RS BAPTIS BATU
JL RAYA PANGLIMA SUDIRMAN 33
TLEKUNG – JUNREJO – BATU
DAFTAR ISI
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
BAB I
DEFINISI
1.1. Phlebitis.
Merupakan keadaan yang terjadi disekitar tusukan atau bekas tusukan jarum infus di
rumah sakit dan timbul setelah 2x24 jam dirawat di rumah sakit atau kurang dari waktu
tersebut bila infus terpasang.
1.2. Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada Pemasangan Catheter Urine / Catheter
Associated Urinary Treact Infections (CaUTI)
Merupakan infeksi yang terjadi pada saluran kemih akibat pemasangan kateter urine
menetap 2x24 jam setelah pemasangan urine dan 2x24 jam hari setelah kateter urine
dilepas Pasien tidak dalam masa inkubasi
1
( > 12.000/mm3) atau lekopenia (<4000/mm3), dan pada pemeriksaan badan didapatkan
ronkhi dan pada gambaran radiologi toraks ditemukan inflitrat baru.
Tidakdalammasainkubasi.
1.5. Kriteria Diagnosis.
2. Plebitis
PENATALAK
SKOR VISUAL ASSESMENT
SANAAN
Tidak tampak tanda radang Tidak terjadi Observasi area insersi
0
pada daerah insersi phlebitis
Terdapat salah satu tanda Kemungkinan Observasi area insersi
berikut : tanda phlebitis
1 Nyeri di daerah insersi
Kemerahan di daerah
insersi
Terdapat dua tanda berikut : Tahap awal Ganti posisi insersi
Nyeri phlebitis
2
Kemerahan
Bengkak
Terdapat semua tanda berikut : Tahap medio Ganti posisi insersi,
Nyeri sepanjang tempat phlebitis Pertimbangkan
3 insersi perawatan
Kemerahan
Bengkak
Terdapat semua tanda berikut Stadium lanjut Ganti posisi insersi,
dan luas : phlebitis Pertimbangkan
Nyeri sepanjang tempat Gejala awal perawatan
4 insersi thromboplebitis
Kemerahan
Bengkak, vena teraba
mengeras
2
PENATALAK
SKOR VISUAL ASSESMENT
SANAAN
Terdapat semua tanda berikut Stadium lanjut Lakukan perawatan
dan luas : thrombophlebitis Ganti tempat insersi
Nyeri sepanjang tempat
insersi
5 Kemerahan
Bengkak, vena teraba
mengeras
Keluar pus
Demam
3. Pneumonia
1) Pneumonia 1(Pneumonia secara klinis)
a. Radiologis
Diagnosis pneumonia menggunakan criteria kombinasi : radiologis, klinis dan
laboratorium.
Pneumonia criteria radiologis (dengan underlying disease)
Dua atau lebih foto dada serial terdapat paling sedikit satu dari keadan berikut :
Infiltrat baru atau progresif dan persistent
Konsolidasi
Kavitasi
Pneumatocheles pada anak ≤ 1tahun
Catatan :
Pada pasien yang rawat inap dengan penyakit dasar pulmoner atau kardiak.
Untuk setiap pasien paling sedikit satu dari tanda berikut :
b. Klinis
a) Kriteria 1
Paling tidak ditemukan satu dari gejala berikut ini :
Demam (380C)
Leukopeni WBC <4000/mm3 atau leukositosis WBC > 12.000/mm3
3
Pasien berumur >70 tahun disertai dengan perubahan dengan diketahui
tanpa ada penyebab lain
Dan
Paling sedikit 2 dari tanda berikut :
Onset baru sputum yang purulent, atau perubahan karakter sputum atau
peningkatan sekresi respiratori atau peningkatan kebutuhan suctioning
Onset baru batuk-batuk atau memburuk atau tacpypnea atau dyspnea
Rales atau suara nafas bronchial
Perburukan pertukaran gas, atau peningkatan kebutuhan oksigen atau
peningkatan kebutuhan ventilator.
b) Kriteria untuk anak < 1 tahun
Perburukan pertukaran gas, atau peningkatan kebutuhan oksigen atau
peningkatan kebutuhan ventilator.
