Anda di halaman 1dari 69

KARYA TULIS AKHIR

PENGARUH MENDENGAR MUSIK POP SEBELUM TIDUR TERHADAP

KUALITAS TIDUR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG ANGKATAN 2016

Oleh:

Firmanduta Ananta Mirucie Wisnu

201410330311168

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2018
KARYA TULIS AKHIR

PENGARUH MENDENGAR MUSIK POP SEBELUM TIDUR TERHADAP


KUALITAS TIDUR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG ANGKATAN 2016

KARYA TULIS AKHIR

Diajukan Kepada

Universitas Muhammadiyah Malang

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana

Fakultas Kedokteran

Oleh:

Firmanduta Ananta Mirucie Wisnu

201410330311168

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2018

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN

Telah Disetujui Hasil Penelitian Untuk Memenuhi Persyaratan

Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Malang

Tanggal : 15 Mei 2018

Pembimbing I

dr. Iwan Sis Indrawanto, Sp. KJ

Pembimbing II

dr.Indra Setiawan, Sp. THT, KL

Mengetahui,

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang

Dekan

Dr. dr. Meddy Setiawan, Sp.PD

i
PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya tulis akhir ini adalah karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang

dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Firmanduta Ananta Mirucie Wisnu

NIM : 201410330311168

Malang, 1 Mei 2018

Penulis
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Alhamdulillahi rabbil aalamiin, Atas nikmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala

yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, penulisan tugas akhir ini dapat selesai

dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah

Muhammad shalallahu alaihi wassalam, keluarganya dan para sahabatnya yang

telah berjasa membawa syiar dakwah Islam ke seluruh dunia.


Penelitian tugas akhir ini berjudul “Pengaruh Mendengar Musik Pop

Sebelum Tidur Terhadap Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2016”. Tugas akhir ini diajukan

untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Malang.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna,

oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang

membangun. Semoga karya tulis ini dapat menambah wawasan keilmuan dan

bermanfaat bagi semua pihak.


Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Malang, 15 Mei 2018

Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-

besarnya Kepada:

1. Kedua orang tua saya tercinta Bapak Sulih Sih Mirmo Wisnu dan Ibu Suci

Nuraeni
2. dr. Iwan Sis Indrawanto, Sp.KJ selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan inspirasi, waktu, kesabaran dan masukan yang sangat membantu

dalam menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.


3. dr. Indra Setiawan, Sp.THT-KL selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktu dan penuh kesabaran memberikan bimbingan, inspirasi

dan masukan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.


4. dr. Fenny Tanjungsari, M.Kes selaku dosen penguji yang telah meluangkan

waktu dan memberikan banyak masukan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Sahabat-sahabatku yang ada di kampus: Moh. Fathur Rozi, M. Ari Budi, M.

Azmi Hanief, M. Faruq Azmi, M. Razardi Bhawika, Khalishah, Niken Aulia,

Yunila Yossie P., Nuha Regina A. Shabrina R.S., Ade Friskila, Evelin,

Manuel, dan Joo yang telah bersedia untuk membantu, menyemangati dan

mendoakan demi terwujudnya penelitian dan terselesaikannya Karya Tulis

Akhir ini.
6. Keluarga Home Band Angkatan 2014: M. Ari Budi, M. Azmi Hanief, Rajiv,

Iga Karisma, Rajiv Abdullah bin Hatim, Paxia Ayu, Ayana S. yang

memberikan dukungan dan motivasi untuk mengerjakan dan menyelesaikan

tugas akhir ini.


7. Teman – temanku seluruh angkatan 2014 yang tidak bisa disebutkan satu

persatu. Terimakasih untuk bantuannya, motivasinya, doa, hiburan serta

v
vi

berbagi selama masa perkuliahan ini. Semoga kita semua sukses dunia

akhirat, menjadi dokter yang berguna bagi masyarakat, agama, bangsa dan

negara. Amin.
8. Teman – teman KKN: Desva, Iwan, Bima, Innah, Erin, Raisyah yang selalu

menghibur dan menolongku untuk memperbaiki mood selama mengerjakan

tugas akhir ini.


9. Teman – temanku di luar kampus: Mas Yogi, Mas Bayu, Mas Meriko, Tinus,

Donny, Ica, Asa, Raja, Tia, Pras, Meme, Rini, Christy yang selalu mendukung

dan mendoakanku dalam menyelesaikan tugas akhir ini.


10. Mas Miftah, Pak Joko, Mas Nyono, Mbak Fat, Pak Kus, Mbak Dila selaku

staf laboratorium FK UMM yang telah banyak membantu dengan tulus dan

baik secara langsung dan tidak langsung dalam penelitian ini.


11. Mas Didit, Pak Yono, Ibu Endah, Mas Joko, Mbak Citra, Mbak Nuke, Mbak

Deva serta para staf FK UMM lainnya yang telah banyak membantu dalam

proses administrasi dan maupun proses lainnya.


12. Para dosen pengajar FK UMM yang telah memberikan bekal ilmu dan

pengetahuan.
13. Semua Pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan karya tulis ini juga

mendoakan demi suksesnya karya tulis ini yang tidak bisa penulis sebutkan

satu-persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna di

dunia ini sehingga penulis sangat mengharapkan masukan dari berbagai pihak.

Semoga tugas akhir ini sebagai suatu karya tulis ilmiah dapat bermanfaat bagi

semua pihak.

Malang, 24 Januari 2018


vii

Penulis
ABSTRAK

Wisnu, Firmanduta Ananta Mirucie. 2018. Pengaruh Mendengar Musik Pop


Sebelum Tidur Terhadap Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2016. Tugas
Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.
Pembimbing: (1) Iwan Sis Indrawanto* (2) Indra Setiawan**

Latar Belakang : Orang dengan kualitas tidur yang buruk memiliki peningkatan
risiko penyakit kardiovaskular, diabetes, obesitas, gangguan kognitif, depresi, dan
kematian yang lebih tinggi, yang lebih penting, masalah tidur sangat terkait
dengan penyebab meningkatnya morbiditas dan mortalitas. Mendengar musik
adalah salah satu terapi non-farmakologi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas tidur. Musik yang terus berkembang dan populer di semua
kalangan, khususnya remaja dewasa adalah musik Pop.
Tujuan : Mengetahui pengaruh mendengar musik Pop sebelum tidur terhadap
kualitas tidur.
Metode : Penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional.
Menggunakan teknik simple random sampling, sampel berjumlah 114 mahasiswa
FK UMM. Data kualitas tidur diambil dengan menggunakan PSQI. Analisis data
menggunakan Chi Square, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan regresi
logistik.
Hasil penelitian dan diskusi : Dari 114 orang mahasiswa yang tidak
mendengarkan musik Pop sebelum tidur, yang memiliki kualitas buruk sebanyak
45 orang (39,5%), dan yang memiliki kualitas tidur baik sebanyak 12 orang
(10,5%). Sedangkan yang mendengarkan musik Pop sebelum tidur, yang
memiliki kualitas tidur buruk sebanyak 33 orang (28,9%), dan yang memiliki
kualitas tidur baik 24 orang (21,1%). Uji Chi-Square menunjukkan nilai
signifikansi (ρ) sebesar 0,027 yang lebih kecil dari alpha 0,05, menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara mendengar musik Pop sebelum tidur
terhadap kualitas tidur. Pada uji regresi logistik diketahui nilai B pada baris
variabel adalah 1,003, yang artinya variabel bebas berpengaruh positif terhadap
variabel terikat, dan pada kolom Odd Ratio (OR) dapat diketahui nilainya adalah
2,727, yang artinya variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat sebesar
2,727 kali lipat.
Kesimpulan : Mendengar musik Pop sebelum tidur memiliki pengaruh positif
yang signifikan dalam meningkatkan kualitas tidur.
Kata kunci : Mahasiswa kedokteran, mendengar musik Pop, kualitas tidur.

* Staf pengajar Ilmu Kejiwaan FK UMM


** Staf pengajar Ilmu Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala, Leher FK UMM

viii
ABSTRACT

Wisnu, Firmanduta Ananta Mirucie. 2018. Effect of Listening to Pop Music


Before Sleeping on Sleep Quality in Medical Faculty Students of
University of Muhammadiyah Malang Year 2016. Final Project, Medical
Faculty of University of Muhammadiyah Malang.. Thesis. Medical
Faculty, University of Muhammadiyah Malang. Advisors: (1) Iwan Sis
Indrawanto* (2) Indra Setiawan**

Backgrounds: People with poor sleep quality have an increased risk of


cardiovascular disease, diabetes, obesity, cognitive impairment, depression, and
higher mortality; more importantly, sleep problems are strongly linked to the
causes of increased morbidity and mortality. Listening to music is one of the non-
pharmacological therapies that can be used to improve sleep quality. Music that
continues to grow and popular in all circles, especially in adolescent adults is Pop
music.
Objectives: Determining the effect of listening to Pop music before sleeping in
sleep quality.
Methods: Observational analytic with cross sectional design. The sample was 114
medical student of University of Muhammadiyah Malang, that was selected by
using simple random sampling. Sleep quality was measured by using PSQI. Data
analysis was done by using Chi-Square, then continued by using logistic
regression.
Results and Discussion: 114 students who did not listen to Pop music before
sleep, which has poor quality as many as 45 people (39.5%), and who have good
sleep quality as many as 12 people (10.5%). While those who listen to Pop music
before sleep, which has poor sleep quality as much as 33 people (28.9%), and who
has a good sleep quality 24 people (21.1%). Chi-Square test showed a significance
value (ρ) of 0.027 which is smaller than alpha 0.05, indicating a significant
relationship between listening to Pop music before sleeping on sleep quality. In
the logistic regression test, it is known that the value of B in the variable row is
1.003, which means that the independent variable has a positive effect on the
dependent variable, and in the Odd Ratio (OR) column it is known that the value
is 2,727, which means the independent variable has an effect on the dependent
variable of 2,727-fold.
Conclusion: Listening to Pop music before sleeping has a significant positive
effect on improving sleep quality.
Keywords: Medical students, listening to Pop music, sleep quality.

