Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya jumlah


penderita penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan. Berbagai macam krisis yang
terjadi sebenarnya bukan krisis ekonomi sebagai pangkal masalahnya, melainkan mendasar
pada kesehatan mental bangsa ini sendiri. Minimnya perhatian terhadap kesehatan mental
bangsa termanifestasi dalam begitu banyak masalah yang disebut krisis multidimensional.

Krisis ekonomi yang terus berkepanjangan ternyata meninggalkan kisah-kisah


menyedihkan dengan meningkatnya jumlah penderita ganngguan jiwa, terutama jenis
anxietas (gangguan kecemasan). Gejala gangguan kesehatan mental yang mencakup mulai
dari gangguan kecemasan, depresi, panik hingga gangguan jiwa yang berat seperti
Schizoprenia hingga pada tindakan bunuh diri, semakin mewabah di tengah masyarakat.
Dari sekian jumlah penderita yang ada baru 8% yang mendapatkan pengobatan yang
memadai. Sedangkan selebihnya tidak tertangani.

Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan mental ini ternyata
terjadi hampir di seluruh negara di dunia. WHO (World Health Organization) badan dunia
PBB yang menangani masalah kesehatan dunia, memandang serius masalah kesehatan
mental dengan menjadikan isu global WHO. WHO mengangkat beberapa jenis gangguan
jiwa seperti Schizoprenia, Alzheimer, epilepsy, keterbelakangan mental dan
ketergantungan alkohol sebagai isu yang perlu mendapatkan perhatian.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Ansietas?
2. Apa saja penyebab dari ansietas?
3. Apa saja tanda dan gejala dari ansietas ?
4. Bagaimana patofisiologi ansietas ?
5. Bagaimana mekanisme koping dari ansietas ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari ansietas?
7. Bagaimana proses asuhan keperawatan dari pasien ansietas?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari Ansietas
2. Untuk mengetahui apa saja penyebab dari ansietas
3. Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala dari ansietas
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi ansietas
5. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme koping dari ansietas
6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari ansietas
7. Untuk mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan dari pasien ansietas
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian

Ansietas adalah suatu perasaan takut yang berasal dari eksternal atau internal
sehingga tubuh memiliki respons secara perilaku, emosional, kognitif, dan fisik (Videbeck,
2011). Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respon otonom (sumber tidak diketahui oleh individu) sehingga individu akan
meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi (NANDA, 2015).

Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan
perasaan tidak berdaya dan respons emosional terhadap penilaian sesuatu. Gangguan
ansietas adalah masalah psikiatri yang paling sering terjadi di Amerika Serikat (Stuart,
2013). Gangguan ansietas dapat membuat individu mengalami gangguan pikiran atau
konsentrasi. Mereka menjauhi situasi yang dapat membuat individu tersebut khawatir
(American Psychological Assosiation, 2017).

Menurut Videbeck (2011) individu yang mempunyai gangguan kecemasan


menunjukkan perilaku yang tidak biasanya seperti panik tanpa alasan, takut pada objek
tanpa alasan, tindakan tanpa bisa dikontrol sering 12 terulang, atau kekhawatiran luar biasa
yang tidak bisa dijelaskan.Ansietas juga berdampak pada kehidupan sehari-hari mereka,
kehidupan sosial, dan pekerjaan mereka.

B. Etiologi

Menurut Stuart (2013) terdapat tiga faktor penyebab terjadinya ansietas, yaitu :

