Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS), UKURAN

PERUSAHAAN DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP KUALITAS

LABA

Retno Dwi Lestari

Universitas Negeri Surabaya


retnodwi_lestari@yahoo.co.id

Eni Wuryani

Universitas Negeri Surabaya


eniwuryani@unesa.ac.id

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of investment opportunity set (IOS), firm
size and capital structure to earnings quality. This research is quantitative method
and uses sample of companies listed on Indonesia Stock Exchange for 2012 untill
2015. Using stratified sampling and simple random sampling methods, total
samples are 297 companies. Investment opportunity set (IOS) is measured by
capital expenditure to book value of assets; firm size is measured by total assets;
capital structure is measured by leverage; and earning quality is measured by
Earnings Response Coefficient. Using multiple linear regression analysis, the
result shows that investment opportunity set (IOS), firm size and capital structure
have no effect on earnings quality.
Keywords: capital structure, earnings quality, firm size, investment opportunity
set (IOS).

PENDAHULUAN

Perusahaan menerbitkan laporan keuangan dengan tujuan untuk

memberikanpihak eksternal yaitu investor dan kreditor berbagai macam

informasi.Laporan keuangan harus disampaikan tepat sesuai dengan kondisi

perusahaan seperti halnya dijelaskan dalam PSAK 01 (Revisi 2014) tentang

1
penyajian laporan keuangan, hal tersebut dilakukan mengingat pentingnya

informasi yang disajikan.Laba merupakan salah satu informasi yang terkandung

dalam laporan keuangan. Pihaktertentu seperti investor menggunakan informasi

laba sebagai alat untuk mengukur sejauh mana pertanggungjawaban manajemen

atas sumber daya yang dikelola dalam periode tertentu dan juga berguna untuk

memperkirakan prospek perusahaan di masa yang akan datang (Boediono, 2005).

Laba dengan kualitas yang baik akan sangat berguna bagi pengguna

laporan keuangan. Laba yang berkualitas menurut Warianto dan Rusiti (2012)

adalah apabila laba dapat digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk

membuat keputusan yang terbaik dan memenuhi karakteristik kualitatif laporan

keuangan yaitu relevan dan reliabel. Investor dalam mengambil keputusan untuk

menginvestasikan dana atau untuk memperkirakan laba dimasa depan dengan

menggunakan informasi dari laba perusahaan.

Spence (1973) mendefinisikan sinyal sebagai kegiatan individu dalam

pasar yang secara sengaja atau tidak sengaja dapat mengubah keyakinan dengan

menyampaikan informasi kepada individu lain di pasar. Hal ini penting karena

sinyal yang tepat dapat menyampaikan informasi yang diperlukan yang terkadang

tidak bisa diamati.Pengumuman dapat memicu reaksi pasar apabila mengandung

informasi yang penting seperti informasi perubahan harga saham.Informasi

tersebut membuat investor dapat membedakan antara perusahaan yang akan

bertumbuh di masa depan dan menghasilkan return yang tinggi dengan melihat

kesempatan perusahaan dalam bertumbuh (investment opportunity set).

2
Menurut Myers (1977)investment opportunity set memberikan petunjuk

yang lebih luas dimana nilai perusahaan sebagai tujuan utama tergantung pada

pengeluaran perusahaan dimasa yang akan datang. Pencapaian tujuan yang

dimaksud adalah bertambahnya nilai aset, pertumbuhan perusahaan yang

meningkat sesuai ekspektasi atau peramalan perusahaan. Penelitian tentang

investment opportunity set yang memengaruhi kualitas laba juga telah diteliti oleh

Setianingsih (2016) dengan hasil yang positif. Penelitian dengan hasil yang

berbeda didapatkan dari penelitian Novianti (2012)yang menunjukkan bahwa

investment opportunity set berpengaruh negatif terhadap kualitas laba.

Hasil dari pendanaan investasi yang dipilih dari berbagai pertimbangan

oleh investor adalah modal. Pengertian modal menurut Sari et al., (2013)adalah

sumber daya manusia, metode, mesin dan material yang tergabung dalam elemen

penting untuk mengoperasikan kegiatan perusahaan. Modal perusahaan dapat

diperoleh dari internal maupun dari eksternal.Struktur modal merupakan

gabungan modal sendiri yang diterima dari pemilik perusahaan ataupun yang

didapat dari pemegang saham dan utang. Beragamnya sumber dana perusahaan

tersebut mengharuskan manajer keuangan untuk dapat memenuhi sumber

pendanaannya secara tepat. Setiap keputusan pendanaan tersebut memiliki

konsekuensi dan karakteristik yang berbeda terhadap perusahaan.

Menurut teori struktur modal, Modigliani dan Miller (1963) menjelaskan

bahwa bunga utang dapat memberikan manfaat terhadap perusahaan karena dapat

mengurangi keuntungan kena pajak, itu dapat terjadi akibat hasil dari utang yang

dimiliki oleh perusahaan. Peraturan perpajakan memperkenankan pengurangan

3
terhadap pembayaran bunga sebagai beban, tetapi tidak dapat mengurangi

pembayaran dividen terhadap pemegang saham.

