Anda di halaman 1dari 14

Pembangkit Listrik Tenaga Biogas dari Kotoran Sapi

Berdasarkan informasi yang ada menyatakan bahwa persediaan bahan bakar fosil di Indonesia
pada umumnya semakin menipis. Fakta menunjukkan sejak tahun 2004 Indonesia mengimpor
minyak bumi karena cadangan minyak dalam negeri tidak mencukupi lagi. Solusi bagi krisis
energi listrik dan bahan baku fosil seperti tersebut di atas adalah adanya sumber energi alternatif.
Sumber energi alternatif tersebut harus bisa menjadi bahan bakar substitusi yang ramah
lingkungan, efektif, efisien, dan dapat diakses oleh masyarakat luas. Selain itu, sumber energi
alternatif tersebut idealnya berasal dari sumber energi yang bisa diperbarui. Disisi lain, Indonesia
merupakan negara agraris dimana pertanian dan peternakan menjadi komoditi utama. Disinilah
terjadi korelasi yang sangat erat, dimana posisi Indonesia sebagai negara agraris ternyata mampu
menjadi jalan keluar yang tepat bagi krisis energi yang sedang terjadi. Limbah organik yang
dihasilkan dari pertanian danmpeternakan ternyata dapat menghasilkan sebuah bio energi baru
yang dapat manggantikan posisi bahan bakar fosil yang selama ini nyaris tidak tergantikan
sebagai bahan bakar utama di pembangkit-pembangkit listrik di Indonesia.

Energi biomassa dari kotoran hewan lebih dikenal sebagai energi biogas. Prinsip kimia yang
berhubungan dengan pembentukan biogas adalah prinsip terjadinya fermentasi dari karbohidrat,
lemak dan protein dan bakteri metan. Bila tidak dicampur dengan udara, satu gram bahan
selulosa menghasilkan 825 cm3 gas bertekanan atmosferik yang terdiri dari 68 % CH4 dan 32 %
CO2. Kotoran sapi merupakan kotoran yang paling efisien digunakan sebagai penghasil biogas
karena setiap 10-20 kg kotoran perhari dapat menghasilkan 2 m3 biogas. Dimana energi yang
terkandung dalam 1 m3 biogas sebesar 2000-4000 kkal atau dapat memenuhi kebutuhan
memasak bagi satu keluarga (4-5 orang) selama 3 jam [1].

Adapun permasalahan yang akan dibahas adalah :


1. Daya listrik yang diinginkan berdasarkan komposisi kotoran sapi sebagai sumber energi listrik.
2. Penentuan komponen yang digunakan sebagai pembangkit listrik dari biogas.

Biogas Sebagai Sumber Energi Alternatif

Biogas adalah gas yang dapat dihasilkan dari fermentasi faeces (kotoran) ternak seperti sapi,
kerbau, babi, kambing, dan lain-lain dalam suatu ruangan yang disebut “digester”. Proses
fermentasi ini dilakukan oleh bakteri anaerob, dengan waktu fermentasi 7-10 hari. Kotoran dari 2
ekor ternak sapi atau 6 ekor ternak babi dapat menghasilkan kurang lebih 2 m3 biogas per hari.
Sebagai gambaran 1 m3 biogas dapat digunakan untuk menyalakan lampu 60 Watt selama 7 jam
[2]. Hal ini berarti 1 m3 biogas menghasilkan energi = 60 W x 7 jam = 420 Wh = 0.42 kWh.
Komponen Kimia Utama pada Biogas

Komponen – komponen kimia utama yang terkandung dalam 1m3 biogas adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1. Tabel Komponen Utama Biogas [3]

