Anda di halaman 1dari 18

I.

JUDUL PERCOBAAN
Adapun judul percobaan dari praktikum ini, yaitu Humidifikasi.

II. TUJUAN PERCOBAAN


Adapun tujuan percobaan pada praktikum kali ini, yaitu :
1) Dapat mengoperasikan alat humidifikasi.
2) Mengetahui pengaruh pada proses humidifikasi yaitu tanpa pemanasan.
3) Mengetahui pengaruh penambahan laju alir (Q) dan tekanan (P) pada proses
humidifikasi.
4) Menghitung dan menentukan in, out, R, VH, G, dan M dari grafik
kelembaban udara-air 1 atm.

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat yang digunakan :
- Perangkat alat humidifikasi
- Gelas kimia 50 ml 1 buah
- Thermometer 2 buah
- Kapas dan Karet
B. Bahan yang digunakan :
- Air Kran

IV. DASAR TEORI


Dalam pemrosesan bahan yang sering diperlukan baik meningkatkan atau
menurunkan kadar air dalam aliran gas yang dipakai yang umum disebut
humidifikasi dan dehumidifikasi. Humidifikasi adalah proses peningkatan jumlah
air di dalam aliran udaradengan melewatkan aliran udaradi atas cairan yang
kemudian cairan tersebutmenguap ke dalam gas. Kebalikan dari proses ini yaitu penurunan
kandungan air di udara jumlah uap air yangada di udara disebut humidity
udara. Dengan kata lain, humidity (H) adalah Kg uap air yang dibawa oleh 1 Kg
udara kering
H = Kg H2O uap / Kg udara kering
H pada keadaan jenuh, Hs adalah Kg H2O uap / Kg udara kering pada
keadaansetimbang pada suhu yang sama dengan H yang disebut dengan persen
humidity.Persen humidity yaitu H/Hjenuh.
Dalam humidifikasi, kadar air bisa ditingkatkan dengan melewatkan aliran gas
diatas cairan yang kemudian akan menguap ke dalam aliran gas. Pemindahan ke
aliran utama berlangsung dengan cara difusi dan pada perbatasan (interface)
pemindahan panas dan massa yang berlangsung terus-menerus. Sedang dalam
dehumidifikasi dilakukan kondensasi parsial yang terkondesasi dibuang.
Penggunaan yang paling luas dari humidifikasi dan dehumidifikasi menyangkut
sisitem udara–air. Contoh paling sederhana pengeringan padatan basah dengan
pengurangan jumlah kandungan air sebagai tujuan utama dan humidifikasi aliran
gas sebagai efek sampingan. Pemakaian AC dan pengeringan gas juga
menggunakan proses humidifikasi dan dehumidifikasi. Sebagai contoh kandungan
uap air harus dihilangkan dari gas klorin basah sehingga gas ini bisa digunakan pada
peralatan dari baja untuk menghindari korosi. Demikian juga pembuatan asam
sulfat, gas yang digunakan harus dikeringkan (dehumidifikasi) sebelum masuk
konverter bertekanan yaitu dengan jalan melewatkan pada bahan yang menyerap
air (dehydrating agent) seperti silica gel, larutan asam sulfat pekat dan sebagainya.
Contoh proses humidifikasi adalah pada menara pendingin dimana air panas
dialirkan berlawanan arah dengan media pendingin yaitu aliran udara. Disini tabel
dan grafik humidifikasi udara–air akan sering dipakai.

Contoh untuk sistem udara-air panas kelembaban (s) seperti berikut:

S = 1.00 + 1,9 ϰ kj / kgK

- Volume kelembaban = Volume yang ditempati oleh unit dari massa dari
campuran gas kering dan uap.

- Volume jenuh = Volume kelembaban dari gas dari gas jenuh

- Titik embun = Temperatur dimana gas telah penuh oleh uap. Jika
gas didinginkan titik embun adalah temperatur dimana kondensasi pertama
terjadi.
tekanan parsial dari uap dalam gas
- Kelembaban relatif = 100 x
tekanan parsial dari uap dalam gas jenuh

Hubungan antara tekanan parsial dari uap dan kelembaban gas dalam unit volume
gas sbb:

Massa uap = Pw Mw / RT

Dan massa dari gas = (P-Pw) MA / RT

Jadi kelembaban dapat dirumuskan sbb :

ϰo = [Pw/(P-Pw)] (Mw/MA) ................................................................................. (1)

Dan kelembaban gas jenuh adalah :

ϰo = [Pwo/(P-Pwo)] (Mw/MA) ............................................................................. (2)

Dimana Pw adalah tekanan parsial dari uap dalam gas, Pwo adalah tekanan
parsial gas jenuh pada suhu sama, MA adalah berat molekul rata-rata dari gas, Mw
berat molekul dari uap, P tekanan total, R konstanta gas (8,134 kj/kmol K) dan T
temperatur absolut.