Menurut trade off theory mengasumsikan bahwa struktur modal

perusahaan merupakan pemanfaatan utang yang menghasilkan trade-off dari

keuntungan pajak yang akan menimbulkan biaya (Hartono, 2003). Tambahan

utang masih diperkenankan apabila memiliki manfaat yang besar terhadap

pertumbuhan perusahaan.Tambahan utang tidak diperkenankan lagi apabila

penggunaanya sudah terlalu besar dan dapat membahayakan perusahaan seperti

kebangkrutan.Selanjutnya, menurut pecking order theory menjelaskan bahwa

sumber pembiayaan perusahaan dimulai dari danainternal lebih dahulu seperti

laba ditahan, kemudian penerbitan utang baru dan yang terakhir dengan

penerbitan saham baru yang merupakan hasil darikeputusan yang telah ditentukan

oleh manajer (Husnan dan Pudjiastuti, 2012:274-276).

Perusahaan harus menetapkan target struktur modalnya, karena dengan

utang yang lebih besar maka akan mengakibatkan pemegang saham harus

menanggung risiko yang besar dan akan berdampak pada tingkat return yang

diharapkan yaitu lebih kecil. Hal tersebut akan berdampak dalam menurunnya

peran investor dan dianggap tidak bisa menyeimbangkan pengelolaan dana antara

modal yang tersedia dengan modal yang dibutuhkan, sehingga akan menurunkan

kualitas laba perusahaan. Hal ini didukung dengan penelitian Tiolemba dan

Ekawati (2008) yang menyatakan bahwa struktur modal memiliki pengaruh

negatif terhadap kualitas laba. Hasil yang berbeda didapat dari penelitian Moradi

et al., (2010) yang menyatakan bahwa struktur modal berpengaruh positif

4
terhadap kualitas laba dan penelitian Novianti (2012) yang hasilnya struktur

modal tidak berpengaruh terhadap kualitas laba.

Ukuran perusahaan memiliki hubungan dengan kualitas laba, karena sema-

kin besar perusahaan maka kesinambungan usaha perusahaanakan semakin

tinggidalam menaikkan kualitas labanya. Menurut Romasari (2013) menjelaskan

ukuran perusahaan adalah indikator yang ditunjukan dengan karateristik atau

kondisi perusahaan yangmemiliki beberapa pengukuran untuk menentukan ukuran

perusahaan, seperti total karyawan perusahaan dalam aktivitas operasi, jumlah

penjualan yang dicapai oleh perusahaan dalam periode tertentu, total aset

perusahaan dan total saham beredar. Ukuran perusahaan dijadikan tolok ukur

suatu perusahaan dalam menentukan kapasitasnya, apakah termasuk perusahaan

besar atau kecil.

Skala kecil besarnya ukuran perusahaan ditentukan dengan

mengelompokkan berdasarkan total pendapatan, jumlah aset dan jumlah modal

sendiri.Selain itu, perusahaanyang memiliki ukuranrelatif besar dijadikan faktor

untuk memperoleh sumber pembiayaan, baik dari pihak internalataupun

eksternal. Hal tersebut didukung dengan penelitian Dira dan Astika (2014) yang

menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kualitas laba.

Sedangkan hasil penelitian Oktarya et al., (2014) bertolak belakang yaitu ukuran

perusahaan tidak berpengaruh terhadap kualitas laba.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh investment opportunity

set (IOS) yang diproksikan dengan capital expenditure to book value asset

(CEPBVA),ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total aset, struktur modal

5
yang diukur dengan leverage sebagai variabel independen dengan variabel

dependen kualitas laba yang diukur dengan eraning response coefficient (ERC).

Penelitian ini meneliti perusahaan yang terdaftar di BEI dari 2012-

2015.Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada variabel

investment opportunity set dan kualitas laba.

KAJIAN PUSTAKA

Kualitas Laba

Laba adalah suatu alat yang dipakai pihak manajemen dalam menarik

calon investor.Laba yang berkualitas menurut Warianto dan Rusiti (2012) adalah

apabila laba dapat digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk membuat

keputusan yang terbaik dan memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan

yaitu relevan dan reliabel. Perusahaan dengan kualitas laba yang tinggi akan

melaporkan labanya secara transparan.

Kualitas laba dalam penelitian ini diproksikan dengan menggunakan

earnings response coefisien (ERC). Menurut Diantimala (2008)earning response

coefficient didapatkan dari regresi antara proksi harga saham dan laba akuntansi.

Proksi harga saham dihitung dengan menggunakan cummulative abnormal return

(CAR), sedangkan proksi laba akuntansi dihitung dengan menggunakan

unexpected earnings (UE).