Biogas merupakan sebuah proses produksi gas bio dari material organik dengan bantuan bakteri.
Proses degradasi material organik ini tanpa melibatkan oksigen disebut anaerobik digestion gas
yang dihasilkan sebagian besar (lebih 50 % ) berupa metana. Material organik yang terkumpul
pada digester (reaktor) akan diuraiakan menjadi dua tahap dengan bantuan dua jenis bakteri.
Tahap pertama material orgranik akan didegradasi menjadi asam asam lemah dengan bantuan
bakteri pembentuk asam. Bakteri ini akan menguraikan sampah pada tingkat hidrolisis dan
asidifikasi. Hidrolisis yaitu penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang seperti
lemak, protein, karbohidrat menjadi senyawa yang sederhana. Sedangkan asifdifikasi yaitu
pembentukan asam dari senyawa sederhana. Setelah material organik berubah menjadi asam
asam, maka tahap kedua dari proses anaerobik digestion adalah pembentukan gas metana dengan
bantuan bakteri pembentuk metana seperti methanococus, methanosarcina, methano bacterium.
Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2), dan beberapa
kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hydrogen sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) serta
hydrogen dan (H2), nitrogen yang kandungannya sangat kecil. Energi yang terkandung dalam
biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH4). Semakin tinggi kandungan metana maka
semakin besar kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil
kandungan metana semakin kecil nilai kalor. Kualitas biogas dapat ditingkatkan dengan
memperlakukan beberapa parameter yaitu : Menghilangkan hidrogen sulphur, kandungan air dan
karbon dioksida (CO2).

Instalasi Biogas

Instalasi biogas adalah tempat untuk menampung bahan baku biogas (kotoran sapi) yang akan
mengalami proses fermentasi dengan bantuan bakteri anaerob untuk menghasilkan biogas.
Instalasi biogas mempunyai 3 unit utama, yaitu :
1. Unit Fermentasi

2. Unit Pemurnian

3. Unit Penampungan

Unit fermentasi adalah tempat utama penghasil biogas dimana digester adalah tempat terjadinya
proses digestifikasi yaitu proses terbentuknya gas metana dengan bantuan bakteri anaerob atau
tanpa udara. Karena berdasarkan reaksi kimia metana dengan oksigen akan menghasilkan
ledakan dimana persamaan kimianya adalah sebagai berikut : CH4 + 2O2 ---> CO2 + 2H2O.

Pembakaran satu molekul metana dengan oksigen akan melepaskan satu molekul
CO2 (Karbondioksida) dan dua molekul H2O (air). Jadi jika tanpa udara akan menghasilkan
gas CH4 dan CO2 yang volumenya lebih besar dari H2, N2 dan asam sulfida. Proses fermentasi
membutuhkan waktu 7 sampai 10 hari untuk menghasilkan methan (CH4). Dimana rumus kimia
pembentukan CH4 adalah sebagai berikut [8] :

CXHYOZ + (x – y/4 - z/2)H2O ---> (x/2 - y/8 + z/4) CO2 + (x/2 + y/8 – z/4)CH4.

Unit pemurnian adalah tower bentuk slinder yang memiliki saluran masuk air dan gas serta
saluran keluarnya. Cairan yang masuk disebut weak liqoon, cairan ini didistribusikan lewat
bagian atas.

Tempat yang diperlukan untuk penampungan kotoran ternak yaitu digester, salah satu contohnya
dalah tipe fixed dome plant. Fixed dome plant memiliki bentuk separuh mangkuk dengan rangka
berbentuk lingkaran. Dinding digester tipe fixed dome plant dibuat dari batu bata yang dilapisi
dengan adonan semen, pasir dan kerikil (1:2:4) dengan ketebalan 1 cm. Kemudian dinding
digester dilapisi lagi dengan plesteran adonan semen dan pasir (1:4) dengan ketebalan 2 cm.
Perlu diketahui bahwa batu bata yang dipergunakan mempunyai ukuran 23 x 11 x 5.5 cm.
Sehingga dinding digester mempunyai ketebalan = 5.5 + 2 + 1 = 8.5 cm. Sebelum pembuatan
instalasi biogas, maka harus ditentukan kapsitas fixed dome plant yang akan dibuat. Perhitungan
kapasitas alat didasarkan pada jumlah ternak dan faeces yang dihasilkan dengan rumus
perhitungan [4] sebagai berikut :

Dimana ;

Vf = volume cairan (m3/d)

mo = massa kotoran (kg/d)

ρm = kepadatan bahan kering dalam cairan (50kg/m3)


Vd = Vf x tr , dimana ;

Vd = volume digester (m3)

tr = waktu pembentukan biogas

Gambar 2.1. Fixed Dome Plant [5]

Gambar 2.2. Skema Pemanfaatan Biogas dari Kotoran Sapi


Selain itu pembuatan instalasi biogas harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Digester yang akan dibangun harus terletak di tempat yang terkena sinar matahari secara
langsung.