Untuk sistem udara–air Pw biasanya jauh lebih kecil dari P jadi dengan
mengganti berat molekul didapat :

ϰo = 18 Pw/29P

Kelembaban dalam prosen = 100 ϰ/ ϰo

Dari persamaan (1) dan (2),

Kelembaban dalam prosen

= [(P-Pwo)/(P-Pw)] (100Pw/Pwo)

= [P-Pwo)/(P-Pw)] (kelembabanrelatifdalam persen) ..................................... (3)

Ketika (P-Pwo)/(P-Pw) ≈ 1, kelembaban relatif dan kelembaban dalam prosen


adalah sama. Keadaan ini dapat dicapai ketika tekanan parsial dari uap hanya bagian
yang sangat kecil dari tekanan total atau ketika gas hampir jenuh, yaitu Pw ≤ Pwo.
A. Penentuan kelembaban
Metode-metode yang paling umum dipakai adalah :
1) Secara kimiawi
Sejumlah gas yang diketahui volumenya dialirkan di atas bahan penyerap
(absorbent) yang ditempatkan dalam beberapa wadah dan disusun secara seri
dan diketahui beratnya kemudian setelah proses ditimbang lagi dengan syarat
pada wadah susunan terakhir terjadi perubahan berat yang sangat sedikit.
Absorben yang sangat memuaskan contohnya adalah pentoksida phosphor
yang dicelup dalam pumice dan asam sulfat pekat.

2) Pengukuran perubahan panjang dari bulu atau serat


Panjang serat ini dipengaruhi oleh kelembaban pada lingkungan sekitar.
Kekurangan diperlukan pengkalibrasian berulang-ulang dan titik cocok untuk
pengukuran yang bervariasi.

3) Pengukuran konduktivitas dari serat


Jika serat dilapisi dengan elektrolit seperti lithium chlorid, hambatan listriknya
akan diatur oleh kandungan uap air yang dimana terkandung pada kelembaban
lingkungan atmosfer dimana serat berada. Dalam sel lithium chlorid serat yang
halus digulungkan ke frame plastik yang mempunyai elektroda dan arus listrik
mengalir pada tegangan konstan akan memberi pengukuran langsung dari
kelembaban relatif .

4) Pengukuran titik embun


Titik embun ditentukan dengan mendinginkan gas didalam ruang yang t erlapis
dengan sangat baik dan mengawasi temperatur tertinggi dimana terjadi
kondensasi. Kelembaban dari gas sama dengan kelembaban dari gas yang
jenuh pada titik embun.

B. Metode peningkatan kelembaban (Humidifikasi)

Untuk memperbesar kandungan uap sesuai dengan yang dibutuhkan dalam


proses tertentu bisa dipakai beberapa cara dengan bermacam persyaratan dalam
pemrosesan.
1) Uap air panas ditambahkan langsung. Cara ini kuran disukai karena
kemungkinan besar adanya pengotoran.

2) Air disiramkan berlawanan arah pada kecepatan tertentu. Disini terjadi


penguapan dari air dmana temperatur gas akan turun demikian juga air
panasnya digunakan untuk penguapan panas laten dan panas sensible.

3) Pencampuran dengan gas yang mempunyai kelembaban lebih tinggi. Cara ini
sering digunakan untuk pekerjaan laboratorium.

4) Gas dialirkan diatas air sehinga hanya bagian permukaan air yang mengalami
penguapan. Untuk mendapatkan kecpatan pelembaban yang tinggi, permukaan
harus diperluas.

C. Temperatur bulb basah (wet bulb temperature)

Kelembaban gas/udara akan naik bila gas dialirkan diatas melalui cairan karena
penguapan cairan. Temperatur cairan akan turun di bawah temperatur gas dan panas
akan pindah dari gas ke cairan. Pada kesetimbangan laju perpindahan panas dari
gas akan menyeimbangkan panas yang dibutuhkan untuk menguapkan cairan dan
cairan dikatakan pada temperatur bulb basah. Laju dimana temperatur ini dicapai
tergantung temperatur awal dan laju aliran darai gas yang melalui air. Proses dengan
laju alir gas yang besar dan permukaan air yang kecil hampir tidak merubah
kelembaban.

