Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jeruk nipis adalah salah satu buah yang dipercaya bisa menghilangkan

keberadaan ketombe. Tanaman ini diduga berasal dari daerah India sebelah

utara. Begitu pula masyarakat di Amerika Serikat. Mereka mulai mengenal

manfaat jeruk nipis sejak zaman Indian kuno, Ohio State Biotechnology

Centre di kota Columbus, Ohio, Amerika Serikat, pernah melakukan

penelitian terhadap jeruk nipis. Hasilnya, jeruk nipis kaya akan vitamin dan

mengandung sejumlah mineral.

Kandungan asam dari buah ini dapat melunturkan minyak (sebum) di

kulit kepala. Dengan begitu, habitat atau tempat bersarang jamur yang

merugikan pun dapat dikurangi. Selain bisa melunturkan sebum di kepala,

jeruk nipis juga bisa memberikan efek segar dan nyaman terutama bagi kepala

berketombe yang kerap dihinggapi rasa gatal. Buah yang kaya dengan

kandungan vitamin C ini juga bisa membuat rambut tampak sehat dan cantik

berkilau.

Buahnya mengandung banyak air dan vitamin C yang cukup tinggi.

Daun, buah, dan bunganya mengandung minyak terbang. Biasanya jeruk nipis

tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah yang banyak terkena sinar

matahari. Jeruk nipis mengandung asam sitrat, asam amino (triptofan, lisin),

minyak atsiri (sitral, limonen, felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-


lasetat, linali-lasetat, aktilaldehid, nildehid) damar, glikosida, asam sitrun,

kalsium, fosfor, besi, belerang vitamin B1dan C.

Secara empiris, jeruk nipis digunakan untuk menghilangkan ketombe


dengan cara menggosok kulit kepala dengan buah jeruk nipis secara merata.
Namun dengan cara seperti ini, dapat menimbulkan efek samping seperti rasa
perih dikulit kepala hingga dapat menimbulkan iritasi. Oleh karena itu, akan
dilakukan penelitian tentang pembuatan sediaan farmaseutik yaitu formulasi
shampo cair transparan dari sari buah jeruk nipis (Citrus aurantfolia S.) demi
kenyamanan pemakaian konsumen untuk menghilangkan ketombe.
Dalam formulasi shampo cair transparan ini, yang akan divariasikan
adalah konsentrasi thickening agent (zat peningkat viskositas) untuk
mendapatkan sediaan shampo cair transparan yang stabil.
Berdasarkan uraian tersebut bahwa penulis tertarik melakukan
penelitian tentang formulasi shampo cair transparan sari buah jeruk nipis
(Citrus aurantifolia S.)

B. Rumusan masalah

Apakah sari buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia S.) dapat

diformulasikan sebagai shampo cair transparan yang memenuhi uji evaluasi

sediaan ?

C. Tujuan

Untuk memformulasikan shampoo cair transparan sari buah jeruk nipis

(Citrus aurantifolia S.) yang memenuhi uji evaluasi sediaan.


BAB II
FORMULASI SEDIAAN
A. Master Formula

Bahan Formula A Formula B Formula C


Sari jeruk nipis 1% 1% 1%
Na lauril sulfat 5% 5% 5%
gliserin 10% 10% 10%
karbopol 0,5% 0,6% 0,7%
Na EDTA 0,1% 0,1% 0,1%
Metil paraben 0,2% 0,2% 0,2%
Parfum q.s q.s q.s
TEA q.s q.s q.s
propilenglikol 15% 15% 15%
Aquadest Ad 100 Ad 100 Ad 100

B. Modifikasi formula

Modifikasi Formula shampoo cair transparan sari jeruk nipis tiap 100 gram

shampo mengandung :