* Lecturer of Psyciatric, Medical Faculty of UMM


** Lecturer of Ear Nose Throat Head Neck, Medical Faculty of UMM

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
PERNYATAAN ORISINALITAS.......................................................................iii
UCAPAN TERIMAKASIH...................................................................................v
ABSTRAK...........................................................................................................viii
ABSTRACT...........................................................................................................ix
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN.....................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................................4
1.4.1 Manfaat Klinis............................................................................................4
1.4.2 Manfaat Studi.............................................................................................4
1.4.3 Manfaat Masyarakat...................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................5
2.1. Terapi Musik......................................................................................................5
2.1.1 Definisi Musik............................................................................................5
2.1.2 Bagian-Bagian Musik dan Pengaruhnya.....................................................5
2.1.3 Aliran/Genre Musik....................................................................................8
2.1.4 Manfaat Musik.........................................................................................12
2.2. Tidur.................................................................................................................15
2.2.1 Pengertian Tidur...........................................................................................15
2.2.2 Pengertian Kualitas Tidur.........................................................................15
2.2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur................................16
2.2.4 Jenis – Jenis Tidur....................................................................................18
2.2.5 Mekanisme Tidur......................................................................................21
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN..................26
3.1. Kerangka Konsep.............................................................................................26

x
xi

3.2. Hipotesis Penelitian..........................................................................................28


METODE PENELITIAN....................................................................................29
4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian........................................................................29
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................................29
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian........................................................................29
4.3.1. Populasi....................................................................................................29
4.3.2. Sampel......................................................................................................29
4.3.3. Besar Sampel............................................................................................29
4.3.4. Tehnik Pengambilan Sampel....................................................................30
4.3.5. Karakteristik Sampel Penelitian................................................................31
4.4. Variabel Penelitian............................................................................................32
4.4.1. Variabel Bebas..........................................................................................32
4.4.2. Variabel Tergantung..................................................................................32
4.5. Definisi Operasional.........................................................................................32
4.6. Alat dan Bahan Penelitian................................................................................33
4.7. Prosedur Penelitian...........................................................................................33
4.7.1. Syarat Peneltian........................................................................................33
4.7.2. Pelaksanaan Penelitian.............................................................................33
4.8. Analisis Data....................................................................................................33
4.9. Alur Penelitian ................................................................................................34
BAB 5 HASIL DAN ANALISIS DATA..............................................................35
BAB 6 PEMBAHASAN.......................................................................................41
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN................................................................45
7.1. Kesimpulan......................................................................................................45
7.2. Saran................................................................................................................45
DAFTRA PUSTAKA...........................................................................................46
DAFTAR GAMBAR

2.1. Siklus Tidur...................................................................................................20

xii
DAFTAR SINGKATAN

REM : Rapid Eye Movement

NREM : Non-Rapid Eye Movement

RAS : Reticular Activity System

PSQI : Pittsburg Sleep Quality Index

bpm : Beat per Minute

MUT : Medikasi Untuk Tidur

ET : Efisiensi Tidur

GT : Gangguan Tidur

KTS : Kualitas Tidur Subyektif

LT : Latensi Tidur

DT : Durasi Tidur

DSH : Disfungsi Siang Hari

FKUMM : Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang

UR : Universitas Riau

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1...........................................................................................................49
Lampiran 2...........................................................................................................50
Lampiran 3...........................................................................................................51
Lampiran 4...........................................................................................................52
Lampiran 5...........................................................................................................53
Lampiran 6...........................................................................................................54
Lampiran 7...........................................................................................................55

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kualitas tidur yang baik penting untuk perawatan kesehatan, fungsi

harian, dan kualitas hidup. Namun, banyak orang memiliki kualitas tidur

yang buruk. Qun Wang et al. mengatakan lebih dari 50% orang mengalami

berbagai gangguan tidur, seperti kesulitan dalam memulai dan

mempertahankan tidur, dan durasi tidur pendek. Orang dengan kualitas

tidur yang buruk memiliki peningkatan risiko penyakit kardiovaskular,

diabetes, obesitas, gangguan kognitif, depresi, dan kematian yang lebih

tinggi. Yang lebih penting, masalah tidur sangat terkait dengan penyebab

meningkatnya morbiditas dan mortalitas pada populasi ini. Apalagi,

gangguan tidur telah memberatkan beban ekonomi yang berat kepada

individu dan masyarakat karena biaya pengobatan terkait, kenaikan tingkat

kecelakaan, dan hilangnya produktivitas (Qun Wang et al., 2016).

Pengobatan farmakologis telah menjadi pengobatan utama untuk

gangguan tidur. Namun, hal itu juga memiliki konsekuensi yang

merugikan seperti toleransi obat, turunnya konsentrasi pada siang hari.

Mengingat segala risiko akibat kurangnya kualitas tidur, menjajaki

1
2

alternatif yang aman dan efektif untuk meningkatkan kualitas tidur telah

menjadi perhatian seluruh dunia. Selama beberapa dekade terakhir,

berbagai intervensi nonfarmakologis dipelajari untuk mempromosikan

kualitas tidur, seperti terapi perilaku kognitif, terapi relaksasi, intervensi

musik, dan olahraga (Qun Wang et al., 2016).

Beberapa penelitian melaporkan bahwa musik meningkatkan kualitas

tidur, mengurangi latensi tidur, dan meningkatkan efisiensi tidur pada

orang tua yang mengalami insomnia. Demikian pula, Tan mencatat efek

promosi tidur untuk musik pada anak-anak sekolah dasar. Loewy et al.

melaporkan bahwa efek terapi musik untuk mencapai tidur atau sedasi

pada bayi dan balita yang menjalani electroencephalography serupa

dengan yang diinduksi oleh obat penenang farmakologis. Alvin et al.

menemukan efek positif untuk musik di lebih dari 80% pasien dengan

insomnia sesuai dengan penilaian subjektif dan objektif (Qun Wang et al,.

2016).

Kebanyakn musik yang digunakan adalah jenis musik sedatif. Namun,

musik sedatif sendiri bukan merupakan salah satu dari aliran musik atau

genre. Musik sedatif adalah musik yang memiliki tempo 60-80 bpm, atau

kurang lebih seirama detak jantung. Chih-Kuang Chen et al. dalam

penelitiannya menggunakan terapi musik instrumental dengan

menggunakan alunan piano dalam tempo 60 bpm. Kebanyakan penelitian

menggunakan aliran musik jazz, klasik, maupun instrumental (Chen C et

al., 2014).
3

Di kalangan remaja saat ini, musik yang paling sering didengarkan

adalah aliran Pop atau R&B. Musik Pop sendiri adalah aliran musik yang

paling dikenal di kalangan masyarakat karena iramanya yang mudah

dinikmati oleh hampir semua kalangan. Musik Pop sendiri memiliki

karakteristik alunan yang lembut dan santai, dan tempo dari aliran Pop

sendiri kebanyakan tidak terlalu cepat dan bisa tergolong jenis musik

sedatif (Yulianti, 2009).

Berdasarkan hal tersebut tertarik untuk meneliti pengaruh mendengar

musik Pop sebelum tidur terhadap kualitas tidur pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2016.

1.2 Rumusan Masalah


Adakah pengaruh mendengar musik Pop sebelum tidur terhadap

kualitas tidur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Malang angkatan 2016?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh mendengar musik Pop sebelum tidur

terhadap kualitas tidur.


1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui kualitas tidur mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2016.


1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Klinis
Memberikan solusi alternatif terhadap kualitas tidur yang

terganggu dengan cara mendengar musik Pop sebelum tidur.


1.4.2 Manfaat Studi
1. Menambah pengetahuan tentang manfaat mendengar musik

Pop sebelum tidur terhadap kualitas tidur.


4

2. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan musik Pop dan kualitas tidur.


1.4.3 Manfaat Masyarakat
Sebagai masukan kepada masyarakat, bahwa mendengar musik Pop

sebelum tidur dapat meningkatkan kualitas tidur.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Terapi Musik


2.1.1 Definisi Musik

Musik dapat diartikan sebagai nada atau suara yang disusun

sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan

keharmonisan, terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat

menghasilkan bunyi-bunyi tersebut (Eisar Gabela, 2014).

Pengertian musik sering kali dibedakan dengan pengertian lagu.

Lagu merupakan ragam suara yang berirama (dalam bercakap-cakap,

bernyanyi, membaca dan lain-lain), atau nyanyian. Dari pengertian

tersebut dapat disimpulkan bahwa musik dan lagu merupakan dua hal

yang berkaitan erat satu sama lain. Pengertian musik lebih luas

daripada pengertian lagu. Ada yang berpendapat bahwa lagu

merupakan bagian dari suatu karya musik, yaitu karya musik sendiri

meliputi karya musik yang menggunakan lirik maupun karya musik

tanpa lirik (instrumentalia) (Chang ET, 2012).

2.1.2 Bagian-Bagian Musik dan Pengaruhnya

Pada dasarnya hampir semua jenis musik bisa digunakan untuk

terapi musik. Namun kita harus tahu pengaruh setiap jenis musik

terhadap pikiran. Setiap nada, melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk

dan gaya musik akan memberi pengaruh berbeda kepada pikiran dan

5
6

tubuh kita. Dalam terapi musik, komposisi musik disesuaikan dengan

masalah atau tujuan yang ingin kita capai (Ashwani A, 2011).

Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki

3 bagian penting yaitu tempo, ritme, dan harmoni. Tempo

mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa, sedangkan harmoni

mempengaruhi perasaan. Contoh paling nyata bahwa tempo sangat

mempengaruhi tubuh adalah dalam konser musik rock. Bisa dipastikan

tidak ada penonton maupun pemain dalam konser musik rock yang

tubuhnya tidak bergerak. Semuanya bergoyang dengan dahsyat,

bahkan cenderung lepas kontrol. Salah satu gerakan yang popular saat

mendengarkan musik rock adalah "head banger", suatu gerakan

memutar-mutar kepala mengikuti irama musik rock yang kencang.

Dan tubuh itu mengikutinya seakan tanpa rasa lelah (Trappe, 2012).

Jika hati seseorang sedang susah, mendengarkan musik yang indah,

yang memiliki irama (ritme) yang teratur, maka perasaan akan lebih

terasa enak dan enteng. Bahkan di luar negeri, pihak rumah sakit

banyak memperdengarkan lagu-lagu indah untuk membantu

penyembuhan para pasiennya. Itu suatu bukti, bahwa ritme sangat

mempengaruhi jiwa manusia (Trappe, 2012).