Laju dari perpindahan dari gas ke cairan :

Q = hA(θ - θw) ..................................................................................................... (4)

Dimana Q adalah laju panas, h koefisien perpindahan panas, A luas


permukaan, dan θ temperatur gas, θw temperatur cairan.

Cairan yang menguap ke dalam gas dipindahkan dengan cara difusi penyebaran
dari batas permukaan ke aliran gas karena perbedaan konsentrasi (co-c). dimana co
adalah konsentrasi uap permukaan dan c adalah konsentrasi uap dialiran gas. Laju
penguapan ditulis:

W = hDA(co-c) = (hDA) (Mw/RT) (PwoPw) ....................................................... (5)


Dimana hD adalah koefisien perpindahan panas.

Tekanan parsial Pw dan Pwo dapat diganti dengan ϰ dan ϰw pada pers.1 dan 2

Jika Pw dan Pwo relatif kecil dibanding P, (P-Pw) dan (P-Pwo) dapat diganti
dengan tekanan parsial rata-rata dari gas PA dan didapatkan :

W = [hDA(ϰw – ϰ) Mw/RT] PAMA/Mw

= hDA A(ϰw – ϰ) ..........................................................................................(6)

dimana A adalah berat jenis (density) pada tekanan parsial PA.

Perpindahan panas yang dibutuhkan untuk memelihara laju penguapan adalah :

Q=hD A A(ϰwϰ) ................................................................................................... (7)

Dimana Q adalah panas laten dari penguapan cairan.

Jadi dari persamaan 4 dan 7 :

(ϰ–ϰw) = (h/hD A) (θ– θw).................................................................................. (8)

h dan hD keduanya tergantung ketebalan film dari kesamaan gas, karena


pengurangan pada tekanan sebagai hasil kenaikan kecepatan gas, contohnya akan
meningkatkan h dan hD. Pada temperatur normal, (h/hD) tidak tergantung pada
kecepatan gas selama ini lebih dari 5 ml/detik. Pada keadaan ini perpindahan panas
secara konveksi lebih besar dari radiasi dan konduksi.

Temperatur bulb basah θw tergantung hanya pada temperatur dan kelembaban


dari gas dan nilainya dari buku ditentukan untuk keceptan gas relatif tinggi. Rasio
(h/hD) adalah konstan. Untuk sistem udara–air rasio (h/hDA) adalah sekitar 1,0
kj/kg K, sebagai tambahan untuk zat-zat organik bervariasi antara 1,5–2,0 kj/kg K.
Temperatur bulb basah ini dapat dicari dari grafik temperatur kelembaban.

D. Grafik Phsikometrik

Grafik ini digunakan pada pokoknya untuk mengetahui hubungan Temperatur–


Kelembaban dan Entalpi–Kelembaban.

- Grafik temperatur – kelembaban


- Kelembaban untuk bermacam-macam harga dari kelembaban relatif dalam
prosen. Untuk gas jenuh ϰ = [Pwo/(P-Pwo)](Mw/MA) dari persamaan 1 dan 3
kelembaban relatif dalam prosen Z adalah :
o {Z/100} (P-Pwo)
ϰ = ..................................... (9)
P- (ZP wo/100)
- Volume spesifik dari gas kering sebagai fungsi linear dari temperatur.
- Volume dalam keadaan jenuh. Ini naik sangat cepat karena jumlah kandungan
uap dan volume spesifik gas kering naik sesuai kenaikan temperatur. Pada
temperatur tertentu volume kelembaban berubah secara linear terhadap
kelembaban sehingga volume dari gas tak jenuh dapat ditentukan dengan
pemanjangan.

- Panas laten dari penguapan


Dalam grafik panas kelembaban digambar sebagai absis dan kelembaban
sebagai ordinat.

- Grafik Entalpi – Kelembaban


Dalam perhitungan, entalpi perlu untuk menentukan keadaan standar referensi
dimana entalpi dianggap nol. Keadaan yang terbaik untuk mengambil titik leleh
dari bahan yang mempunyai uap sebagai temperatur referensi dan keadaan cair
sebagai kondisi standar.

