Anda di halaman 1dari 19

PANDUAN

PENCEGAHAN INFEKSI PADA PEMASANGAN


ALAT INVASIF
RS. BAPTIS BATU TAHUN 2017
(Revisi Kedua)

RS BAPTIS BATU
JL RAYA PANGLIMA SUDIRMAN 33
TLEKUNG – JUNREJO – BATU
DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................................... i


Daftar Isi .................................................................................................................................. ii
Lembar Pengesahan ................................................................................................................. iii
BAB I. DEFINISI .................................................................................................................... 1
1.1. Phlebitis ..................................................................................................................... 1
1.2. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Pada Pemasangan Catheter Urine / Catheter
Urinary Tract Infection (CaUTI)
1.3. Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) ......................................................................... 1
1.4. Pneumonia ................................................................................................................. 1
1.5. Kriteria Diagnosis ...................................................................................................... 2
BAB II. TATA LAKSANA ..................................................................................................... 5
2.1. Pencegahan Phlebitis ................................................................................................. 5
2.2. Pencegahan Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) ..................................................... 6
2.3. Pencegahan Infeksi Saluran Kemih (ISK) Pada Pemasangan Catheter Urine ........... 8
2.4. Pencegahan Pneumonia ............................................................................................. 9
BAB III. DOKUMENTASI ..................................................................................................... 11

ii
LEMBAR PENGESAHAN

PENGESAHAN DOKUMEN RS. BAPTIS BATU

NAMA KETERANGAN TANDA TANGAN TANGGAL

Kurnia Puji Astuti,A.Md. Kep. Pembuat Dokumen

dr. Eriliana Aryanti Authorized Person

dr. Dolly Irbantoro, MMRS. Direktur RS. Baptis Batu

iii
BAB I
DEFINISI

1.1. Phlebitis.
Merupakan keadaan yang terjadi disekitar tusukan atau bekas tusukan jarum infus di
rumah sakit dan timbul setelah 2x24 jam dirawat di rumah sakit atau kurang dari waktu
tersebut bila infus terpasang.

1.2. Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada Pemasangan Catheter Urine / Catheter
Associated Urinary Treact Infections (CaUTI)
Merupakan infeksi yang terjadi pada saluran kemih akibat pemasangan kateter urine
menetap 2x24 jam setelah pemasangan urine dan 2x24 jam hari setelah kateter urine
dilepas Pasien tidak dalam masa inkubasi

1.3. Infeksi Aliran Darah Primer/ (Central Line-Associated Bloodstream


Infection/CLABSI)
Ditemukannya kuman pada hasil kultur darah, pada pasien yang terpasang CVC atau
umbilical catheter yang terpasang 2 hari kalender.
Atau
Di temukannya kuman pada kultur darah pasien setelah dilepas CVC 2 hari sebelumnya
saat gejala CLABSI muncul.
1.4. Pneumonia.
Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
Infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah ventilasi mekanik >
48 jam, dan sebelumnya tidak ditemukan tanda – tanda infeksi saluran napas.
Hospital Associated Pneumonia (HAP)
Seseorang yang setelah lebih dari 48 jam dirawat di rumah sakit menunjukkan gejala,
Demam (>38’C), batuk dan sesak napas, disertai dahak purulen dan pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan lekositosis

