Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK

Disusun Oleh:

Fiska Rianasari
Muhammad Amrin Hakim
Fitria Ningsih Hartika
Siti Anisa

Dosen pembimbing : Endang Sri Wahyuni, M.Ak.

PRODI D4 AKUNTANSI KEUANGAN PUBLIK

JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS

POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS

2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Evaluasi kinerja merupakan suatu hal yang penting dalam managemen


kinerja, karena evauasi kinerja merupakan proses penilaian secara sistematis
terhadap keberhasilan dan/atau kegagalan suatu kebijakan atau program dalam
pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Hasil evaluasi kinerja
bermanfaat sebagai sumber informasi dalam pengambilan keputusan untuk
melanjutkan, melakukan perbaikan, ataupun menghentikan suatu kebijakan,
program dan kegiatan pembagunan.

Managemen kinerja membutuhkan alat yang disebut pengukuran kinerja


digunakan sebagai dasar untuk melakukan penilaian kinerja, yaitu untuk menilai
keberhasilan organisasi, program, dan kegiatan. Pengukuran kinerja merupakan
suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap pencapaian tujuan dan
sasaran yang telah ditentukan, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan
sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa, membandingkan hasil kegiatan
dengan target, dan menilai efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan. Dengan
adanya pegukuran kinerja memungkinkan bagi unit kerja pemerintahan untuk
memonitor kinerja dalam menghasilkan keluaran ( Output ), hasil ( Outcomes ),
manfaat ( benefit ) dan dampak ( impact ) terhadap masyarakat, sehingga
bermanfaat untuk membantu pimpinan instansi dalam memonitor dan
memperbaiki kinerja serta fokus pada tujuan organisasi dalam rangka memenuhi
tuntutan akuntabilitas publik.

Salah satu konsep yang bisa digunakan untuk menilai dan mengukur kinerja
adalah konsep value for money. Pengukuran kinerja value for money adalah
pengukuran kinerja untuk mengukur nilai ekonomi, efisiensi, dan efektivitas suatu
kegiatan, program, dan organisasi. Value for money menghendaki pemerintah
dapat mencapai tujuan yang ditetapkan dengan tingkat biaya yang lebih rendah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Kinerja merupakan gambaran dari pencapaian pelaksanaan suatu


kegiatan/program atau kebijakan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
organisasi. Sedangkan Pengukuran kinerja adalah proses di mana organisasi
menetapkan parameter hasil untuk dicapai oleh program, investasi, dan akusisi
yang dilakukan. Menurut Mardiasmo (2002), sistem pengukuran kinerja sektor
publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer sektor publik
menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial.
Sistem pengukuran kinerja ini dapat dijadikan sebagai alat pengendalian
organisasi.

Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada


indikator tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara
komprehensif. Berbeda dengan sektor swasta, karena sifat output yang dihasilkan
sektor publik lebih banyak bersifat intangible output, maka ukuran finansial saja
tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor publik. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan ukuran kerja non-finansial.
Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi 3 maksud.
Pertama, pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu
memperbaiki kinerja pemerintah yaitu untuk membantu pemerintah berfokus pada
tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini akhirnya akan meningkatkan
efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam pemberian pelayanaan
publik. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian
sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran kinerja sektor publik
dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki
komunikasi kelembagaan.
Oleh pihak legislative, ukuran kinerja digunakan untuk menetukan
kelayakan biaya pelayanan ( Cost of service ) yang dibebankan kepada masyarakat
pengguna jasa publik. Masyarakat tentu tidak mau terus-menerus ditarik pungutan
sementara pelayanan yang mereka terima tidak ada peningkatan kualitas dan
kuantitasnya. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pelayanan publik . Masyarakat menghendaki pemerintah
dapat memberikan banyak pelayanan dengan biaya yang murah ( do more with
less ).

Fokus pengukuran kinerja sektor publik terletak pada hasil atau outcome
karena tujuan utama sektor publik adalah pemenuhan kebutuhan dan keinginan
publik sebagai pengguna atas produk yang dihasilkan. Sedangkan, Fokus
pengukuran kinerja sektor swasta komersial dengan organisasi layanan publik.
Sektor swasta komersial befokus pada perspektif finansial dan organisasi layanan
publik berfokus pada pelanggan.

Menurut Mardiasmo ( 2002 ), secara umum, tujuan system pengukuran


kinerja adalah :

a. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik ( top down dan


bottom up );
b. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang
sehingga dapat ditelusur perkembangan pencapaian strategi;
c. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manager level
menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal
congruence; dan
d. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan
individual dan kemampuan kolektif yang rasional.