Jika H adalah entalpi dar gas yang lembab per unit massa dari gas kering, Ha
entalpi gas kering, Hw entalpi dari uap, Cw panas spesifik dari uap, Ca panas
spesifik dari gas pada tekanan konstan, θ temperatur dari gas yang lembab, θo
temperatur referensi, panas laten penguapan dari cairan pada θo untuk gas tak jenuh
:
H = Ha + Hw . ϰ ...................................................... (10)

Ha = Ca (θ - θo)........................................................ (11)

Hw = Cw (θ - θo) .................................................... (12)

Jadi, H = (Ca + Cw(θ - θo) + ϰ

= (θ - θo)s + ϰ .......................................................... (13)


E. Pencampuran dua aliran gas yang mempunyai kelembaban berbeda

Jika dua gas dengan kelembaban ϰ1 dan ϰ2, temperatur θ1 dan θ2 entalpi H1 dan
H2 dan massa gas kerng m1 dan m2 yang akan menghasilkan kondisi untuk gas
campuran yaitu ϰ, θ, H dan m.

Kesetimbangan untuk gas kering, uap dan entalpi.

m1 + m2 = m ....................................................................................................... (14)

m1x1 + m2x2 = m.x ............................................................................................. (15)

m1H1 + m2H2 = m.H .......................................................................................... (16)

dengan menghilangkan m didapat

m1(ϰ – ϰ1) = m (ϰ2 – ϰ)

m1(H – H1) = m2(H2 –H) ................................................................................... (17)

dengan pembagian masing-masing sisi

(ϰ- ϰ1)/(H-H1) = (ϰ – ϰ2) / (H – H2) ................................................................... (18)

Pada kondisi akhir campuran digambarkan dalam grafik sebagai garis lurus
yang menggabungkan titik (ϰ1, H1) dan (ϰ2, H2) dan persamaan 18 didapatkan :

(ϰ – ϰ1)/( ϰ2 – ϰ) = m2/m1 .......................................................................................................................... (19)

Gas campuran mungkin tak jenuh, jenuh, lewat jenuh. Kemungkinan


dihasilkannya gas lewat jenuh karena garis kelembaban relatif 100% pada grafik
kelembaban entalpi condong (concave) kearah sumbu kelembaban.

F. Temperatur Jenuh Adiabatik

Jika gas dialirkan dan dipertemukan dengan air pada laju tertentu pada waktu
yang cukup untuk mencapai kesetimbangan, gas akan menjadi jenuh dan gas jenuh
yang keluar akan mempunyai temperatur yang sama jika ini dilakukan pada system
yang terisolasi secara thermal.
Ini bisa dilakukan dengan menggunakan kolom humidifikasi yang terisolasi
dengan laju alir yang disirkulasi berlawanan arah seperti gambar dibawah.

Faktor utama (ϰs - ϰs ) = 0 dan

(driving force) . ( – s) = 0

Faktor utama (ϰs - ϰs )

Didapatkan neraca energi

( – s)s = (ϰs - ϰ) α

(ϰ - ϰs ) = -(s/ α )(  – s )

Dimana  adalah temperatur gas masuk , stemperatur gas keluar yang sama
dengan temperatur air, ϰ adalah kelembaban gas masuk, ϰskelembaban gas keluar,
s adalah panas lembab dari gas pada P dan α adalah panas laten penguapan dari air.

Dengan membandingkan persamaan ini dengan persamaan 8 didapatkan

S = h/hD  A

Dimana h adalah koefisien perpindahan panas dalam W/m2K

HD adalah koefisien perpindahan massa dalam m/det

A adalah berat jenis gas pada tekanan rata-rata

Dari hubungan lewis didapat

hD = h/Cp A

Dimana Cp adalah panas spesifik dalam J/kgK yang bisa diketahui dari grafik
dan perhitungan.

Jika gas tak jenuh dipertemukan dengan cairan yang dalam kondisi adiabatik
perpindahan panas dan massa akan berjalan sinambung. Temperatur turun dan
kelembaban naik seperti yang ditunjukkan oleh diagram. Temperatur dari cairan
akan cenderung mendekati temperatur bola basah sedang untuk sistem lain (bukan
air) tempetatur jenuh adiabatik akan lebih rendah dari temperatur bola basah.
Dengan meningkatnya kelembaban temperatur akan turun sehingga temperatur air
(cairan) akan juga turun selama penguapan masih berjalan.

Di peralatan Humidifikasi–Dehumudifikasi terdapat orifice yang mempunyai


diameter besar. D = 82,2 mm, diameter kecil, d = 32,88 mm. Jadi harga d/D =
0,3985 dan koefisien laju aliran, C = 0,6032.

Dari persamaan Bernoulli.

