PENDAHULUAN
Hernia merupakan salah satu kasus dibagian bedah yang pada umumnya
tindakan operasi. Dari hasil penelitian pada populasi hernia ditemukan sekitar
10% yang menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya pada pria.
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian yang lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Sebagian besar
hernia timbul dalam regio inguinalis, sekitar 50% merupakan hernia inguinalis
lateral (indirek) dan 25% sebagai hernia inguinalis medialis (direk).. Hernia yang
vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar.
Sementara pada orang dewasa, karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga
abdomen dan karena faktor usia yang menyebabkan lemahnya otot dinding
abdomen.
1
2
Insiden hernia inkarserata pada pasien pediatrik 10-20 %, 50% terjadi pada bayi
Hernia disebut hernia inkarserata atau strangulata bila isinya terjepit oleh
cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke
Insidens hernia inguinalis pada bayi dan anak antara antara satu dan dua
persen. Kemungkinan terjadi hernia pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20-25% dan
bilateral 15%. Anak yang pernah menjalani operasi hernia pada waktu bayi
Insiden hernia inguinalis pada dewasa kira-kira 2%. Insiden hernia meningkat
penunjang.
A. Tujuan Penulisan
diagnosis dari hernia inkarserata secara lebih jelas serta penatalaksanaan serta
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Anatomi 4
Struktur Dinding Abdomen
Lapisan-lapisan dinding abdomen terdiri dari (luar ke dalam):
1. Kulit
2. Fascia superficialis, terdiri dari fascia camperi dan fascia scarpae
3. Otot dinding anterior abdomen, antara lain: muskulus obliquus externus
abdominis, muskulus obliquus internus abdominis, muskulus
transversus abdominis
4. Fascia transversalis
5. Lemak extraperitoneal
6. Peritoneum parietale
3
4
Canalis Inguinalis
Canalis inguinalis merupakan saluran oblik yang menembus bagian bawah
dinding anterior abdomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin. Pada laki-laki,
saluran ini merupakan tempat lewatnya struktur-struktur yang berjalan dari testis ke
abdomen dan sebaliknya. Pada perempuan, saluran ini dilalui oleh ligamentum teres
uteri (rotundum) yang berjalan dari uterus ke labium majus pudendi. Selain itu,
saluran ini dilewati oleh nevus ilioinguinalis baik laki-laki maupun perempuan.
Canalis inguinalis panjangnya sekitar 1.5 inci (4 cm) pada orang dewasa dan
terbentang dari anulus inguinalis profundus (lubang berbentuk oval terletak sekitar
1.3 cm di atas ligamentum inguinal pada pertengahan antara sias dan symphisis
pubis) pada fascia transversalis, berjalan ke bawah dan medial sampai anulus
inguinalis superficialis (lubang berbentuk segitiga) pada aponeurosis obliquus
externus abdominis. Canalis inguinalis terletak sejajar dan tepat di atas ligamentum
inguinal.
3. Pada waktu batuk dan mengedan (miksi, defekasi, dan partus), serabut-serabut
paling bawah muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus transversus
abdominis yang melengkung berkontraksi sehingga atap yang melengkung
menjadi datar dan turun mendekati lantai. Atap mungkin menekan isi canalis
inguinalis ke arah dasar sehingga sebenarnya canalis inguinalis menutup.
4. Bila diperlukan mengedan dengan kuat, seperti pada defekasi dan partus, secara
alamiah orang cenderung dalam posisi jongkok, articulatio coxae fleksi, dan
permukaan anterior tungkai atas mendekati permukaan anterior dinding
abdomen. Dengan cara ini, bagian bawah dinding anterior abdomen dilindungi
oleh tungkai atas.
6
Funikulus Spermatikus
Trigonum Hesselbach
2.2.2 Epidemiologi
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen
muncul didaerah sekitar lipat paha.
Insidensi hernia inguinalis belum diketahui secara pasti. Menurut
Abrahamson (1997), pada usia anak- anak, ditemukan antara 10 - 20 per 1000
kelahiran hidup. Di belahan dunia bagian barat insiden hernia inguinalis pada usia
dewasa bervariasi antara 10 % dan 15 %. Sedangkan Zimmerson dan Anson cit
Schwartz (1994), melaporkan kejadian hernia adalah 5 % dari populasi laki- laki
dewasa. Hernia inguinalis terjadi lebih banyak pada laki- laki daripada wanita
dengan perbandingan 7 : 1. Pada laki- laki umur 25 - 40 tahun insidensinya
bervariasi antara 5 - 8 %, sedangkan pada umur lebih dari 75 tahun mencapai 45
%.1
Hernia indirect lebih banyak daripada hernia direct yaitu 2:1. Hernia sisi
kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Sedangkan untuk Hhrnia femoralis
kejadiannya kurang dari 10 % dari semua hernia.
Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita. Pada
pria, 97% dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2% sebagai hernia femoralis dan
8
1% sebagai hernia umbilicalis. Pada wanita variasinya berbeda, yaitu 50% terjadi
pada daerah inguinalis, 34% pada canalis femoralis dan 16% pada umbilicus.6
Epigastric 1
Umbilical 3
Insisional 10
Inguinal 78
Femoral 7
Lain-lain (jarang) 1
Hernia mungkin sudah tampak sejak bayi tetapi lebih banyak yang
baru terdiagnosis sebelum pasien mencapai usia 50 tahun. Analisis dari data
statistik otopsi dan pembedahan menunjukkan bahwa 20 % laki-laki yang
masih mempunyai prosesus vaginalis hingga saat dewasanya merupakan
predisposisi hernia inguinalis7.
9
2.2.4 Klasifikasi
10
1. Menurut waktu
a. Hernia kongenital
b. Hernia akuisita/didapat
2. Menurut lokasi/letaknya
a. Hernia inguinalis
b. Hernia femoralis
c. Hernia umbilikalis
3. Secara klinis
a. Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Keluar saat
berdiri atau mengedan, masuk ketika berbaring atau bila didorong
masuk perut
b. Hernia ireponibilis: bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali
ke dalam rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh pelekatan isi
kantong kepada peritoneum kantong hernia.
c. Hernia strangulasi: hernia ireponibel yang disertai gangguan
vaskularisasi
d. Hernia inkarserata: hernia ireponibel yang disertai gangguan pasasse
otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga Hasselbach dibentuk oleh fasia
transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis muskulus transversus abdominis
yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga daerah ini potensial untuk menjadi
lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke
skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.
2.2.5 Patofisiologi
Proses penurunan testis merupakan proses yang khas oleh karena
penurunan testis diikuti oleh peritoneum, dinding depan abdomen, dan
pembuluh darah, saraf, limphe dari kavum abdomen. Hingga mendekati
masa akhir kehidupan janin, testis tetap berada di rongga abdomen. Pada
awalnya testis terletak di dinding belakang abdomen setinggi vertebra
lumbalis I-II.8
Dari pole bawah testis terdapat suatu lipatan jaringan yang disebut
gubernaculum testis, lipatan jaringan ini akan berlanjut kedaerah inguinal.
Testis dan gubernaculum terletak dibelakang peritoneum primitive,
peritoneum akan terdorong kedepan oleh testis dan gubernaculum.
Kemudian gubernaculum membentuk suatu lipatan pelapis dengan
peritoneum yang akan melapisi testis hampir secara sempurna. Pada saat itu
testis melekat di dinding posterior abdomen pada suatu cekungan yang
disebut mesorchium. Pada bulan ketiga kehidupan janin, testis terletak pada
fossa iliaca dan pada bulan ketujuh testis sudah berada didekat annulus
inguinalis interna.8
1. Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian yang lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Sebagian besar
hernia timbul dalam regio inguinalis, sekitar 50% merupakan hernia
inguinalis lateral (indirek) dan 25% sebagai hernia inguinalis medialis (direk).
2. Penyebab hernia antara lain : processus vaginalis persisten, naik nya tekanan
intra abdominal dan lemahnya otot otot dinding abdomen.
15
16
DAFTAR PUSTAKA
1. R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit
buku kedokteran EGC. Jakarta. 1997. Hal 700-718
2. Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland. EGC. Jakarta. 2002.
Hal 876
3. Martini, H. Fundamentals of Anatomy & Physiology. Upper Saddle River :
Prentice Hall. 2001. Hal 96-9
4. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000. Hal 313-317
5. Grace, PA., Neil, RB. at a Glance Ilmu Bedah. Erlangga. Jakarta. 2005. Hal
78-9
6. Sabiston DC. Sabiston Buku Ajar Bedah bagian 2. EGC. Jakarta. 1995. Hal
678-90
7. Reksoprodjo S, Pusponegoro AD, Sumardi R, dkk. Kumpulan kuliah ilmu
bedah Universitas Indonesia. Binarupa Aksara. Jakarta. 2002. Hal 70-1
8. Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergecy surgery. Edisi XXIII. Penerbit
Hodder Arnold. 2006. Hal 156-9
9. Michael S. Kavic. Laparoscopic Hernia Repair. Edisi I. Penerbit Harwood
Academic Publishers. Amsterdam. 1997. Hal 67-9