Serta menurutnya, ada delapan manfaat dari pengukuran kinerja yaitu :

a. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk


menilai kinerja manajement;
b. Menberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan;
c. Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan
membandingkanya dengan target kinerja serta melakukan tindakan
korektif untuk memperbaiki kinerja;
d. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman ( reward &
punishment ) secara objektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai
dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati;
e. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka
memperbaiki kinerja organisasi;
f. Membantu mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah
terpenuhi;
g. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah; dan
h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.

B. Informasi yang Digunakan untuk Pengukuran Kinerja

1. Informasi Finansial

Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yg


telah dibuat dengan menganalisis varians antara kinerja aktual dengan yang
dianggarkan. Analisis varians secara garis besar berfokus pada :

a) Varians pendapatan ( revenue variance ) adalah semua penerimaan


dalam bentuk peningkatan aktiva atau penurunan utang dari berbagai
sumber dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
b) Varians pengeluaran ( expenditure variance )
 Varians belanja rutin ( recurrent expenditure variance ) adalah
anggaran yang disediakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan
yang sifatnya lancar dan terus menerus yang dimaksudkan
untuk menjaga kelemahan roda pemerintahan dan memelihara
hasil-hasil pembangunan.
 Varians belanja investasi/modal ( capital expenditure variance )
adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi satu
tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan
pemerintah, dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin
untuk biaya operasional dan pemeliharaan.

Setelah dilakukan analisis varians, maka dilakukan identifikasi sumber


penyebab terjadinya varians dengan menelusur varians tersebut hingga level
management paling bawah. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui unit spesifik
mana yang bertanggungjawab terhadap terjadinya varians sampai tingkat
management paling bawah.

2. Informasi Nonfinansial

Informasi nonfinansial dapat dijadikan sebagai tolak ukur. Informasi


nonfinansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses pengendalian
manajemen. Teknik pengukuran kinerja yang komprehensif dan banyak
dikembangkan oleh berbagai organisasi dewasa ini adalah Balanced Scorecard.
Metode Balanced Scorecard merupakan pengukuran kinerja organisasi
berdasarkan aspek finansial dan juga aspek nonfinasial. Balanced Scorecard
dinilai cocok untuk organisasi sektor publik karena Balanced Scorecard tidak
hanya menekankan pada aspek kuantitatif-finansial, tetapi juga aspek kualitatif
dan nonfinansial. Hal tersebut sejalan dengan sektor publik yang menempatkan
laba bukan hanya sebagai ukuran kinerja utama, namun pelayanan yang
cenderung bersifat kualitatif dan nonkeuangan (Mahmudi, 2007). Pengukuran
dengan metode ini melibatkan empat aspek, antara lain :

1. Perspektif finansial (financial perspective)

Perspektif finansial menjadi perhatian dalam balanced scorecard karena


ukuran keuangan merupakan ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang terjadi yang
disebabkan oleh pengambilan keputusan. Aspek keuangan menunjukkan apakah
perencanaan, implementasi dan pelaksanaan dari strategi memberikan perbaikan
yang mendasar. Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya
tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yaitu:
a. Growth (bertumbuh) : tahapan awal siklus kehidupan perusahaan
dimana perusahaan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Disini manajemen
terikat dengan komitmen untuk mengembangkan suatu produk/jasa dan fasilitas
produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem, infrastruktur
dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta membina
dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan.
b. Sustain (bertahan) : tahapan kedua dimana perusahaan masih
melakukan investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian
terbaik. Pada tahap ini, perusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar yang
ada, bahkan mengembangkannya jika memungkinkan.
c. Harvest (menuai) : Tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar
menuai hasil investasi ditahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi investasi besar,
baik ekspansi pembangunan kemampuan baru, kecuali pengeluaran untuk
pemeliharaan dan perbaikan.