V12 V2 2
 g Z1   P1  W   g Z 2   P2  F
2 2

Dimana : V = Kecepatan laju alir udara (m/detik)

Z = Ketinggian aliran (m)

P = Tekanan (N/m2)

α = Konstanta untuk energi kinetik dari fluida

µ = Volume jenis gas maasuk diketahui = 0,88 m3/Kg

g = Gravitasi, diketahui = 9,8 m/detik

W = Kerja dari fluida (Kj/Kg)

F = Kalor yang terpakai (Kj/Kg)

Dalam hal ini fluida tidak melakukan kerja sama sekali atau W = F dan V 1A1
= V2A2, dimana A adalah luas area π D2/4 didapatkan V2 = V1A1/A2.

Dari persamaan diatas didapatkan laju fluida (gas) yang keluar dari orifice (yang
dipakai)

2  2  (P1  P2 )
V2 =
1   2 /  1 (A 2 / A1 )2

Laju alir gas,G = V A/µ (Kg/s)

2  2  (P1  P2 )
G = A/µ .
1   2 /  1 (A 2 / A1 )2

Gambar orifice di bawah


A1 A0 A2

A1 = luas pipa diketahui D = 0,0825 m

Ao = luas orifice diketahui d = 0,0328 m

A2 luas fluida yag mengalir karena Cc = A2/Ao dari d atau Ao

A2 = CcAo

Dimana Cc adalah koefisien kontraksi, dalam hal ini orifice Cc = 1 dari persamaan
diatas :

2  2 (P1  P2)
G = Cc Ao/
1   1 (Cc A 2 ) 2
2 A1

Dengan menggunakan koefisien buang yang diketahui dari pabrik, Cd dengan


nilai = 0,603 yang menggantikan parameter Cc, 2 dan 1 didapat persamaan lebih
sederhana.

2  2 (P1  P2)
G = G = Cc Ao/
1   1 (Cc A 2 ) 2
2 A1

Perubahan volume jenis dapat dicari dari grafik Psikometrik dengan


mengetahui temperatur, kelembaban relatif dan kelembaban gas masuk.

V. PROSEDUR PERCOBAAN
 Humidifikasi Tanpa Pemanasan
1) Memutar switch utama (merah) secara jarum jam ke posisi “ON”.
2) Memutar switch control ke posisi “ON”.
3) Mengatur posisi katup seperti berikut :
V1 – BUKA V4 – BUKA
V2 – TUTUP V5 – TUTUP
V3 – TUTUP V6 – TUTUP
4) Menekan tombol “ON” pada tombol P2 (kompresor).
5) Mengatur laju alir air sebesar 200 liter/jam.
6) Mengatur katup utama sehingga didapatkan perbedaan tekanan orifice
sebesar 20 mBar dan menyalakan stopwatch selama 15 menit.
7) Setelah 15 menit mengukur suhu bola kering dan suhu bola basah dengan
menggunakan thermometer
8) Dimana untuk pengukuran suhu bola basah digunakan thermometer yang
ujungnya dilapisi dengan kapas dan dicelupkan pada gelas kimia 50 ml yang
berisi air
9) Mengukur suhu air masuk dan suhu air keluar dengan menggunakan
thermometer .
10) Mengulangi percobaan untuk beda tekanan 30 mbar sampai terjadi flooding.

VI. DATA PENGAMATAN


 Humidifikasi tanpa pemanasan
Laju alir air (Q) = 200 L/jam

Udara Suhu Air


∆P
Masuk Keluar
(mmH Masuk Keluar
Tw Td Tw Td
g) (OC) (OC)
(OC) (OC) (OC) (OC)
20 30 35 29 31 28 29
30 28 38 29 30 29 29
40 29 40 28 30 29 30
Flooding
VII. PERHITUNGAN
A. Berdasarkan humidity-temperature diagram for air-water vapor
system at atmospheric pressure diperoleh hasil yaitu :
Laju Alir (Q) = 200 L/jam
1) Udara Masuk

∆𝑷 Udara Masuk 1
Svs Sv
%RH
(Bar) Tw (℃) Td(℃) (Kg/Kg) (ft3/lb) (ft3/lb)
20 30 35 0.024 65 14.9 13.9
30 28 38 0.02 43 15.2 14.1
40 29 40 0.021 40 15.45 14.2