1. Faktor biologis/ fisiologis, berupa ancaman yang mengancam akan kebutuhan sehari-
hari seperti kekurangan makanan, minuman, perlindungan dan keamanan. Otak
mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine, obat-obatan yang meningkatkan
neuroregulator inhibisi asam gamaaminobutirat (GABA), yang berperan penting
dalam mekanisme terjadinya ansietas. Selain itu riwayat keluarga mengalami ansietas
memiliki efek sebagai faktor predisposisi ansietas.
2. Faktor psikososial, yaitu ancaman terhadap konsep diri, kehilangan benda/ orang
berharga, dan perubahan status sosial/ ekonomi.
3. Faktor perkembangan, ancaman yang menghadapi sesuai usia perkembangan, yaitu
masa bayi, masa remaja dan masa dewasa. 13 Selain tiga hal di atas, Jiwo (2012)
menambahkan bahwa individu yang menderita penyakit kronik seperti diabetes
melitus, kanker, penyakit jantung dapat menyebabkan terjadinya ansietas. Penyakit
kronik dapat menimbulkan kekhawatiran akan masa depan, selain itu biaya
pengobatan dan perawatan yang dilakukan juga akan menambah beban pikiran.

C. Manifestasi Klinis
Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas
(Hawari, 2008), antara lain sebagai berikut :
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.

D. Patofisiologi
Sistem syaraf pusat menerima suatu persepsi ancaman. Persepsi ini timbul akibat
adanya rangsangan dari luar dan dalam yang berupa pengalaman masa lalu dan faktor
genetik. Kemudian rangsangan dipersepsi oleh panca indra, diteruskan dan direspon oleh
sistem syaraf pusat melibatkan jalur cortex cerebri – limbic system – reticular activating
system – hypothalamus yang memberikan impuls kepada kelenjar hipofise untuk
mensekresi mediator hormonal terhadap target organ yaitu kelenjar adrenal yang kemudian
memicu syaraf otonom melalui mediator hormonal yang lain (Owen, 2016).

E. Mekanisme Koping
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan
faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang
mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan
kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme
koping yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal,
memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri
pada orang lain (Suliswati, 2005).
Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik
membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat
dilakukan ada dua jenis, yaitu :
1. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin
dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi kenyataan
tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi masalah,
memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.
 Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan.
 Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk
memindahkan seseorang dari sumber stress.
 Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoperasikan,
mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.
2. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu sukses
dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri,
sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak
membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk menilai penggunaan
makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu di evaluasi hal-
hal berikut :
 Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan klien.
 Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya terhadap
disorganisasi kepribadian.
 Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan klien.
 Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.

F. KlasifikasiAnsietas
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan,
yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami, dan seberapa baik
individu melakukan koping terhadap ansietas.
Menurut Peplau (dalam, Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang
dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
1. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan
perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan
perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan
melindungi diri sendiri.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik : Ketegangan otot ringan, Sadar akan lingkungan, Rileks atau
sedikit gelisah, Penuh perhatian, Rajin
b. Respon kognitif : Lapang persepsi luas, Terlihat tenang, percaya diri, Perasaan
gagal sedikit, Waspada dan memperhatikan banyak hal, Mempertimbangkan
informasi, Tingkat pembelajaran optimal
c. Respons emosional : Perilaku otomatis, Sedikit tidak sadar, Aktivitas
menyendiri, Terstimulasi ,Tenang
2. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang benar-
benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut:
a. Respon fisik : Ketegangan otot sedang, Tanda-tanda vital meningkat, Pupil
dilatasi, mulai berkeringat, Sering mondar-mandir, memukul tangan,Suara
berubah : bergetar, nada suara tinggi, Kewaspadaan dan ketegangan menigkat,
Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
b. Respons kognitif : Lapang persepsi menurun, Tidak perhatian secara selektif,
Fokus terhadap stimulus meningkat, Rentang perhatian menurun, Penyelesaian
masalah menurun, Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
c. Respons emosional : Tidak nyaman, Mudah tersinggung, Kepercayaan diri
goyah, Tidak sabar
3. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan
respons takut dan distress.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik: Ketegangan otot berat, Hiperventilasi, Kontak mata buruk,
Pengeluaran keringat meningkat, Bicara cepat, nada suara tinggi, Tindakan tanpa
tujuan dan serampangan, Rahang menegang, mengertakan gigi, Mondar-mandir,
berteriak, Meremas tangan, gemetar
b. Respons kognitif : Lapang persepsi terbatas, Proses berpikir terpecah-pecah,
Sulit berpikir, Penyelesaian masalah buruk, Tidak mampu mempertimbangkan
informasi, Hanya memerhatikan ancaman, Preokupasi dengan pikiran sendiri,
Egosentris
c. Respons emosional : Sangat cemas, Agitasi, Takut, Bingung, Merasa tidak
adekuat, Menarik diri, Penyangkalan, Ingin bebas
4. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya
kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.
Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik : Flight, fight, atau freeze, Ketegangan otot sangat berat, Agitasi
motorik kasar, Pupil dilatasi, Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun,
Tidak dapat tidur, Hormon stress dan neurotransmiter berkurang, Wajah
menyeringai, mulut ternganga
b. Respons kognitif : Persepsi sangat sempit, Pikiran tidak logis, terganggu,
Kepribadian kacau, Tidak dapat menyelesaikan masalah, Fokus pada pikiran
sendiri, Tidak rasional, Sulit memahami stimulus eksternal, Halusinasi, waham,
ilusi mungkin terjadi.
c. Respon emosional : Merasa terbebani, Merasa tidak mampu, tidak berdaya,
Lepas kendali, Mengamuk, putus asa, Marah, sangat takut, Mengharapkan hasil
yang buruk, Kaget, takut, Lelah

G. Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti
pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
 Makan makan yang bergizi dan seimbang.
 Tidur yang cukup.
 Cukup olahraga.
 Tidak merokok.
 Tidak meminum minuman keras.
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-
obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka
yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan
somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang
bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta
percaya diri.
b Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-
konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
d Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu
menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
sebagai faktor pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial.
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Alasan Masuk : Sesuai diagnosa awal klien ketika pertama kali masuk rumah sakit
3. Faktor Predisposisi (Stuart, 2007)
a. Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadian : id dan superego.
b. Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasan takut terhadap
ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan
kerentanan tertentu.
c. Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan
d. Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam
kelurga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas
dengan depresi

4. Fisik
a. Tanda Vital:
TD : Meningkat, palpitasi, berdebar-debar bahkan sampai pingsan.
N : Menurun
S : Normal (36˚C - 37,5˚C ), ada juga yang mengalami hipotermi tergantung
respon individu dalam menangania ansietasnya
P : Pernafasan , nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal, rasa tercekik
terengah- engah
b. Ukur : TB dan BB: normal (tergantung pada klien)
c. Keluhan Fisik :  refleks, terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kaku,
gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, gerakan lambat, kaki goyah.
Selain itu juga dapat dikaji tentang repon fisiologis terhadap ansietas (Stuart, 2007):
B1 : Nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal, pembengkakan pada
tenggorokan, terengah-engah.
B2 : Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan, pingsan,
TD ↓, denyut nadi ↓.
B3 : Refleks ↑, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas,
gelisah, wajah tegang.
B4 : Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.
B5 : Kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen,
nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati.
B6 : Lemah.

5. Psikososial:
a Konsep diri:
 Gambaran diri : wajah tegang, mata berkedip-kedip, tremor, gelisah, keringat
berlebihan.
 Identitas : gangguan ini menyerang wanita daripada pria serta terjadi pada
seseorang yang bekerja dengan sressor yang berat.
 Peran : menarik diri dan menghindar dalam keluarga / kelompok /
masyarakat.
 Ideal diri : berkurangnya toleransi terhadap stress, dan kecenderungan ke arah
lokus eksternal dari keyakinan kontrol.
 Harga diri : klien merasa harga dirinya rendah akibat ketakutan yang tidak
rasional terhadap objek, aktivitas atau kejadian tertentu.