2. Perspektif kepuasan pelanggan (customer perspective)

Dalam perspektif ini perhatian perusahaan harus ditujukan pada kemampuan


internal untuk peningkatan kinerja produk, inovasi dan teknologi dengan
memahami selera pasar. Dalam perspektif ini peran riset pasar sangat besar.
Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran, yaitu:
a) Core measurement group, yang memiliki beberapa komponen pengukuran,
yaitu:
o Pangsa Pasar (market share): pangsa pasar ini menggambarkan proporsi
bisnis yang dijual oleh sebuah unit bisnis di pasar tertentu. Hal itu
diungkapkan dalam bentuk jumlah pelanggan uang yang dibelanjakan
atau volume satuan yang terjual.
o Retensi Pelanggan (Customer Retention) : menunjukkan tingkat dimana
perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan pelanggan.
Pengukuran dapat dilakukan dengan mengetahui besarnya presentase
pertumbuhan bisnis dengan pelanggan yang asa saat ini.
o Akuisisi Pelanggan (Customer Acquisition) : pengukuran ini
menunjukkan tingkat dimana suatu unit bisnis mampu menarik
pelanggan baru memenangkan bisnis baru. Akuisisi ini dapat diukur
dengan membandingkan banyaknya jumlah pelanggan baru di segmen
yang ada.
o Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction) : pengukuran ini
berfungsi untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan
kriteria spesifik dalam value proportion.
b) Customer Value Proportion yang merupakan pemicu kinerja yang terdapat
pada Core value proportion didasarkan pada atribut sebagai berikut:
o Product/service attributes yang meliputi fungsi produk atau jasa,
harga dan kualitas. Perusahaan harus mengidentifikasikan apa yang
diinginkan pelanggan atas produk atau jasa yang ditawarkan.
o Customer relationship adalah strategi dimana perusahaan mengadakan
pendekatan agar perasaan pelanggan merasa puas atau produk atau
jasa yang ditawarkan perusahaan.
o Image and reputation membangun image dan reputasi dapat dilakukan
melalui iklan dan menjaga kualitas seperti yang dijanjikan.

3. Perspektif efisiensi proses internal (internal process efficiency)

Dalam hal ini perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama yaitu:
a) Proses inovasi

Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, proses inovasi


merupakan salah satu kritikal proses, dimana efisiensi dan efektifitas serta
ketepatan waktu dari proses inovasi ini akan mendorong terjadinya efisiensi biaya
pada proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan. Proses inovasi dapat dibagi
menjadi dua yaitu:

o Pengukuran terhadap proses inovasi yang bersifat penelitian dasar dan terapan.
o Pengukuran terhadap proses pengembangan produk.
b) Proses Operasi

Pada proses operasi yang dilakukan oleh masing-masing organisasi bisnis,


lebih menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi, dan ketepatan waktu dari
barang dan jasa yang diberikan kepada pelanggan.

c) Pelayanan Purna Jual

Tahap terakhir dalam pengukuran proses bisnis internal adalah


dilakukannya pengukuran terhadap pelayanan purna jual kepada pelanggan.
Pengukuran ini menjadi bagian yang cukup penting dalam proses bisnis internal,
karena pelayanan purna jual ini akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan
pelanggan.

4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective).

Kaplan (Kaplan, 1996) mengungkapkan betapa pentingnya suatu organisasi


bisnis untuk terus mempertahankan karyawannya, memantau kesejahteraan
karyawan dan meningkatkan pengetahuan karyawan karena dengan meningkatnya
tingkat pengetahuan karyawan akan meningkatkan pula kemampuan karyawan
untuk berpartisipasi dalam pencapaian hasil ketiga perspektif diatas dan tujuan
perusahaan. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan organisasi merupakan
faktor pendorong dihasilkannya kinerja yang istimewa dalam tiga perspektif
Balanced Scorecard.
Agar pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan baik, berikut ini
merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan:
1) Membuat suatu komitmen untuk mengukur kinerja dan memulainya dengan
segera.
2) Hal yang perlu dilakukan oleh instansi adalah sesegera mungkin memulai
upaya pengukuran kinerja dan tidak perlu mengharap pngukuran kinerja akan
langsung sempurna. Nantinya, perbaikan atas pengukuran kinerja akan
dilakukan.
3) Perlakuan pengukuran kinerja sebagai suatu proses yang berkelanjutan (on-
going process)
4) Pengukuran kinerja merupakan suatu proses yang bersifat interaktif. Proses
ini merupakan suatu cerminan dari upaya organisasi untuk selalu berupaya
memperbaiki kinerja.
5) Sesuaikan proses pengukuran kinerja dengan organisasi
6) Organisai harus menetapkan ukuran kinerja yang sesuai dengan besaranya
organisasi, budaya, visi, tujuan, dan struktur organisasi.
Jenis informasi non-finansial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel kunci.
Variabel kunci adalah variabel yang mengindikasikan faktor-faktor yang menjadi
penyebab kesuksesan organisasi. Karakteristik variabel kunci, yaitu :
o Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi
o Sangat volatile (mudah berubah) dan dapat berubah dengan cepat
o Perubahannya tidak dapat diprediksi
o Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera
o Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran
antara (surrogate). Sebagai contoh kepuasan masyarakat tidak dapat diukur
secara langsung akan tetapi dapat dibuat ukuran antaranya, misalnya jumlah
aduan, tuntutan dan demonstrasi dapat dijadikan variabel kunci.