Bahan Konsentrasi Range Fungsi


(%)
Sari jeruk nipis 1% - Zat aktif
sodium lauril sulfat 5% 10% pembusa
gliserin 10% < 30% Emollient dan humektan
karbopol 0,5% 0,5-2% Peningkat viskositas
Na EDTA 0,1% - penghelat
Metil paraben 0,2% 0,02-0,3% Pengawet
Parfum q.s - Pengaroma
TEA q.s 2-4% Pengembang karbopol
propilenglikol 15% 5-80% kosolvent
Aquadest Ad 100 Pelarut
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Rujukan Penelitian
Menurut Fauzia Ningrum Syaputri (2017) dalam penelitiannya “ Formulasi
Shampo Cair Transparan Sari Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia S.)” penelitian ini
bertujuan untuk memformulasikan shampo cair transparan yang mengandung sari
buah jeruk nipis yang berkhasiat untuk menghilangkan ketombe, membuat rambut
tampak sehat dan cantik berkilau. diharapkan dari hasil penelitian ini dapat
menjadi salah satu alternatif perawatan untuk rambut yang bersumber dari bahan
alam dan dapat memberikan informasi tentang pemanfaatan jeruk nipis dalam
bentuk sediaan shampo.
B. Tinjauan umum jeruk nipis
1. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia S.)

a. Klasifikasi (Sarwono,2006)
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Ordo : Rotales
Family : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus aurantifolia S.
Gambar 1. Tanaman jeruk nipis (Citrus aurantifolia S.)

b. Morfologi jeruk nipis


Jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) termasuk salah jenis citrus
geruk. Tanaman jeruk nipis mempunyai akar tunggang. Jeruk nipis
termasuk jenis tumbuhan perdu yang memiliki dahan dan ranting. Batang
pohonnya berkayu ulet dan keras, sedangkan permukaan kulit luarnya
berwarna tua dan kusam. Daunnya majemuk, berbentuk elips dengan
pangkal membulat, ujung tumpul, dan tepi beringgit. Panjang daunnya
mencapai 2,5-9 cm dan lebarnya 2-5 cm. Tulang daunnya menyirip dengan
tangkai bersayap, hijau dan lebar 5-25 mm (Rukmana, 1996).
c. Kandungan jeruk nipis
Banyak unsur kimia yang bermanfaat dalam jeruk nipis, seperti linalin
asetat, limonene, geranil asetat, sitral dan felladren. Jeruk nipis mengandung
asam sitrat, asam amino (triptofan, lisin), minyak atsiri (sitral, limonen,
felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-lasetat, linalil asetat, aktilaldehid,
nnildehid) damar, glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium, fosfor, besi,
belerang vitamin B1 dan C (Alicce, 2010).
d. Manfaat jeruk nipis
Buah jeruk nipis selain kaya vitamin dan mineral juga mengandung zat
bioflavonoid yang berguna untuk mencegah terjadinya pendarahan pada
pembuluh nadi, kemunduran mental dan fisik, serta mengurangi luka
memar. Disamping itu sari buah jeruk nipis mengandung asam sitrat 7%
dan minyak atsiri “limonen”. Manfaat lain jeruk nipis adalah sebagai obat
tradisional seperti obat batuk, penghilang rasa lelah, panas dalam, anti
mabuk dan lain sebagainya (Rukmana, 1996).