Teori Sinyal (Signaling Theory)

Teori sinyal menekankan pada pentingnya informasi yang dikeluarkan

oleh perusahaan karena akan mempengaruhi keputusan investasi yang dilakukan

6
oleh pihak diluar perusahaan. Informasi hakekatnya memuat catatan, keterangan

dan gambaran keadaan atau kelangsungan hidup perusahaan di masa depan yang

merupakan unsure informasi penting bagi pelaku bisnis dan investor. Informasi

yang dibutuhkan oleh investor adalah informasi yang lengkap, akurat, tepat waktu

dan relevan, karena hal tersebut digunakan sebagai alat menganalisa dalam

mengambil keputusan berinvestasi dipasar modal. informasi meskipun informasi

tersebut tidak diwajibkan.

Spence (1973) mendefinisikan sinyal sebagai kegiatan individu dalam

pasar yang secara sengaja atau tidak sengaja mengubah keyakinan dengan

menyampaikan informasi kepada individu lain di pasar. Hal ini penting bahwa

sinyal yang tepat dapat menyampaikan informasi yang diperlukan yang terkadang

tidak bisa diamati.Pengumuman dikatakan mengandung informasi jika dapat

memancing reaksi pasar, yaitu perubahan harga saham.Informasi tersebut

merupakan sinyal positif, apabila informasi tersebut memberikan dampak positif

seperti kenaikan harga saham.Namun apabila informasi tersebut memberikan

dampak negatif, maka informasi tersebut dapat dikatakn sinyal negatif.

Investment Opportunity Set (IOS)

Investment opportunity set dijadikan dasar untuk menentukan klasifikasi

pertumbuhan perusahaan mendatang. Smith dan Watts (1992) menyatakan bahwa

investment opportunity set merupakan hasil dari pilihan-pilihan dalam membuat

investasi dimasa depan. Investment opportunity set kemampuan perusahaan dala

memdapat keuntungan dari prospek pertumbuhan. Prospek pertumbuhan yang

dimaksud adalah suatu harapan yang diinginkan oleh pihak manajemen, investor

7
serta kreditur.Prospek perusahaan yang tumbuh bagi investor adalah hal

menguntungkan, berarti investasi yang ditanamkan oleh investor diharapkan dapat

memberikan pengembalian yang tinggi. Perusahaan yang tumbuh dapat memicu

respon pasar serta akan mendapatkan peluang pertumbuhan dengan banyaknya

peluang investasi yang diproksikan dengan nilai investment opportunity set.

Teori Struktur Modal

a. The Modigliani-Miller Model

Teori Modigliani dan Miller (1963)mengasumsikan bahwa pajak perseroan

ditiadakan. Hasil dari peraturan perpajakan mengizinkan pengurangan

pembayaran bunga sebagai beban, tetapi tidak memeperbolehkan pengurangan

pembayaran dividen kepada pemegang saham. MM membuktikan apabila bunga

atas utang dikurangkan dalam perhitungan pajak, maka nilai perusahaaan

meningkat sejalan dengan makin besarnya jumlah utang.

b. Trade Off Teory

Model trade off theory mengasumsikan bahwa struktur modal perusahaan

merupakan pemanfaatan utang yang menghasilkan trade-off dari keuntungan

pajak yang akan menimbulkan biaya (Hartono, 2003). Esensi dari trade off theory

dalam struktur modal adalah akibat yang ditimbulkan dari penggunaan utang

dapat diseimbangkan manfaat dan pengorbananya.Tambahan utang masih

diperbolehkan, apabila manfaatnya masih lebih besar.Sedangkan tambahan utang

tidak diperbolehkan, apabila pengorbanan karena penggunaan utang terlalu besar.

c. Pecking Order Theory

8
Teori ini disebut pecking order karena menjelaskan bagaimana perusahaan

menentukan struktur sumber dana yang paling diminati. Apabila perusahaan

memerlukan dana untuk keperluan pembiayaan investasi, perusahaan akan

memilih untuk membiayai kesempatan investasi tersebut dengan dana internal

terlebih dahulu, kemudian hutang dan terakhir adalah menerbitkan saham.

Menurut Bambang (2013:25) sumber dana internal didaptkan dari laba ditahan

yakni sisa hasil usaha perusahaan. Sedangkan sumber dana eksternal dapat berasal

dari pihak bank, asuransi dan kreditur lainnya.

Struktur Modal

Modal merupakan komponen dana jangka panjang suatu perusahaan yang

meliputi semua komponen di sisi kanan neraca perusahaan kecuali utang lancar.

Struktur modal menurut Widayanti et al., (2014) adalah hasil atau akibat dari

keputusan pendanaan (financial decision) yang pada intinya memilih untuk

menggunakan utang atau ekuitas untuk mendanai aktivitas operasional

perusahaan. Struktur modal diproksikan dengan leverage. Leverage menekankan

pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjukkan

presentase aset perusahaan yang didanai oleh pendanaan utang.Leverage

merupakan perpaduan antara total utang dengan total aset perusahaan.

