Anda di halaman 1dari 8

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Jenis Praktikum


Praktikum ini merupakan jenis praktikum eksperimental design laboratorium, karena
praktikum ini dilakukan di laboratorium.

3.2 Waktu dan Tempat Praktikum


3.2.1 Waktu Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan dari bulan Desember 2017 sampai bulan Februari
2018.
3.2.2 Tempat Praktikum
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Stikes Citra
Husada Mandiri Kupang. Praktikum pada laboratorium ini meliputi proses
ekstrasi, uji pelarut metanol. Analisis fisikokimia antara lain penetapan massa
jenis, uji kelarutan, penentuan titik didih. Analisis komponen fitokimia antara lain
uji alkaloid, flavanoid, saponin, tanin, dan triterpenoid dan steroid. Identifikasi
komponen senyawa kimia antara lain Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

3.3 Populasi dan Sampel Praktikum


3.3.1 Populasi
Yang menjadi populasi dalam praktikum ini adalah tanaman afrika.
3.3.2 Sampel
Yang menjadi sampel dalam praktikum ini adalah daun afrika.

3.4 Variabel Praktikum


Variabel praktikum adalah segala sesuatu yang dijadikan objek pengamatan dalam
praktikum. Dalam praktikum ini ada 2 jenis variable antara lain :
3.4.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variable yang menjadi sebab berubahnya variable
terikat. Variabel bebas pada praktikum ini adalah :
1. Ekstrak daun afrika
2. Metanol
3.4.2 Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel
bebas. Variabel terikat dalam praktikum ini adalah :
1. Sifat fisikokimia komponen senyawa dalam ekstrak daun afrika antara
lain massa jenis, kelarutan dan titik didih.
2. Komponen fitokimia ekstrak daun afrika antara lain alkaloid, flavanoid,
saponin, tanin dan triterpenoid dan steroid.
3. Identifikasi komponen senyawa kimia antara lain Kromatografi Lapis
Tipis (KLT).

3.5 Alat dan Bahan Praktikum


3.5.1 Alat
3.5.1.1 Pembuatan Ekstrak
Alat mol, aluminium foil, botol kaca, baskom stainless, kertas saring, kapas
wajah.
3.5.1.2 Uji Pelarut Metanol
Tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes.
3.5.1.3 Analisis Sifat Fisikokimia
3.5.1.3.1 Penetapan Massa Jenis
Neraca analitik, beker gelas, pipet volume, kaki tiga, penjepit, stand.
3.5.1.3.2 Uji Kelarutan
Tabung reaksi, rak tabung reaksi, sendok besi, gelas kimia.
3.5.1.3.3 Penentuan Titik Didih
Porselin, kaki tiga, termometer, pipet tetes, asbes, pembakar spiritus.
3.5.1.4 Analisis Fitokimia
3.5.1.4.1 Uji Alkaloida
Tabung reaksi, sendok besi, pipet tetes, rak tabung reaksi, botol reagen, gelas
kimia.
3.5.1.4.2 Uji Flavanoid
Tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, botol reagen.
3.5.1.4.3 Uji Saponin
Tabung reaksi, kaki tiga, pembakar spiritus, gelas kimia, pipet tetes, rak
tabung reaksi.
3.5.1.4.4 Uji Tanin
Gelas kimia, batang pengaduk, tabung reaksi, rak tabung reaksi, sendok.
3.5.1.4.5 Uji Triterpenoid dan Steroid
Gelas kimia, labu erlenmayer, pipet volum, tabung reaksi, rak tabung reaksi,
plat tetes, botol reagen.
3.5.1.5 Identifikasi Komponen Senyawa Kimia
3.5.1.5.1 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Labu erlenmeyer, pipet tetes, botol chamber, plat KLT, gelas kimia, cater,
penggaris, pensil, gelas ukur, tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet kapileer.

3.5.2 Bahan
3.5.2.1 Pembuatan Ekstrak
Metanol, serbuk daun afrika yang sudah dikeringkan dengan cara diangin-
anginkan tanpa terkena sinar matahari.
3.5.2.2 Uji Pelarut Metanol
Ekstrak daun afrika, metanol, minyak goreng, H2SO4.
3.5.2.3 Analisis Sifat Fisikokimia
3.5.2.3.1 Penetapan Massa Jenis
Ekstrak daun afrika, metanol, spiritus
3.5.2.3.2 Uji Kelarutan
Ekstrak daun afrika, propanol, butanol, aseton.
3.5.2.3.3 Penentuan Titik Didih
Ekstrak daun afrika, spiritus.
3.5.2.4 Analisis Fitokimia
3.5.2.4.1 Uji Alkaloid
Ekstrak daun afrika, reagen mayer, reagen Wagner.
3.5.2.4.2 Uji Flavanoid
Ekstrak daun afrika, pita magnesium 1 cm, metanol, iso amil alkohol, HCl.
3.5.2.4.3 Uji Saponin
Ekstrak daun afrika, spiritus, aquadest, HCl 2N.
3.5.2.4.4 Uji Tanin
Ekstrak daun afrika, FeCl3, aquadest.
3.5.2.4.5 Uji Triterpenoid dan Steroid
Ekstrak daun afrika, klorofrom, asam anhidrida, dan H2SO4.
3.5.2.5 Identifikasi Komponen Senyawa Kimia
3.5.2.5.1 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstrak daun afrika, metanol, kloroflom, aquadest.