Dan paling sedikit 3 dari tanda berikut :
Suhu tidak stabil
Leukopeni WBC <4000/mm3 atau leukositosis WBC > 15.000/mm3
Onset baru sputum yang purulent, atau perubahan karakter sputum atau
peningkatan sekresi respiratori atau peningkatan kebutuhan suctioning
Apnea, tachypnea, retraksi dinding dada disertai nafas grunting
Wheezing, rales atau ronchi
Batuk-batuk
Bradicardia <100x/mnt, atau tachycardia > 170x/mnt
c) Kriteria untuk anak-anak >1 tahun atau ≤ 12 tahun
Paling sedikit 3 dari tanda berikut :
Demam >38,40C atau hypothermia < 36,50C
Leukopeni WBC <4000/mm3 atau leukositosis WBC > 15.000/mm3
Onset baru sputum yang purulent, atau perubahan karakter sputum atau
peningkatan sekresi respiratori atau peningkatan kebutuhan suctioning
Onset baru atau perburukan batuk, atau dyspnea, apnea atau tachypnea.
Rales atau suara nafas bronchial
4
Perburukan pertukaran gas, atau peningkatan kebutuhan oksigen atau
peningkatan kebutuhan ventilator.
5
4. Ventilator Associated Pneumonia
Selama 2 hari/lebih terpasang ventilator mekanik, nilai minimal harian FiO2 atau PEEP
stabil/turun (disebut periode stabil)
Pada hari ke 3 atau lebih terpasang ventilator dan selama 2 hari sebelum atau sesudah memburuknya
oksigenasi, pasien memenuhi 2 kriteria berikut:
1) Suhu >38°C atau <36°C, ATAU leukosit ≥12000/mm3 atau ≤4000/ mm3
DAN
2) Antimikroba* baru mulai diberikan, dan dilanjutkan selama ≥4 hari
Pada hari ke ≥3 terpasang ventilator dan Pada hari ke ≥3 terpasang ventilator dan selama 2 hari sebelum atau sesudah
selama 2 hari sebelum atau sesudah memburuknya oksigenasi, pasien memenuhi 1 kriteria berikut:
memburuknya oksigenasi, pasien memenuhi 1) Sekresi purulen dari respirasi (seperti didefinisikan pada Possible VAP)
1 kriteria berikut: DAN:
1) Sekresi purulen dari respirasi (dari 1 Kultur positif dari aspirasi ETT* ≥105 CFU/ml atau hasil
atau lebih pengambilan specimen) semikuantitatif yang setara
yaitu: Kultur positif dari bronchoalveolar lavage* ≥10 4 CFU/ml atau
Sekresi dari paru-paru, bronchi, hasil semikuantitatif yang setara
atau trachea yang mengandung Kultur positif dari jaringan paru ≥104CFU/g atau hasil
≥25 neutrofil dan ≤10 sel epitel semikuantitatif yang setara
skuamosa [lpf, x100] Kultur positif dari protected specimen brush* ≥103CFU/ml atau
Bila hasil lab semikuantitatif, hasil semikuantitatif yang setara
hasilnya harus setara dengan *Kecuali: Flora normal oral/respirasi, Candida atau yeast, Staphylococcus
ambang kuantitatif di atas. koagulase negative, Enterococcus.
ATAU ATAU
2) Kultur positif 2) Salah satu dari kriteria berikut (tidak harus ada sekresi purulen) :
(kualitatif,semukuantitatif atau Kultur positif cairan pleura (spesimen diambil saat thoracentesis
kuantitatif) sputum*, aspirasi ETT*, atau saat pemasangan chest tube dan tidak dari indwelling chest
bronchoalveolar lavage*, jaringan tube)
paru, atau protected specimen Histopatologi paru positif
brushing* Uji diagnostik positif Legionella spp
*Kecuali: Flora normal oral/respirasi, Uji diagnostik dari sekresi respirasi positif: virus influenza,
Candida atau yeast, Staphylococcus respiratory syncytial virus, adenovirus, parainfluenza virus,
koagulase negative, Enterococcus. rhinovirus, human metapneumovirus, coronavirus.