Sedangkan harmoni sangat mempengaruhi perasaan. Jika

menonton film horor, selalu terdengar harmoni (melodi) yang

menyayat hati, yang membuat bulu kuduk berdiri. Dalam ritual-ritual

keagamaan juga banyak digunakan harmoni yang membawa roh

manusia masuk ke dalam alam penyembahan. Di dalam meditasi,


7

manusia mendengar harmoni dari suara-suara alam di sekelilingnya

(Trappe, 2012).

Terapi Musik yang efektif menggunakan musik dengan komposisi

yang tepat antara tempo, ritme dan harmoni yang disesuaikan dengan

tujuan dilakukannya terapi musik. Jadi memang terapi musik yang

efektif tidak bisa menggunakan sembarang musik (Djohan, 2010).

Terapi musik adalah suatu terapi yang menggunakan metode

alunan melodi, ritme, dan harmonisasi suara dengan tepat. Terapi ini

diterima oleh organ pendengaran kita yang kemudian disalurkan ke

bagian tengah otak yang disebut sistem limbik yang mengatur emosi

(Cervellin G, 2011).

Musik merupakan salah satu elemen yang tidak bisa dilepaskan

dalam keseharian. Rangkaian nada alunan musik mampu

meningkatkan mood dan memengaruhi kondisi psikologis seseorang.

musik juga bisa sebagai sarana relaksasi maupun terapi, membantu

memperbaiki kondisi depresi, pasien diharapkan mau berobat.

Kemauan melawan penyakit akan memperbaiki kualitas hidup pasien,

yang menentukan kesembuhannya (Chi GC, 2011).

Penelitian Kusumawati 2013 dengan judul “Pengaruh Terapi Musik

Klasik Terhadap Tingkat Kecemasan dan Gangguan Tidur pada Pasien

Diabetes Melitus di Rumah Sakit Tugurejo Semarang”, 30(100,0%)

responden mengalami gangguan tidur karena kecemasa dan

hospitalisasi. Pasien dengan hospitalisasi sering kali sulit beristirahat

karena ketidak pastian tentang status kesehatan/ penyakit fisik dan


8

prosedur diagnostik yang mereka jalani. Setelah dilakukan perlakuan

terapi musik klasik, responden tidak mengalami gangguan tidur

sebanyak 29 (96,7%) responden, dibandingkan responden yang

mengalami gangguan tidur sebesar 1(3,3%) responden. Hal ini

memberikan gambaran bahwa dengan terapi musik klasik dapat

menurunkan gangguan tidur pada pasien diabetes mellitus di Rumah

Sakit Tugurejo Semarang (Anggraeny FI, 2014).

2.1.3 Aliran/Genre Musik

Genre musik adalah pengelompokan musik sesuai dengan

kemiripannya satu sama lain. Musik juga dapat dikelompokan sesuai

dengan kriteria lain, misalnya geografi. Sebuah genre dapat

didefinisikan oleh teknik musik, gaya, konteks, dan tema musik. Jenis

aliran musik sangat berfariasi hal ini dapat kita lihat baik dari

instrumen yang digunakan, ritme lagu, serta tempo lagu yang

dimainkan (The New Encyclopedia Britanica, 2013).

Masing-masing genre terbagi lagi menjadi beberapa sub-genre.

Pengkategorian musik seperti ini, meskipun terkadang merupakan hal

yang subjektif, namun merupakan salah satu ilmu yang dipelajari dan

ditetapkan oleh para ahli musik dunia (The New Encyclopedia

Britanica, 2013).

Berikut ini adalah pengelompokan musik berdasarkan genre

musiknya (The New Encyclopedia Britanica, 2013):


9

 Musik Klasik

Musik Klasik biasanya merujuk pada musik klasik Eropa, tapi

kadang juga pada musik klasik Persia, India, dan lain-lain. Musik

klasik Eropa sendiri terdiri dari beberapa periode, misalnya barok,

klasik, dan romantik.

 Musik Gospel

Musik Gospel didominasi oleh vokal dan biasanya memiliki

tema Kristen. Di Indonesia, musik gospel banyak dipopulerkan

oleh musisi seperti Franky Sihombing, Giving My Best, Nikita,

True Worshippers.

 Jazz

Jazz adalah jenis musik yang tumbuh dari penggabungan blues,

ragtime, dan musik Eropa, terutama musik band. Beberapa

subgenre jazz adalah Dixieland, swing, bebop, hard bop, cool jazz,

free jazz, jazz fusion, smooth jazz, dan CafJazz.

 Blues

Blues berasal dari masyarakat Afro-Amerika yang berkembang

dari musik Afrika barat. Jenis ini kemudian mempengaruhi banyak

genre musik pop saat ini, termasuk ragtime, jazz, big band, rhythm

and blues, rock and roll, country, dan musik pop.

 R&B

R&B (Rhythm and blues) adalah nama musik tradisional

masyarakat AfroAmerika, yaitu musik pop kulit hitam dari tahun

1940-an sampai 1960-an yang bukan jazz atau blues.


10

 Funk

Funk juga dipelopori oleh musisi-musisi Afro-Amerika,

misalnya James Brown, Parliament-Funkadelic, dan Sly and the

Family Stone.

 Rock

Rock, dalam pengertian yang paling luas, meliputi hampir

semua musik pop sejak awal 1950-an. Bentuk yang paling awal,

rock and roll, adalah perpaduan dari berbagai genre di akhir 1940-

an, dengan musisi-musisi seperti Chuck Berry, Bill Haley, Buddy

Holly, dan Elvis Presley. Hal ini kemudian didengar oleh orang di

seluruh dunia, dan pada pertengahan 1960-an beberapa grup musik

Inggris, misalnya The Beatles, mulai meniru dan menjadi populer.

 Pop

Musik pop adalah genre penting namun batas-batasnya sering

kabur, karena banyak musisi pop dimasukkan juga ke kategori

rock, hip hop, country, dan sebagainya. Musik pop diambil dari

istilah “popular”, yang artinya terkenal. Musik pop adalah nama

bagi aliran-aliran musik yang didengar luas oleh pendengarnya dan

kebanyakan bersifat komersial. Biasanya musik ini terkenal dalam

jangka waktu tertentu, kemudian menghilang. Musik pop ini sangat

digemari masyarakat karena lagunya yang mudah dimengerti dan

liriknya komersial. Musik ini selalu bertutur tentang hubungan

cinta antarmanusia atau tentang kehidupan sosial masyarakat.

Musik ini menggunakan tempo, irama, dan harmonisasi yang


11

mudah, dan sederhana. Oleh karena itu, musik ini mudah ditiru dan

dierima oleh masyarakat.

Musik pop sendiri memiliki ciri-ciri yang membedakannya

dengan aliran musik lainnya. Ciri-ciri tersebut antara lain (Yulianti,

2009):

a. Melodi mudah diterapkan dengan berbagai karakter lirik

b. Fleksibel dan mudah dipadukan dengan dengan jenis lain

c. Lagu mudah disenandungkan dan mudah dipahami

d. Harmoni tidak rumit

e. Tempo bervariasi

f. Alat musik yang sering digunakan tergolong sederhana

yaitu keyboard, gitar, gitar bass, dan drum.

Sejarah musik pop bermula sejak Perang Dunia I berakhir pada

tahun 1918. Di Amerika Serikat, aliran ini semakin digemari sekitar

tahun 1920 setelah rekaman pertama kali dibuat berdasarkan

penemuan Thomas Edison. Nama musik pop itu sendiri merupakan

kepanjangan dari popular, maka tidak heran jika dari masa ke masa

aliran musik ini selalu banyak peminatnya (Yulianti, 2009).

Tokoh yang memperkenalkan pop yaitu Laurence Alloway,

seorang pengamat seni rupa yang terinspirasi nama pop dari

gerakan seni rupa di Amerika dan Inggris. Musik pop di Amerika

Latin pun mulai dikenal tahun 1920 juga sebagai musik pengiring

dansa Tango yang bertangga nada minor dan melankolis(Yulianti,

2009).
12

Antara tahun 1930-1940, sejarah musik pop mulai menjadi salah

satu musik yang digemari seluruh dunia dengan berbagai irama

seperti Rhumba, Samba, Conga, Salsa, Mambo, dan lainnya.

sejarah musik pop tidak pernah pudar karena musiknya yang easy

listening. Selain itu, musiknya ditunjang oleh penggunan berbagai

inovasi teknologi dan tidak terbatas hanya pada satu aliran

tertentu(Yulianti, 2009).

2.1.4 Manfaat Musik

Musik berperan sebagai salah satu teknik relaksasi untuk

memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan

kesehatan emosi. Selanjutnya Kemper dan Danhauer menjelaskan

mengenai manfaat musik. Musik selain dapat meningkatkan kesehatan

seseorang juga dapat meringankan dari rasa sakit, perasaan‐perasaan

dan pikiran yang kurang menyenangkan serta membantu untuk

mengurangi rasa cemas (Dewi M, 2009).

Musik dapat digunakan dalam lingkup klinis, pendidikan, dan

sosial bagi klien atau pasien yang membutuhkan pengobatan,

pendidikan atau intervensi pada aspek sosial dan psikologis (Wang

CF, 2014).

Campbell menjelaskan bahwa musik dapat menyeimbangkan

gelombang otak. Gelombang otak dapat dimodifikasi oleh musik

ataupun suara yang ditimbulkan sendiri. Kesadaran biasa terdiri atas

gelombang beta, yang bergetar dari 14 hingga 20 hertz. Gelombang

beta terjadi apabila kita memusatkan perhatian pada kegiatan sehari‐


13

hari di dunia luar, juga ketika kita mengalami perasaan negatif yang

kuat. Ketenangan dan kesadaran yang meningkat dicirikan oleh

gelombang alfa, yang daurnya mulai 8 hingga 13 hertz. Periode‐

periode puncak kreativitas, meditasi dan tidur dicirikan oleh

gelombang theta, dari 4 hingga 7 hertz, dan tidur nyenyak, meditasi

yang dalam, serta keadaan tak sadar menghasilkan gelombang delta,

yang berkisar dari 0,5 hingga 3 hertz. Semakin lambat gelombang

otak, semakin santai, puas, dan damailah perasaan (Dewi M, 2009).