1
( > 12.000/mm3) atau lekopenia (<4000/mm3), dan pada pemeriksaan badan didapatkan
ronkhi dan pada gambaran radiologi toraks ditemukan inflitrat baru.
Tidakdalammasainkubasi.
1.5. Kriteria Diagnosis.
2. Plebitis
PENATALAK
SKOR VISUAL ASSESMENT
SANAAN
Tidak tampak tanda radang Tidak terjadi Observasi area insersi
0
pada daerah insersi phlebitis
Terdapat salah satu tanda Kemungkinan Observasi area insersi
berikut : tanda phlebitis
1  Nyeri di daerah insersi
 Kemerahan di daerah
insersi
Terdapat dua tanda berikut : Tahap awal Ganti posisi insersi
 Nyeri phlebitis
2
 Kemerahan
 Bengkak
Terdapat semua tanda berikut : Tahap medio Ganti posisi insersi,
 Nyeri sepanjang tempat phlebitis Pertimbangkan
3 insersi perawatan
 Kemerahan
 Bengkak
Terdapat semua tanda berikut Stadium lanjut Ganti posisi insersi,
dan luas : phlebitis Pertimbangkan
 Nyeri sepanjang tempat Gejala awal perawatan
4 insersi thromboplebitis
 Kemerahan
 Bengkak, vena teraba
mengeras

2
PENATALAK
SKOR VISUAL ASSESMENT
SANAAN
Terdapat semua tanda berikut Stadium lanjut Lakukan perawatan
dan luas : thrombophlebitis Ganti tempat insersi
 Nyeri sepanjang tempat
insersi
5  Kemerahan
 Bengkak, vena teraba
mengeras
 Keluar pus
 Demam

3. Pneumonia
1) Pneumonia 1(Pneumonia secara klinis)
a. Radiologis
Diagnosis pneumonia menggunakan criteria kombinasi : radiologis, klinis dan
laboratorium.
 Pneumonia criteria radiologis (dengan underlying disease)
Dua atau lebih foto dada serial terdapat paling sedikit satu dari keadan berikut :
 Infiltrat baru atau progresif dan persistent
 Konsolidasi
 Kavitasi
 Pneumatocheles pada anak ≤ 1tahun
Catatan :
Pada pasien yang rawat inap dengan penyakit dasar pulmoner atau kardiak.
Untuk setiap pasien paling sedikit satu dari tanda berikut :
b. Klinis
a) Kriteria 1
Paling tidak ditemukan satu dari gejala berikut ini :
 Demam (380C)
 Leukopeni WBC <4000/mm3 atau leukositosis WBC > 12.000/mm3

3
 Pasien berumur >70 tahun disertai dengan perubahan dengan diketahui
tanpa ada penyebab lain
Dan
Paling sedikit 2 dari tanda berikut :
 Onset baru sputum yang purulent, atau perubahan karakter sputum atau
peningkatan sekresi respiratori atau peningkatan kebutuhan suctioning
 Onset baru batuk-batuk atau memburuk atau tacpypnea atau dyspnea
 Rales atau suara nafas bronchial
 Perburukan pertukaran gas, atau peningkatan kebutuhan oksigen atau
peningkatan kebutuhan ventilator.
b) Kriteria untuk anak < 1 tahun
 Perburukan pertukaran gas, atau peningkatan kebutuhan oksigen atau
peningkatan kebutuhan ventilator.
Dan paling sedikit 3 dari tanda berikut :
 Suhu tidak stabil
 Leukopeni WBC <4000/mm3 atau leukositosis WBC > 15.000/mm3
 Onset baru sputum yang purulent, atau perubahan karakter sputum atau
peningkatan sekresi respiratori atau peningkatan kebutuhan suctioning
 Apnea, tachypnea, retraksi dinding dada disertai nafas grunting
 Wheezing, rales atau ronchi
 Batuk-batuk
 Bradicardia <100x/mnt, atau tachycardia > 170x/mnt
c) Kriteria untuk anak-anak >1 tahun atau ≤ 12 tahun
Paling sedikit 3 dari tanda berikut :
 Demam >38,40C atau hypothermia < 36,50C
 Leukopeni WBC <4000/mm3 atau leukositosis WBC > 15.000/mm3
 Onset baru sputum yang purulent, atau perubahan karakter sputum atau
peningkatan sekresi respiratori atau peningkatan kebutuhan suctioning
 Onset baru atau perburukan batuk, atau dyspnea, apnea atau tachypnea.
 Rales atau suara nafas bronchial