6
5. Infeksi Saluran Kemih Pada Pemasangan Kateter Urine (Catheter Associated Urinary
Tract Infection/CAUTI)
Ada 2 kriteria diagnosis ISK pada pemasangan kateter urine (CAUTI) yaitu :
1) Symptomatic UTI (SUTI)
a. Kriteria 1a CAUTI
Pasien memakai kateter urine menetap >2 hari kalender.
Setidaknya ada satu tanda dan gejala dibawah ini :
Hypertermi (380C)
Nyeri suprapubik
Nyeri Costo Vertebra Angle
Urgency
Frekwensi
Dysuria
Kuman setidaknya 2 spesies pada hasil kultur ≥105 CFU/ml
b. Kriteria 1b NON-CAUTI
Pasien pernah memakai kateter urine dan sudah dilepas 2 hari
kalender sebelum tanda dan gejala muncul
Setidaknya ada satu tanda dan gejala dibawah ini :
Hypertermi (380C) pada pasien ≤ 65 tahun
Nyeri suprapubik
Nyeri Costo Vertebra Angle
Urgency
Frekwensi
Dysuria
Kuman setidaknya 2 spesies pada hasil kultur ≥105 CFU/ml
c. Kriteria 2 CAUTI or NON CAUTI < 1 years old
Pasien berumur ≤ 1 tahun dengan atau tanpa kateter urine
Setidaknya ada satu tanda dan gejala dibawah ini :
Hypertermi (>380C)
Hypotermi (>360C)
Apnoe
7
Bradikardia
Lethargy
Vomiting
Suprapubic Tenderness
Kuman setidaknya 2 spesies pada hasil kultur ≥105 CFU/ml
2) Asymptomatic Bacteremic Urinary Tract Infection (ABUTI)
Pasien dengan atau tanpa kateter urine tidak mempunyai tanda dan gejala
pada SUTI 1 dan 2
Kuman setidaknya 2 spesies pada hasil kultur ≥105 CFU/ml
Ditemukan kuman yang sama dari kultur darah maupun kultur urine dan
sesuai dengan kuman komensal di urine.
8
sama atau berurutandan kesempatan yang berbeda. Kriteria tsb muncul
dalam waktu tidak lebih dari satu hari.
c. Laboratory confirm Bloodstream Infection (LCBI 3)
Pasien berumur ≤ 1 tahun memiliki paling tidak satu dari tanda sebagai
berikut : demam (>380C, suhu dalam), hipotermi (<360C suhu dalam)
apnea atau bradicardia.
dan
Hasil lab tidak ada kaitanya denga infeksi di tempat lain
dan
Komensal yang sama diphtheroids (Corynebacterium spp. not C.
diphtheria), Bacillus spp. (not B. anthracis), Propionibacterium spp.,
coagulase-negative staphylococci (including S. epidermidis), viridans
group streptococci, Aerococcus spp. Micrococcus spp, and Rhodococcus
spp.) didapat dari dua atau lebih kultur darah yang diambil pada hari yang
sama atau berurutan dan kesempatan yang berbeda. Kriteria tsb muncul
dalam waktu tidak lebih dari satu hari.
9
BAB II
TATA LAKSANA PENCEGAHAN
10
13.) Edukasi :
- Segera memberitahu perawat bila terasa nyeri pada tempat pemasangan
infuse
- Tidak dianjurkan meraba/memegang tempat pemasangan infuse
11
- Periksa secara visual lokasi pemasangan kateter untuk mengetahui adanya
pembengkakan, demam, merah, sakit sebagai tanda adanya infeksi lokal atau
infeksi bakterimia, jika verban terlalu tebal maka buka kemudian lakukan
dressing care kembali
13.) Peralatan set infus
- Set perlengkapan intravaskuler mulai dari ujung slang yang masuk ke
container infus sampai pada IV catheter atau diperpendek sebagai “ heparin
lock “
- Gunakan tehnik aseptik saat pemasangan dan jika akan melakukan
pemasangan ulang maka semua set IV harus diganti secara keseluruhan (
tidak lebih dari 48-72 jam).