2. Dekat dengan sumber bahan baku yaitu faeces, jadi sebaiknya dekat dengan kandang ternak.

3. Dekat dengan sumber air dan persediaan yang cukup untuk bahan pengencer kotoran ternak.

4. Harus ada pencampuran secara rutin, sehingga bakteri berinteraksi dengan kotoran.

5. Instalasi biogas yang dibangun harus mempunyai keadaan optimum sebagai berikut :

a. Tidak ada oksigen atau keadaan anaerobic.

b. Temperature 850F - 950F (290C - 350C)

c. pH 6.8 – 7.2

d. Tidak ada racun dalam kotoran.

6. Diusahakan lokasi instalasi biogas tidak terlalu jauh dengan letak boiler.

Langkah kerja pengoperasian instalasi biogas :

1. Masukkan starter berupa larutan dari lumpur kolam ikan, air comberan atau cairan dari septik
tank yang mengandung bakteri anaerob. Banyaknya sekitar 3-5 ember.

2. Masukkan faeces ke dalam digester. Volume air yang masuk ke dalam digester sekitar 3 ember
setiap memasukkan 2 ember faeces atau dengan perbandingan volume faeces : volume air = 2:3

3. Gas mulai terbentuk pada hari kesepuluh. Gas yang terbentuk pada hari ke-10 hingga hari ke-
20 harus dibuang karena gas ini mengandung oksigen dari ruang penampung gas. Campuran gas
metan dan udara dalam kadar 5%-14% bila dibakar akan meledak.

4. Sejak hari ke-21 gas yang dihasilkan sudah dapat digunakan.

Kegiatan harian yang perlu dilakukan setelah biogas terbentuk :

1. Penambahan Umpan Kotoran.

Kotoran sapi yang akan dimasukkan dengan perbandingan volume air : kotoran = 3:2

2. Perawatan saluran pengeluaran

Perlu diadakan pembersihan secara teratur.

3. Mencegah masuknya air hujan


Pada saluran pemasukan atau pengeluaran diberi tutup, akan tetapi bak digester harus terbuka
dan terkena sinar matahari, maka tidak perlu diberi tutup.

Instalasi biogas harus tidak mengandung udara yang dapat menganggu proses fermentasi, berikut
ini adalah cara kerja instalasi biogas supaya tidak ada udara yang masuk :

1. Pada tahap awal digester diisi dengan kotoran sapi sampai batas yang ditunjukkan pada
Gambar 2.1 (garis putus-putus). Hal ini dimaksudkan supaya tidak ada udara yang masuk ke
dalam digester, karena udara yang akan masuk terhalang kotoran.

2. Selama proses pembuatan biogas, perlu adanya pengadukan kotoran. Supaya tidak timbul
kerak dalam digester, juga supaya terjadi pencampuran sempurna kotoran dengan air.

3. Setelah 7 sampai 10 hari, biogas terbentuk namun masih ada gas karbondioksidanya. Gas
CO2 ini berada pada permukaan kotoran. Kotoran tidak akan bisa naik sampai ke tempat biogas,
karena ditekan oleh biogas. Sehingga kotoran yang sudah tidak mengandung biogas akan
terdorong keluar bersama dengan karbondioksida tersebut. Kurang tidaknya bahan baku
pembentuk biogas dapat diketahui dengan posisi air dalam manometer. Apabila air berada
diantara 20-40 berarti bahan baku cukup.

Namun apabila air disatu sisi menunjukkan angka 80, sedangkan di sisi lain menunjukkan angka
10 berarti biogas yang ada di digester kurang sehingga berarti bahan baku yaitu kotoran sapi
kurang. Pada Gambar 2.2 di atas dapat dilihat Skema Pemanfaatan Biogas dari Kotoran Sapi.
Baik penggunaan untuk keperluan rumah tangga, pertanian maupun sebagai sumber energi
listrik.