Campbell selanjutnya menerangkan bahwa musik memiliki

beberapa manfaat, yaitu:

a. Musik menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan.

b. Musik dapat memperlambat dan menyeimbangkan gelombang

otak.

c. Musik mempengaruhi pernapasan.

d. Musik mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi, dan tekanan

darah.

e. Musik mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak serta

koordinasi tubuh.

f. Musik dapat mengatur hormon‐hormon.

g. Musik dapat memperkuat ingatan dan pelajaran.

h. Musik dapat memperkuat ingatan dan pelajaran.

i. Musik dapat meningkatkan produktivitas.

j. Musik meningkatkan asmara dan seksualitas.

k. Musik merangsang pencernaan.


14

l. Musik meningkatkan daya tahan.

 Manfaat Terapi Musik terhadap Hormon


Musik juga berdampak pada beberapa produksi hormon,

beberapa di antaranya adalah serotonin, melatonin, dan

oksitosin. Terapi musik berdampak positif untuk mengatasi

stres karena dapat mengaktifkan sel-sel pada sistem limbik dan

saraf otonom asien, sehingga kekebalan tubuh meningkat dan

merangsang pengeluaran serotonin. Perubahan tingkat

serotonin dapat memperbaiki suasana hati, baik itu

menciptakan suasana tenang, rileks, aman, maupun

menyenangkan, sehingga mampu membuat pasien merasa

nyaman (Harmat L, 2008).


Musik memang tidak berhubungan langsung dengan

melatonin. Namun melatonin juga dipengaruhi oleh serotonin,

karena serotonin sendiri akan dikonversi menjadi melatonin.

Maka semakin tinggi serotonin dalam tubuh, maka semakin

tinggi pula melatonin. Secara fisik, musik dapat memperlambat

laju tubuh dan menyesuaikan saraf otonom (misal menekan

sistem simpatis dan parasimpatis) (Ryu M, 2012).


Musik juga terkait dengan peningkatan oksitosin dan

mengurangi pengeluaran sitokin dalam plasma. Semua ini

berkontribusi pada suasana santai dan mempertahankan tidur

(Okada K et al., 2009).


2.2. Tidur
2.2.1 Pengertian Tidur
Tidur dapat diartikan sebagai periode istirahat untuk tubuh dan

pikiran, yang selama masa ini kemauan dan kesadaran ditangguhkan


15

sebagian atau seluruhnya dan fungsi-fungsi tubuh sebagian dihentikan.

Tidur merupakan aktifitas yang penting bagi manusia khususnya.

Otot, kulit, sistem jantung dan pembuluh darah, metabolisme tubuh,

dan tulang mengalami pertumbuhan pesat saat tidur. Hal itu

disebabkan tubuh anak-anak memproduksi hormon pertumbuhan tiga

kali lebih banyak dibandingkan ketika dia terbangun (Waluyo 2011).


Tidur termasuk kebutuhan utama dalam semua level

perkembangan. Tidur merupakan suatu proses aktif yang memiliki

variasi siklis normal dalam kesadaran mengenai keadaan sekitar.

Berbeda dengan keadaan terjaga, orang yang sedang tidur tidak secara

sadar waspada akan dunia luar, tetapi tetap memiliki pengalaman

kesadaran dalam batin, misalnya mimpi. Selain itu, orang yang tidur

dapat dibangunkan oleh rangsangan eksternal, misalnya bunyi alarm.

Tidur merupakan aktivitas susunan saraf pusat yang berperan sebagai

lonceng biologik (Waluyo 2011).


2.2.2 Pengertian Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah ukuran dimana seseorang itu dapat

kemudahan dalam memulai tidur dan untuk mempertahankan tidur,

kualitas tidur seseorang dapat digambarkan dengan lama waktu tidur,

dan keluhan – keluhan yang dirasakan saat tidur ataupun sehabis

bangun tidur. Kebutuhan tidur yang cukup ditentukan selain oleh

faktor jumlah jam tidur (kuantitas tidur), juga oleh faktor kedalaman

tidur (kualitas tidur). Beberapa faktor yang mempengaruhi kuantitas

dan kualitas tidur yaitu, faktor fisiologis, faktor psikologis, lingkungan

dan gaya hidup. Dari faktor fisiologis berdampak dengan penurunan


16

aktivitas sehari – hari, rasa lemah, lelah, daya tahan tubuh menurun,

dan ketidak stabilan tanda tanda vital, sedangkan dari faktor

psikologis berdampak depresi, cemas, dan sulit untuk konsentrasi

(Chan MF, 2011).

2.2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur

Pemenuhan kebutuhan tidur bagi setiap orang berbeda – beda , ada

yang yang dapat terpenuhi dengan baik bahkan sebaliknya. Seseorang

bisa tidur ataupun tidak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

diantaranya sebagai berikut, (Sleep Disorder Center, 2014).

a. Status Kesehatan

Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat

tidur dengan nyenyak, sedangkan untuk seseorang yang kondisinya

kurang sehat (sakit) dan rasa nyeri , makan kebutuhan tidurnya

akan tidak nyenyak.

b. Lingkungan

Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang

untuk tidur. Pada lingkungan bersih, bersuhu dingin, suasana yang

tidak gaduh (tenang), dan penerangan yang tidak terlalu terang

akan membuat seseorang tersebut tertidur dengan nyenyak,

begitupun sebaliknya jika lingkungan kotor, bersuhu panas, susana

yang ramai dan penerangan yang sangat terang, dapat

mempengaruhi kualitas tidurnya.

c. Stress Psikologis
17

Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekwensi

tidur. Hal ini disebabkan karena kondisi cemas akan meningkatkan

norepineprin darah melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan

mengurangi tahap IV NREM dan REM.

d. Diet

Makanan yang banyak mengandung L – Triptofan seperti keju,

susu, daging, dan ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah

tidur. Sebaliknya minuman yang menandung kafein maupun

alkohol akan mengganggu tidur.

e. Gaya Hidup

Kelelahan yang dirasakan seseorang dapat pula memengaruhi

kualitas tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah orang dapat

tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang berlebih

akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek.

f. Obat-Obatan

Obat – obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek

menyebabkan tidur, adapula yang sebaliknya mengganggu tidur.

2.2.4 Jenis – Jenis Tidur

Pada hakekatnya tidur dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori

yaitu dengan gerakan bola mata cepat atau biasa disebut Rapid eye

movement (REM), dan tidur dengan gerakan bola mata lambat atau

biasa disebut Non – Rapid eye movement – (NREM) (De Niet G et al.,

2009).
18

a. Tidur REM

Merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial.

Hal tersebut bisa disimpulkan bahwa seseorang dapat tidur dengan

nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola matanya

bersifat sangat aktif. Tidur REM ini ditandai dengan mimpi, otot –

otot kendor, tekanan darah bertambah, gerakan mata cepat (mata

cenderung bergerak bolak – balik), sekresi lambung meningkat,

ereksi penis tidak teratur sering lebih cepat, serta suhu dan

metabolisme meningkat, tanda tanda orang yang mengalami

kehilangan tidur REM yaitu, cenderung hiperaktif, emosi sulit

terkendali, nafsu makan bertambah, bingung dan curiga (De Niet G

et al., 2009).

b. Tidur NREM

Merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM

gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar

atau tidak tidur. Tanda - tanda tidur NREM ini antara lain : mimpi

berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah turun, kecepatan

pernapasan turun, metabolisme turun, dan gerakan bola mata

lambat. Pada tidur NREM ini mempunyai empat tahap, masing –

masing tahap ditandai dengan pola perubahan aktivitas gelombang

otak (De Niet G et al., 2009).

a. Tahap I

Merupakan tahap tranmisi dimana seseorang beralih dari

sadar menjadi tidur. Ditandai dengan seseorang merasa kabur


19

dan rileks, seluruh otot menjadi lemas, kelopak mata menutup

mata, kedua bola mata bergerak ke kiri dan kekanan, kecepatan

jantung dan pernapasan menurun secara jelas, seseorang yang

tidur pada tahap ini dapat dibangunkan dengan mudah.

b. Tahap II

Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus

menerus. Tahap ini ditandai dengan kedua bola mata berhenti

bergerak, suhu tubuh menurun, pernapasan turun dengan jelas.

Tahap II ini berlangsung sekitar 10 – 15 menit.

c. Tahap III

Merupakan tahap fisik yang lemah lunglai karena tonus otot

lenyap secara menyeluruh. Kecepatan jantung, pernapasan, dan

proses tubuh berlanjut mengalami penurunan akibat dominasi

sistem saraf parasimpatis. Seseorang yang tidur pada tahap III

ini sulit untuk dibangunkan.

d. Tahap IV

Merupakan tahap dimana seseorang tersebut tidur dalam

keadaan rileks, jarang bergerak karena keadaan fisik yang

sudah lemah lunglai, dan sulit dibangunkan. Pada tahap IV ini

dapat memulihkan keadaan tubuh.

Selain keempat tahap tersebut, sebenarnya ada satu tahap lagi yakni

tahap V. Tahap ini merupakan tahap tidur REM dimana setelah tahap

IV seseorang masuk pada tahap V, yang ditandai dengan kembali

bergeraknya kedua bola mata yang berkecepatan lebih tinggi dari


20

tahap – tahap sebelumnya. Tahap ini berlangsung sekitar 10 menit, dan

dapat pula terjadi mimpi. Selama tidur malam sekitar 6 – 7 jam,

seseorang mengalami REM dan NREM bergantian sekitar 4 – 6 kali

(De Niet G et al., 2009).