Berikut adalah Contoh Variabel Kunci :


Dinas/Unit Kerja Variabel Kunci
Rumah Sakit dan hotel Tingkat hunian kamar (kamar yang dipakai : jumlah total
kamar yang tersedia)
Klinik Kesehatan Jumlah pelannggan (masyarakat) yang dilayani per hari
Perusahaan Listrik Negara KWH yang terjual
Perusahaan Telekomunikasi Jumlah pulsa yang terjual
Perusahaan Air Minum Jumlah debit air yang terjual
DLLAJ Jumlah alat angkutan umum
Paid seats/capacity seats
Pekerjaan Umum Panjang jalan yang dibangun/diperbaiki
Panjang jalan yang disapu/dibersihkan
Kepolisian Jumlah kriminalitas yang tertangani
Jumlah kecelakaan/pelanggaran lalu lintas
Jumlah pengaduan masyarakat yang tertangani
DPR/DPRD Jumlah pengaduan dan tuntutan masyarakat yang
tertangani
Jumlah rapat yang dilakukan
Jumlah undang-undang atau perda yang dihasilkam
Jumlah peserta rapat per total anggota
Dipenda Jumlah pendapatan yang terkumpul

C. Peranan Indikator Kinerja dalam Pengukuran Kinerja

Untuk melakukan pengukuran kinerja, variable kunci yang sudah


teridentifikasi tersebut kemudian dikembangkan menjadi indicator kinerja untuk
unit kerja yang bersangkutan. Untuk dapat diketahui tingkat capaian kinerja,
indicator kinerja tersebut kemudian dibandingkan dengan target kinerja atau
standar kinerja. Tahap akhir adalah evaluasi kinerja yang hasilnya berupa
feedback, reward, dan punishment kepada manajer pusat pertanggungjawaban.
Indikator Kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategi yang
telah ditetapkan. Indikator kinerja tersebut dapat berbentuk faktor-faktor
keberhasilan utama organisasi (critical success factors) dan indikator kinerja
kunci (key performance indicator).
Faktor Keberhasilan Utama adalah suatu area yang mengindikasikan
kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Area ini merefleksikan preferensi
manajerial dengan memperhatika variabel-variabel kunci finansial dan non-
finansial pada kondisi waktu tertentu.
Indikator Kinerja Kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat
dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat finansial maupun non-
finansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis. Indikator ini
digunakan oleh manajer untuk mendeteksi dan memonitor capaian kinerja.

Komponen yang digunakan dalam penentuan indikator kinerja :

1. Biaya pelayanan (cost of service)

Indikator biaya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost), misalnya biaya
per unit pelayanan (panjang jalan yang diperbaiki, jumlah ton sampah yang
terangkut, biaya per siswa). Beberapa pelayanan mungkin tidak dapat ditentukan
biaya unitnya karena output yang dihasilkan tidak dapat dikuantifikasi atau tidak
ada keseragaman tipe pelayanan yang diberikan. Untuk kondisi tersebut maka
dibuat indikator kinerja produksi misalnya belanja per kapita.

2. Penggunaan (utilization)

Indikator ini membandingkan antara jumlah pelayanan yang ditawarkan


(supply of service) dengan permintaan publik (public demand). Indikator ini harus
mempertimbangkan preferensi publik sedangkan pengukurannya berupa volume
absolut atau presentase tertentu, misalnya presentase penggunaan kapasitas.
Contohnya yaitu rata-rata jumlah penumpang per bus yang dioperasikan. Indikator
kinerja ini digunakan untuk mengetahui frekuensi operasi atau kapasitas
kendaraan yang digunakan pada tiap-tiap jalur.

3. Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards)

Indikator ini merupakan indikator yang paling sulit diukur karena


menyangkut pertimbangan yang sifatnya subyektif. Contohnya yaitu perubahan
jumlah komplain masyarakat atas pelayanan tertentu.

4. Cakupan pelayanan (coverage)

Indikator ini perlu dipertimbangkan jika terdapat kebijakan atau peraturan


perundangan yang mensyaratkan untuk memberikan pelayanan dengan tingkat
pelayanan minimal yang telah ditetapkan.