Aspek Ekonomi Pembangkit Biogas

Aspek ekonomi dari pembangkit yang akan dibahas terdiri dari:

1. Biaya modal (capital cost)

2. Biaya bahan bakar

3. Biaya operasi dan perawatan (O&M cost)

4. Biaya pembangkitan total

5. Harga jual

6. Pendapatan per tahun


Lokasi untuk mengumpulkan data direncanakan bertempat di area peternakan sapi Kelurahan
Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor. Berikut data sementara jumlah sapi yang
berhasil dikumpul :

Tabel 3.1 Populasi Sapi di Kelurahan Kebon Pedes

Kelompok peternak Kebon Pedes ini dari waktu ke waktu mengalami perkembangan yang
signifikan. Saat awal berdiri ternak yang dimiliki hanya 8 ekor, dan dalam perkembangannya
mampu memiliki anggota 25 orang dengan jumlah sapi saat ini 325 ekor. Maka apabila
diasumsikan tiap ekor sapi menghasilkan 25 kg kotoran per hari, maka sapi-sapi yang dikelola
oleh peternak ini dapat menghasilkan : 325 x 25 = 8125 kg/hari.

Umumnya jenis sapi yang diternakkan yaitu sapi perah peranakan Fries Holland (PFH). Dimana
rata-rata bobot seekor sapi adalah 450 kg. Jumlah sapi yang dimiliki tiap peternak rata-rata 11
ekor. Jadi, apabila penelitian fokus kepada satu peternak, maka kotoran sapi yang dihasilkan
adalah :

11 x 25 = 275 kg/hari/peternak.

Lama peternak dalam menjalankan usaha ternak sapi perah berkisar 18 tahun. Sebagian besar
peternak telah menjalankan usaha ternak sapi perah lebih dari 14 tahun. Semakin lama peternak
dalam menjalankan usaha ternaknya, semakin banyak pula pengalaman yang diperoleh sebagai
modal mengembangkan kreatifitas usaha maupun produksi. Begitupula usaha ternak sapi perah
di Kebon Pedes merupakan mata pencaharian pokok. Alasannya karena sifat produksi sapi perah
yang tidak bersifat musiman tetapi kontinyu sehingga dapat memberikan jaminan pendapatan
yang berkesinambungan bagi peternak.
Gambar 3.1 Perternakan Sapi Perah di Kebon Pedes

Gambar 3.2 Kotoran Sapi Perah

Berikut ini akan dijelaskan proses pembangkitan energi listrik dari sebuah Pembangkit Listrik
Tenaga Biogas mulai dari proses pengolahan kotoran sapi menjadi biogas yang disebut dengan
Anaerobic Digestion, hingga proses perubahan biogas menjadi energi listrik yang siap digunakan
oleh para penduduk. Berikut diagram alir (flowchart) proses-proses tersebut :

Gambar 4.1 Flowchart Biogas Power Plant


Dari diagram alir di atas, dapat dijelaskan bahwa bahan-bahan organik dalam dalam hal ini
kotoran sapi yang ditambahkan dengan air akan menjadi bahan baku utama proses anaerobik
(tanpa udara). Proses tersebut akan menghasilkan gas methan (CH4) dan zat sisa. Zat sisa proses
anerobik dapat digunakan sebagai pupuk urea, sedangkan gas methan itulah yang disebut sebagai
biogas. Biogas tersebut kemudian digunakan sebagai bahan bakar sebuah generator set (Genset)
biogas yang terdiri dari sebuah mesin gas sebagai motor penggerak sebuah generator. Mesin gas
tersebut menggunakan oksigen (dari udara bebas) dan biogas sebagai bahan bakar proses
pembakaran, dan menghasilkan karbondioksida dan uap air sebagai zat hasil pembakaran. Energi
listrik yang dihasilkan oleh generator dapat segera digunakan oleh penduduk. Selain itu, biogas
juga dapat digunakan untuk memasak dan lampu petromaks.