4
 Perburukan pertukaran gas, atau peningkatan kebutuhan oksigen atau
peningkatan kebutuhan ventilator.

2) Pneumonia 2 (Pneumonia dengan bakteri, fungi dan laborat spesifik)


a. Radiologi
Dua atau lebih foto dada serial terdapat paling sedikit satu dari keadan berikut :
 Infiltrat baru atau progresif dan persistent
 Konsolidasi
 Kavitasi
 Pneumatocheles pada anak ≤ 1tahun
b. Klinis
Paling tidak ditemukan satu dari gejala berikut ini :
 Demam (380C)
 Leukopeni WBC <4000/mm3 atau leukositosis WBC > 12.000/mm3
 Pasien berumur >70 tahun disertai dengan perubahan dengan diketahui tanpa
ada penyebab lain
Dan
Paling sedikit 2 dari tanda berikut :
 Onset baru sputum yang purulent, atau perubahan karakter sputum atau
peningkatan sekresi respiratori atau peningkatan kebutuhan suctioning
 Onset baru batuk-batuk atau memburuk atau tacpypnea atau dyspnea
 Rales atau suara nafas bronchial
 Perburukan pertukaran gas, atau peningkatan kebutuhan oksigen atau
peningkatan kebutuhan ventilator.
c. Laboratorium
Paling sedikit 1 dari gejala berikut :
 Adanya pertumbuhan kuman yang tidak berhubungan dengan infeksi di
tempat lain
 Pertumbuhan kuman dari kultur cairan pleura.
 Bukti adanya jamur pada parenkim paru

5
4. Ventilator Associated Pneumonia
Selama 2 hari/lebih terpasang ventilator mekanik, nilai minimal harian FiO2 atau PEEP
stabil/turun (disebut periode stabil)

Setelah periode stabil, muncul salah satu indikator memburuknya oksigenasi:


1) Peningkatan nilai minimal harian FiO2 ≥0,20 (20 poin) dari nilai minimal harian FiO2 sebelumnya.
2) Peningkatan nilai minimal harian PEEP ≥3cmH2O dari nilai minimal harian PEEP sebelumnya

Ventilator-Associated Condition (VAC)

Pada hari ke 3 atau lebih terpasang ventilator dan selama 2 hari sebelum atau sesudah memburuknya
oksigenasi, pasien memenuhi 2 kriteria berikut:
1) Suhu >38°C atau <36°C, ATAU leukosit ≥12000/mm3 atau ≤4000/ mm3
DAN
2) Antimikroba* baru mulai diberikan, dan dilanjutkan selama ≥4 hari

Infection-related Ventilator-Associated Complication (IVAC)

Pada hari ke ≥3 terpasang ventilator dan Pada hari ke ≥3 terpasang ventilator dan selama 2 hari sebelum atau sesudah
selama 2 hari sebelum atau sesudah memburuknya oksigenasi, pasien memenuhi 1 kriteria berikut:
memburuknya oksigenasi, pasien memenuhi 1) Sekresi purulen dari respirasi (seperti didefinisikan pada Possible VAP)
1 kriteria berikut: DAN:
1) Sekresi purulen dari respirasi (dari 1  Kultur positif dari aspirasi ETT* ≥105 CFU/ml atau hasil
atau lebih pengambilan specimen) semikuantitatif yang setara
yaitu:  Kultur positif dari bronchoalveolar lavage* ≥10 4 CFU/ml atau
 Sekresi dari paru-paru, bronchi, hasil semikuantitatif yang setara
atau trachea yang mengandung  Kultur positif dari jaringan paru ≥104CFU/g atau hasil
≥25 neutrofil dan ≤10 sel epitel semikuantitatif yang setara
skuamosa [lpf, x100]  Kultur positif dari protected specimen brush* ≥103CFU/ml atau
 Bila hasil lab semikuantitatif, hasil semikuantitatif yang setara
hasilnya harus setara dengan *Kecuali: Flora normal oral/respirasi, Candida atau yeast, Staphylococcus
ambang kuantitatif di atas. koagulase negative, Enterococcus.
ATAU ATAU
2) Kultur positif 2) Salah satu dari kriteria berikut (tidak harus ada sekresi purulen) :
(kualitatif,semukuantitatif atau  Kultur positif cairan pleura (spesimen diambil saat thoracentesis
kuantitatif) sputum*, aspirasi ETT*, atau saat pemasangan chest tube dan tidak dari indwelling chest
bronchoalveolar lavage*, jaringan tube)
paru, atau protected specimen  Histopatologi paru positif
brushing*  Uji diagnostik positif Legionella spp
*Kecuali: Flora normal oral/respirasi,  Uji diagnostik dari sekresi respirasi positif: virus influenza,
Candida atau yeast, Staphylococcus respiratory syncytial virus, adenovirus, parainfluenza virus,
koagulase negative, Enterococcus. rhinovirus, human metapneumovirus, coronavirus.