5. Kepuasan (satisfaction)
Indikator kepuasan diukur melalui metode jajak pendapat secara langsung.
Bagi pemerintah daerah, metode penjaringan aspirasi masyarakat (need
assessment) dapat juga digunakan untuk menetapkan indikator kepuasan. Namun,
dapat juga digunakan indikator proksi misalnya jumlah komplain. Pembuatan
indikator kinerja tersebut memerlukan kerjasama antar unit kerja.
Contoh Pengembangan Indikator Kinerja

Dinas/Unit Kerja Indikator Kinerja


Rumah Sakit Biaya total rata-rata rawat jalan per pasien yang masuk
Biaya rata-rata pelayanan medis dan paramedis per pasien
yang masuk
Biaya rata-rata pelayanan umum (non-klinis) per pasien
yang masuk
Penggunaan fasilitas
Rata-rata masa tinggal pasien di rumah sakit
Jumlah pasien rata-rata per bed per tahun
Rasio antara pasien baru dengan pasien lama yang masuk
kembali
Proporsi tingkat hunian
Klinik Kesehatan Jumlah pelanggan yang dilayani per hari per jumlah total
penduduk untuk wilayah tertentu
Pekerjaan Umum Panjang jalan yang dibangun atau diperbaiki/total panjang
jalan
Panjang jalan yang disapu atau dibersihkan/total panjang
jalan
Kondisi jalan
Keamanan jalan (road safety)
Kepolisian % Jumlah kriminalitas yang tertangani/Jumlah kriminalitas
yang terdeteksi/tercatat
% Penurunan jumlah kecelakaan atau pelanggaran lalu
lintas
% Jumlah pengaduan masyarakat yang tertangani/Jumlah
total pengaduan masyarakat yang masuk
DPR/DPRD % Jumlah pengaduan dan tuntutan masyarakat yang
tertangani/Jumlah total aspirasi yang masuk
Jumlah rapat yang dilakukan per bulan/tahun
Jumlah peraturan yang dihasilkan per bulan/tahun
% Jumlah peserta rapat per total anggota
Dipenda % Jumlah pendapatan yang terkumpul/potensi

Mekanisme penentuan indicator kinerja membutuhkan :

a. Sistem perencanaan dan pengendalian. Meliputi proses, prosedur, dan struktur


yang memberi jaminan bahwa tujuan organisasi telah dijelaskan dan
dikomunikasikan keseluruh bagian organisasi dengan menggunakan rantai
komando.
b. Spesifikasi teknis dan standarisasi. Spesifikasi ini digunakan sebagai ukuran
kinerja kegiatan, program dan organisasi.
c. .Kompetensi teknis dan profesionalisme. Personil yang memiliki kompetensi dan
professional merupakan jaminan dukungan dalam pekerjaan.
d. Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar. Mekanisme ekonomi terkait dengan
pemberian reward dan punishment yang bersifat finansial.
e. Sedangkan mekanisme pasar terkait dengan penggunaan sumber daya.
Mekanisme ini digunakan untuk memperbaiki kinerja personil dan organisasi

Peran Indikator Kinerja bagi Pemerintah :

• Memperjelas tujuan organisasi

• Mengevaluasi final outcome yang dihasilkan

• Masukan untuk menentukan skema insentif manajerial


• Memungkinkan pengguna jasa layanan untuk menentukan pilihan

• Menunjukkan standart kinerja

• Menunjukkan efektivitas

• Menentukan pilihan efektivitas biaya yang paling baik untuk mencapai


goals

• Menunjukkan bagian yang masih potensial untuk dilakukan penghematan


biaya

D. Value For Money


1) Pengertian Value for Money

Sektor publik sering dinilai sebagai sarang inefisiensi, pemborosan, sumber


kebocoran dana, dan institusi yang selalu merugi. Tuntuan baru muncul agar
organisasi sektor publik memperhatikanvalue for money dalam menjalankan
aktifitasnya.

Mardiasmo (2008:4) menyatakan value for money merupakan konsep


pengelolaan organisasi sektor public yang mendasarkan pada tiga elemen utama
yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektifitas. Selaras dengan pendapat Deddi
Nordiawan dalam bukunya, yang menyatakan bahwa value for moneymerupakan
sebuah konsep dalam pengukuran kinerja. Value for moneyyaitu indikator yang
memberikan informasi apakah anggaran (dana) yang dibelanjakan menghasilkan
suatu nilai tertentu bagi masyarakatnya. Indikator yang dimaksud adalah ekonomi,
efisien, dan efektif.

2) Konsep Value for Money

Konsep pokok value for money antara lain.

1. Ekonomi: pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada


harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan
input value yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait
dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir input
resources yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang
boros dan tidak produktif.
2. Efisiensi: pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atas
penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu.
Efisiensi merupakan perbandingan output input yang dikaitkan dengan
standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.
3. Efektivitas: tingkat pencapaian hasil program dengan target yang
ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan
outcome dengan output.

Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok value for money, namun
beberapa pihak berpendapat bahwa tiga elemen saja belum cukup. Perlu ditambah
dua elemen lain yaitu keadilan (equity) dan pemerataan atau kesetaraan (equality).
Keadilan mengacu pada adanya kesempatan sosial (social opportunity) yang sama
untuk mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas dan kesejahteraan
ekonomi. Selain keadilan, perlu dilakukan distribusi secara merata (equality).
Artinya, penggunaan uang publik hendaknya tidak hanya terkonsentrasi pada
kelompok tertentu saja, melainkan dilakukan secara merata.

Gambar 1.0 Value for Money secara skematis.


3) Indikator Value for Money

Sebelum menjelaskan tentang konsep dasar menentukan indikator input,


output, dan outcome, perlu diketahui terlebih dahulu karakteristik indikator
kinerja yang baik dan peranannya dalam organisasi pemerintahan.

Mahmudi via Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi menyebutkan


bahwa indikator kinerja yang akan dikembangkan hendaknya memiliki
karakteristik, yaitu:

1. sederhana dan mudah dipahami,


2. dapat diukur,
3. dapat dikuantifikasikan,
4. dikaitkan dengan standar atau target kinerja,
5. berfokus pada pelayanan pelanggan, kualitas, dan efisiensi,
6. dikaji secara teratur.

Sedangkan dalam organisasi pemerintahan indikator kinerja memiliki peran,


antara lain:

1. untuk membantu memperjelas tujuan organisasi,


2. untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang dihasilkan,
3. sebagai masukan untuk menentukan skema insentif manajerial,
4. memungkinkan bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk menentukan
pilihan,
5. untuk menunjukkan standar kinerja,
6. untuk menunjukkan efektivitas,
7. untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektivitas biaya
paling baik untuk mencapai target sasaran,
8. untuk menunjukkan wilayah, bagian, atau proses yang masih potensial
untuk dilakukan penghematan biaya.

Selain itu, untuk menentukan indikator kinerja perlu mempertimbangkan


komponen sebagai berikut.
1. Biaya pelayanan; indikator biaya biasanya diukur dalam bentuk biaya
unit (unit cost).
2. Tingkat penggunaan; indikatro penggunaan (utilization) pada dasarnya
membandingkan antara jumlah pelayanan yang ditawarkan (supply of
service) dengan permintaan publik (public demand).
3. Kualitas dan standar pelayanan; indikator kualitas dan standar pelayanan
merupakan indikator yang paling sulit diukur, karena menyangkut
pertimbangan yang sifatnya subjektif.
4. Cakupan pelayanan; diperlukan untuk mengetahui tingkat penyediaan
pelayanan yang diberikan dengan permintaan pelayanan yang
dibutuhkan.
5. Kepuasan; indikator kepuasan biasanya diukur melalui metode jejak
pendapat secara langsung. Bagi pemerintah daerah, metode penjaringan
aspirasi masyarakat (need assessment) dapat juga digunakan untuk
menetapkan indikator kepuasan.

Menurut Mardiasmo, indikatorvalue for money meliputi:

1. Input

Input merupakan sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan suatu


kebijakan, program, dan aktivitas. Contoh input adalah dokter di rumah sakit,
tanah untuk jalan baru, guru di sekolah, dan sebagainya. input dapat dinyatakan
secara kuantitatif, misalnya jumlah dokter, luas tanah, jumlah guru, dan
sebagainya. Input dapat pula dinyatakan dengan nilai uang, misalnya biaya dokter,
harga tanah, gaji guru, dan sebagainya.

2. Output

Output merupakan hasil yang dicapai dari suatu program, aktivitas, dan
kebijakan. Pada umumnya output yang diinginkan saja yang dibicarakan,
sedangkan output yang tidak diingikan atau efek samping, misalnya peningkatan
polusi yang terjadi akibat dibuatnya jalan baru, jarang dibicarakan. Mengukur
output lebih sulit dilakukan terutama untuk pelayanan sosial, seperti pendidikan,
keamanan atau kesehatan. Sebagai contoh, output yang dihasilkan polisi adalah
tegaknya hukum dan peraturan atau rasa aman masyarakat. Ukuran output tersebut
adalah turunnya angka kriminalitas, tetapi hal tersebut tidak sepenuhnya benar
karena turunnya angka kriminalitas dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti peran
pendidikan, perbaikan ekonomi, dan sebagainya sedangkan aktivitas polisi
hanyalah salah satu faktor saja. Data statistik yang ada hanya menunjukkna
kriminalitas yang dilaporkan atau tercatat, bukan kriminalitas yang sesungguhnya
terjadi. Oleh karena itu, output merupakan kenaikan nilai atau nilai tambah.

