATAN ANGIN DI PANTAI
UTARA JAKARTA, DIAMBIL DARI STASIUN TANJUNG PRIOK UNTUK DATA 10
(SEPULUH) TAHUN TERAKHIR.
2.1.1. IKLIM
1. DATA IKLIM
A. TIPE IKLIM
B. CURAH HUJAN
C. SUHU UDARA
D. KELEMBABAN
E. ARAH DAN KECEPATAN ANGIN
2.1.2. Kualitas Udara
Pengukuran terhadap kualitas udara di sekitar lokasi reklamasi, yakni di Pantai
Mutiara (Perairan Laut Dangkal Sisi Utara Kelurahan Pluit) telah dilakukan untuk
mengetahui kondisi kualitas udara sebelum kegiatan reklamasi berlangsung.
2.1.3. Kebisingan
Pengukuran tingkat kebisingan juga dilakukan di sekitar lokasi reklamasi untuk
mengetahui kondisi intensitas bising sebelum kegiatan Reklamasi Pulau H
berlangsung.
2.1.4. Kualitas Air Laut
Pengukuran terhadap kondisi fisik kimia kualitas air laut di sekitar lokasi kegiatan
saat studi ANDAL (2013) ini telah dilakukan di 4 (empat) lokasi untuk
mengetahui kondisi kualitas air laut sebelum kegiatan reklamasi berlangsung.
2.1.5. Kuantitas Air Permukaan (Banjir)
Informasi kondisi hidrologi di daratan sekitar Pulau H bersumber dari Kajian
Sistem Tata AirUpland Area Reklamasi Pulau H yang dilakukan oleh PT. LAPI
Ganeshatama Consulting, Agustus 2013, yang mencakup jaringan drainase
sekitar daratan terdekat di bagian Selatan Rona Lingkungan Hidup rencana
Pulau H, yaitu yang mengalir menuju Waduk Pluit serta Kali Karang yang
berlokasi di bagian Barat rencana Pulau H. Debit banjir dari hulu yang mengalir
menuju Waduk Pluit didasarkan pada data debit banjir.
2.1.6. Land Subsidence level untuk Jakarta Utara
Selain banjir yang disebabkan oleh luapan air sungai, daerah Jakarta Utara juga rawan oleh fenomena banjir rob. Banjir rob
merupakan istilah banjir yang disebabkan oleh meluapnya air laut hingga ke darat. Banjir rob ini umumnya terjadi saat air
laut mengalami pasang tinggi. Banjir rob ini juga terjadi karena ada kecenderungan penurunan muka tanah di
daerah Jakarta Utara. Dengan menurunnya permukaan tanah mempunyai arti bahwa
daratan berada lebih rendah daripada air laut. Permukaan tanah ini umumnya disebabkan
oleh kehilangan cadangan air tanah di dalam tanah Jakarta. Kekosongan ini dikompensasi
dengan menurunnya muka tanah. Penurunan muka tanah di Jakarta di beberapa lokasi
sebesar 6 – 7 cm/Tahun (Abidin et al, 2009).
2.1.7. Hidro Oseanografi
Kondisi hidrooseanografi di sekitar rencana Pulau H dapat dijelaskan berdasarkan beberapa variabel, diantaranya yang
didukung oleh kajian dengan tingkat lebih luas namun tetap relevan terhadap kondisi perairan sekitar Pulau H.
1. Oceanografi
a. Kondisi Pasang Surut Pantai Mutiara
b. Batimetri
2. Gelombang
a. Data Angin dan Gelombang
b. Simulasi Gelombang
3. Kondisi Sedimentasi Sekitar Pulau H
Kondisi sedimentasi di sekitar rencana Pulau H diidentifikasi melalui hasil survai dan interpretasi sumber-sumber sedimen
potensial di sekitar Pulau H, yaitu muara Kali Karang dan pompa Pluit yang memberikan jumlah sedimen konservatif sebesar
10 kg/m3 dan 0,001 kg/m3 secara kontinyu.Untuk endapan sedimen tanpa sumber pompa Pluit besaran endapan adalah
sekitar 0,13 m/tahun.Warna merah menggambarkan nilai endapan sebesar 0.13 m/tahun dan warna ungu menyatakan
gerusan sebesar 0.13 m/tahun.
2.2. KOMPONEN BIOLOGI