3.6 Prosedur Kerja


3.6.1 Pembuatan Ekstrak
3.6.1.1 Pembuatan Simplisia
1. Diambil daun afrika, dipotong menjadi bagian-bagian kecil, dikeringkan
dengan tanpa terkena matahari.
2. Daun yang telah kering dimol hingga menjadi serbuk yang halus.
3.6.1.2 Pembuatan Ekstrak Metanol Daun Semak Bunga Putih
1. Simplisia daun afrika ditimbang, lalu dimasukan dalam botol kaca,
ditambahkan metanol.
2. Ditutup menggunakan aluminium foil, dibiarkan selama 4 hari.
3. Disaring, dengan menggunakan kapas wajah. Kapas wajah ditaruh pada
saringan lalau disaring.
4. Hasil saringan disaring lagi menggunakan kertas saring dibiarkan selama
beberapa hari agar metanol hilang.
3.6.2 Uji Pelarut Metanol
1. Ektrak daun afrika diambil, sebanyak secuil sendok besi, dimasukan dalam
tabung reaksi.
2. Untuk mengetahui apakah metanol masih terdapat dalam ekstrak diuji
menggunakan minyak goreng dengan katalis H2SO4, apabila terbentuk
senyawa ester (diketahui dari bau harum yang keluar) maka metanol masih
ada, tetapi jika tidak ada bau harum yang keluar maka sudah tidak terdapat
metanol dalam ekstrak.
3.6.3 Analisis Sifat Fisikokimia
3.6.3.1 Penetapan Massa Jenis
1. Gelas kimia ditimbang menggunakan neraca analitik.
2. Setelah itu, gelas kimia dipanaskan, lalu dimasukkan ke dalam desikator.
Setelah itu gelas kimia tersebut di timbang lagi menggunakan neraca
analitik.
3. Ulangi kedua langkah di atas berkali-kali hingga neraca analitik menunjukan
berat gelas kimia konstan.
4. Diambil ekstrak sebanyak 1 ml, lalu dimasukan kedalam gelas kimia.
5. Timbang berat keseluruhan dan hitung massa jenis ekstrak.
3.6.3.2 Uji Kelarutan
1. Ekstrak diambil dengan sendok besi, kurang lebih 1 ml.
2. Aquadest diambil 1 ml menggunakan pipet tetes, diteteskan hingga ekstrak
tersebut larut.
3. Amati kelarutannya.
4. Lakukan lagi prosedur 1-3, aquadest diganti dengan aseton, metanol, dan
etanol.
3.6.3.3 Penentuan Titik Didih
1. Ekstrak daun afrika diambil menggunakan pipet tetes, lalu dimasukan dalam
cawan porselin.
2. Termometer dibungkus menggunakan tisu lalu dipasang pada tiang kaki
tiga.
3. Cawan porselin yang sudah berisi ekstrak ditaruh diatas asbes.
4. Termometer yang sudah dipasang diturunkan hingga berada pada
permukaan cairan ekstrak.
5. Lampu spiritus dibakar, lalu ditaruh dibawah kaki tiga.
6. Suhu awal ekstrak dan suhu akhir seluruh ekstrak mendidih diukur.
3.6.4 Analisis Komponen Fitokimia
3.6.4.1 Uji Alkoid
1. Dimasukan 1 ml ekstrak daun afrika kedalam tabung reaksi.
2. Diteteskan 5 tetes tetes reagen mayer kedalam tabung reaksi, diamati
perubahan yang terjadi, jika ada endapan putih, menunjukan adanya
kandungan alkaloid.
3. Ulangi prosedur 1-3 dengan mengganti reagen mayer dengan reagen
Wagner, apabila terbentuk endapan coklat, menunjukan adanya alkaloid.
3.6.4.2 Uji Flavanoid
1. Dimasukkan 1 ml ekstrak daun afrika dam tabung reaksi
2. Dimasukan 4 tetes HCl kedalam tabung reaksi tersebut.
3. Dimasukan 1 cm pita Mg kedalam tabung reaksi tersebut.
4. Dimasukan 4 ml etanol 70% kedalam tabung reaksi tersebut.
5. Dikocok, lalu diamati, apabila larutan menjadi warna kemerahan, kuning,
atau jingga menunjukan adanya flavanoid.
3.6.4.3 Uji Saponin
1. Dimasukan 1 ml ekstrak daun afrika kedalam tabung reaksi.
2. Air panas ditambahkan kedalam ekstrak daun afrika, lalu dikocok, hingga
terbentuk busa.
3. Setelah 30 detik, ditambahkan 1 ml HCl 2 N kedalam tabung reaksi.
4. Amati perubahan yang terjadi.
3.6.4.4 Uji Tanin
1. Dimasukan 1 ml ekstrak daun afrika kedalam tabung reaksi.
2. FeCl3 (gelatin) 1 ml menggunakan pipet tetes, dimasukan dalam gelas kimia
yang sudah diisi dengan ekstrak, dikocok, apabila terdapat endapan coklat
maka ekstrak mengandung tannin.
3.6.4.5 Uji Triterpenoid dan Steroid
1. Masukan 1 ml ekstrak daun afrika dalam tabung reaksi.
2. Tambahkan 2 ml kloroform lalu dikocok.
3. Pisahkan lapisan atas menggunakan pipet tetes.
4. Teteskan pada plat tetes dan biarkan sampai kering.
5. Tambahkan 5 tetes asam asetat anhidrida dan 3 tetes H2SO4 pekat kedalam
plat tetes tersebut.
6. Amati perubahan yang terjadi. Terbentuknya warna merah, orange, kuning
menunjukan positif triterpenoid sedangkan terbentuknya warna hijau atau
biru menunjukan positif streroid.
3.6.5 Identifikasi Komponen Senyawa Kimia
3.6.5.1 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
1. Potong kertas KLT dengan ukuran 1x5 cm dengan batas atas 0,5 cm dan
batas bawah 0,5 cm.
2. Siapkan eluen (fase gerak) yaitu metanol – kloroform dengan perbandingan
2 : 1 dengan tutup rapat
3. Kocok sampai kedua pelarut tercampur secara homogen dan diamkan
selama 10 menit.
4. Ambil sedikit ekstrak dan letakan pada kaca arlogi dan tambahkan 10 tetes
metanol
5. Campurkan ekstrak dan metanol hingga bercampur secara homogen
6. Totolkan campuran ekstrak yang telah dicampur metanol pada batas bawah
plat KLT lalu biarkan selama 5 menit
7. Masukan pada botol chamber yang telah berisi fase gerak, biarkan beberapa
menit dan perhatikan sampai ekstrak yang dibawah oleh fase gerak
mendekatai batas atas pada kerta KLT
8. Angkat kertas KLT dari dalam botol chamber lalu biarkan beberapa menit
sampai kertas KLT sedikit kering
9. Buatlah lingkaran pada kertas KLT yang ada nodanya dengan pensil halus
lalu hitung nilai Rf.
10. Ulangi langkah 1-9 yang mana metanol–kloroform diganti dengan metanol-
aseton.