3. Sasaran Antara (Throughput)

Analisis value for money memerlukan dta input dan output yang memadai
karena value for moneymempunyai kaitan erat dengan pengukuran output dan
input.Permasalahan yang sering muncul adalah tidak tersedianya data yang
lengkap terutama data output. Tidaktersedianya data output yang lengkap tidak
berarti analisis value for moneytidak dapat dilakukan. Karena untuk mengukur
output seringkali terdapat esulitan, organisasi sektor public menggunakan output
antara (intermediate output) atau indikator kinerja (performance indicator) sebagai
alat ukut output. Banyak ukuran yang dianggap menunjukkan output pada
kenyataannya adalah throughput, sebagai contoh volume aktivitas. Jumlah operasi
yang dilakukan di rumah sakit merupakan throughput bukan output. Output yang
lebih tinggi yang hendak dicapai rumah sakit adalah memperbaiki kesehatan
masyarakat, meningkatkan angka harapan hidup, dan sebagainya.

4. Outcome

Outcome adalah dampak yang ditimbulkan dari suatu aktivitas tertentu.


sebagai contoh, outcome yang diharapkan terjadi dari aktivitas pengumpulan
sampah oleh dinas kebersihan kota adalah terciptanya lingkungan kota yang
bersih dan sehat. Outcome seringkali dikaitkan dengan tujuan (objectives) atau
target yang hendak dicapai.
Penetapan dan pengukuran terhadap outcome seringkali lebih sulit dibanding
penetapan dan pengukuran terhadap input maupun output. Ada beberapa hal yang
menyebabkan mengapa outcome lebih sulit ditetapkan dan diukur:

a. outcome seringkali tidak dapat diekspresikan dalam cara yang sederhana


yang memudahkan proses monitoring (pemantauan),
b. adanya masalah politik dalam proses penetapan outcome,
c. dalam penentuan outcome sangat perlu untuk mempertimbangkan
dimensi kualitas.

4) Pengembangan Indikator Value for Money

Peranan indikator kinerja adalah untuk menyediakan informasi sebagai


pertimbangan untuk pembuatan keputusan. Hal ini tidak berarti bahwa suatu
indikator akan memberikan ukuran pencapaian program yang definitif.
Pengembangan indikator value for money dibagi menjadi dua bagian yaitu
indikator alokasi biaya (ekonomi dan efisien) dan indikator kualitas pelayanan
(efektivitas).

Indikator kinerja harus dapat dimanfaatkan oleh pihak internal maupun


eksternal. Pihak internal dapat menggunakannya dalam rangka meningkatkan
kuantitas dan kualitas pelayanan serta efisiensi biaya. Dengan kata lain, indikator
kinerja berperan untuk menunjukkan, memberi indikasi atau memfokuskan
perhatian pada bidang yang relevan dilakukan tindakan perbaikan.

Pihak eksternal dapat menggunakan indikator kinerja sebagai kontrol dan


sekaligus sebagai informasi dalam rangka mengukur tingkat akuntabilitas publik.
Pembuatan dan penggunaan indikator kinerja tersebut membentu setiap pelaku
utama dalam proses pengeluaran publik. Indikator kinerja akan membantu para
manajer publik untuk memonitor pencapaian program dan mengidentifikasi
masalah yang penting. Selain itu, indikator kinerja juga akan membantu
pemerintah dalam proses pengambilan keputusan anggaran dan dalam mengawasi
kinerja anggaran.Value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada unit-
unit kerja pemerintah. Pengembangan indikator kinerja sebaiknya memusatkan
perhatian pada pertanyaan mengenai ekonomi, efisiensi, dan efektivitas program
dan kegiatan.

5) Langkah-langkah Pengukuran Value for Money


1. Pengukuran Ekonomi

Pengukuran ekonomi hanya memperhatikan keluaran yang didapat,


sedangkan pengeluaran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang
dipergunakan. Ekonomi merupakan ukuran relatif. Pertanyaan sehubungan
dengan pengukuran ekonomi adalah :

a. Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dianggarakan oleh
organisasi?
b. Apakah biaya organisasi lebih besar daripada biaya organisasi lain yang
sejenis yang dapat diperbandingkan?
c. Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansialnya secara
optimal?

2. Pengukuran Efisiensi

Efisiensi merupakan hal penting dari ketiga pokok bahasan value for
money. Efiseiensi diukur dengan rasio antara output dengan input. Semakin besar
output dibanding input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi.

Efisiensi= Output/Input

Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolut tetapi dalam bentuk
relatif. Unit A adalah lebih efisien dibanding unit B, unit A lebih efisien tahun ini
dibanding tahun lalu, dan seterusnya. Karena efisiensi diukur dengan
membandingkan keluaran dan masukan, maka perbaikan efisiensi dapat dilakukan
dengan cara:
a. Meningkatkan output pada tingkat input yang sama.
b. Meningkatkan output dalam porsi yang lebih besar dari pada porsi
pengikatan input.
c. Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.
d. Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi
penurunan output.