Possible Ventilator-Associated Pneumonia Probable Ventilator-Associated Pneumonia

6
5. Infeksi Saluran Kemih Pada Pemasangan Kateter Urine (Catheter Associated Urinary
Tract Infection/CAUTI)
Ada 2 kriteria diagnosis ISK pada pemasangan kateter urine (CAUTI) yaitu :
1) Symptomatic UTI (SUTI)
a. Kriteria 1a CAUTI
 Pasien memakai kateter urine menetap >2 hari kalender.
 Setidaknya ada satu tanda dan gejala dibawah ini :
 Hypertermi (380C)
 Nyeri suprapubik
 Nyeri Costo Vertebra Angle
 Urgency
 Frekwensi
 Dysuria
 Kuman setidaknya 2 spesies pada hasil kultur ≥105 CFU/ml
b. Kriteria 1b NON-CAUTI
 Pasien pernah memakai kateter urine dan sudah dilepas 2 hari
kalender sebelum tanda dan gejala muncul
 Setidaknya ada satu tanda dan gejala dibawah ini :
 Hypertermi (380C) pada pasien ≤ 65 tahun
 Nyeri suprapubik
 Nyeri Costo Vertebra Angle
 Urgency
 Frekwensi
 Dysuria
 Kuman setidaknya 2 spesies pada hasil kultur ≥105 CFU/ml
c. Kriteria 2 CAUTI or NON CAUTI < 1 years old
 Pasien berumur ≤ 1 tahun dengan atau tanpa kateter urine
 Setidaknya ada satu tanda dan gejala dibawah ini :
 Hypertermi (>380C)
 Hypotermi (>360C)
 Apnoe

7
 Bradikardia
 Lethargy
 Vomiting
 Suprapubic Tenderness
 Kuman setidaknya 2 spesies pada hasil kultur ≥105 CFU/ml
2) Asymptomatic Bacteremic Urinary Tract Infection (ABUTI)
 Pasien dengan atau tanpa kateter urine tidak mempunyai tanda dan gejala
pada SUTI 1 dan 2
 Kuman setidaknya 2 spesies pada hasil kultur ≥105 CFU/ml
 Ditemukan kuman yang sama dari kultur darah maupun kultur urine dan
sesuai dengan kuman komensal di urine.

6. Infeksi Aliran Darah Primer/ (Central Line-Associated Bloodstream Infection/CLABSI)


a. Laboratory confirm Bloodstream Infection (LCBI 1)
 Pasien mempunyai pathogen yang dikenal hasil dari satu atau lebih kultur
darah pasien.
dan
 Kuman yang didapat dari kultur tidak ada hubungannya dengan infeksi di
tempat lain.
b. Laboratory confirm Bloodstream Infection (LCBI 2)
 Pasien memiliki paling tidak satu dari tanda sebagai berikut : demam
(>380C), menggigil atau hipotensi
dan
 Hasil lab tidak ada kaitanya denga infeksi di tempat lain
dan
 Komensal yang sama diphtheroids (Corynebacterium spp. not C.
diphtheria), Bacillus spp. (not B. anthracis), Propionibacterium spp.,
coagulase-negative staphylococci (including S. epidermidis), viridans
group streptococci, Aerococcus spp. Micrococcus spp, and Rhodococcus
spp.)didapat dari dua atau lebih kultur darah yang diambil pada hari yang