Ukuran Perusahaan

Menurut Menurut Romasari (2013) menjelaskan ukuran perusahaan adalah

indikator yang ditunjukan dengan karateristik atau kondisi perusahaan yang

memiliki beberapa pengukuran untuk menentukan ukuran perusahaan, seperti total

9
karyawan perusahaan dalam aktivitas operasi, jumlah penjualan yang dicapai oleh

perusahaan dalam periode tertentu, total aset perusahaan dan total saham beredar.

Ukuran perusahaan dijadikan tolok ukur suatu perusahaan dalam menentukan

kapasitasnya, apakah termasuk perusahaan besar atau kecil.Ukuran perusahaan

dijadikan tolok ukur suatu perusahaan dalam menentukan kapasitasnya, apakah

termasuk perusahaan besar atau kecil. Skala besar kecilnya perusahaan yang dapat

diklasifikasikan berdasarkan berbagai cara antara lain dengan ukuran pendapatan,

total aset dan total ekuitas. Karena semakin besar ukuran atau skala perusahaan

maka akan semakin mudah pula perusahaan memperoleh sumber pendanaan baik

yang bersifat internal maupun eksternal.

Hipotesis

Hı :Investment Opportunity Set berpengaruh terhadap kualitas laba

H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas laba

H3 :Struktur modal berpengaruh terhadap kualitas laba.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian yang memakai jenis metode

kuantitatif.Metode kuantitatif adalah metode yang dipergunakan untuk meneliti

pada sampel tertentu yang mempunyai tujuan untuk menguji hipotesis yang

ditetapkan.Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan gejala

10
atau fenomena yang dapat dikelompokkan, relatif, konkrit, teramati, terukur dan

memiliki hubungan sebab akibat (Sugiyono, 2016:14).

Jenis dan Sumber Data

Data sekunder merupakan data yang dipergunakan untuk penelitian

ini.Data sekunder didapatkan dari laporan keuangan tahunan perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 2012–2015.

Sampel

Sampel penelitian ini ditentukan melalui metode stratified sampling.

Jumlah sampel adalah 1993 perusahaan yangterdaftar di BEI dari 2012-

2015.Jumlah sampel diambil berdasarkan tabel Isaac dan Michael dengan

signifikansi 5% yaitu 297 perusahaan (Sugiyono, 2016:126).

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel Terikat

Variabel dependen pada penelitian iniadalah kualitas laba yang

diproksikan menggunakan earnings response coefficient (ERC). Besarnya

earnings response coefficient didapatkan dari tahap perhitungan berikut ini:

1) Menghitung CAR masing-masing sampel perusahaan

Pengukuran abnormal return menggunakan market-adjusted model.

Perhitungan Cumulative Abnormal Return (CAR) dirumuskan sebagai berikut:


+5
CAR i(−5,+5) = −5  AR i,t …………………………….. (1)
Sumber: Lee dan Park (2000)
𝐴𝑅,𝑖𝑡 = 𝑅𝑖𝑡 - 𝑅𝑚𝑡 ……………………………………….(2)

11
Sumber: Murwaningsari (2008)
𝑅𝑖,𝑡 (𝑃𝑖𝑡 - 𝑃𝑖𝑡−1 ) / 𝑃𝑖𝑡−1 …………………………............(3)
Sumber: Murwaningsari (2008)
𝑅𝑚𝑡 = ( 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡 - 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1)/𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1……………………(4)

Keterangan :

CAR it :Cumulative Abnormal Return

ARit :Abnormal return untuk perusahaan i pada hari ke-t

Rit :Return harian perusahaan i pada hari ke-t

Rmt :Return indeks pasar pada hari ke-t

IHSGt : Indeks Harga Saham Gabungan pada waktu t

IHSGt-1 : Indeks Harga Saham Gabungan pada waktu t-1

Pit : Harga saham perusahaan i pada waktu t

Pit-1 : Harga saham perusahaan i pada waktu t-1.

2) Menghitung unexpected Earnings (UE)

Pengukuran unexpected earnings memakai model random walk sesuai

dengan penelitian Beaver etal., (1987):

𝑈𝐸𝑖𝑡 = (𝐸𝑖𝑡 – 𝐸𝑖𝑡−1 ) /𝐸𝑖𝑡−1 ………………………….(5)

Sumber: Beaver et al., (1987)

Keterangan:

UE,it = Unexpected earnings (UE) perusahaan i pada periode t

Ei,t = Laba akuntansi perusahaan i pada periode t

Ei,t−1 = Laba akuntansi perusahaan i pada periode t-1

3) Menghitung Earnings Response Coefisient (ERC)

Dirumuskan sebagai berikut:

12
CAR i,t = α +βUEit +ε …………………………………(6)

Sumber: Lee dan Park (2000)