B. Hubungan Sosial
1. Orang yang berarti: keluarga
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: kurang berperan dalam kegiaran
kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam keluarga /
kelompok / masyarakat.
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: +
C. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan
2. Kegiatan ibadah

D. Status Mental
1. Penampilan : pada orang yang mengalami ansietas berat dan panik biasanya
penampilannya tidak rapi.
2. Pembicaraan : bicara cepat dan banyak, gagap dan kadang-kadang keras.
3. Aktivitas motorik : lesu, tegang, gelisah, agitasi, dan tremor.
4. Alam perasaan : sedih, putus asa, ketakutan dan khawatir.
5. Afek : labil
6. Interaksi selama wawancara: tidak kooperatif, mudah tersingung dan mudah curiga,
kontak mata kurang.
7. Persepsi : berhalusinasi, lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu
menyelesaikan masalah.
8. Proses pikir : persevarsi
9. Isi pikir : obsesi, phobia dan depersonalisasi
10. Tingkat kesadaran : bingung dan tidak bisa berorietansi terhadap waktu, tempat dan
orang (ansietas berat)
11. Memori : pada klien yang mengalami OCD (Obsessive Compulsif Disorder) akan
terjadi gangguan daya ingat saat ini bahkan sampai gangguan daya ingat jangka
pendek.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung : tidak mampu berkonsentrasi
13. Kemampuan penilaian : gangguan kemampuan penilaian ringan
14. Daya titik diri : menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang lain/
lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini.
E. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Kemampuan klien memenuhi/ menyediakan kebutuhan makanan, keamanan,
tempat tinggal, dan perawatan.
2. Kegiatan hidup sehari-hari:
 Kurang mandiri tergantung tingkat ansietas
 Perawatan diri
 Nutrisi
 Tidur

F. Mekanisme Koping
Adaptif ( ansietas ringan ) dan maladaptif (ansietas sedang, berat dan panik).
Menurut Stuart (2007) Individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk
mencoba mengatasinya, ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif
merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas ringan sering
ditanggulangi tanpa pemikiran yang sadar, sedangkan ansietas berat dan sedang
menimbulkan 2 jenis mekanisme koping :
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada
tindakan untuk memenuhi tuntunan situasi stres secara realistis
2. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang.
Tetapi karena mekanisme tersebut berlangsung secara relative pada tingkat tidak
sadar dan mencakup penipuan diri dan distorsi realitas, mekanisme ini dapat
menjadi repon maladaptif terhadap stres.

G. Masalah Psikososial dan Lingkungan


1. Masalah dengan dukungan kelompok: klien kurang berperan dalam kegiatan
kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam keluarga/
kelompok/ masyarakat.
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan: lingkungan dengan tingkat stressor yang
tinggi akan memicu timbulnya ansietas.
3. Masalah dengan pendidikan: seseorang yang pernah gagal dalam menempuh
pendidikan, tidak ada biaya untuk melanjutkan jenjang pendidikan berikutnya.
4. Masalah dengan pekerjaan: mengalami PHK, target kerja tidak tercapai.
5. Masalah dengan perumahan: pasien kehilangan tempat tinggalnya karena bencana
alam, pengusuran dan kebakaran.
6. Masalah ekonomi: pasien tidak mempunyai kemampuan finansial dalam mencukupi
kebutuhannya sehari-hari dan keluarganya.
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan: kurang percaya dengan petugas kesehatan.

H. Pengetahuan Kurang Tentang


Pasien kurang mempunyai pengetahuan tentang faktor presipitasi, koping, obat-obatan,
dan masalah lain tentang ansietas

I. Aspek medik
Diagnosa Medik:
1. Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistic terhadap dua atau lebih hal
yang dipersepsi sebagai ancaman perasaan ini menyebabkan individu tidak mampu
istirahat dengan tenang (inability to relax)
2. Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut:
Ketegangan Motorik: Kedutan otot atau rasa gemetar, Otot tegang/kaku/pegel linu,
Tidak bisa diam, Mudah menjadi lelah
Hiperaktivitas Otonomik: Nafas pendek/ terasa berat, Jantung berdebar-debar,
Telapak tangan basah dingin, Mulut kering, Kepala pusing/rasa melayang, Mual,
mencret, perut tidak enak, Muka panas/ badan menggigil, Buang air kecil lebih
sering, Sukar menelan/rasa tersumbat
Kewaspadaan berlebihan dan Penangkapan Berkurang
 Perasaan jadi peka/ mudah ngilu
 Mudah terkejut/kaget
 Sulit konsentrasi pikiran
 Sukar tidur
 Mudah tersinggung
3. Hendaknya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala:
penurunan kemampuan bekerja, hubungan social, dan melakukan kegiatan rutin.
J. Pohon Masalah
Risti mencederai diri sendiri, orang
lain, lingkunganAsam Lambung
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh Gangguan Persepsi sensori:
halusinasi lihat
anorexia
Defisit
Mual, muntah Isolasi sosial perawatan diri