2) Udara Keluar

∆𝑷 Udara Keluar 2
Svs Sv
%RH
(mBar) Tw (℃) Td(℃) (Kg/Kg) (ft3/lb) (ft3/lb)
20 29 31 0.025 82 14.5 13.75
30 29 30 0.024 89 14.65 13.6
40 28 30 0.023 81 14.65 13.6

B. Penentuan Volume Lembab (VH)

Untuk Udara Masuk dengan Laju Alir 200 liter/jam pada tekanan 20
mmHg = 2000 kgm/s2

Diketahui :

𝑓𝑡 3 0,0283 𝑚3 1 𝑙𝑏 𝑚3
 𝑆𝑣 = 13,9 × × = 0,8664
𝑙𝑏 1 𝑓𝑡 3 0,454 𝑘𝑔 𝑘𝑔

𝑓𝑡 3 0,0283 𝑚3 1 𝑙𝑏 0,9287 𝑚3
 𝑆𝑣𝑠 = 14,9 × × =
𝑙𝑏 1 𝑓𝑡 3 0,454 𝑘𝑔 𝑘𝑔

 %RH = 65% = 0,65


 VH = Sv + %RH (Svs – Sv)
= 0,866 m3/kg + 0,65 (0.929 – 0.866) m3/kg
= 0,9069 m3/kg

C. Penentuan Laju Udara


Untuk Udara Masuk dengan Laju Alir 200 liter/jam pada tekanan 20 mmHg
= 2000 kgm/s2
Diketahui :
Cd = 0,603
D1 = 0,0825 m

D2 = 0,0328 m
∆𝑃 = 20 mbar = 2000 Pa = 2000 kg/ms2

1
𝐴1 = 𝜋𝐷1 2
4
1
𝐴1 = × 3.14 × (0.0825 𝑚)2 = 0.005343 𝑚2
4
1
𝐴2 = 𝜋𝐷2 2
4
1
𝐴2 = × 3.14 × (0.0328 𝑚)2 = 0.000845 𝑚2
4

VH = 0,9069 m3/kg

𝐴2 2 × 𝑉𝐻 × ∆𝑃
𝐺 = 𝐶𝑑 ×
𝑉𝐻 √ 𝐴 2
1 − ( 2)
𝐴1

𝑚3 𝑘𝑔
0.00084 𝑚2 2 × 0,907 𝑘𝑔 × 2000 𝑚𝑠 2
𝐺 = 0.603 × √ 2
0,907 𝑚3 /𝑘𝑔 0.00084 𝑚2
1−( )
0.00534 𝑚2

G = 0,0342 kg/s
D. Penentuan Massa Laju Air yang Pindah (m)
Untuk Udara Masuk dengan Laju Alir 2000 liter/jam pada tekanan 20
mmHg = 2000 kgm/s2
Diketahui :
G = 0,035 kg/s
H1 = 0,024 kg/kg
H2 = 0,025 kg/kg

𝑚 =G( 1 - 2)

𝑘𝑔
0,035 𝑠 (0,025 − 0,024)𝑘𝑔
𝑚=
𝑘𝑔

m = 0,000034 kg/s

Dengan menggunakan perhitungan diatas maka diperoleh hasil untuk tekanan 30


mmHg dan 40 mmHg.

 Udara Masuk

∆𝑷 1
Svs Sv VH G m
%RH
(kg/ms2) (Kg/Kg) (m3/kg) (m3/kg) (m3/kg) (kg/s) (kg/s)
2000 0,024 65 0,9287 0,8664 0,9069 0,0342 0,000034
3000 0,02 43 0,9474 0,8789 0,9084 0,0419 0,000167
4000 0,021 40 0,9630 0,8851 0,9163 0,0481 0,000096

 Udara Keluar

∆𝑷 2
Svs Sv VH G m
%RH
(kg/ms2) (Kg/Kg) (m3/kg) (m3/kg) (m3/kg) (kg/s) (kg/s)
2000 0,025 82 0,9038 0,8571 0,8954 0,0344 0,000034
3000 0,024 89 0,9132 0,8477 0,9060 0,0419 0,000167
4000 0,023 81 0,9132 0,8477 0,9007 0,0486 0,000097
VIII. PEMBAHASAN
IX. KESIMPULAN
X. DAFTAR PUSTAKA
 Marzuki, Syahriani. Tanpa Tahun. Praktikum Humidifikasi. (online). www.
academia.edu/10089179/Praktikum_humidifikasi. Diakses pada tanggal 08
Desember 2018.
 Petunjuk Praktikum Pilot Plant. Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri
Ujung Pandang

Anda mungkin juga menyukai