Acne
Acne
KK, FINSDV
NIM : 1608437703
Urtikaria dibagi menjadi urtikaria akut dan uritikaria kronik. Urtikaria akut terjadi bila
serangan berlangsung kurang dari 6 minggu atau berlangsung selama 4 minggu tetapi timbul
setiap hari dan lesi akan menghilang dalam waktu kurang dari 24 jam. Sedangkan urtikaria
kronik terjadi bila serangan berlangsung lebih dari 6 minggu dan lesi akan berlangsung selama 4-
36 jam.
Insufficient response
Inaktif siklosporin atau efek Respon baik dengan steroid Respon cukup terhadap
samping inhibitor : steroid
Penurunan dosis setiap 2-3
Steroid dosis rendah minggu masih bisa ditoleransi Siklosporine – respon
Methotrexate untuk urtikaria ringan ; pertama diperoleh,
penggunaan mingguan angioudem jarang menghilangkan
Gamma globulin IV kortikosteroid
Plasmaphareisi untuk sub
group autoimun
B. PROSES REAKSI HISTAMINE DAN ANTIHISTAMINE
HISTAMINE
Histamin adalah senyawa normal yang ada dalam jaringan tubuh, yaitu pada jaringan sel
mast dan peredaran basofil, yang berperan terhadap berbagai proses fisiologis yang penting.
Histamin dikeluarkan dari tempat pengikatan ion pada kompleks heparin-heparin dalam sel
mast sebagai hasil reaksi antigen-antibodi bila ada rangsangan senyawa allergen. Senyawa
allergen dapat berupa spora, debu rumah, sinar UV, cuaca, racun, tripsin, dan enzim proteolitik
lain, deterjen, zat warna, obat makanan dan beberapa turunan amina. Histamin merupakan
Rusaknya sel
Histamine banyak dibentuk di jaringan yang sedang berkembang dengan cepat atau
Senyawa kimia
Banyak obat atau zat kimia bersifat antigenic,sehingga akan melepaskan histamine dari
sel mast dan basofil. Contohnya adalah enzim kemotripsin, fosfolipase, dan tripsin.
Reaksi hipersensitivitas
Pada orang normal, histamine yang keluar dirusak oleh enzim histamin dan diamin
penderita yang sensitif terhadap histamine atau mudah terkena alergi jumlah enzim-
Histamin berinteraksi dengan reseptor yang spesifik pada berbagai jaringan target.
Reseptor histamine dibagi menjadi histamine 1 (H-1) dan histamine 2 (H-2). Pengaruh histamin
terhadap sel pada berbagai jaringan tergantung pada fungsi sel dan rasio reseptor H-1 : H-2.
ANTIHISTAMIN
Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamin
dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada reseptor H-1, H-2 dan H-3. Efek
antihistamin bukan suatu reaksi antigen antibodi karena tidak dapat menetralkan atau mengubah
efek histamin yang sudah terjadi. Antihistamin pada umumnya tidak dapat mencegah produksi
histamin. Antihistamin bekerja terutama dengan menghambat secara bersaing interaksi histamin
Antihistamin sebagai penghambat dapat mengurangi degranulasi sel mast yang dihasilkan
dari pemicuan imunologis oleh interaksi antigen IgE. Cromolyn dan Nedocromil diduga
mempunyai efek tersebut dan digunakan pada pengobatan asma, walaupun mekanisme
molekuler yang mendasari efek tersebut belum diketahui hingga saat ini.
Berdasarkan hambatan pada reseptor khas antihistamin dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :
Antagonis H-1, terutama digunakan untuk pengobatan gejala-gejalal akibat reaksi alergi
Antagonis H-2, digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan
Antagonis H-3, sampai sekarang belum digunakan untuk pengobatan, masih dalam
Antagonis reseptor H-1 adalah senyawa yang secara kompetitif menghambat histamin
pada reseptor H-1 dan telah digunakan secara klinis dalam beberapa tahun. Beberapa tersedia
untuk dijual bebas, baik sebagai tunggal maupun di dalam formulasi kombinasi seperti pil flu
Antagonis H-1 sering disebut antihistamin klasik atau antihistamin H-1. antagonis H-1
menghambat efek histamin dengan cara antagonisme kompetitif yang reversibel pada reseptor H-
1. Mereka mempunyai kemampuan yang diabaikan pada reseptor H-2 dan kecil pada reseptor H-
3, contohnya : induksi kontraksi yang disebabkan histamin pada otot polos bronkioler ataupun
saluran cerna dapat dihambat secara lengkap oleh agen-agen tersebut, tetapi efek pada sekresi
asam lambung dan jantung tidak termodifikasi. Antagonis H-1 dibagi menjadi agen generasi
Antagonis H-1 generasi pertama mempunyai efek sedatif yang relatif kuat, karena agen
generasi pertama lebih mempunyai sifat menghambat reseptor autonom. Sedangkan antagonis H-
1 generasi kedua kurang bersifat sedatif disebabkan distribusinya yang tidak lengkap dalam
dengan penghambatan terhadap efek histamin. Sejumlah besar efek tersebut diduga dihasilkan
dari kesamaan struktur umumnya dengan struktur obat yang mempunyai efek pada kolinoseptor
muskarinik, adrenoreseptor-α, serotonin dan situs reseptor anestetika lokal. Beberapa dari efek
1. Efek sedasi
Efek umum dari antagonis H-1 generasi pertama adalah efek sedasi. Tetapi