Gambar 2.1. Siklus Tidur


Pre-Sleep

Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV

Tahap REM

Tahap IV Tahap II Tahap III


(Shum A et al., 2014)

Keterangan : kondisi pre – sleep merupakan dimana seseorang

masih dalam keadaan sadar penuh, namun mulai ada keinginan untuk

tidur. Pada perilaku pre – sleep ini, misalnya, sesorang pergi ke kamar

tidur lalu berbaring di kasur atau berdiam diri merebahkan badan dan

melemaskan otot, namun belum tidur. Selanjutnya mulai merasakan

ngantuk, maka orang tersebut memasuki tahap I. Bila tidak bangun,

baik itu disengaja ataupun tidak, maka orang tersebut telah memasuki

tahap II. Begitu seterusnya sampai tahap IV. Setelah selesai tahap IV,

ia akan kembali memasuki tahap III dan selanjutnya tahap II. Ini

adalah fase tidur NREM. Dan ketika memasuki tahap V , ini disebut

tidur REM. Bila telah terlalui semua, maka orang tersebut telah

melalui siklus tidur pertama baik NREM maupun REM. Siklus ini
21

berlanjut selama orang tersebut tidur. Namun, pergantian siklus ini

tidak lagi dimulai dari awal tidur, yaitu pre – sleep dan tahap I, tetapi

langsung tahap II ke tahap selanjutnya seperti pada siklus yang

pertama. Semua siklus ini berakhir ketika orang tersebut terbangun

dari tidurnya (Shum A et al., 2014)

2.2.5 Mekanisme Tidur

Tidur NREM dan REM berbeda berdasarkan kumpulan parameter

fisiologis. NREM ditandai oleh denyut jantung dan frekuensi

pernafasaan yang stabil dan lambat serta tekanan darah yang rendah.

NREM adalah tahapan tidur yang tenang. REM ditandai dengan

gerakan mata yang cepat dan tiba-tiba, peningkatan saraf otonom dan

mimpi. Pada tidur REM terdapat fluktuasi luas dari tekanan darah,

denyut nadi dan frekuensi nafas. Keadaan ini disertai dengan

penurunan tonus otot dan peningkata aktivitas otot involunter. REM

disebut juga aktivitas otak yang tinggi dalam tubuh yang lumpuh atau

tidur paradoks (Dam TT et al., 2008).

Pada tidur yang normal, masa tidur REM berlangsung 5-20 menit,

ratarata timbul setiap 90 menit dengan periode pertama terjadi 80-100

menit setelah seseorang tertidur. Tidur REM menghasilkan pola EEG

yang menyerupai tidur NREM tingkat I dengan gelombang beta,

disertai mimpi aktif, tonus otot sangat rendah, frekuensi jantung dan

nafas tidak teratur dan pada mata menyebabkan gerakan bola mata

yang cepat atau REM, dan lebih sulit dibangunkan daripada tidur

gelombang lambat atau NREM (Dam TT et al., 2008).


22

Pengaturan mekanisme tidur dan bangun sangat dipengaruhi oleh

sistem yang disebut Reticular activity system. Bila aktivitas Reticular

activity system ini meningkat maka orang tersebut dalam keadaan

sadar jika aktivitas Reticular activity system menurun, orang tersebut

akan dalam keadaan tidur. Aktivitas Reticular activity system (RAS)

ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas neurotransmitter seperti sistem

serotoninergik, dan juga dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti

oksitosin, melatonin, dan serotonin sendiri (Dam TT et al., 2008).

A. Sistem Serotoninergik

Hasil serotoninergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisme

asam amino triptofan. Dengan bertambahnya jumlah triptofan,

maka jumlah serotonin yang terbentuk juga meningkat akan

menyebabkan keadaan mengantuk/ tidur. Bila serotonin dalam

triptofan terhambat pembentukannya, maka terjadi keadaan

tidak bisa tidur/ jaga. Menurut beberapa peneliti lokasi yang

terbanyak sistem serotoninergik ini terletak pada nucleus raphe

dorsalis di batang otak, yang mana terdapat hubungan aktivitas

serotonis di nucleus raphe dorsalis dengan tidur REM (Chen C

et al., 2014).

B. Hormon

Siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti

melatonin, oksitosin, dan serotonin.

a. Melatonin
Melatonin adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar

pineal di otak. Ini membantu mengatur hormon lain dan


23

mempertahankan ritme sirkadian tubuh. Ritme sirkadian

adalah “jam internal” yang memainkan peran penting saat

kita tertidur dan saat kita bangun tidur. Saat gelap, tubuh

Anda menghasilkan lebih banyak melatonin. Saat terang,

produksi melatonin menurun. Terkena cahaya terang di

malam hari, atau terlalu sedikit cahaya di siang hari, bisa

mengganggu siklus melatonin normal tubuh (Boutin JA,

Audinot V et al., 2010) . Menurut penelitian di Psyiciatric

University Clinic menyatakan Rapid eye movement (REM)

tidur meningkat setelah diberikan melatonin. Peningkatan

tidur REM ini paling terasa pada episode tidur REM yang

pertama (Morselli LL et al., 2012).


b. Oksitosin

Meskipun belum ada penelitian langsung yang

menghubungkan oksitosin dengan penyembuhan insomnia,

para ilmuwan mengetahui bahwa oksitosin mempengaruhi

proses tidur, dan ada banyak bukti untuk mendukung teori

ini. Sebuah studi baru-baru ini oleh Blagrove et al, 2011,

menemukan bahwa kadar oksitosin mencapai puncaknya

sekitar lima jam setelah awal tidur, biasanya selama tahap

tidur REM. Tingkat oksitosin dalam tubuh yang lebih tinggi

disarankan untuk meningkatkan efektivitas yang lebih baik

saat hendak tidur dan menjaga kualitas ketika tidur. Banyak

penelitian menemukan bahwa oksitosin bisa menjadi

pengobatan yang efektif untuk gangguan yang


24

mempengaruhi tidur, seperti depresi dan kecemasan sosial

(Nilsson U, 2009).

c. Serotonin

Serotonin adalah salah satu zat kimia otak yang paling

penting, atau neurotransmiter, untuk mengatur siklus tidur /

bangun. Diet tinggi asam amino triptofan dapat

mempertahankan tingkat serotonin yang sehat, namun

pilihan gaya hidup seperti perjalanan konstan dan jadwal

tidur yang tidak menentu dapat mengganggu produksi

serotonin. Bila kadar serotonin tidak normal, gangguan tidur

dan masalah lainnya bisa terjadi, termasuk depresi dan

sindrom kelelahan kronis. Serotonin memainkan peran yang

pasti dalam siklus tidur, karena kadar serotonin yang tinggi

terkait dengan siklus bangun dan tidur. Serotonin juga

disintesis oleh kelenjar pineal untuk membuat melatonin,

hormon yang secara langsung berhubungan dengan tidur

sehat. Saat melatonin dikonsumsi sebagai suplemen

makanan, membantu orang dengan gangguan tidur bisa

tidur lebih cepat, menurut Departemen Kesehatan dan

Layanan A.S.. (Liu Y et al., 2015).


BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN


3.1. Kerangka Konsep

Mendengar Musik Pop

Sistem Saraf Pusat

sitokin ↓ Oksitosin ↑ Serotonin ↑

Relaksasi ↑

Stress ↓ Melatonin ↑

Depresi ↓

Respiration Rate ↓

Nadi ↓

Tonus Otot ↓

NREM ↑ REM ↑

Kualitas Tidur ↑

Keterangan :
Konsumsi Stimulan/Depresan,
Lingkungan Tidur yang Buruk,
Diteliti :
Gangguan Psikiatrik Berat, Sakit Fisik,
Tidak Diteliti : Hiperaktif, Konsumsi Cafein/Alkohol,
Gangguan Psikosial
Faktor Perancu :

26
27

Musik berperan sebagai salah satu teknik relaksasi untuk memperbaiki,

memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan kesehatan emosi. Selanjutnya

Kemper dan Danhauer menjelaskan mengenai manfaat musik. Musik selain dapat

meningkatkan kesehatan seseorang juga dapat meringankan dari rasa sakit,

perasaan‐perasaan dan pikiran yang kurang menyenangkan serta membantu untuk

mengurangi rasa cemas (Dewi M, 2009).

Musik dapat digunakan dalam lingkup klinis, pendidikan, dan sosial bagi

klien atau pasien yang membutuhkan pengobatan, pendidikan atau intervensi pada

aspek sosial dan psikologis (Wang CF, 2014).

Campbell menjelaskan bahwa musik dapat menyeimbangkan gelombang

otak. Gelombang otak dapat dimodifikasi oleh musik ataupun suara yang

ditimbulkan sendiri. Kesadaran biasa terdiri atas gelombang beta, yang bergetar

dari 14 hingga 20 hertz. Gelombang beta terjadi apabila kita memusatkan

perhatian pada kegiatan sehari‐hari di dunia luar, juga ketika kita mengalami

perasaan negatif yang kuat. Ketenangan dan kesadaran yang meningkat dicirikan

oleh gelombang alfa, yang daurnya mulai 8 hingga 13 hertz. Periode‐periode

puncak kreativitas, meditasi dan tidur dicirikan oleh gelombang theta, dari 4

hingga 7 hertz, dan tidur nyenyak, meditasi yang dalam, serta keadaan tak sadar

menghasilkan gelombang delta, yang berkisar dari 0,5 hingga 3 hertz. Semakin

lambat gelombang otak, semakin santai, puas, dan damailah perasaan (Dewi M,

2009).

Musik juga berdampak pada beberapa produksi hormon, beberapa di

antaranya adalah serotonin, melatonin, dan oksitosin. Terapi musik berdampak

positif untuk mengatasi stres karena dapat mengaktifkan sel-sel pada sistem
28

limbik dan saraf otonom asien, sehingga kekebalan tubuh meningkat dan

merangsang pengeluaran serotonin. Perubahan tingkat serotonin dapat

memperbaiki suasana hati, baik itu menciptakan suasana tenang, rileks, aman,

maupun menyenangkan, sehingga mampu membuat pasien merasa nyaman

(Harmat L, 2008).

Musik memang tidak berhubungan langsung dengan melatonin. Namun

melatonin juga dipengaruhi oleh serotonin, karena serotonin sendiri akan

dikonversi menjadi melatonin. Maka semakin tinggi serotonin dalam tubuh, maka

semakin tinggi pula melatonin. Secara fisik, musik dapat memperlambat laju

tubuh dan menyesuaikan saraf otonom (misal menekan sistem simpatis dan

parasimpatis) (Ryu M, 2012).

Musik juga terkait dengan peningkatan oksitosin dan mengurangi

pengeluaran sitokin dalam plasma. Semua ini berkontribusi pada suasana santai

dan mempertahankan tidur (Okada K et al., 2009).