8
sama atau berurutandan kesempatan yang berbeda. Kriteria tsb muncul
dalam waktu tidak lebih dari satu hari.
c. Laboratory confirm Bloodstream Infection (LCBI 3)
 Pasien berumur ≤ 1 tahun memiliki paling tidak satu dari tanda sebagai
berikut : demam (>380C, suhu dalam), hipotermi (<360C suhu dalam)
apnea atau bradicardia.
dan
 Hasil lab tidak ada kaitanya denga infeksi di tempat lain
dan
 Komensal yang sama diphtheroids (Corynebacterium spp. not C.
diphtheria), Bacillus spp. (not B. anthracis), Propionibacterium spp.,
coagulase-negative staphylococci (including S. epidermidis), viridans
group streptococci, Aerococcus spp. Micrococcus spp, and Rhodococcus
spp.) didapat dari dua atau lebih kultur darah yang diambil pada hari yang
sama atau berurutan dan kesempatan yang berbeda. Kriteria tsb muncul
dalam waktu tidak lebih dari satu hari.

9
BAB II
TATA LAKSANA PENCEGAHAN

2.1. Pencegahan Phlebitis.


1.) Cuci tangan sebelum dan sesudah palpasi, insersi, penggantian alat dan setiap
mengganti IV-dressing
2.) Memastikan cairan yang akan digunakan dalam kondisi yang terjamin
kesterilannya dan tidak ada partikel dalam cairan.
3.) Melakukan kewaspadaan aseptik yaitu :
- Cuci tangan / disinfeksi tangan
- Disinfeksi lokasi insersi dengan alkohol 70 % dan tunggu kering
- Tidak memegang kembali area yang sudah didisinfeksi
- Menutup area insersi dengan sterile transparant dressing.
4.) Pemasangan kanula pada vena dianjurkan pada ekstremitas atas dan hindarkan
melakukan pencukuran, gunakan clipper sebagai pengganti razor bila harus
mencukur
5.) Memantau setiap setiap hari dan ganti sterile transparant dressing segera bila
kotor, lembab dengan selalu menerapkan teknik aseptik.
6.) Jangan menggunakan antimicrobialointmentspada area insersi, disinfeksi dengan
alkohol 70% pada port injeksi sebelum digunakan dan tutup segera dengan stop
cock steril bila tidak diperlukan.
7.) Penggantian IV kateter perifer dalam waktu 3x24 jam
8.) Mengganti set infus tidak lebih dari 72 jam dan untuk lipid dalam 24 jam secara
aseptik.
9.) Kateter sentral tidak dianjurkan penggantian secara rutin.
10.) Petugas cukup memakai sarung tangan non steril digunakan pada pemasangan
infus perifer untuk menghindarkan paparan darah saat penusukan.
11.) Dekontaminasi injection port menggunakan alkohol 70% sebelum melakukan
injeksi
12.) Memantau kateter setiap hari dan segera cabut bila ditemukan tanda infeksi.
(hangat, merah, nyeri, bengkak, pengerasan vena)

10
13.) Edukasi :
- Segera memberitahu perawat bila terasa nyeri pada tempat pemasangan
infuse
- Tidak dianjurkan meraba/memegang tempat pemasangan infuse