C. Tinjauan umum Shampo


a. Definisi shampo
Shampo adalah salah satu kosmetik pembersih rambut dan kulit kepala
dari segala macam kotoran, baik yang berupa minyak, debu, sel – sel yang
sudah mati dan sebagainya, shampo mengandung sufkatan dalam bentuk yang
cocok dan berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak yang melekat
pada rambut dan kulit kepala agar tidak membahayakan rambut, kulit kepala,
dan kesehatan si pemakai (Latifah f, 2007).
b. Fungsi Shampo
Shampo pada umumnya digunakan dengan mencampurkannya dengan air
dengan tujuan sebagai berikut :
1. Melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk melindungi
rambut dan membersihkan kotoran yang melekat.
2. Meningkatkan tegangan permukaan kulit, umumnya kulit kepala sehingga
dapat meluruhkan kotoran. (Latifah f, 2007).
c. Syarat Shampo
1. Dapat mencuci rambut serta kulit kepala secara keseluruhan.
2. Tidak toksik dan tidak menimbulkan iritasi.
3. Kandungan surfaktannya tidak membuat rambut dan kulit kepala menjadi
kering.
4. Memiliki konsistensi yang stabil, dapat menghasilkan busa dengan cepat,
lembut, dan mudah dibilas dengan air.
5. Setelah pencucian rambut harus mudah dikeringkan.
6. Dapat menghasilkan rambut yang halus, mengkilat, tidak kasar, tidak
mudah patah, serta mudah diatur.
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk shampo antiketombe adalah :
1. Dapat membersihkan rambut dan kulit kepala dari ketombe tanpa
membuat rambut menjadi berminyak, kering, atau tidak dapat diatur.
2. Mengandung zat aktif heksaklorofen, asam salisilat, fungisida, atau zat
antiseptika yang dapat mematikan pertumbuhan bakteri, dan mencegah
infeksi setelah pemakaian.
3. Konsentrasi zat aktif yang digunakan tidak meningkatkan sensitivitas
kulit kepala.
4. Dapat mengurangi rasa gatal ataupun hal lain yang akan menimbulkan
ketidaknyamanan. (Latifah f, 2007).
D. Monografi bahan
1. Nipagin ( Methyl paraben )
Paraben adalah bahan pengawet yang banyak digunakan dalam produk-
produk kecantikan dan toiletries. Fungsinya, selain untuk memperpanjang usia
pemakaian produk, adalah menjaga supaya sediaan shampo yang dihasilkan
tidak terkontaminasi jamur ataupun bakteri. Konsentrasi yang biasa digunakan
pada metyl paraben sebagai pengawet yakni 0,02-0,3 % (Rowe et al, 2009).
2. Gliserin
Gliserin adalah cairan kental yang tidak berwarna dan rasanya manis.
Gliserin memiliki titik didih tinggi dan membeku dalam bentuk pasta.Yang
paling umum digunakan gliserin adalah dalam sabun dan produk kecantikan
lainnya seperti lotion, atau bahkan digunakan untuk membuat dinamit (dalam
bentuk nitrogliserin). Gliserin dapat dilarutkan dengan mudah menjadi alkohol
dan air tetapi tidak menjadi minyak gliserin biasanya digunakan pada sediaan
sebagai emulien dan humektan pada konsentrasi < 30% (Rowe et al, 2009).
3. TEA
Penambahan TEA sebagai agen penetral dari karbomel agar tidak
megiritasi kulit. Karbomer bersifat hidofil, apabila dicampur dengan air maka
akan mengembang. Karbomer digunakan agar menjaga konsestensi dan sifat
alir dalam produk kosmetik berbentuk gel formula pada konsentrasi rendah,
yaitu 2-4 % (Rowe et al, 2009).Penambahan TEA bersifat basa berfungsi
sebagai pengembang karbopol (Rowe et al, 2009).
4. Na. EDTA
Natrium EDTA berupa cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau serta
larut dalam air digunakan sebagai penghelat (Depkes RI,1979).
5. Sodium lauryl sulfat
Sodium lauryl sulfat berbentuk kristal, serpihan, atau bubuk berwarna
putih atau krem hingga kuning pucat yang memiliki rasa halus, sabun, rasa
pahit, dan bau samar zat-zat berlemak digunakan sebagai pembusa dengan
konsentrasi 10% (Rowe et al,2009).
6. Propilenglikol
Propilenglikol berupa cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
rasa agak manis, dan higroskopik. Propilenglikol dapat bercampur dengan air,
dengan etanol (95%)P dan dengan kloroform P, larut dalam 6 bagian eter P,
tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak lemak
(Depkes RI, 1979). Propilenglikol digunakan sebagai kosolven dengan
konsentrasi 10-30% (Rowe et al,2009).
7. Karbopol
karbopol berupa serbuk halus, putih,sedikit berbau, higroskopis larut dalam air,
dalam etanol dan gliserol digunakan sebagai peningkat viskositas 0,5-2%
(Depskes RI,1979)
8. Aquadest
Merupakan pelarut yang mempunyai ciri cairan tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa,dengan kelarutan larut dengan semua jenis pelarut
BAB IV