3.2. Hipotesis Penelitian

Pengaruh mendengar musik Pop sebelum tidur dapat meningkatkan

kualitas tidur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Malang angkatan 2016.


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah analitik

observasional dengan pendekatan metode cross sectional dimana peneliti

melakukan observasi atau pengukuran variabel hanya satu kali dan

pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Malang sampai sampel terpenuhi yaitu sampai bulan Maret 2018.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Malang.

4.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode

simple random sampling dari populasi mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2016.

4.3.3. Besar Sampel

Besar sampel menggunakan rumus komparatif kategorik tidak

berpasangan satu kali pengukuran tabel 2x2:

29
30

n1 = n2 =

n1 = n2 =

n1 = n2 = 57,07158 dibulatkan menjadi 57

n1 = n2 = 57

jumlah responden keseluruhan adalah 114

Keterangan :

n1 = Jumlah responden yang mendengar musik

n2 = Jumlah responden yang tidak mendengar musik

α = Kesalahan tipe satu, ditetapkan 5%

Zα = Nilai standar alpha, yaitu 1,96

β = Kesalahan tipe dua, ditetapkan 10%

Zβ = Nilai standar beta, yaitu 1,28

P1 = Proporsi mendengar musik, berdasarkan kepustakaan 0,586

Q1 = 1-P1 = 1-0,586 = 0, 414

P1-P2 = Selisih proporsi kualitas tidur minimal dari intervensi yang

dianggap bermakna, ditetapkan 0,3

P2 = P1-( P1-P2) = 0,586-0,3 = 0,286

Q2 = 1-Q2 = 1-0,286 = 0,714

P = (P1+P2)/2 = (0,586+0,286)/2 = 0,436

Q = 1-P = 1-0,436 = 0,564

4.3.4. Tehnik Pengambilan Sampel


31

Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

Simple Random Sampling.

4.3.5. Karakteristik Sampel Penelitian


A. Kriteria Inklusi
1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Malang angkatan 2016 yang

mendengarkan maupun tidak mendengarkan musik pop

sebelum tidur.
B. Kriteria Eksklusi
1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Malang yang mengalami lingkungan

tidur yang buruk (lingkungan tidak tenang (tidak termasuk

musik), suhu terlalu panas atau terlalu dingin, kamar

terlalu lembab, ukuran kamar terlalu sempit, hiegene

kurang).
2. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Malang yang mengalami gangguan

psikiatrik serius (gangguan cemas dan depresi).


3. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Malang yang mengalami sakit fisik

(asma, radang sendi, diabetes, anemia, demam, batuk,

dsb).
4. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Malang yang mengkonsumsi stimulant

(efedrin, amfetamin, kafein, coklat, kokoain).


5. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Malang yang memiliki masalah


32

psikososial berat (IPK rendah, masalah keluarga, masalah

dengan teman/pasangan).
4.4. Variabel Penelitian
4.4.1. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah mendengar musk Pop

sebelum tidur.

4.4.2. Variabel Tergantung

Variabel tergantung pada penelitian adalah kualitas tidur.

4.5. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Mendengar Mendengar musik Mendengar musik a. Mendengar Kategorik


musik Pop adalah aktivitas yang didata b. Tidak nominal
sebelum dilakukan individu menggunakan mendengar
tidur berupa mendengar kuisioner dengan
bunyi alunan musik oleh catatan:
Mahasiswa Fakultas a. Responden yang
Kedokteran Universitas mendengarkan
Muhammadiyah Malang musik pop
angkatan 2016 sebelum sebelum tidur =
tidur, yaitu ketika sudah 1,
berbaring di atas tempat b. Responden yang
tidur dan menutup mata tidak
untuk mulai tidur). mendengarkan
Musik yang musik pop
didengarkan adalah sebelum tidur =
musik pop sedatif (60- 0.
80 beat per minute
(bpm)).
2. Kualitas Kualitas tidur adalah Pittsburgh Sleep a. Baik Kategorik
tidur skor yang diperoleh dari Quality Index b.Buruk nominal
responden yang telah (PSQI) yang
menjawab pertanyaan- dinyatakan dengan
pertanyaan pada total skor:
Pittsburgh Sleep a. <6 = baik,
Quality Index (PSQI). b. >6 = buruk.

4.6. Alat dan Bahan Penelitian


a. Data Responden
b. PSQI
4.7. Prosedur Penelitian
4.7.1. Syarat Peneltian
33

a. Menyusun proposal penelitian, membuat data identitas responden

dan kuisioner.
b. Menyiapkan surat persetujuan bersedia ikut dalam penelitian bagi

responden.
4.7.2. Pelaksanaan Penelitian
a. Memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan

penelitian dan data identitas responden serta kuisioner yang akan

diisi.
b. Jika responden bersedia mengikuti penelitian, maka responden

diminta untuk mengisi surat persetujuan.


c. Responden mengisi data identitas responden dan mengisi kuisioner

yang telah disiapkan oleh peneliti.


d. Hasil data identitas responden dan kuisioner tersebut akan

dimasukan kedalam lembar pengumpulan


4.8. Analisis Data
Setelah data terkumpul maka dilakukan analisa data dengan perhitungan

statistik dengan cara uji komparatif kategorik tidak berpasangan satu kali

pengukuran tabel 2x2, yaitu Chi Square untuk mengetahui hubungan variabel

bebas terhadap variabel terikat dan menggunakan regresi logistik untuk

mengetahui bagaiman pengaruh pemberian variable bebas terhadap variabel

terikat. Bila syarat Chi Square tidak terpenuhi (nilai expected count di bawah

5 maksimal 20%), maka menggunakan Mann Whitney. Data dianalisis

menggunakan SPSS versi 24.


4.9. Alur Penelitian

Populasi Mahasiswa Fakultas Kedokteran


Universitas Muhammadiyah Malang
Angkatan 2016

Sampel Mahasiswa Fakultas Kedokteran


Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan
2016
34

Kriteria Inklusi
Kriteria Eksklusi

Mendengar Tidak Mendengar

Kualitas Tidur

Baik Buruk

Analisis Data

Kesimpulan
BAB 5
HASIL DAN ANALISIS DATA

Penelitian dilakukan terhadap 114 orang mahasiswa FK UMM pada

bulan Maret 2018 dan didapatkan 114 sampel yang memenuhi kriteria inklusi.

Data diperoleh berdasarkan hasil jawaban kuesioner untuk mengetahui data-

data mahasiswa FK UMM, baik yang mendengarkan musik maupun tidak

mendengarkan music, yang meliputi kategori kualitas tidur secara subyektif

yang diukur dengan menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).

Kemudian data diolah sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui

adanya pengaruh mendengar musik Pop sebelum tidur terhadap kualitas tidur

mahasiswa FK UMM.

5.1. Hasil Penelitian


5.1.1. Frekuensi Komponen Kualitas Tidur

Tabel 5.3. Frekuensi Komponen-komponen Kualitas Tidur Mahasiswa


Komponen Kualitas Tidur Frekuensi Presentase (%)
1. Kualitas tidur subyektif
Sangat Baik 30 26,3%
Cukup Baik 64 56,1%
Cukup Buruk 19 16,7%
Sangat Buruk 1 0,9%
2. Latensi Tidur
≤ 15 menit 30 26,3%
15 – 30 menit 53 46,5%
31 – 60 menit 25 21,9%
>60 menit 6 5,3%
3. Durasi Tidur
>7 jam 13 11,4%
6-7 jam 34 29,8%
5-6 jam 48 42,1%
<5 jam 19 16,7%
4. Efisiensi Tidur
≥85% 95 83,3%
75-84% 18 15,8%
65-74% 1 0,9%
<65% 0 0%
5. Gangguan Tidur

35
36

Tidak pernah 6 5,3%


<1 kali seminggu 99 86,8%
1/2 kali seminggu 9 7,9%
>3 kali seminggu 0 0%
6. Medikasi untuk tidur
Tidak pernah 114 100%
<1 kali seminggu 0 0%
1/2 kali seminggu 0 0%
>3 kali seminggu 0 0%
7. Disfungsi Siang Hari
Tidak pernah 0 0%
<1kali seminggu 5 4,4%
½ kali seminggu 48 42,1%
>3 kali seminggu 61 53,5%
(Data primer yang diolah, 2018)

Dari tabel 5.1 diperoleh informasi bahwa dari 114 mahasiswa

FK UMM yang menjadi responden, komponen kualitas tidur yang

paling baik yaitu Medikasi Untuk Tidur (MUT) dimana 100% dari

seluruh mahasiswa tidak memerlukan obat-obatan untuk jatuh tertidur.

Selain itu komponen yang tergolong baik adalah Efisiensi Tidur (ET) dan

Gangguan Tidur (GT), di mana 83,3% mahasiswa FK UMM memiliki

efisiensi tidur yang baik dan 86,8% mahasiswa FK UMM mengalami

gangguan < 1 dalam satu minggu. Pada komponen Kualitas Tidur

Subyektif (KTS) terdapat 56,1% mahasiswa merasa tidurnya cukup

baik, dan di Komponen Latensi Tidur (LT) tidur juga sebanyak 46,5%

mahasiswa FK UMM memiliki latensi tidur yang cukup baik.

Sedangkan komponen Durasi Tidur (DT) dan Disfungsi Siang Hari

(DSH) tergolong buruk karena sebanyak 42,1% mahasiswa memiliki

durasi tidur 5-6 jam, bahkan sebanyak 16,7% mahasiswa memiliki

durasi tidur < 5 jam, dan terdapat hanya 4,4% mahasiswa yang tidak

mengalami disfungsi siang hari, dan sisanya 42,1% mengalami


37

disfungsi siang hari 1-2 kali sehari dan 53,5% mengalami disfungsi

siang hari > 3 kali seminggu.