Dalam pengukuran kinerja value for money, efisiensi dapat dibagi menjadi
dua yaitu efisiensi alokasi (efisiensi 1) dan efisiensi teknis atau manajerial
(efisiensi 2). Efisiensi alokasi terkait dengan kemampuan untuk mendayagunakan
sumber daya input pada tingkat kapasitas optimal. Efisiensi teknis (manajerial)
terkait dengan kemampuan mendayagunakan sumber daya input pada tingkat
output tertentu.

3. Pengukuran Efektivitas

Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai


tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi
tersebut dikatakan telah berjalan efektif. Efektivitas tidak menyatakan tentang
berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. biaya
boleh jadi melebihi apa yang dianggarkan, boleh jadi dua kali lebih besar atau
bahkan tiga kali lebih besar daripada yang telah dianggarkan. Efektifitas hanya
melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

4. Pengukuran Outcome

Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat.


Pengukuran outcome memiliki dua peran yaitu peran retrospektif dan prospektif.
Peran retrospektif terkait dengan penilaian kinerja masa lalu, sedangakan peran
prospektif terkait dengan perencanaan kinerja dimasa yang akan datang. Sebagai
peran prospektif, pengukuran outcome digunakanuntuk mengarahkan keputusan
alokasi sumber daya publik. Analisis retrospektif memberikan bukti terhadap
praktik yang baik (good management). Bukti tersebut dapat menjadi dasar untuk
menetapkan target di masa yang akan datang dan mendorong untuk
mengguanakan praktik terbaik. Atau dapat digunakan untuk membantu pembuat
keputusan dalam menentukan program mana yang perlu dilaksanakan dan metode
terbaik mana yang perlu digunakan untuk melaksanakan program tersebut.

6) Manfaat Implementasi Konsep Value for Money

Value for money dapat tercapai apabila organisasi telah menggunakan biaya
input paling kecil untuk mencapai output yang optimum dalam rangka mencapai
tujuan organisasi. Implementasi konsep value for moneydiyakini dapat
memperbaiki akuntabilitas sektor publik dan memperbaiki kinerja sektor publik.
Manfaat implementasi konsep value for money pada organisasi sektor publik
antara lain.

1. Meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang


diberikan tepat sasaran.
2. Meningkatkan mutu pelayanan publik.
3. Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan
terjadinya penghematan dalam penggunaan input.
4. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik, dan
5. Meningkatkan kesadaran akan uang publik (public cost awareness)
sebagai akar pelaksanaan akuntabilitas publik
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi 3 maksud.


Pertama, pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu
memperbaiki kinerja pemerintah yaitu untuk membantu pemerintah berfokus
pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini akhirnya akan meningkatkan
efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam pemberian pelayanaan
publik. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian
sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran kinerja sektor publik
dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki
komunikasi kelembagaan.
Untuk melakukan pengukuran kinerja, variable kunci yang sudah
teridentifikasi tersebut kemudian dikembangkan menjadi indicator kinerja untuk
unit kerja yang bersangkutan. Untuk dapat diketahui tingkat capaian kinerja,
indicator kinerja tersebut kemudian dibandingkan dengan target kinerja atau
standar kinerja. Tahap akhir adalah evaluasi kinerja yang hasilnya berupa
feedback, reward, dan punishment kepada manajer pusat pertanggungjawaban

Mardiasmo (2008:4) menyatakan value for money merupakan konsep


pengelolaan organisasi sektor public yang mendasarkan pada tiga elemen utama
yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektifitas.

2. Saran

Pengukuran kinerja dilakkukan untuk menilai prestasi manager dan unit


organisasi yang dipiminnya. Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai
akuntabilitas sebagai bentuk pertanggungjawaban yang berperan untuk
menciptakan indicator kinerja sebagai dasar untuk menilai kinerja. Diilikinya
sistem Pengukuran kinerja yang handal ( reliable ) merupakan salah satu faktor
kunci suksesnya organisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2004. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit : Andi. Yogyakarta.

Azwar mukholich, 2016. Konsep Value For Money.


https://lawazaco.blogspot.com/2016/03/konsep-value-for-money.html?m=1
diakses 20 Oktober 2018.

Andi chairil furqan, 2015. Pengukuran Kinerja Pengelolaan Keuangan


Negara ( Daerah ). https://andichairilfurqan.wordpress.com/tag/kinerja-
sektor-publik/ diakses 20 Oktober 2018.

Anda mungkin juga menyukai