Diketahui bahwa seekor sapi dengan bobot 450 kg dapat menghasilkan limbah berupa feses dan
urine lebih kurang 25 kg per hari. Dan untuk mengetahui proses konversi kotoran sapi menjadi
biogas dapat dilihat dari tabel berikut yang didapatkan dari Balai Besar Pengembangan
Mekanisasi Pertanian Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian [6].

Tabel 4.1 Kandungan Bahan Kering dan Volume Gas yang Dihasilkan Tiap Jenis Kotoran

Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah potensi biogas yang dapat dihasilkan oleh limbah
kotoran sapi yang berada di kandang peternak melalui perhitungan sebagai berikut :

a. Jumlah sapi di peternakan yang berjumlah 11 ekor, dimana tiap ekor menghasilkan 25 kg per
hari. Maka, produksi kotoran sapi per hari 11 x 25 = 275 kg / hari

b. Kandungan bahan kering-BK untuk kotoran sapi adalah 20 %, maka kandungan bahan kering
total adalah : 275 x 0.20 = 55 kg.BK
c. Sehingga, potensi biogas dari kotoran sapi adalah sebesar : 55 x 0.04 = 2.2 m3 / hari.

Berdasarkan sumber Departemen Pertanian, untuk mengetahui konversi biogas menjadi energi
lain, dapat dilihat pada tabel berikut [1] :

Tabel 4.2 Konversi Biogas dan Penggunaannya

Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah potensi biogas yang dapat dihasilkan oleh limbah
kotoran sapi yang berada di kandang peternak melalui perhitungan sebagai berikut :

a. Jumlah sapi di peternakan yang berjumlah 11 ekor, dimana tiap ekor menghasilkan 25 kg per
hari. Maka, produksi kotoran sapi per hari 11 x 25 = 275 kg / hari

b. Kandungan bahan kering-BK untuk kotoran sapi adalah 20 %, maka kandungan bahan kering
total adalah : 275 x 0.20 = 55 kg.BK

c. Sehingga, potensi biogas dari kotoran sapi adalah sebesar : 55 x 0.04 = 2.2 m3 / hari.

Berdasarkan sumber Departemen Pertanian, untuk mengetahui konversi biogas menjadi energi
lain, dapat dilihat pada tabel berikut [1] :

Tabel 4.2 Konversi Biogas dan Penggunaannya

Dengan demikian potensi energi listrik yang dihasilkan dari limbah kotoran sapi yang ada di
tempat satu peternak yang memiliki 11 ekor sapi adalah : 2.2 m3/hari x 4.7 kWh = 10.34 kWh /
hari dengan daya keluaran = 10.34 / 24 = 0.43 kW.

Dengan kapasitas 10.34 kWh / hari maka biogas dari kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi terbarukan milik satu peternak 11 ekor sapi perah di Kelurahan Kebon Pedes.
Generator biogas yang akan digunakan adalah generator yang dijual di pasaran dengan daya
keluaran 1.2 kW sesuai dengan potensi biogas di sana yang bisa mencapai 10.34 kWh / hari atau
0.43 kiloWatt per jamnya. Dimana harga generator ini adalah : Rp 5,700,000,-

Gambar 4.2 Generator Biogas (courtesy to bhinneka.com)

Adapun spesifikasi dari generator biogas tersebut adalah :

Tabel 4.3 Spesifikasi Generator Biogas yang Direncanakan

Dengan asumsi generator biogas akan dioperasikan selama 16 jam sehari, maka energi keluaran
dari pembangkit listrik tenaga biogas ini adalah :

= Daya Terpasang x Faktor Kapasitas x 16 hours

= 0.43 kW x 0.8 x 1 hours

= 5.504 kWh/hari

= 5504 Wh/hari
Dan dengan kapasitas daya keluaran adalah :

= Output Generator (kW) / faktor daya

= 0.43 / 0.8

= 0.53 kVA

= 530 VA (cukup untuk pasokan beban 1 rumah sebesar 220 VA)

Adapun biogas yang dibutuhkan untuk menyalakan genset selama 16 jam berdasarkan minimal
konsumsi biogas yang tertera pada spesifikasi genset (1.46m3/hour) adalah 16hours x
1.46m3/hour = 23.36m3

Sementara itu biogas yang dihasilkan 11 ekor sapi adalah 2.2m3 dalam 24 jam. Jadi proses
pembentukan biogas untuk menghasilkan sumber penggerak generator minimal 23.36m3
pemakaian 16 jam diperlukan waktu selama : 23.36m3 : 2.2m3= 10.6 hari.