2.2. Pencegahan Infeksi Aliran Darah Primer (IADP).


1.) Lakukan cuci tangan sebelum melakukan insersi kateter dan selama melakukan
tindakan manipulasi kateter dan dressing.
2.) Hindari pemasangan pada vena femoral pada pasien usia tua.
3.) Gunakan barrier precaution secara maksimal pada saat insersi :
- APD lengkap petugas (Sarung tangan steril, Masker, pelindung wajah, gaun
steril
- Tutup daerah yang akan dilakukan insersi dengan penutup steril.
4.) Lakukan tehnik aseptik saat insersi atau memanipulasi insersi dan balutan
5.) Gunakan chlorhexidin 0,5% untuk desinfesi area yang akan dilakukan insersi. Bila
chlorhexidin tidak dapat digunakan iodhine, iodhoporatau alcohol 70% bias
digunakan sebagai alternative pilihan
6.) Gunakan transparant dressing semipermiable untuk menutup tempat insersi :
- Gunakan gause steril jika pasien berkeringat dan tempat insersi masih
perdarahan
7.) Ganti segera dressing bila basah, kotor ataupun longgar.
8.) Desifeksi injection port sebelum melakukan injeksi.
9.) Lepas segera set infuse maupun kateter yang tidak digunakan lagi, kurangi
pemasangan konektor.
10.) Ganti dressing setiap 5-7 hari atau bila basah, kotoran ataupun longgar. Bersihkan
daerah insersi dengan chlorhexidin 0,5%.
11.) Jika dressing menggunakan gauze ganti setiap 2 hari atau sewaktu-waktu bila
basah, kotor ataupun longgar.
12.) Observasi lokasi insersi
- Lakukan palpasi pada lokasi pemasangan kateter melalui verban untuk
mengetahui adanya pembengkakan setiap hari.

11
- Periksa secara visual lokasi pemasangan kateter untuk mengetahui adanya
pembengkakan, demam, merah, sakit sebagai tanda adanya infeksi lokal atau
infeksi bakterimia, jika verban terlalu tebal maka buka kemudian lakukan
dressing care kembali
13.) Peralatan set infus
- Set perlengkapan intravaskuler mulai dari ujung slang yang masuk ke
container infus sampai pada IV catheter atau diperpendek sebagai “ heparin
lock “
- Gunakan tehnik aseptik saat pemasangan dan jika akan melakukan
pemasangan ulang maka semua set IV harus diganti secara keseluruhan (
tidak lebih dari 48-72 jam).
- IV tubing , piggy back, stopcock untuk infusion continous harus diganti < 72
jam kecuali ada indikasi khusus.
- IV set pada infusion intermitten atau jika menggunakan transfusi set pada
pemberian produk darah atau lipid emulsion maka harus diganti setelah 24
jam pemasangan dari diawalinya infus.
14.) Parentral fluid :
- Ganti cairan infuse atau cairan parenteral nutrisi yang tergantung / diberikan
ke pasien dalam waktu 24 jam.
- Jika pemberian lipid emulsion diberikan tersendiri hanya dipakai selama 12
jam.
- Pemberian lipid based atau liposoma – based therapi yang tidak tepat dapat
merupakan sumber terjadinya bakterimia.
15.) Intra venous therapy personil.
Lakukan pelatihan tehnik pemasangan dan perawatan IV catheter pada personil
dan tindakan pemasangan hanya dilakukan oleh personil yang terlatih.
16.) Antimicrobial prophylaksis.
Jangan memberikan antimicroba sebagai prosedur rutin sebelum pemasangan atau
selama pemakaian alat intravaskuler untuk mencegah kolonisasi kateter atau
infeksi bakterimia (bloodstream infection).