3.7 Teknik Analisis Data


Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam analisis data adalah sebagai berikut:
3.7.1 Uji Pelarut Metanol
Hasil uji pelarut metanol ekstrak daun afrika dianalisis menggunakan data
perbandingan aroma wangi ester yang terbentuk (reaksi esterifikasi).
3.7.2 Analisis Sifat Fisikokimia
3.7.2.1 Penetapan Massa Jenis
Hasil penetapan massa jenis ekstrak daun afrika dianalisis menggunakan rumus:
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑔𝑟)
𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑚𝑙)
3.7.2.2 Uji Kelarutan
Hasil uji ekstrak daun afrika diananlisis menggunakan jumlah volume pelarut.
3.7.2.3 Penentuan Titik Didih
Hasil penentuan titik didih ektrak daun afrika dianalisis menggunakan titik didih
tertinggi.
3.7.3 Analisis Komponen Fitokimia
3.7.3.1 Uji Alkaloid
Hasil uji alkaloid ekstrak daun afrika dianalisis dengan membandingkan data
teoritis reagen Mayer dan reagen Wagner.
3.7.3.2 Uji Flavanoid
Hasil uji flavanoid ekstrak daun afrika dianalisis dengan membandingkan data
teoritis Wilstater sianidin (HCl dan logam Mg).
3.7.3.3 Uji Saponin
Hasil uji saponin ekstrak daun afrika dianalisis dengan membandingkan data
teoritis metode Forth.
3.7.3.4 Uji Tanin
Data hasil uji tanin ekstrak daun afrika dianalisis dengan membandingkan data
teoritis uji tanin.
3.7.3.5 Uji Triterpenoid dan Steroid
Hasil uji triterpenoid dan steroid ekstrak daun afrika dianalisis dengan
membandingkan data teoritis pereaksi Liebermann-Burchard (asam asetat
anhidrida-H2SO4 pekat).
3.7.4 Identifikasi Komponen Senyawa Kimia
3.7.4.1 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Hasil identifikasi KLT ekstrak daun afrika menggunakan rumus:
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
𝑅𝑓 =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛

3.8 Skema Penelitian

Penggilingan Pengeringan Daun Afrika

Filtrasi Ekstrak
Metanol Ekstraksi (maserasi 3x 24 jam) kasar Filtrasi

Ekstrak murni Ekstrak


jernih
Uji Pelarut Metanol

Analisis Sifat Analisis Komponen Analisis Komponen


fisikokimia Fitokimia Senyawa Kimia
 Kelarutan  Alkaloid  Kromatografi Lapis
 Titik didih  Flavonoid Tipis (KLT)
 Massa Jenis  Saponin
 Tanin
 Triterpenoid dan
Steroid

Anda mungkin juga menyukai