Lamanya genset beroperasi untuk volume biogas 22.2m3 dapat ditentukan dengan perhitungan
sebagai berikut = Produksi Biogas / Biogas untuk Genset 2.2m3 : 1.46m3/hour = 1.5 hours.

Jadi pemakaian genset biogas tidak langsung dilakukan untuk distribusi listrik selama 16 jam
sebelum 16 hari proses terbentuknya biogas yang mencukupi untuk menyalakan genset. Dan juga
diperlukan tempat penampung biogas setidaknya berkapasitas 24m3, sementara yang ada di
bpasaran pada umumnya diperdagangkan tiap unitnya berkapasitas 2m3, jadi diperlukan tempat
penampung biogas sebanyak : 24m3 / 2m3 = 12 unit.

Berdasarkan sumber PLN harga tarif dasar listrik per kWh adalah sebesar Rp 750,00. Jika
menggunakan sumber listrik sendiri dari pembangkit listrik tenaga biogas, maka biaya yang
dihemat per hari adalah : (0.43 kW x 0.8 x 16 hours) x Rp 750,00 = Rp 4128,00.

Tabel 5.1. Data Perbandingan Berdasarkan Jumlah Sapi dan Lama Pemakaian Genset Biogas
Berdasarkan Tabel 5.1 sebagai data perbandingan antara jumlah sapi perah dan lamanya genset
yang beroperasi menunjukkan bahwa semakin banyak sapi perah maka semakin banyak pula
volume gas methana sebagai biogas yang dihasilkan hingga mencapai 24 m3, sehingga
mempengaruhi terhadap kualitas dan efesiensi pemakaian genset sebagai penggerak listrik tenaga
biogas dimana untuk jumlah sapi perah 120 ekor memberikan daya besar (75.20kWh/hari), listrik
mampu menyuplai beban hingga 20 jam, proses pembentukan biogas hanya memakan waktu
1.22 hari, keuntungan brutto per tahun pun menjanjikan, namun memerlukan fasilitas penampung
biogas yang lebih banyak hingga 15 unit. Berbeda dengan sapi perah yang hanya berjumlah 11
ekor mempengaruhi keterbatasan pemakaian listrik. Pembentukan biogas memakan waktu 1 hari
apabila akan dipakai listrik selama 1.5 jam. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk
membentuk biogas pada pemakaian listrik selama 16 jam memerlukan proses selama 10.62 hari
dan penggunaan penampung biogas lebih banyak hingga 12 unit daripada pemakaian listrik
selama 1.5 jam yang hanya menggunakan 1 unit penampung biogas.
sumber :

[1] Suriawiria, Menuai Biogas dari Limbah, 2005.

[2] W.Kanok-Nukulchai and L. Robles-Austriaco. Ferrocement Biogas Digester. International


Ferrocement Information Center, 1978.p.iv

[3] Ir.Widarto.L dan Fx. Sudarto.C.Ph. Membuat biogas. Penerbit Kanisius, 1997.p.10.

[4] John Twidell and Tony Weir. Renewable Energy Resources. E&F.N Spoon An Imprint of
Chapman and Hall, 1986.p.306.

[5] Farry B.Paimin. Alat Pembuat Biogas dari Batu Bata. Penebar Swadaya,1997.p.34.

[6] Teguh Wikan Widodo, Ana N, A.Asari dan Elita R, Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian
Untuk Energi Biogas, 2009, Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Badan Litbang
Pertanian, Departemen Pertanian

[7] Link : http://www.bhinneka.com/products/sku00712065/greenpower_4_stroke_biogas_

genset__cc1500-mg_.aspx

[8] John Twidell and Tony Weir. Renewable Energy Resources. E & F.N Spoon An Imprint of
Chapman and Hall, 1986.p.304

Anda mungkin juga menyukai