Keterangan:
𝐶𝐴𝑅𝑖𝑡 = Cumulative abnormal return perusahaan i selama periode penelitian ± 5
hari dari publikasi
UEi,t = Unexpected earnings perusahaan i pada periode t
𝛼 = Konstanta
β = Koefisien yang mengindikasikan earnings response
coeffisient
𝜀 = Komponen error

Variabel Bebas

1) Investment Opportunity Set (IOS)

Investment Opportunity Set diproksikan dengan capital expenditure to

book value asset (CEPBVA) dengan rumus sebagai berikut:

Nilai Buku Aset Tetapt −Nilai Buku Aset Tetapt−1


CEPBVA = Total Aset

Sumber: Kallapur dan Trombley (1999)

2) Ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan diukur menggunakan rumus berikut:

Size = Ln(total aset)

Sumber: Titman dan Wessels (1988)

3) Struktur modal

Strukturmodal dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Total Utang
Leverage = Total Aset

Sumber: Horne dan Wachowicz (2013:170)

13
Uji Hipotesis

Hipotesis yang telah diajukan diuji dengan metode analisis regresi

berganda.Pengujian atas pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen dengan menggunakan metode analisis regresi berganda. Persamaan

yang dipergunakan antara lain adalah:

ERC = β0 + β1IOS + β2SIZE + β3LEV + ε

Keterangan:
ERC = Earnings Response coefficient (kualitas laba)
β0 = Konstanta
β1, β2, β3 = Koefisien regresi
IOS = Investment opportunity set
SIZE = Ukuran perusahaan
LEV = Struktur modal
ε = Eror

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia yang mencakup 9 sektor.Sampel penelitian ini dilakukan pada

periode 2012-2015 dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 297 perusahaan.

Statistik Deskriptif
Tabel 1 menunjukkan bahwa variabel ERC dari 297 sampel yang memiliki nilai

minimum adalah sebesar -548.45382 yang dimiliki oleh PT. Evergreen Invesco

Tbk. Nilai maksimum adalah sebesar 8057.47860 yang dimiliki oleh PT. Indofood

14
Sukses Makmur Tbk. Untuk nilai rata-ratanya yaitu sebesar 48.3217457 dengan

nilai standar deviasi sebesar 480.16405007.

Tabel 1. Statistik Deskriptif


N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ERC 297 -548.45382 8057.47860 48.3217457 480.16405007
IOS 297 -.24651 .75505 .0229181 .08850083
SIZE 297 20.75894 34.31807 28.6087197 1.96000583
LEV 297 .00025 587.74042 2.6323687 34.08346476
Valid 297
Sumber: Data olah SPSS

Pada variabel IOS sampel yang memiliki nilai minimum sebesar -.24651

yang ditunjukkan oleh PT Rimo Catur Lestari Tbk. Nilai maksimumnya

adalah.75505 yang dimiliki oleh PT. Budi Starch & Sweetener Tbk. Nilai rata-rata

.0228308 dengan nilai standar deviasinya sebesar .08851064.

Nilai tertinggi untuk variabel SIZE adalah sebesar 34.31807 yang dimiliki

oleh Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. sedangkan untuk nilai terendah adalah

sebesar 20.75894 yang dimiliki oleh Delta Djakarta Tbk. Nilai tengahnya adalah

28.6087197 serta nilai standar deviasinya sebesar 1.96000583.

Selanjutnya untuk variabel LEV memiliki nilai tertinggi sebesar

587.74042 yang dimiliki oleh Petrosea Tbk. sedangkan untuk nilai terendah alah

sebesar .00025 yang dimiliki oleh Vale Indonesia Tbk. Nilai tengahnya sebesar

2.6323686 dengan nilai standar deviasi adalah 34.08346477.

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

15
Tabel 2. Uji Kolmogorov Smirnov
Unstandardized Residual
N 120
Normal Mean .0000000
Parametersa,b Std. Deviation 4.82235107
Absolute .111
Most Extreme
Positive .065
Differences
Negative -.111
Kolmogorov-Smirnov Z 1.221
Asymp. Sig. (2-tailed) .101
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data olah SPSS

Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,101> 0,05,

sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi telah terdistribusi secara normal.

Uji Multikolonearitas

Tabel 3. Uji Multikolinieritas

Model Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics
B Std. Error Beta Toleran VIF
ce
(Constant) 6.572 7.629
IOS 44.814 25.027 .167 .960 1.042
1
SIZE -.268 .271 -.095 .904 1.106
LEV -.232 1.858 -.012 .938 1.066
a. Dependent Variable: ERC
Sumber: Data olah SPSS

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai tolerance setiap variabel >

0,05 dan nilai VIF tidak ada nilai yang >10, maka tidak terjadi multikolonieritas

antar variabel dalam model regresi.

16
Uji Autokolerasi
Tabel 4. Uji Run Test

Unstandardized Residual
a
Test Value .59311
Cases < Test Value 60
Cases >= Test Value 60
Total Cases 120
Number of Runs 56
Z -.917
Asymp. Sig. (2-tailed) .359
a. Median
Sumber : Data olah SPSS

Tabel 4 uji autokorelasi menggunakan run test menunjukkan bahwa nilai

Signifikansi 0.359>0.05, berarti data cukup randomsehingga tidak terdapat

masalah autokorelasi.