2.2.1. Fauna Darat
Jenis fauna darat yang dominan dijumpai di wilayah studi adalah jenis-jenis burung merandai. Jenis burung yang dijumpai antara lain : burung pecuk, kuntul, belibis, burung layang
layang (Hirundo sp), burung Gereja (Passer montana) dan burung Merpati (Columba livia). Jenis serangga yang sering dijumpai terutama dari jenis Lepidoptera (kupu-kupu) dan
Odonata (capung). Jenis hewan mamalia yang dijumpai hanyalah jenis hewan peliharaan antara lain anjing (Canis canis) dan kucing (Felix sp).
2.2.2. Biota Laut
1. Plankton
Berdasarkan informasi dari hasil laporan pemantauan perairan Pantai Mutiara tahun 2010, diketahui bahwa Phytoplankton yang dijumpai saat pasang dan surut berjumlah 12
marga yang terdiri dari kelompok Chrysophyta, Euglenophyta dan Pyrophyta. Kelompok Chrysophyta mempunyai frekuensi kejadian lebih besar dibanding Euglenophyta dan
Pyrophyta.
2. Bentos
Bentos mencakup semua organisme yang hidup di dasar atau di dalam dasar perairan. Peranan bentos di perairan sangat besar, antara lain sebagai pengurai bahan-bahan
organik yang terdapat di dasar atau di dalam perairan dan sebagai indikator biologis apabila terjadi penurunan kualitas ekosistem perairan.
Berdasarkan informasi dari hasil laporan pemantauan perairan Pantai Mutiara tahun 2010, diketahui bahwa di sekitar wilayah studi terdapat 3 kelas bentos, yaitu Mollusca,
Gastropoda dan Scapoda. Keanekaragaman jenis bentos di sekitar wilayah studi tergolong sedang, dengan nilai indeks keragaman jenis berkisar antara 2,2114 sampai
2,4104 (tergolong sedang). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas perairan laut di sekitar lokasi proyek masih cukup baik bagi kehidupan Bentos. Hal ini didukung oleh data
pengukuran kualitas air laut yang menunjukkan parameter yang cenderung berlebih adalah Fosfat dan Nitrat, bukan golongan logam berat.
3. Nekton
Nekton (ikan) merupakan biota air yang mempunyai pergerakan yang lebih bebas dibandingkan dengan bentos dan plankton. Dengan kebebasannya tersebut, ikan bisa
melakukan perpindahan dari satu tempat ke tempat lain bila terjadi tekanan terhadap kehidupannya (perubahan fisik kimia perairan). Perairan laut sekitar lokasi proyek
merupakan areal yang padat dengan aktivitas usaha seperti Kawasan Perumahan Pantai Mutiara di sebelah selatan, Pelabuhan Muara Baru (Niza Zachman) di sebelah tenggara
dan PLTGU Muara Karang di sebelah barat daya dan bukan areal tangkapan ikan
potensial. Berdasarkan informasi dari Nelayan jenis ikan yang umumnya dijumpai di sekitar lokasi proyek adalah ikan teri dan ikan tembang.
2.3. KOMPONEN SOSIAL EKONOMI BUDAYA
2.3.1. Luas dan Batas Wilayah
Kelurahan Pluit luasnya ± 771,19 ha seluruhnya merupakan tanah Negara yang dikelola oleh PT. Jakarta Propertindo (d/h PT. Pembangunan Pluit Jaya) dan Dinas Perikanan
Peternakan dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta, dengan batas-batas sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Pantai Laut Jawa
2. Sebelah Timur : Sepanjang Tepi Waduk Pluit sebelah Barat
3. Sebelah Selatan : Jl. Pluit Karang Selatan – Jl. Pluit Selatan
4. Sebelah Barat : Kali Muara Angke – Kali Cisadane.
2.3.2. Kependudukan