intensitas efek tersebut bervariasi. Efeknya cukup besar pada beberapa agen
membuatnya sebagai bantuan tidur dan tidak cocok digunakan di siang hari. Efek
Pada reaksi alergi, alergen (semacam antigen) berinteraksi dan membentuk ikatan silang
dengan permukaan dari antibodi IgE pada sel mast dan basofil. Ketika terjadi kompleks sel mast
antibodi-antigen, akan memacu terjadinya degranulasi dan pelepasan histamin (dan mediator
lainnya) dari dalam sel mast maupun basofil. Setelah dilepaskan,histamin dapat bereaksi
Proses release histamin tidak terjadi secara langsung, melainkan diawali dengan transduksi
signal. Proses transduksi signal adalah proses masuknya signal ke dalam sel sehingga membuat
sel bereaksi dan menimbulkan efek. Ketika alergen masuk pertama kali ke dalam tubuh, TH-2
limfosit akan mengeluarkan IL-4, IL-4 menghasilkan signal yang merangsang B-sel (suatu sel
limfosit) untuk menghasilkan antibodi IgE. Ketika alergen menyerang untuk yang kedua kalinya,
IgE berikatan dengan alergen dan dibawa menuju sel mast. Pada sel mast kompleks IgE-alergen
akan terikat pada reseptor Fcε (Epsilon-C reseptor). Ikatan ini akan menghasilkan signal ke dalam
sel yang akan mengaktifkan enzim fosfolipase. Fosfolipase akan mengubah phosphatidylinositol
Ca2+ dari organel penyimpan dalam sel mast. Ca2+ merupakan second messenger bagi terjadinya
kontraksi otot atau sel. Second messenger inilah yang memacu proses degranulasi sel mast
permeabilitas vaskular, rasa sakit dan lain-lain. Histamin merupakan produk dekarboksilasi dari
asan amino histidin. Histamin terdapat dalam sel mast dan leukosit basofil dalam bentuk tidak
aktif secara biologik dan disimpan terikat dalam heparin dan protein basa. Histamin akan
dibebaskan pada reaksi hipersensitivitas pada rusaknya sel dan akibat senyawa kimia.
Antihistamin adalah obat yang mampu mengusir histamin secara kompetitif dari reseptornya
Reseptor H-1 disebut juga metabotropik G-protein coupled reseptor. G-protein yang
terdapat dalam reseptor H-1 menghasilkan fosfolipase dan fosfatidylinositol. Kedua senyawa
inilah yang bertindak sebagai penunjuk jalan histamine sampai ke reseptor H-1. Pelepasan
histamin dapat diinduksi oleh produksi enzim prostaglandin sintase. Sebagai akibatnya terjadi
menyebabkan vasodilatasi. Efek ini dapat dihilangkan dengan adanya antagonis histamin H-1
Antagonis histamin H-1 terdiri dari 3 generasi : generasi 1,generasi 2 dan generasi 3. Perbedaan
antara generasi 1 dan generasi 2 terletak pada efek samping yang ditimbulkan, generasi 1
menimbulkan efek sedatif sedangkan generasi 2 pada umumnya non sedatif karena generasi 2
pada umumnya tidak dapat menembus blood brain barrier (bersifat lipofobik dan bulky),
sehingga tidak mempengaruhi sistem saraf pusat. Selain itu, antihistamin H-1 generasi 2 bersifat
spesifik karena hanya terikat pada reseptor H-1. Beberapa obat generasi 2 dapat menghambat
Obat antihistamin H-1 generasi 2 tidak bisa digolongkan berdasarkan struktur kimianya
karena meskipun memiliki struktur kimia dasar yang sama, obat tersebut masih memiliki gugus
levokaloastin, mempunyai cincin piperidin tetapi tidak dapat dimasukkan dalam satu golongan
Cetirizine (Zyrtex)
Cetirizine HCl merupakan antagonis reseptor H-1. Nama kimianya adalah (±) – [2-[4-[(4-
C12H25C4N2O3.2HCl dan Bmnya 461,82. Cetirizine dapat menurunkan jumlah histamin dengan
mengurangi jumlah produksi prostaglandin dan menghambat migrasi basofil yang diinduksi oleh
antigen. Indikasi : seasonal allergic rhinitis (karena pollen, rumput). Perennial allergic rhinitis
(karena debu, bulu binatang, dan jamur). Chronic urticaria. Efek samping : anoreksia,
Fexofenadine
Fexofenadine HCl (paten: Allegra dan Telfast) adalah suatu obat antihistamin yang
digunakan untuk pengobatan demam dan gejala alergi yang mirip lainnya. Obat ini merupakan
obat alternatif dari terfenadine yang memiliki kontra indikasi yang serius. Fexofenadine seperti
antagonis H1 generasi 2 dan 3 lainnya, tidak dapat melewati blood brain barrier dan kurang
menyebabkan efek sedative dibandingkan dengan obat generasi 1. kerja dari obat ini adalah
Efek samping : dizziness, back pain, cough, stomach discomfort, pain in extremity.
Kontraindikasi : pada pasien dengan hipersensitifitas dengan fexofenadine dan beberapa aksus
lainnya yang jarang terjadi menyebabkan angiodema, sesak nafas, kemerahan pada kulit dan
anafilaksis.
astemizole. Obat astemizole dapat berikatan dengan potassium (K) channel, yang merupakan
reglator potensial membrane sel. Ikatan ini dapat menyebabkan terganggunya fungsi potassium
juga dengan bradycardia. Bradycardia akan menyebabkan kurangnya supply oksigen dalam