- IV tubing , piggy back, stopcock untuk infusion continous harus diganti < 72
jam kecuali ada indikasi khusus.
- IV set pada infusion intermitten atau jika menggunakan transfusi set pada
pemberian produk darah atau lipid emulsion maka harus diganti setelah 24
jam pemasangan dari diawalinya infus.
14.) Parentral fluid :
- Ganti cairan infuse atau cairan parenteral nutrisi yang tergantung / diberikan
ke pasien dalam waktu 24 jam.
- Jika pemberian lipid emulsion diberikan tersendiri hanya dipakai selama 12
jam.
- Pemberian lipid based atau liposoma – based therapi yang tidak tepat dapat
merupakan sumber terjadinya bakterimia.
15.) Intra venous therapy personil.
Lakukan pelatihan tehnik pemasangan dan perawatan IV catheter pada personil
dan tindakan pemasangan hanya dilakukan oleh personil yang terlatih.
16.) Antimicrobial prophylaksis.
Jangan memberikan antimicroba sebagai prosedur rutin sebelum pemasangan atau
selama pemakaian alat intravaskuler untuk mencegah kolonisasi kateter atau
infeksi bakterimia (bloodstream infection).
12
17.) Edukasi :
- Beritahu perawat bila merasa nyeri pada daerah insersi
- Tidak dianjurkan meraba/memegang daerah insersi
2.3. Pencegahan Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada Pemasangan Kateter Urine.
1.) Memastikan semua peralatan yang akan dipakai dalam kondisi steril dan sesuai
dengan kondisi pasien.
2.) Melakukan prosedur cuci tangan atau disinfeksi (alcohol hand rub).
3.) Prosedur pemasangan sesuai SOP di keperawatan.
4.) Melakukan fiksasi dengan benar untuk menghindarkan mobilisasi / pergerakan
kateter di urethra.
5.) Kantong urine harus diletakkan lebih rendah dari kandung kemih pasien, close
system dan jangan tergeletak dilantai.
6.) Mengosongkan kantong urine setiap shift dengan menggunakan gelas penampung
yang bersih, jangan digunakan lebih dari satu pasien dan segera lakukan
dekontaminasi.
7.) Pengambilan spesimen untuk kultur dilakukan bila ada tanda atau gejala infeksi
sistemik (panas,hipotensi).
8.) Sampel dilakukan secara aseptik.
9.) Bila irigasi diperlukan untuk membersihkan gumpalan darah harus dilakukan
secara aseptik.
10.) Penggantian kateter dilakukan berdasarkan indikasi dan diikuti oleh penggantian
kantong urine.
11.) Memelihara personal hygiene terutama area periurethral satu kali sehari,
penggunaan antiseptik tidak diperlukan.
12.) Jangan menutup kateter (klem) karena dapat meningkatkan risiko bakteriuria dan
mungkin bakteriemia.
13.) Bila tanda infeksi sistemik ditemukan yang diduga kateter sebagai sumber infeksi
maka ketika terapi antibiotika dimulai kateter harus dilepas.
14.) Untuk pengeluaran urine jangka pendek, gunakan kondom kateter dan mengganti
setiap 24 jam dan lakukan perawatan penis (untuk pasien laki-laki).
13
15.) Pemakaian pampers dapat dilakukan sebagai alternative pada pasien yang gelisah
dan tidak kooperatif
16.) Edukasi :
- Beritahu perawat bila terasa demam, nyeri supra pubik atau nyeri waktu BAK
(setelah kat. urine dilepas)
- Kateter harus difiksasi dengan baik, dipindahkanan kiri setiap hari
- Perineal hygiene dilakukan setiap kali mandi
14
5.) Pemberian obat-obatan
- Hindari penggunaan anti mikroba yang tidak perlu, gunakan anti mikroba
pada pasien yang beresiko tinggi
- Batasi penggunaan stress ulcer prophylaxis, berikan pada pasien yang
beresiko tinggi perdarahan lambung
- Gunakan DVT Pprophylaxis
15
BAB III
DOKUMENTASI
16