Tabel 5.2 Tabel silang mendengar musik terhadap kualitas tidur


Kualitas Tidur

Buruk Baik Total

Mendengar Musik Tidak Mendengarkan Count 45 12 57

Expected Count 39.0 18.0 57.0

% of Total 39.5% 10.5% 50.0%

Mendengarkan Count 33 24 57

Expected Count 39.0 18.0 57.0

% of Total 28.9% 21.1% 50.0%

Total Count 78 36 114

Expected Count 78.0 36.0 114.0

% of Total 68.4% 31.6% 100.0%


(Data Primer yang diolah, 2018)

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 114 orang

mahasiswa yang tidak mendengarkan musik Pop sebelum tidur, yang

memiliki kualitas buruk sebanyak 45 orang (39,5%), dan yang memiliki

kualitas tidur baik sebanyak 12 orang (10,5%). Sedangkan yang

mendengarkan musik Pop sebelum tidur, yang memiliki kualitas tidur

buruk sebanyak 33 orang (28,9%), dan yang memiliki kualitas tidur

baik 24 orang (21,1%).

5.2. Analisa Data


Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh mendengar musik Pop

sebelum tidur terhadap kualitas tidur mahasiswa FK UMM, maka akan diuji

komparatif dengan menggunakan uji Chi-Square dan regresi logistik.


5.2.1. Uji Chi-Square
38

Table 5.3 Tabel uji Chi-Square


Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 5.846a 1 .016

Continuity Correctionb 4.912 1 .027

Likelihood Ratio 5.931 1 .015

Fisher's Exact Test .026 .013

Linear-by-Linear Association 5.795 1 .016

N of Valid Casesb 114

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.00.

b. Computed only for a 2x2 table


(Data Primer yang diolah, 2018)

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5.5 menunjukkan nilai

signifikansi (ρ) sebesar 0,027 yang lebih kecil dari alpha 0,05, maka

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

mendengar musik Pop sebelum tidur terhadap kualitas tidur mahasiswa

FK UMM.

5.2.2. Regresi Logistik

Tabel 5.4 Model Ringkasan


Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square

1 136.262a .051 .071

a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter


estimates changed by less than .001.
(Data Primer yang diolah, 2018)
39

Tabel 5.5 Variabel Dalam Persamaan


95.0% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step 1a Mendengar
1.003 .421 5.670 1 .017 2.727 1.194 6.228
Musik(1)

Constant -1.322 .325 16.551 1 .000 .267

a. Variable(s) entered on step 1: MM.


Dari tabel 5.4 dapat diketahui nilai Nagelkerke R Square sebesar

0,071, yang menunjukkan bahwa kemampuan variabel bebas dalam

menjelaskan variabel terikat adalah sebesar 0,071 atau 7,1% dan berarti

terdapat 92,9% faktor lain di luar variabel bebas dalam penelitian ini

yang juga dapat menjelaskan variabel terikat.

(Data Primer yang diolah, 2018)


Diperoleh persamaan sebagai berikut:

y = -1,322 + 1,003 mendengar musik positif

Dari tabel 5.5 dapat diketahui nilai B pada baris variabel adalah

1,003, yang artinya variabel bebas berpengaruh positif terhadap

variabel terikat. Dan pada kolom Exp(B) pada baris variabel bebas, atau

biasa disebut Odd Ratio (OR), dapat diketahui nilainya adalah 2,727,

yang artinya variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat

sebesar 2,727 kali lipat. Maka dari sini dapat disimpulkan bahwa

mendengarkan musik Pop sebelum tidur dapat meningkatkan kualitas

tidur sebesar 2,727 kali lipat.


BAB 6

PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini terdapat sebanyak 68,4% mahasiswa yang memiliki

kualitas tidur yang buruk dan 31,6% mahasiswa lainnya memiliki kualitas tidur

yang baik, yang mana itu menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa FK

UMM angkatan 2016 memiliki kualitas tidur yang buruk. Dari data yang didapat

melalui kuisioner PSQI, komponen tidur yang paling berpengaruh terhadap

buruknya kualitas tidur mahasiswa FK UMM adalah durasi tidur dan disfungsi

siang hari, sedangkan pada komponen yang lainnya di dapatkan hasil yang bisa

dibilang merata. Pada komponen durasi tidur terdapat 58,8% mahasiswa FK

UMM yang memiliki durasi tidur di bawah 6 jam, sedangkan durasi tidur yang

tergolong baik menurut Benca et al (2009) adalah antara 7 sampai 9 jam.

Kemudian komponen selanjutnya yang menyebabkan kualitas tidur mahasiswa

FK UMM buruk adalah disfungsi siang hari. Dari data PSQI didapatkan hasil

bahwa 53,5% mengalami disfungsi siang hari sebanyak >3 kali perminggu dan

42,1% mengalami disfungsi siang hari sebanyak 1-2x perminggu. Itu

menunjukkan bahwa ada 95,6% mahasiswa FK UMM yang mengalami disfungsi

siang hari sebanyak >1 kali perminggu, sedangkan komponen disfungsi siang hari

yang tergolong baik adalah <1 kali perminggu. Durasi tidur yang lebih singkat

menyebabkan mahasiswa memiliki kualitas tidur yang buruk, karena semakin

singkat durasi tidur mereka, maka semakin sedikit pula siklus tidur yang terjadi

dalam tidur mereka. Dan ketika seseorang mengalami kualitas tidur yang buruk,

itu juga akan berpengaruh terhadap kegiatan mereka di siang hari. Orang yang

memiliki kualitas tidur yang buruk cenderung akan sulit berkonsentrasi dan tidak

produktif. Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh Pitaloka et al (2015)

41
42

pada mahasiswa di Universitas Riau (UR) didapatkan hasil sebagian besar

mahasiswa memiliki kualitas tidur yang buruk (72%). Ini disebabkan karena pola

tidur mahasiswa UR yang kurang dari 7 jam dan seringnya mahasiswa menunda

jam tidur untuk menyelesaikan tugas kuliah dengan baik. Dan sama halnya

dengan mahasiswa FK UMM, komponen lain yang membuat kualitas tidur pada

mahasiswa UR tergolong buruk adalah disfungsi siang hari. Kualitas tidur

mahasiswa UR yang buruk dapat dapat dilihat dari masalah kesehatan fisik dan

gangguan psikis seperti proses berpikir, pengambilan keputusan dan performa

kognitif. Hasil kuesioner PSQI komponen disfungsi siang hari menunjukkan

bahwa mayoritas responden mempunyai masalah kecil sampai masalah besar yang

sering terjadi selama seminggu terakhir. Dari data tersebut maka dapat diketahui

bahwa komponen kualitas tidur yang diduga paling berkontribusi dalam tingginya

kualitas tidur yang buruk pada mahasiswa FK UMM adalah durasi tidur yang

pendek dan disfungsi siang hari yang sering dialami.

Durasi tidur pendek yang dialami baik oleh mahasiswa FK UMM maupun

mahasiswa UR secara umum disebabkan karena mahasiswa yang memiliki

tuntutan yang banyak dan target tinggi yang ditetapkan baik oleh kampus maupun

oleh mahasiswa sendiri. Menurut Sleep Disorde Center (2014) seseorang yang

memiliki target tinggi dalam prestasi yang ingin dicapainya cenderung memilih

untuk mengorbankan waktu istirahatnya di malam hari untuk belajar maupun

mengerjakan tugas. Untuk mahasiswa FK UMM sendiri memiliki tuntutan

tersendiri, yakni sistem pembelajaran yang berbeda dengan fakultas lainnya, yaitu

sistem blok. Sistem ini menuntut mahasiswa FK UMM untuk secara maksimal

mempersiapkan materi kuliah, tutorial, praktikum, dan skill. Ditambah lagi


43

banyak mahasiswa yang mengikuti kegiatan organisasi lainnya yang itu juga

menambah kepadatan jadwal mereka.

Disfungsi siang hari juga salah satu hal yang dapat menggambarkan kualitas

tidur seseorang pada malam hari. Sleep Disorder Center menyatakan bahwa

seseorang yang memiliki kualitas tidur buruk pada malam hari cenderung tidak

produktif, sulit berkonsentrasi, dan juga sering mengantuk pada siang hari.

Sebagian besar mahasiswa FK UMM maupun mahasiswa UR menyatakan dirinya

mengalami gangguan pada siang hari, dan hal ini disebabkan karena mereka

memiliki kualitas tidur yang buruk saat malam hari.

Pada penelitian ini juga melakukan penelitian mengenai pengaruh

mendengarkan musil Pop sebelum tidur terhadap kualitas tidur. Dengan

menggunakan uji Chi-Square, diketahui signifikansi (ρ) sebesar 0,027 yang lebih

kecil dari alpha 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara mendengar musik Pop sebelum tidur terhadap kualitas tidur

mahasiswa FK UMM. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Anggraeny FI et al (2014) yang juga menyatakan bahwa ada perbedaan yang

signifikan antara kualitas tidur sebelum dan sesudah mendengarkan musik pada

anak usia sekolah yang dirawat di RSUD Tugurejo Semarang tahun 2014.

Selain itu, karena tujuan awal peneliti mengadakan penelitian ini adalah

untuk mencari pengaruh mendengar musik Pop sebelum tidur terhadapt kualitas

tidur, maka peneliti juga menggunakan uji regresi logistik. Dari data yang didapat,

diketahui nilai B pada baris variabel adalah 1,003, yang artinya variabel bebas

berpengaruh positif terhadap variabel terikat. Dan pada kolom Exp(B) pada baris

variabel bebas, atau biasa disebut Odd Ratio (OR), dapat diketahui nilainya adalah
44

2,727, yang artinya variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat sebesar

2,727 kali lipat. Maka dari sini dapat disimpulkan bahwa mendengarkan musik

Pop sebelum tidur dapat meningkatkan kualitas tidur sebesar 2,727 kali lipat.

Hasil serupa juga didapatkan dalam penelitian Qun Wang et al (2016), ia

membagi sampel ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok intervensi dan

kelompok kontrol. Hasilnya adalah 50% sampel dalam kelompok intervensi

mengalami peningkatan kualitas tidur, angka itu lebih baik jika dibandingkan

dengan kelompok kontrol.

Campbell menjelaskan bahwa musik dapat mempengaruhi hormon, dan itu

termasuk hormon yang mempengaruhi kualitas tidur, diantaranya adalah

serotonin, melatonin, dan oksitosin, yang mana hormon-hormon tersebut berguna

untuk memperbaiki kualitas tidur. Qun Wang et al juga menjelaskan bahwa musik

dapat menurunkan kadar sitokin dalam darah, yang mana itu juga berpengaruh

pada kualitas tidur. Dan faktor-faktor itulah yang dapat menjelaskan bagaimana

mendengar musik Pop sebelum tidur berhubungan dengan kualitas tidur.