Uji Heterokedastisitas
Tabel 5. Uji Glejser
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -6.949 5.010 -1.387 .168
IOS -12.653 16.435 -.071 -.770 .443
1
SIZE .333 .178 .177 1.869 .064
LEV 1.882 1.220 .143 1.542 .126
a. Dependent Variable: HETERO
Sumber: Data olah SPSS

Tabel 5 menunjukkan bahwa semua nilai signifikansi untuk setiap

variabel memiliki nilai > 0,05, maka model regresi tidak terjadi

heteroskedastisitas.

17
UJI HIPOTESIS

Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)

Tabel 6. Uji R2
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .176a .031 .006 4.88431101
a. Predictors: (Constant), LEV, IOS, SIZE
Sumber : Data oalh SPSS

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square sebesar

0,006 hal ini berarti kualitas laba dapat dijelaskan oleh variabel independen yang

terdiri dari investment opportunity set (IOS), ukuran perusahaan dan struktur

modal 0,6%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan variabel independen

dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas.

Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Tabel 7. Uji Statistik F


Model Sum of Squares Df Mean F Sig.
Square
Regression 88.693 3 29.564 1.239 .299b
1 Residual 2767.353 116 23.856
Total 2856.046 119
a. Dependent Variable: ERC
b. Predictors: (Constant), LEV, IOS, SIZE
Sumber: Data olas SPSS

Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai F 0,299> 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

investment opportunity set (IOS), ukuran perusahaan dan struktur modal secara

simultan dan signifikan tidak berpengaruh terhadap kualitas laba.

18
PEMBAHASAN

Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS), Ukuran Perusahaan dan

Struktur Modal Terhadap Kualitas Laba

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investment opportunity set (IOS),

ukuran perusahaan dan struktur modal tidak berpengruh secara simultan terhadap

kualitas laba. Tidak berpengaruhnya investment opportunity set terhadap kualitas

laba menunjukkan bahwa tingkat investment opportunity setperusahaan tidak

berpengaruh pada naik atau turunnya kualitas laba.Hasil penelitian atas investment

opportunity settidak berpengaruh terhadap kualitas laba sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Kartina dan Nikmah (2011) dan Wulansari (2013) yang

menyatakan bahwa perusahaan yang tidak dapat menggunakan kesempatan

investasi akan mengalami suatu pengeluaran yang lebih tinggi. Nilai kesempatan

investasi merupakan nilai sekarang dari pilihan-pilihan perusahaan untuk

membuat investasi di masa yang akan datang. Selain itu, perusahaan dengan nilai

investment opportunity set yang tinggi, bukan berarti karena perusahaan memiliki

nilai aset yang tinggi dibandingkan nilai bukunya yang telah dinilai oleh pasar.

Inilah alasan investor dalam membuat keputusan investasi tidak hanya dengan

melihat nilaiinvestmen opportunity set yang tinggi.

Hasil ini juga didukung dengan sampel penelitian yang menunjukkan

bahwa perusahaan Ricky Putra Globalindo Tbk. yang memiliki nilai IOS besar

tetapi memiliki nilai ERC yang kecil, yang masing-masing memiliki nilai yaitu

0,04468 dan -9,20872, hal ini dikarenakan return saham perusahaan tersebut

mengalami minus pada tahun 2013 dan 2015 yaitu sebesar -1% dan -9%.

19
Informasi yang terkandung dalam pengumuma tersebut memberikan

pengumuman bad news kepada investor sehingga direspon buruk oleh investor.

Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kualitas laba karena

investor berpendapat bahwa perusahaan dengan ukuran yang besar belum tentu

memberikan keuntungan, investor beranggapan perusahaan tersebut juga

mempunyai utang yang besar guna mendanai operasional perusahaan. Alasan lain

adalah investor akan memutuskan untuk mengamati kondisi pasar perusahaan

secara umum daripada total aset perusahaan serta investor juga akan

memperhatikan laporan keuangan yang dipublikasikan, informasi yang tersedia

tidak cukup informatif sehingga tidak lagí menjadi perhatian investor untuk

mengambíl keputusan investasi. Selain itu, investor juga menganggap perusahaan

kecil memiliki kemungkinan dapat memberikan laba yang tinggi bagi para

investornya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Novianti (2012) dan Romasari (2013)

yang menjelaskan bahwa perusahaan besar ataupun perusahaan kecil selalu

berkembang untuk mencapai tujuannya yaitu selalu meningkatkan keuntungan

perusahaan dan kualitas labanya. Perusahaan besar memiliki informasi keuangan

yang lebih besar untuk meningkatkan keuntungan namun resiko keuangan yang

akan ditanggung juga lebih besar. Sedangkan perusahaan kecil meskipun

mempunyai informasi keuangan yang lebih sedikit dibanding perusahaan besar

untuk meningkatkan keuntungannya, namun resiko keuangan yang ditanggung

juga lebih ringan.