meningkat

Gangguan proses pikir : Ansietas

Koping individu inefektif

Harga Diri Rendah

Kurang pengetahuan Peristiwa Traumatik


K. Intervensi

Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Bina hubungan 1. Memperkenalkan
mencederai tindakan saling percaya diri dengan sopan
diri, orla, dan diharapkan Klien dengan pasien dan ekspresi
lingkungan b.d tidak mencederai 2. Pasien akan wajah
halusinasi lihat. diri sendiri, orang terlindung dari bersahabat,
lain dan bahaya Tanyakan nama
lingkungan, Klien 3. Ciptakan klien, Jabat
mampu lingkungan yang tangan klien
mengontrol rasa tenang dan jauh 2. Terima dan
cemasnya dari kegaduhan dukung
pertahanan
klien,Kenalkan
realita yang
berhubungan
dengan
mekanisme
koping klien,
Berikan umpan
balik pada klien
tentang perilaku,
stressor dan
sumber koping
3. Agar cemas
pasien dapat
berkurang
2. Ansietas b.d Setelah dilakukan 1. Monitor intensitas 1. Dengan
harga diri tindakan kecemasan memonitor
rendah. diharapkan Klien 2. Tetap bersama tingkat ansietas
dapat mengurangi klien ketika tingkat pasien kita bisa
dan mengontrol menentukan
kecemasannya, ansietasnya tinggi seberapa tingkat
Klien mengenal (berat atau panik) ansietas pasien
cara- cara untuk 3. Gunakan dan seberapa
mengurangi pernyataan yang bahaya ansietas
kecemasannya singkat, sederhana, tersebut.
dan jelas. 2. Keselamatan
klien merupakan
suatu prioritas.
Klien yang sangat
cemas tidak boleh
ditinggal
sendiri—rasa
cemasnya akan
meningkat.
3. Kemampuan
klien untuk
menghadapi
abstraksi atau
kompleksitas
terganggu.
3. Koping Setelah dilakukan 1. Peningkatan 1. Membantu pasien
individu tindakan koping :Nilai untuk beradaptasi
inefektif b.d. diharapkan kesesuaian pasien untuk beradaptasi
harga diri Menunjukan terhadap perubahan dalam menerima
rendah koping yang gambaran diri, stressor,
efektif, Nilai dampak perubahan atau
Menunjukan kehidupan pasien ancaman yang
pengendalian terhadap peran dan berpengaruh pada
impuls dengan hubungannnya pemenuhan
mempertahankan dengan orang lain. kebutuhan dan
pengendalian diri 2. Dukung pembuatan peran dalam
tanpa pengawasan keputusan kehidupan.
secara konsisten. :Explorasi metode
yang digunakan 2. Memberikan
pasien pada masa informasi dan
sebelumnya dalam dukunagn pada
mengatasi masalah pasien dalam
kehidupan,Evaluasi membauta
kemampuan pasien keputusan
dalam mengambil berkaitan dengan
keputusan. perawatan
kesehatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ansietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak
menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu
atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang
tertentu. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar,
keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besan. Perasaan ini
disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah

B. Saran
Kepada teman-teman mahasiswa agara dapat memberikan masukan yang bersifat
membangun demi perbaikan laporan ini,harapannya semoga tulisan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua dalam meningkatkan pengtahuan dalam bidang keperawatan khususnya
keperawatan jiwa

Anda mungkin juga menyukai