Kelurahan Pluit terdiri dari 19 Rukun Warga (RW), 233 Rukun Tangga (RT) dan 19 Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK). Jumlah penduduk di Kelurahan Pluit, Kecamatan
Penjaringan, Jakarta Utara pada tahun 2013 sebanyak 3.664 jiwa yang terdiri dari 24.230 jiwa laki-laki dan 24.683 jiwa perempuan. Jumlah Kepala Keluarga di Kelurahan Pluit sebanyak
14.499 KK. Dengan luas wilayah Kelurahan Pluit sebesar 7,719 km2, maka kepadatan penduduk di Kelurahan Pluit sebesar 6.342 jiwa/km2.

2.3.3. Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana yang terdapat di Kelurahan Pluit dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bangunan Rumah Tinggal
Banyaknya Bangunan Rumah Tinggal
Jenis Bangunan, Banyaknya Bangunan dan Keterangan
1. Bangunan Permanen 10.582 Unit
2. Bangunan Bantaran Kali/Liar 750 Unit Kali Muara Angke

2. Sarana Jalan
3. Sarana Angkutan Jalan
4. Sarana Kepentingan Umum
5. Bangunan Vital
6. Sarana Peribadatan
7. Bidang Sosial
8. Bidang Pendidikan
2.3.4. Kebersihan
1. Sarana dan Petugas Kebersihan
Banyaknya Sarana dan Petugas Kebersihan di wilayah Kelurahan Pluit terdiri dari
kontainer 12 buah, truk 10 buah, gerobak 40 dan petugas 159 orang.
2. Kegiatan Kebersihan
Kegiatan Kebersihan bulan ini di wilayah Kelurahan Pluit adalah sebagai berikut:
1. Setiap minggu dalam sebulan Kerja Bakti kebersihan lingkungan Wilayah Kelurahan Pluit
2. Setiap Jum’at dalam sebulan PSN Wilayah Kelurahan Pluit
Sumber: Laporan Hasil Pembinaan dan Kegiatan Pemerintah Kelurahan Pluit, Februari 2013
2.3.5. Kamtibmas
1. Polsek Metro Penjaringan : 150 Personil
2. Pos Polisi Pluit Indah : 10 Personil
3. Pos Polisi Muara Karang : 10 Personil
4. Sub Pos Polisi : 10 Personil
5. Pos Mitra Babinsa : 10 Personil
Jumlah : 190 Personil
2.3.6. Persepsi Masyarakat
Sikap dan Persepsi responden (masyarakat) terhadap rencana kegiatan Reklamasi
Pulau H yang berada pada wilayah Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan
ditanggapi beragam oleh masyarakat sekitar dengan berbagai macam pendapat
dan tanggapan. Namun, pada umumnya masyarakat belum memberikan respon
yang positif terhadap rencana kegiatan ini, karena belum memahami tujuan dari
kegiatan reklamasi, begitupula teknis pelaksanaan kegiatan reklamasi serta
manfaat yang akan diperoleh oleh masyarakat dari kegiatan Reklamasi Pulau H.
Persepsi masyarakat di Wilayah Studi yang diwakili oleh responden
dapat dilihat pada Tabel 2.34 berikut
2.4. KESEHATAN MASYARAKAT
2.4.1. Banyaknya Sarana dan Prasarana Kesehatan
Sarana dan Prasarana Kesehatan yang ada di wilayah Kelurahan Pluit adalah sebagai
berikut:
2.4.2. Banyaknya Dokter Praktek
Dokter yang praktek di wilayah Kelurahan Pluit, adalah sebagai berikut:
Tabel 2.36. Data Dokter Praktek

2.5. TRANSPORTASI DARAT


Hasil pemantauan Kawasan Pantai Mutiara tahun 2010 (Tabel 2.37), menunjukkan bahwa pada persimpangan Jl. Pluit Utara Raya
– Jl. Pluit Samudera 2 tergolong cukup padat pada jam sibuk pagi dan sore serta pada hari libur. Kepadatan ini bukan hanya
disebabkan oleh kegiatan Pantai Mutiara, namun juga oleh kegiatan fasilitas umum yang dapat dicapai dari jalan-jalan di
persimpangan ini antara lain sekolah dan gereja.
2.7. KEGIATAN DI SEKITAR LOKASI PROYEK
Saat ini, kegiatan yang berada di sekitar lokasi proyek antara lain adalah: Lokasi Rencana Reklamasi Pulau F, G dan I, serta jalur
Pipa Migas PHE ONWJ, jalur Pipa PLN, Pelabuhan Muara Baru, Kawasan Pantai Mutiara dan PLTGU Muara Karang (Gambar
II.29).
BAB III
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Jenis dampak penting hipotetik yang timbul pada masing-masing tahapan kegiatan adalah sebagai berikut:

Tahap Pra Konstruksi


1. Perubahan persepsi masyarakat yang bersumber dari Penetapan lokasi proyek

Tahap Konstruksi
1. Penurunan kualitas udara yang bersumber dari mobilisasi alat dan bahan material
2. Peningkatan kebisingan yang bersumber dari mobilisasi alat dan bahan material
3. Penurunan kualitas air laut yang bersumber dari reklamasi, rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja
4. Peningkatan volume sampah padat yang bersumber dari rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja
5. Gangguan utilitas yang bersumber dari reklamasi
6. Terbukanya kesempatan kerja yang bersumber dari rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja
7. Gangguan aktivitas nelayan yang bersumber dari reklamasi dan pekerjaan causeway
8. Gangguan kamtibmas yang bersumber dari mobilisasi alat dan bahan material, reklamasi, rekrutmen dan aktivitas
tenaga kerja
9. Perubahan persepsi masyarakat yang bersumber dari mobilisasi alat dan bahan material,
reklamasi , pekerjaan causeway, rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja
10. Gangguan transportasi darat yang bersumber dari mobilisasi alat dan bahan material
11. Gangguan transportasi laut yang bersumber dari mobilisasi alat dan bahan material dan reklamasi
Tahap Pasca Konstruksi
1. Kualitas air laut dari keberadaan lahan reklamasi dan causeway
2. Perubahan pola arus yang bersumber dari keberadaan lahan reklamasi
3. Perubahan pola gelombang yang bersumber dari keberadaan lahan reklamasi
4. Penurunan muka tanah (land subsidence) yang bersumber dari keberadaan lahan reklamasi
5. Perubahan persepsi masyarakat yang bersumber dari keberadaan lahan reklamasi

Kriteria Penentu Dampak Penting


Dengan memperhatikan kriteria penentu dampak penting:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
2. Luas wilayah persebaran dampak
3. Intensitas dampak
4. Komponen lingkungan yang terkena dampak
5. Dampak bersifat kumulatif

6. Dampak terhadap perubahan dapat dipulihkan/ tidak


Tabel 3.1. Prakiraan Dampak Penting Reklamasi Pulau H

Pra Konstruksi

Tahap Pasca
Konstruksi

Konstruksi
Tahap
Tahap
Komponen Kegiatan

Keterangan:
- = negatif
+ =
No.

positif

Rekrutmen dan Aktivitas Tenaga Kerja

Keberadaan Lahan Reklamasi


Mobilisasi Alat dan Bahan
Penetapan Lokasi Proyek

Reklamasi

Demobilisasi Peralatan
Keberadaan Causeway
Pekerjaan Causeway
Komponen Lingkungan
k =
kecil
b = besar
p = penting
FISIK KIMIA
1. Penurunan Kualitas Udara -b/p tp = tidak penting
2. Peningkatan Kebisingan -b/p
3. Penurunan Kualitas Air Laut -k/p -b/p +k/p
4. Perubahan Pola Arus -k/p
5. Perubahan Pola Gelombang -k/p
6. Abrasi dan Sedimentasi -k/p
7. Peningkatan Volume Sampah Padat -k/p
8. Gangguan Utilitas -b/p
9. Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence) -b/p
SOSEKBUD – KESEHATAN MASYARAKAT
1. Terbukanya Kesempatan Kerja +k/p
2. Gangguan Aktivitas Nelayan -b/p -b/p
3. Gangguan Kamtibmas -b/p -k/p -k/p
4. Perubahan Persepsi Masyarakat -b/p -b/p -b/p -k/p -k/p -k/p

TATA RUANG
1. Gangguan Transportasi Darat -b/p
2. Gangguan Transportasi Laut -b/p -k/p -k/p
Tabel 3.2. Penentuan Dampak Penting Reklamasi Pulau H

Dampak terhadap perubahan dapat di pulihkan/ tidak


Dampak bersifat kumulatif dengan kegiatan lain
Komponen lingkungan yang terkena dampak
Kriteria Penentu Dampak Penting

Luas wilayah persebaran dampak


Jumlah manusia yang terkena dampak

Intensitas Dampak
No.