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan pada penelitian yakni batang pengaduk,
gelas kimia, gelas ukur, lumpang dan alu, penangas air, pot plastik, sendok
tanduk, stopwatch, Cutter, timbangan analitik.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian yakni air suling,
aluminium foil, sari buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia S.), aquadest,
karbopol, kertas saring, natrium lauril sulfat, gliserin, natrium edetat, parfum,
pH Universal, propilen glikol, metil paraben, TEA dan tissue.

B. Perhitungan Bahan
Tiap 100 mL mengandung
1. Sari jeruk nipis 1
= × 100
100
=1g

2. SLS 5
= × 100
100
= 5g

3. Gliserin 10
= × 100
100
= 10 g
4. Karbopol 0,5
= × 100
100
= 0,5 g

5. Na. EDTA 0,1


= × 100
100
= 0,1 g

6. metilparaben 0,2
= × 100
100
= 0,2 g

7. propylenglikol 15
= × 100
100
= 15 g

8. Aquadest = 100 - (1+5+10+0,5+0,1+0,2+15)


= 100 -31,8
= 68,2 mL

C. Prosedur Kerja
1. pengambilan sampel
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Dipetik buah jeruk nipis yang berwarna hijau menggunakan tangan
(manual) atau dengan alat yang tidak bereaksi dengan tanaman.
c. Dicuci menggunakan air mengalir buah jeruk nipis yang telah dipetik
kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel.
2. pembuatan sari buah jeruk nipis
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Dipotong buah jeruk nipis menjadi 4 bagian kemudian diperas
c. Disaring hasil perasan jeruk nipis menggunakan kertas saring hingga
didapatkan cairan sebanyak 1 gram.
3. Pembuatan sediaan shampo cair transparan
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Dimasukkan sodium lauril sulfat dalam 30 mL aquadest, lalu
dipanaskan di hot plate hingga larut kemudian dimasukkan Na-EDTA
dan metil paraben lalu diaduk perlahan. Apabila larutan dalam wadah telah
jernih, larutan diturunkan dari penangas air (Campuran 1)
c. Dipanaskan 30 mL aquadest setelah itu masukkan karbopol dan diaduk
hingga karbopol larut dan menjadi jernih setelah itu diturunkan dari
penangas air kemudian ditambahkan dengan 10 tetes TEA sambil diaduk
(campuran 2)
d. Dimasukan campuran 1 kedalam campuran 2 kemudian diaduk hingga
homogen. Setelah itu, larutan ditambahkan gliserin dan propilen glikol lalu
diaduk perlahan. Setelah homogen ditambahkan sari jeruk nipis sambil
diaduk perlahan hingga homogen kemudian dimasukan parfum
secukupnya.
4. Evaluasi
a. Uji Organoleptik
pengamatan secara visual sediaan meliputi warna,bau,bentuk dari sediaan
shampo yang dibuat.
b. Uji homogenitas
pemeriksaan homogenitas menggunakan kaca objek. Dengan cara
meletakan sedikit sediaan pada kaca objek kemudian rapatkan kaca objek.
Jika masih tidak terlihat butiran yang tidak larut berarti sediaan tersebut
homogen.
c. Uji tinggi busa
Dimasukan shampo cair sebanyak 1 mL kedalam gelas ukur kemudian
ditambahkan dengan aqudest 10 mL setelah itu dikocok selama 20 detik
kemudian diukur tinggi busa menggunakan mistar.
d. Uji pH
ketras pH universal atau pH meter dimasukkan kedalam sediaan lalu di
lihat

Anda mungkin juga menyukai