12
17.) Edukasi :
- Beritahu perawat bila merasa nyeri pada daerah insersi
- Tidak dianjurkan meraba/memegang daerah insersi

2.3. Pencegahan Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada Pemasangan Kateter Urine.
1.) Memastikan semua peralatan yang akan dipakai dalam kondisi steril dan sesuai
dengan kondisi pasien.
2.) Melakukan prosedur cuci tangan atau disinfeksi (alcohol hand rub).
3.) Prosedur pemasangan sesuai SOP di keperawatan.
4.) Melakukan fiksasi dengan benar untuk menghindarkan mobilisasi / pergerakan
kateter di urethra.
5.) Kantong urine harus diletakkan lebih rendah dari kandung kemih pasien, close
system dan jangan tergeletak dilantai.
6.) Mengosongkan kantong urine setiap shift dengan menggunakan gelas penampung
yang bersih, jangan digunakan lebih dari satu pasien dan segera lakukan
dekontaminasi.
7.) Pengambilan spesimen untuk kultur dilakukan bila ada tanda atau gejala infeksi
sistemik (panas,hipotensi).
8.) Sampel dilakukan secara aseptik.
9.) Bila irigasi diperlukan untuk membersihkan gumpalan darah harus dilakukan
secara aseptik.
10.) Penggantian kateter dilakukan berdasarkan indikasi dan diikuti oleh penggantian
kantong urine.
11.) Memelihara personal hygiene terutama area periurethral satu kali sehari,
penggunaan antiseptik tidak diperlukan.
12.) Jangan menutup kateter (klem) karena dapat meningkatkan risiko bakteriuria dan
mungkin bakteriemia.
13.) Bila tanda infeksi sistemik ditemukan yang diduga kateter sebagai sumber infeksi
maka ketika terapi antibiotika dimulai kateter harus dilepas.
14.) Untuk pengeluaran urine jangka pendek, gunakan kondom kateter dan mengganti
setiap 24 jam dan lakukan perawatan penis (untuk pasien laki-laki).

13
15.) Pemakaian pampers dapat dilakukan sebagai alternative pada pasien yang gelisah
dan tidak kooperatif
16.) Edukasi :
- Beritahu perawat bila terasa demam, nyeri supra pubik atau nyeri waktu BAK
(setelah kat. urine dilepas)
- Kateter harus difiksasi dengan baik, dipindahkanan kiri setiap hari
- Perineal hygiene dilakukan setiap kali mandi

2.4. Pencegahan Penumonia.


1.) Cegah Kontaminasi Silang :
- Cuci tangan sebelum dan setelah suctioning, menyentuh peralatan ventilator
dan kontak dengan secret.
- Bersihkan secret subglotis secara terus menerus.
- Gunakan satu sarung tangan untuk satu kali suction.
- Gunakan air steril untuk humidifikasi.
2.) Mencegah gasterrefluk :
- Posisi semi recumbent 300-450 kecuali ada kontraindikasi
- Oral feeding lebih direkomendasikan dan nasal feeding
3.) Perawatan Jalan nafas :
- Lepas ETT sesegera mungkin
- Hindari re-intubasi
- Jika memungkinkan gunakan non invasive positif pressure ventilation secara
kontinous melalui face/nose mask sebagai pengganti intubasi.
- Suction bila diperlukan.
- Gunakan cairan steril untuk membersihkan suction kateter jika akan
dimasukkan kembali ke ETT.
- Oral hygiene 3-4 kali sehari. (chlorhexidin 0,12%)
4.) Perawatan peralatan :
- Ganti segera sirkuit bila tampak kotor
- Segera buang kotoran yang terkumpul pada tubing ventilator.
- Pengelolaan peralatan sesuai dengan protocol desinfeksi dan sterilisasi.

14
5.) Pemberian obat-obatan
- Hindari penggunaan anti mikroba yang tidak perlu, gunakan anti mikroba
pada pasien yang beresiko tinggi
- Batasi penggunaan stress ulcer prophylaxis, berikan pada pasien yang
beresiko tinggi perdarahan lambung
- Gunakan DVT Pprophylaxis

15
BAB III
DOKUMENTASI

1. Lembar monitoring pasien yang terpasang alat invasive


2. Laporan infeksi
3. Status pasien

16

Anda mungkin juga menyukai