TAHAPAN KEGIATAN

Penetapan Lokasi Proyek


Komponen Kegiatan

Tahap pra Konstruksi

Perubahan persepsi masyarakat yang bersumber dari penetapan


1 Proyek P P P P P TP

Tahap Konstruksi

Penurunan kualitas udara yang bersumber dari mobilisasi alat dan bahan material
1 P P TP P P TP

Peningkatan kebisingan yang bersumber dari mobilisasi alat dan bahan material
2 P P TP P P TP

Penurunan kualitas air laut akibat aktivitas tenaga kerja


3 P TP P P P TP

Penurunan kualitas air laut akibat reklamasi


4 P P P P P TP

Peningkatan volume sampah padatyang bersumber dari rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja
5 P TP TP P P TP

6 Gangguan utilitas yang bersumber dari reklamasi P P P P P P


Terbukanya kesempatan kerja akibat rekrutmen tenaga kerja
7 P P TP P P TP

Gangguan aktivitas nelayan akibat reklamasi


8 P TP P P P TP

Gangguan aktivitas nelayan akibat pekerjaan Causeway


9 P TP TP P P TP

Gangguan kamtibmas yang bersumber dari mobilisasi alat dan bahan material
10 P P P P P TP

Gangguan kamtibmas akibat reklamasi


11 TP TP P P P TP

Gangguan kamtibmas akibat kegiatan rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja


12 P TP P P P TP
Perubahan persepsi masyarakat akibat rekrutmen dan aktivitas tenaga kerja
13 P TP P P P TP

Perubahan persepsi masyarakat akibat kegiatan mobilisasi alat dan bahan material
14 P P P P P TP

Perubahan persepsi masyarakat akibat reklamasi


15 TP TP P P P TP

Perubahan persepsi masyarakat akibat pekerjaan Causeway


16 P TP TP P P TP

Gangguan transportasi darat yang bersumber dari mobilisasi alat dan bahan material
Keterangan:
17 P P P P P TP

Gangguan transportasi laut akibat mobilisasi alat dan bahan material


P = penting
18 P P P P P TP

Gangguan transportasi laut akibat reklamasi TP = tidak penting


19 P P TP P P TP

Gangguan transportasi laut akibat pekerjaan causeway


20 P TP TP P P TP

Tahap pasca konstruksi

1 Penurunan Kualitas air laut (suhu) akibat causeway P TP P P P TP


Perubahan pola arus akibat keberadaan lahan reklamasi
2 P TP TP P P P

Perubahan pola gelombang akibat keberadaan lahan reklamasi


3 P P P P P P

Abrasi dan sedimentasi akibat keberadaan lahan reklamasi


4 P P P P P P

Penurunan muka tanah (subsidence)


5 P TP TP P P TP

Perubahan persepsi masyarakat akibat keberadaan lahan reklamasi


6 TP TP P P P TP
BAB IV

EVALUASI SECARA HOLISTIK


TERHADAP DAMPAK LINGKUNGAN
Apa itu Holistik?
• Sebuah cara pandang terhadap sesuatu yang
dilakukan dengan konsep pengakuan bahwa
hal keseluhan adalah sebuah kesatuan yang
lebih penting daripada bagian-bagian yang
membentuknya.
Evaluasi
• Tahap Pra-Konstruksi
penetapan lokasi.

• Tahap Konstruksi
Rekrutmen dan aktifitas tenaga kerja, mobilisasi
alat dan bahan, reklamasi dari pekerjaan causeway

• Tahap Pasca Konstruksi


Keberadaan causeway, keberadaan lahan reklamasi
dan demobilisasi peralatan.
Arahan Pengelolaan Dampak
Lingkungan
• Pengelolaan lingkungan hidup disusun untuk
menangani dampak penting yang telah
diprediksi dari kajian ANDAL dengan
menggunakan pendekatan rasional melalui
teknologi, sosial ekonomi dan institusi
Pendekatan Teknologi
Pendekatan Teknologi adalah cara pengelolaan
lingkungan hidup yang berorientasi pada
teknologi yang dapat digunakan untuk
mengelola dampak penting lingkungan hidup
dari suatu kegiatan
Pendekatan Sosial Ekonomi
Pendekatan sosial ekonomi dilakukan dalam
rangka menanggulangi dampak besar dan
penting melalui tindakan-tindakan yang
bermotifkan sosial ekonomi.
Pendekatan Institusi
Pendekatan institusi adalah mekanisme
kelembagaan yang akan ditempuh Pemrakarsa
melalui koordinasi dengan instansi yang
berwenang dalam pengawasan dampak
lingkungan dan instansi terkait dalam
pengendalian dampak lingkungan hidup

Anda mungkin juga menyukai