Keterbatasan penelitian durasi mendengarkan musik sebelum tidur tidak

ditentukan, sehingga bisa menjadi pembeda antara mahasiswa yang

mendengarkan musik sebentar dengan yang mendengarkan musik lama.


BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN


7.1. Kesimpulan

1. Mendengar musik Pop sebelum tidur memiliki pengaruh positif yang

signifikan dalam meningkatkan kualitas tidur.

2. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang

angkatan 2016 sebagian memiliki kualitas tidur yang buruk, yaitu

sebanyak 78 mahasiswa (68,4%).

7.2. Saran

1. Untuk penelitian yang sejenis akan lebih baik bila musik yang

diperdengarkan sudah dibuatkan playlist, sehingga memudahkan sampel

untuk memilih musik yang akan didengarkan.


2. Menentukan durasi mendengarkan musik Pop sebelum tidur, sehingga bisa

sekaligus mengetahui durasi mendengarkan musik Pop sebelum tidur yang

efektif untuk meningkatkan kualitas tidur.

45
DAFTRA PUSTAKA
Anggraeny FI, Alfianty D, Purnomo SE, 2014, Pengaruh Terapi Musik Pop

Terhadap Kualitas Tidur Anak Usia Sekolah (6-12tahun) Yang Dirawat Di

Rsud Ambarawa, Semarang.


Ashwani, A., & Milind, P, 2011, Harmonizing effect of music on the patients

suffering from anxiety. International Journal of Research in Ayurveda, 2(2).

484-490.
Cervellin G, Lippi G, 2011, From music-beat to heart-beat: a journey in the

complex interactions between music, brain and heart. Eur J Intern Med,

22:371–374.
Chan MF, 2011, A randomised controlled study of the effects of music on sleep

quality in older people. J Clin Med, 20: 979–987.


Chang ET, Lai HL, Chen PW, et al., 2012, The effects of music on the sleep

quality of adults with chronic insomnia using evidence from

polysomnographic and self-reported analysis: a randomized control trial.

Int J Stud, 49: 921–930.


Chen C, Pei Y, Chen N, et al., 2014, Sedative music facilitates deep sleep in

young adults. J Altern Complement Med, 20:312–317.


Chi GC, Young A, 2011, Selection of music for inducing relaxation and

alleviating pain: literature review. Holist Pract, 25:127–135.


Dam TT, Ewing S, Ancoli-Israel S, et al., 2008, Association between sleep and

physical function in older men: the osteoporotic fractures in men sleep

study. J Am Geriatr Soc, 56:1665–1673.


De Niet G, Tiemens B, Lendemeijer B, et al., 2009, Musicassisted relaxation to

improve sleep quality: meta-analysis. J Adv Med, 65:1356–1364.


Dewi PM, 2009, Studi Metaanalisis: Musik Untuk Menurunkan Stres, Universitas

Gunadarma, Jakarta.
Djohan, 2010, Respon emosi musikal. Bandung: Lubuk Agung.

46
47

Eisar Gabela, Joko Sampurno1, 2014, Analisis Fraktal Sinyal Berbagai Jenis

Musik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Tanjungpura, Pontianak, pp. 67-68.


Harmat L, Takacs J, Bodizs R, 2008, Music improves sleep quality in students. J

Adv Med, 62:327–335.


Liu Y, Lee CS, Yu C, 2015, Effects of music listening on stress, anxiety, and sleep

quality for sleep-disturbed pregnant women. Women Health.


Morselli LL, Guyon A, Spiegel K, 2012, Sleep and metabolic function. Eur J

Physiol.
Nilsson U, 2009, Soothing music can increase oxytocin levels during bed rest

after open heart surgery: a randomized control trial. J Clin Med, 18:2153–

2161.
Okada K, Kurita A, Takase B, et al., 2009, Effects of music therapy on autonomic

nervous system activity, incidence of heart failure events, and plasma

cytokine and catecholamine levels in elderly patients with cerebrovascular

disease and dementia. Int Heart J, 50:95–110.


Pitaloka RD, Utami GT, Novayelinda R, 2015, Hubungan Kualitas Tidur Dengan

Tekanan Darah Dan Kemampuan Konsentrasi Belajar Mahasiswa Program

Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau


Ryu M, Park JS, Park H, 2012, Effect of sleep-inducing music on sleep in persons

with percutaneous transluminal coronary angiography in the cardiac care

unit. J Clin Med, 21: 728–735.


Shum A, Taylor BJ, Thayala J. 2014, The effects of sedative music on sleep

quality of older community-dwelling adults in Singapore. Complement Ther

Med, 22:49–56.
Sleep Disorder Center, 2014, Sleep Disorders. University of Maryland Medical

Center. March. Online document at:

http://umm.edu/programs/sleep/health/sleep-disorders
48

The New Encyclopedia Britanica, 2013, The art of music. London: J. M. Dent

and Son’s, Ltd.


Trappe, H. J, 2012, Music and medicine: The effect of music on the human being.

Applied Cardiopulmonary Pathophysiology, 16, 133-142.


Waluyo, guni adityo, 2011, Gangguan tidur pada anak.

http://www.jurnalharian.com/2011/11/ gangguan-tidur-pada-anak.html/

diperoleh tanggal 10 desember 2013.


Wang CF, Sun YL, Zang HX, 2014, Music therapy improves sleep quality in acute

and chronic sleep disorders: a metaanalysis of 10 randomized studies. Int J

Med Stud, 51: 51–62.


Wang Q, Chair SY, Wong EML, et al., 2016, The Effects of Music Intervention on

Sleep Quality in Community-Dwelling Elderly, pp. 1-9.


Yulianti, 2009, Pengantar Seni Musik. Bandung : CV cipta dea pustaka
49

Lampiran 1

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

1. Firmanduta Ananta Mirucie Wisnu, mahasiswa Fakultas Kedokteran


Universitas Muhammadiyah Malang. Dengan ini meminta anda untuk
berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian yang berjudul Pengaruh
Mendengar Musik Pop Sebelum Tidur Terhadap Kualitas Tidur Pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Malang Angkatan 2016.
2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mendengar
music Pop sebelum tidur terhadap kualitas tidur Mahasiswa FK UMM
angkatan 2016.
3. Prosedur pengambilan data sampel adalah dengan pengisian kuisioner
PSQI kurang lebih bisa dikerjakan dengan waktu kurang dari 10 menit.
4. Keuntungan yang anda peroleh adalah mengetahui mendengar musik Pop
sebelum tidur sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas tidur.
5. Seandainya anda tidak menyetujui anda boleh tidak mengikuti penelitian
ini sama sekali, untuk itu anda tidak akan dikenai sanksi apapun.
6. Nama dan jati diri anda akan tetap dirahasiakan

................, ............................. 2018

Peneliti,

Firmanduta Ananta Mirucie Wisnu


50

Lampiran 2
INFORMED CONSENT

Setelah mendapatkan penjelasan yang telah saya mengerti dam pahami dengan
baik, saya

Nama :

Alamat :

Usia :

Bahwa saya menyatakan bersedia ikut berperan secara sukarela sebagai subjek
dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Mendengarkan Musik Pop Sebelum
Tidur Terhadap Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 20016.

Demikian persetujuan ini saya buat dengan kesadaran penuh.

……………,.………………….2018

Pembuat Pernyataan,

(….....………………......………)
51

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

A. Identitas Responden

1. Nama Responden :

2. Usia :

3. Jenis Kelamin :

4. Angkatan :

B. Daftar Pertanyaan (Berikan tanda centang (V) pada pilihan yang paling

sesuai dengan anda)

No. Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah anda terbiasa mendengarkan musik Pop sebelum


tidur?

2. Apakah anda mendengarkan musik Pop kemarin malam


sebelum tidur (malam sebelum kuisioner ini disebar)?

3. Apakah anda memiliki lingkungan tidur yang buruk (suhu


terlalu panas atau terlalu dingin, kamar terlalu lembab,
ukuran kamar terlalu sempit, hiegene kurang)?

4. Apakah anda sedang mengalami gangguan psikiatrik


serius (gangguan cemas dan depresi)?

5. Apakah anda sedang mengalami sakit fisik (asma, radang


sendi, diabetes, anemia, demam, batuk, dsb)?

6. Apakah anda sering mengkonsumsi stimulant sebelum


tidur (efedrin, amfetamin, kafein, kokoain)?

7. Apakah anda sedang memiliki masalah psikososial berat


(IPK rendah, masalah keluarga, masalah dengan
teman/pasangan)?

*Catatan: musik pop yang didengarkan adalah jenis musik pop sedatif (60-80 bpm).

LAMPIRAN 4
52

KUESIONER KUALITAS TIDUR (PSQI)

1. Jam berapa biasanya anda mulai tidur malam?

2. Berapa lama anda biasanya baru bisa tertidur tiap malam?

3. Jam berapa anda biasanya bangun pagi?

4. Berapa lama anda tidur dimalam hari?

5 Seberapa sering masalah-masalah dibawah ini Tidak 1x 2x ≥3x


mengganggu tidur anda? pernah seming seming seming
(0) gu (1) gu (2) gu (3)

a) Tidak mampu tertidur selama 30 menit sejak


berbaring

b) Terbangun ditengah malam atau terlalu dini

c) Terbangun untuk ke kamar mandi

d) Tidak mampu bernafas dengan leluasa

e) Batuk atau mengorok

f) Kedinginan dimalam hari

g) Kepanasan dimalam hari

h) Mimpi buruk

i) Terasa nyeri

j) Alasan lain ………

6 Seberapa sering anda menggunakan obat tidur

7 Seberapa sering anda mengantuk ketika melakukan


aktifitas disiang hari

Tidak Kecil Sedang Besar


antusias

8 Seberapa besar antusias anda ingin menyelesaikan


masalah yang anda hadapi

Sangat Baik kurang Sangat


baik kurang
53

9 Bagaimana kualitas tidur anda selama sebulan yang


lalu

LAMPIRAN 5

SURAT KETERANGAN LOLOS KAJI ILMIAH


54
55

LAMPIRAN 6
ETHICAL CLEARANCE
56

LAMPIRAN 7
Dokumenta

Anda mungkin juga menyukai