20
Struktur modal juga tidak dapat memengaruhi kualitas laba dikarenakan

perusahaan dengan utang yang tinggi maka perusahaan akan semakin dinamis.

Pihak manajemen akan terpacu dalam meningkatkan kinerjanya agar utang-utang

perusahaan dapat terpenuhi sehingga dampak positifnya adalah perusahaan akan

lebih berkembang. Alasanlain yang menyebabkan tidak signifikannya pengaruh

leverage terhadap kualitas laba, yaitu investor berasumsi bahwa perusahaan

dengan tingkat leverage tinggi berarti memiliki utang yang lebih besar

dibandingkan modal. Oleh karena itu respon investor tidak dipengaruhi oleh

besarnya leverage.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widayanti et al.,

(2014)danNadirsyah dan Muharram (2015) yang menyatakan bahwa struktur

modal yang diukur dengan leverage tidak dapat mempengaruhi tinggi rendahnya

kualitas laba yang diukur dengan ERC. Investor tidak menempatkan leverage

sebagai indikator utama dalam memutuskan investasi pada perusahaan tertentu.

Para investor memberikan respon yang berbeda terhadap besarnya leverage

perusahaan, karena perusahaan yang memiliki leverage lebih tinggi maka

kecenderungan perusahaan akan mementingkan kepentingan kreditor terlebih

dahulu, akibatnya kepentingan investor akan lebih kecil. Hal itu disebabkan

kecenderungan perusahaan mengutamakan pembayaran utang daripada

pembagian dividen kepada investor.

21
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah Investment opportunity set

(IOS), ukuran perusahaan dan struktur modal tidak berpengaruh terhadap kualitas

laba. Investment opportunity set tidak berpengaruh terhadap kualitas laba karena

investor tidak hanya melihat nilai investment opportunity set yang tinggi dalam

membuat keputusan investasinya tetapi lebih memperhatikan angka laba yang

dihasilkan oleh perusahaan. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap

kualitas laba, karena besar kecilnya ukuran perusahaan tidak mempengaruhi

kualitas laba perusahaan yang dihasilkan. Sedangkan struktur modal tidak

berpengaruh terhadap kualitas laba, karena Investor tidak menempatkan leverage

sebagai indikator utama dalam memutuskan investasi pada perusahaan, hal ini

disebabkan apabila perusahaan lebih banyak dibiayai oleh utang maka akan

berdampak pada pembayaran hutang perusahaan dan pembagian deviden.

Saran

Penelitian ini tidak memisahkan sektor perusahaan yang terdaftar pada

BEI, krena aset setiap perusahaan berbeda antara sektor satu dengan yang lainnya

sehingga peneliti memberikan saran untuk peneliti selanjutnya dapat

mengelompokkan sektor antara asset yang bernilai besar dan asset yang bernilai

kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang, R. 2013. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan.Yogyakarta: BPFE


Yogyakarta.

22
Beaver, H., et al,. 1987. The Information Content of Security Prices: A Second
Look. Journal of Accounting and Economics, Vol. 9, Hal: 139–157.
Boediono, G. S. B. 2005. "Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis
Jalur". Simposium Nasional Akuntansi, Solo, 15-16 September 2005.
Dira, K. P., dan Astika, I. B. P. 2014. "Pengaruh Struktur Modal, Likuiditas,
Pertumbuhan Laba dan Ukuran Perusahaan pada Kualitas Laba". E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 7(1), Hal: 64–78.
Ghozali, I. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hartono. 2003, “Kebijakan Struktur Modal: Pengujian Trade Off Theory dan
Pecking Order Theory (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat di
(BEJ)”. Perspektif, Vol. 8(2), Hal: 249-257
Horne, J. C. V., dan Wachowicz, J. M. 2013. Prinsip-prinsip Manajemen
Keuangan. Jakata: Salemba Empat.
Husnan, S., dan Pudjiastuti, E. 2012.Dasar Dasar Manajemen Keuangan. Edisi
Kedelapan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Kallapur, S., dan Trombley, M. A. 1999. "The Association Between Investment
Opportunity Set Proxies and Realized growth". Journal of Business
Finance and Accounting, Vol.26(3–4), Hal: 505–519.
Kartina, Eti dan Nikmah. 2011. “Pengaruh Corporate Governance,
Invesment Oppoetunity Set (IOS) Terhadap Kualitas Laba”. E-jurnal
Akuntansi Universitas Udayana,Vol.1(1), Hal: 64-78.
Lee, J., dan Park, C. W. 2000. "Intraday Stock Price Reactions to Interim-Quarter
Versus Fourth-Quarter Earnings Announcements". Journal of Business
Finance and Accounting, Vol. 27(7–8), Hal: 1027–1046.
Modigliani, F., dan Miller, M. H. 1963. "Corporate Income Taxes and the Cost of
Capital: A Correction". The American Economic Review, Vol. 53(3), Hal:
433–443.
Moradi, M., Salehi, M., dan Erfanian, Z. 2010. "A Study of the Effect of Financial
Leverage on Earnings Response Coefficient Through out Income
Approach: Iranian Evidence". Internasional Review of Accounting,
Banking and Finance, Vol. 2(2), Hal: 103–115.
Murwaningsari, E. 2008. "Pengujian Simultan: Beberapa Faktor yang
Mempengaruhi Earning Response Coefficient (ERC)". Simposium
Nasional Akuntansi, Pontianak, 23-26 Juli 2008.
Nadisyah, Fadlan dan Muharram, Nur. 2015. “Struktur Modal, Good
Corporate Governance Dan Kualitas Laba”. Jurnal Dinamika Akuntansi
dan Bisnis, Vol. 2(2), Hal.184-198.
Novianti, R. 2012. "Kajian Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur yang

23
Terdaftar di BEI". Accounting Analysis Journal, Vol. 1(2), Hal: 1–6.
Oktarya, E., et al,. 2014. "Pengaruh Pertumbuhan Laba, Investment
Opportunity Set, Leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI".
STMIK GI MDP & MDP Business School, Hal: 1-12.
http://eprints.mdp.ac.id/id/eprint/1375
Romasari, S. 2013. "Pengaruh Persistensi Laba, Struktur Modal, Ukuran
Perusahaan dan Alokasi Pajak Antar Periode Terhadap Kualitas Laba".
Jurnal Akuntansi, Vol. 1(2), Hal: 1-32
Sari, D. H., et al,. 2013. "Determinan Struktur Modal dan Dampaknya Terhadap
Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa
Efek Indonesia)". Jurnal Aplikasi Managemen, Vol. 11(1), Hal: 427–433.
Setianingsih, L. 2016. "Pengaruh Investment Opportunity Set, Likuiditas dan
Good Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba pada Perusahaan
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Periode2010-2013)". Open Journal Systems, Vol. 2(2), Hal: 1–17.
Smith, C. W., dan Watts, R. L. 1992. "The Investment Opportunity Set and
Corporate Financing, Dividend and Compensation Policies". Journal of
Financial Economics, Vol. 32(3), Hal: 263–292.
Spence, M. 1973. “Job Market Signaling.” The Quarterly Journal of Economics,
Vol. 87(3), Hal: 355-374.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Tiolemba, N., dan Erni, E. 2008.“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Koefisien Respon Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEJ”.Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol: 4(2), Hal: 100-115.
Titman, S., dan Wessels, R. 1988. "The Determinants of Capital Structure
Choice". The Journal of Finance, Vol. 43(1), Hal: 1-19.
Warianto, P., dan Rusiti, C. 2012. "Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Modal,
Likuiditas dan Invstment Opprtunity Set (IOS) Terhadap Kualitas Laba
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI". Jurnal Ekonomi dan
Bisnis, Vol. 26(1), Hal: 1–15.
Widayanti et al., 2014. "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba pada
Perusahaan High Profile yang Terdaftar di BEI". Jurnal Dinamika
Ekonomi dan Binis, Vol. 11(1), Hal: 46-64.
Wulansari, Yenni. 2013. “Pengaruh Investment Opportunity Set, Likuiditas dan
Leverage Terhadap Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur Yang
terdaftar di BEI”. Jurnal AkuntansiUniversitas Negeri Padang, Vol.
1(2), Hal: 1-31.

24

Anda mungkin juga menyukai

  • 1 PB
    1 PB
    Dokumen9 halaman
    1 PB
    alimsumarno
    Belum ada peringkat
  • 1 PB
    1 PB
    Dokumen8 halaman
    1 PB
    alimsumarno
    Belum ada peringkat
  • 1 PB
    1 PB
    Dokumen7 halaman
    1 PB
    alimsumarno
    Belum ada peringkat
  • 1 PB
    1 PB
    Dokumen6 halaman
    1 PB
    alimsumarno
    Belum ada peringkat
  • 1 PB
    1 PB
    Dokumen12 halaman
    1 PB
    alimsumarno
    Belum ada peringkat
  • 1 PB 2
    1 PB 2
    Dokumen20 halaman
    1 PB 2
    alimsumarno
    Belum ada peringkat
  • 1 PB
    1 PB
    Dokumen10 halaman
    1 PB
    alimsumarno
    Belum ada peringkat
  • 1 PB
    1 PB
    Dokumen12 halaman
    1 PB
    alimsumarno
    Belum ada peringkat
  • 1 PB
    1 PB
    Dokumen12 halaman
    1 PB
    alimsumarno
    Belum ada peringkat
  • 1 PB
    1 PB
    Dokumen13 halaman
    1 PB
    alimsumarno
    Belum ada peringkat